You are on page 1of 9

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 WP dengan Kriteria Tertentu yang dikecualikan dalam menyampaikan SPT

Dalam pasal 3 ayat (3a) dan (3b) ditetapkan bahwa WP dengan kriteria tertentu dapat
melaporkan beberpa masa pajak dalam 1 SPT masa. WP dengan kriteria tertentu dan tata cara
pelaporan diatur dengan berdasarkan PMK No.182/PMK.03/2007 ssb :

1. WP dengan kriteria tertentu dapat menyampaikan 1 SPT Masa untuk beberapa masa
pajak sekaligus, meliputi :
a) WP Usaha Kecil : yang menjalankan kegiatan usaha atau melakukan
pekerjaan bebas, yang harus memenuhi kriteria sbb :
 WP orang pribadi dalam negri
 Menerima atau memperoleh peredaran usaha dari kegiatan usaha
atau penerimaan bruto dari pekerja bebas dri tahun pajak
sebelumnya tidak lebih dari Rp. 600.000.000
b) WP badan , yang harus :
 Modal WP 100% dimiliki oleh WNI
 Menerima atau memperoleh peredaran usaha dalam tahun pajak
sebelumnya tidak lebih dari Rp.900.000.000
2. WP di daerah tertentu, WP yang tempat tinggal/kegiatan usahanya berlokasi di
daerah tertentu yang ditetapkan pleh dirjen pajak.

Tata Cara Pelaporan

 WP yang termaksud dalam kriteria tertentu melaporkan SPT Masa Harus


menyampaikannya secara tertulis kepada Dirjen Pajak paling lambat 2 bulan
sebelum dimulainya masa pajak pertama yang oleh WP akan disampaikan dalam
SPT Masa yang meliputi beberapa masa sekaligus
 Terhadap pemberitahuan secara tertulis dilakukan penelitian
 Apabila berdasarkan penelitian WP tidak memenuhi kriteria, Dirjen Pajak
memberitahu secara tertulis kepada WP

2.2 WP PPh tertentu yang dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT

Berdasarkan PMK No.182/PMK.03/2007 yang dikecualikan dari kewajiban


menyampaikan SPT :

1. Dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT Masa PPh pasal 25 dan SPT
Tahunan orang Pribadi yaitu WP orang pribadi dalam satu tahun pajak menerima
atau memperoleh penghasilan netto tidak melebihi PTKP sebagai mana mestinya
dalam UU PPh.

1
2. Dikecualikan WP orang pribdai yang tidak menjalankan kegiatan usaha atau tidak
melakukan pekerjaan bebas.
2.3 Sanksi karena tidak menyampaikan SPT

Sanksi bagi yang tidak menyampaikan SPT, dapat berupa sanksi admistrasi maupun sanksi
pidana. Sanksi admistrasi yang di atur dapat berupa denda sebagaimna diatur dalam pasal
7 UU KUP. Sanksi pidana dapat berupa kurungan atas tindakan pidana kealpaan
sebagaimana diatur dalam pasal 38 UU KUP.

1. Surat Teguran atas SPT yang tidak disampaikan


Apabila SPT tidak disampaikan sesuai batas waktu yang di tetpkan atau batas waktu
perpanjangan penyampaiaan SPT Tahunan, dapat diterbitan surat teguran(pasal 3
ayat 5a UU KUP).
2. Sanksi Admistrasi berupa denda
Pasal 7 ayat (1) UU KUP menyatakan apabila tidak disampaikan dalam jangka
waktu atau batas waktu perpanjangan penyampaian SPT , dikenai sanksi
admsistrasi berupa denda sebesar :
a) Rp.500.000 untuk SPT Masa PPN
b) Rp.100.000 untuk SPT Masa lainnya
c) Rp.1000.000 untuk SPT Tahunan PPh WP badan
d) Rp.100.000 untuk SPT Tahunan PPh WP orang Pribadi
3. Sanksi Admistrasi berupa kenaikan
Sanksi Admistrasi berupa kenaikan dapat dikenakan melalui penerbitan SKP KB
apabila SPT tidak disampaikan dalam jangka waktunya dan setelah ditegur secara
tertulis tetapi tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam
surat teguran Pasal 13 ayat 1 huruf b UU KUP.
4. Sanksi Pidana Kurungan
Pidana Kurungan dalam pasal 38 UU KUP dikenakan krn kealpaannya tidak
penyampaian SPT, di pidana paling singkat 3 bulan dan paling lama 1 Tahun.
5. Sanksi Pidana Penjara
Pasal 39 ayat 1 huruf c dan d UU KUP menyatakan setiap orang yang dengan
sengja, tidak menyampaikan SPT dan menyampaikan SPT tapi isinya tidak benar
atau tidak lengkap terkena sanksi pidana 6 bulan s/d 6 tahun dan denda 2 s/d 4 kali.
2.4 Hak WP berkaitan dengan penyampaian SPT
WP Mempunyai Hak – hak sebagaiberikut :
 Memperpanjang Jangka waktu penyampaian SPT Tahunan
 Membetulkan SPT
 Mengungkapkan Ketidak benaran Pengisian SPT

MEMPERPANJANG JANGKA WAKTU PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN

Hak WP untuk memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT Tahunan


dinyatakan dalam pasal 3 ayat 4 UU KUP yang berbunyi :

2
“WP dapat memperpanjang jangka waktu penyam[paian SPT Tahunan PPh sebagaimana
di maksud pada ayat (3) paling lama 2 bulan dengan cra menyampaikan pemberitahuan
secara tertulis.

MEMBETULKAN SPT

Pembetulan SPT merupakan hak WP dalam hal terdapat kekeliruan pengisian SPT
yang sudah disampaikan, dengan syarat belum dilakukan pemeriksaan. Pembetulan
dilakukan antara lain untuk menghindari sanksi admistrasi berupa bunga karena
pemeriksaan pajak. Kekeliruan pengisian SPT bias juga disebabkan karena kekeliruan
kompensasi kerugian sebagai akibat diterbitkannya SKP,SK Keberatan, SK Pembetulan,
Putusan Banding, atau putusan peninjauan kembali.

1) Ketentuan mengenai pembetulan SPT


Pasal 8 ayat 1 UU KUP Menyatakan bahwa :
“WP dengan kemauan sendiri dapat membetulkan SPT yang telah disampaikan
denga menyampaikan pernyataan tertulis, dengan syarat Dirjen pajak belum
melakukan tindakan pemeriksaan”
2) Sanksi Admistrasi akibat pembetulan SPT Tahunan
Pasal 8 ayat 2 UU KUP menyebut. Dalam hal WP membetulkan sendiri SPT
Tahunan yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar, kepadanya dikenai
sanksi admistrasi berupa bunga sebesar 2% perbulan atas jumlah pajak yang kurang
bayar, dihitung sejak saat penyampaian SPT berakhir sampai dengan tanggal
pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 bulan
3) Sanksi Admistrasi akibat pembetulan SPT Masa
Pada pasal 8 ayat 2a UU KUP menyatakan. Dalam hal WP membetulkan sendiri
SPT Masa yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar, kepadanya
dikenai sanksi admistrasi berupa bunga sebesar 2% perbulan atas jumlah pajak
yang kurang dibayar, dihutung sejak jatuh tempo pembayaran sampai dengan
tanggal pembayaran , dan bagaian dari bulan dihitung penuh 1 bulan.
2.5 SPT Elektronik
Mungkin untuk para praktisi pajak pasti semua sudah tahu apa itu e-SPT, tapi bagi orang
yang sama sekali belum pernah bersentuhan dengan pajak pasti akan bingung apa itu e-SPT.

Nah untuk membantu teman-teman yang belum pernah tahu e-SPT, maka sayan akan
mencoba menjelaskan apa itu e-SPT.

Ada yang tahu e-SPT ?

e-SPT adalah sebuah aplikasi yang dibuat oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk
digunakan oleh Wajib Pajak (WP) dalam melaporkan SPT atau Surat Pemberitahuan (agar
lebih mudah dan tidak menghabiskan banyak kertas). e-SPT adalah kependekan dari elektronik
surat pemberitahuan

3
e-SPT merupakan salah satu bentuk inovasi dari institusi Direktorat Jenderal Pajak. Karena
selama puluhan tahun pengelolaan penerimaan negara dari sektor pajak dilaporkan oleh WP
secara manual (menggunakan banyak kertas), namun hal ini dapat diminimalkan penggunaan
kertasnya melaluipenggunaan aplikasi e-SPT. Kenapa disebut meminimalkan? Karena saat
WP memberikan data SPT (berupa soft copy) hasil pengunaan aplikasi e-SPT), tetap saja WP
harus memberikan SPT berupa hard copy namun biasanya hanya diminta induknya saja.
Kapan ketentuan e-SPT ini dimulai?

Ketentuan mengenai penggunaan aplikasi e-SPT dalam pelaporan pajak dimulai seiring
terbentuknya kantor-kantor pajak modern (diantaranya Kantor Wajib Pajak Besar/LTO-Large
Tax Office dan Kantor Pelayanan Pajak Madya/MTO-Medium Tax Office). Semua WP yang
terdaftar di kantor-kantor pajak tersebut diwajibkan melaporkan semua SPT-nya (SPT Masa
& Tahunan) dalam bentuk e-SPT.

Untuk WP yang terdaftar di KPP Pratama, dalam melaporkan PPN wajib menggunakan e-
SPT (yaitu e-SPT PPN 1111). Untuk ketentuan penggunaak e-SPT PPN 1111 tersebut diatur
dalam Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-44/PJ/2010 tentang Bentuk, Isi, Dan Tata Cara
Pengisian Serta Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa
PPN), yang berlaku sejak pengisian dan pelaporan SPT Masa PPN masa pajak Januari 2011.

Dan yang masih hot di tahun 2014, yaitu penggunaan e-SPT untuk pelaporan SPT PPh
Pasal 21 (Apa PPh pasal 21? Coba searching aja ya? hehe). Dalam penggunaannya, DJP
mencanangkan PER-14/PJ/2013 tentang Bentuk, Isi, Tata Cara Pengisian dan Penyampaian
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26 serta Bentuk Bukti
Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26 yang mulai berlaku per 1 Januari
2014.

Masih banyak lagi jenis aplikasi e-SPT untuk pelaporan e-SPT, yakni e-SPT Tahunan
Badan 1771 (ada untuk Rupiah dan Dollar), e-SPT Tahunan Orang Pribadi, e-SPT PPh Pasal
4 ayat 2, e-SPT PPh Pasal 15, e-SPT PPh Pasal 22, e-SPT PPh Pasal 23, e-SPT PPN 1111 DM,
dan e-SPT PPN 1107. Ya, aplikasi ini digunakan sesuai kebutuhan kita. Namun, e-SPT yang
wajib digunakan baru hanya untuk PPN dan PPh Pasal 21. Dan mungkin nanti akan terus ada
peraturan baru untuk penggunaan aplikasi e-SPT lainnya.

Apa kelebihan menggunakan aplikasi e-SPT?


1. Penyampaian SPT dapat dilakukan secara cepat dan aman, karena lampiran dalam bentuk
media flashdisk/CD/disket.
2. Data perpajakan terorganisir dengan baik
3. Sistem aplikasi e-SPT mengorganisasikan data perpajakan perusahaan dengan baik dan
sistematis
4. Penghitungan dilakukan secara cepat dan tepat karena menggunakan sistem komputer
5. Kemudahan dalam membuat Laporan Pajak
6. Data yang disampaikan WP selalu lengkap, karena penomoran formulir dengan
menggunakan sistem komputer.

4
7. Menghindari pemborosan penggunaan kertas
8. Berkurangnya pekerjaan-pekerjaan klerikal perekaman SPT yang memakan sumber daya
yang cukup banyak

Tahukah Anda tentang e-Billing pajak? Bagaimana cara membuat e-Billing pajak?!

e-Billing Pajak
Pemerintah per tanggal 1 Januari 2016 telah mengganti sistem pembayaran pajak
dari yang sebelumnya dibuat secara manual dengan menggunakan SSP (Surat Setoran
pajak) sekarang diubah sistem pembayarannya menjadi menggunakan e-Billing.
Apa itu e-Billing? Menurut Direktorat Jenderal Pajak, e-Billing adalah sistem
pembayaran pajak elektronik dengan cara pembuatan ID Billing atau kode Billing terlebih
dahulu. Adapun beberapa manfaat dari pembuatan ID Billing, yaitu:
1. Buat ID Billing dan bayar pajak kapan saja dan dimana saja, e-Billing mempermudah
dalam melakukan pembayaran dimana saja dan kapan saja.
2. Menghindari kesalahan pencatatan transaksi, e-Billing dapat meminimalisasi kesalahan
pencatatan transaksi yang dilakukan secara manual.
3. Transaksi real time. Data transaksi yang dibuat wajib pajak langsung terekam di DJP
(Direktorat Jenderal Pajak).

Untuk dapat menggunakan layanan ini, wajib pajak diwajibkan untuk


meregistrasikan terlebih dahulu. Cara pendaftarannya pula cukup mudah, tidak perlu
meminta ke KPP (kantor pelayanan pajak), cukup mendaftarkannya sendiri di
sse.pajak.go.id.

5
Tahap pertama yang harus dilakukan setelah masuk kepada sse.pajak.go.id adalah
dengan memilih “Daftar Baru”, lalu wajib pajak akan menemui daftar-daftar yang harus
diisi seperti gambar dibawah ini:

Isi lengkap sesuai data lengkap masing-masing wajib pajak yaitu Nama, NPWP
serta email terdaftar, lalu setelah wajib pajak masuk pada tahap register, maka silakan buka
dan cek email dan lakukanlah aktivasi melalui email yang telah diterima.

Setelah mendaftarkannya barulah kita masuk kepada halaman pertama lagi dengan
memasukkan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) dan password yang telah dibuat
sebelumnya. Tata cara pendaftaran yang dilakukan dengan tahapan diatas adalah dengan
menggunakan SSE (surat setoran pajak) versi 1, namun pada versi 2 maupun versi 3 tidak
jauh berbeda.

Cara bayar pajak online adalah suatu metode pembuatan ID Billing dan bayar pajak
secara online dalam satu aplikasi terpadu yang saat ini hanya disediakan oleh penyedia jasa
aplikasi resmi DJP. Keuntungan bagi wajib pajak adalah tak perlu antri berjam-jam lagi di
bank dan KPP karena buat ID Billing, bayar pajak dan lapor pajak online dilakukan dalam
satu aplikasi terpadu dan gratis. Tahapannya adalah :
1. Daftarkan e-Billing terlebih dahulu.
2. Buat ID Billing.
3. Gunakan ID Billing untuk membayar pajak di bank dan pastikan dapatkan NTPN
(Nomor Transaksi Penerimaan Negara) untuk bukti pembayarannya.

Tahapan Yang Harus Dilakukan Dalam Bayar Pajak Online Melalui E-Billing Pajak
A. Pembuatan kode billing atau ID Billing. Untuk pembuatan ID Billing, wajib pajak dapat
memperolehnya dengan 7 cara:
1. Melalui Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) yang sudah disahkan DJP yakni online
2. Melalui SSE (Surat Setoran Pajak) versi 2 yaitu pada djponline
3. Melalui teller bank bank tertentu (BNI, Mandiri, BRI, BCA, Citibank) dan Kantor Pos
Indonesia
4. Melalui SMS ID Billing *141*500# (untuk pelanggan Telkomsel)
5. Melalui layanan ID Billing di KPP/KP3KP secara mandiri.
6
6. Melalui internet banking (hanya untuk nasabah bank tertentu)
7. Melalui kring pajak 1 500 200 (hanya untuk wajib pajak pribadi).

B. Bayar Pajak Online. Setelah membuat ID Billing, kode billing tersebut dibayarkan melalui:
1. Fitur bayar pajak online di Online Pajak (bagi nasabah BNI & CIMB NIAGA), selain
menyediakan sistem pembuatan ID Billing, wajib pajak juga bisa membayar pajak
online dalam satu aplikasi terpadu.
2. Teller bank persepsi atau Kantor Pos Indonesia.
3. ATM
4. Mini ATM (yang terdapat di seluruh KPP atau KP2KP untuk nasabah BNI, BRI dan
Mandiri)
5. Internet Banking
6. Mobile Banking
7. Agen branchless banking

Tahapan Yang Harus Dilakukan Dalam Pembuatan ID Billing Atau Kode Billing
Setelah masuk pada bagian pengisian, maka wajib pajak barulah mengisikan jenis pajak
dan jenis setoran itu mencakup pada pajak apa yang akan dibayarkan. Contoh wajib pajak
mau membayar PPh 21 angsuran bulanan, maka jenis pajak yang dipilih adalah 41121 dan
jenis setoran adalah 100 (411121-100) pastikan wajib pajak mengecek dahulu kode jenis
pajak masing-masing PPh jangan sampai salah memasukan kode jenis pajak dan setoran.

Setelah itu memilih masa pajak dan tahun pajak yang akan dibayarkan, setelah
selesai semua diisi, maka pilihlah “Simpan”. Pastikan kode billing pembayaran sudah ada
dan barulah mencetaknya. Setelah itu bawa bukti cetak tersebut ke bank untuk membayar
pajak, perhatikan juga masa berlaku dari SSE (surat setoran pajak yang sudah dibuat) di
situ akan tertera masa berlaku SSE tersebut.
Biasanya masa berlaku SSE itu sendiri 7 hari, terhitung tanggal pembuatannya, jika
sampai batas waktu yang ditentukan wajib pajak belum juga membayar pajak itu sendiri,
maka wajib pajak diharuskan untuk membuat SSE kembali dari awal dengan kode billing
yang baru pula.
Bagian dari pembuatan SSE (surat setoran pajak) di atas itu menerangkannya
dengan versi 1, wajib pajak (baik wajib pajak badan usaha maupun wajib pajak orang
pribadi) dapat melakukannya pada versi 2 maupun versi 3. Cara mendaftar dan
membuatnya banyak samanya dengan yang versi 1, namun hanya dari segi tampilannya
saja yang membedakan. Baik wajib pajak perorangan maupun wajib pajak badan usaha,
pembuatan ID Billing-nya tidak dibedakan sehingga sama saja tampilan dan cara
pendaftarannya.

7
Bayar Pajak Lebih Efektif dan Efisien
Membayar pajak kini dapat dilakukan dengan lebih mudah dan praktis. Tidak perlu
meluangkan waktu untuk mengantre dan berdesak-desakan di kantor pajak sambil
membawa berkas atau dokumen, kini dapat dilakukan di belakang meja kantor Anda.
Gunakan fasilitas ini agar Anda dapat mengefektifkan waktu Anda untuk melakukan
pekerjaan lainnya. Mengantisipasi perkembangan informasi dan teknologi, ditjend pajak
terus berusaha untuk memenuhi aspirasi Wajib Pajak dengan mempermudah tata cara
pelaporan SPT baik itu SPT Masa maupun SPT Tahunan. Setelah sukses dengan program
E-SPT nya akhirnya ditjen pajak melalui Peraturan Menteri Keuangan No.
181/PMK.03/2007, meluncurkan program yang diberi nama E-Filing. Definisi E-Filing itu
sendiri adalah suatu cara penyampaian SPT dan Penyampaian Pemberitahuan
Perpanjangan SPT Tahunan secara elektronik yang dilakukan online dan real time melalui
Penyedia Jasa Aplikasi (ASP). Ketentuan mengenai E-Filing yang ini terakhir diatur dalam
Peraturan Dirjen Pajak Nomor 47/PJ/2008 yang berlaku mulai tanggal 1 Maret 2009.
Secara garis besar, prosedur dan tata cara penyampaian SPT dengan menggunakan e-Filing
adalah sebagai berikut : Wajib Pajak yang ingin menggunakan e-Filing Wajib mengajukan
permohonan ke Kantor Pajak di mana Wajib Pajak terdaftar untuk memperoleh nomor E-
FIN ( Elektronik Filing Identification Number ). Setelah memperoleh E-FIN, Wajib Pajak
mendaftar ke salah satu perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) yang telah ditunjuk oleh
Ditjen Pajak. Proses selanjutnya adalah proses rutin setiap kali Wajib Pajak ingin
menyampaikan SPT, antara lain ; Wajib Pajak menginput data-data transaksi perpajakan
dalam ESPT yang sudah terinstal di komputer Wajib Pajak. Mengupload output/ hasil dari
E-SPT tersebut berupa file CSV ke Penyedia Jasa Aplikasi (ASP); Setelah semua berjalan
lancar, maka Wajib Pajak akan mendapat tanda terima/ bukti peneriman SPT. Dengan
menggunakan e-filing maka dalam menyampaikan SPT ataupun permohonan
perpanjangan SPT Tahunan maka Anda hanya duduk manis di depan komputer dan tidak
perlu lagi datang ke Kantor Pajak untuk menyampaikan hardcopy SPT termasuk induk SPT
dan SSP nya, kecuali memang ada berkas atau dokumen yang memang tidak bisa
disampaikan secara elektronik. Anda juga tidak perlu khawatir tentang teknis pengisian
ESPT/ E-FIling karena ada Tim Support dari Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) yang akan
membantu Anda 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu. Walaupun demikian, Anda juga
harus mempertimbangkan untung-ruginya seandanya menggunakan e-filing, karena Anda
juga diharuskan membayar ke Penyedia Jasa Aplikasi (ASP)

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
SPT adalah surat yang oleh WP digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau
pembayarn pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban
sesuai dengan ketentuan Undang-undang perpajakan
SPT Terdiri dari :
1. SPT Tahunan PPh
2. SPT Masa meliputu ;
a. SPT Masa PPh
b. SPT Masa PPN
c. SPT masa Pemugut PPN
SPT Tersebut berbentuk Formulir kertas, adapun e-SPT merupakan SPT WP
berbentuk elektronik yang dibuat untk WP dengan menggunakan aplikasi e-SPT yang
disediakan oleh DJP. Aplikasi e-SPT adalah aplikasi yang dibuat oleh Direktorat Jenderal
Pajak (DJP) untuk digunakan oleh Wajib Pajak (WP) dalam melaporkan SPT nya (agar
lebih mudah dan tidak menghabiskan banyak kertas/paperless)
Ya, aplikasi e-SPT merupakan salah satu bentuk inovasi (boleh dibilang revolusi) dari
institusi Direktorat Jenderal Pajak. Kenapa dikatakan sebagai inovasi/revolusi? Karena
setelah puluhan tahun mengelola penerimaan negara dari sektor pajak dengan pelaporan
oleh WP secara manual (menggunakan banyak kertas), kini hal itu tidak ada lagi.
Kapan ketentuan e-SPT ini dimulai?
Ketentuan mengenai penggunaan aplikasi e-SPT dalam pelaporan pajak dimulai
seiring terbentuknya kantor-kantor pajak modern (diantaranya Kantor Wajib Pajak
Besar/LTO--Large Tax Office dan Kantor Pelayanan Pajak Madya/MTO--Medium Tax
Office). Semua WP yang terdaftar di kantor-kantor pajak tersebut diwajibkan melaporkan
semua SPT-nya (SPT Masa & Tahunan) dalam bentuk e-SPT.
Untuk WP yang terdaftar di KPP Pratama wajib menggunakan e-SPT (yaitu e-SPT
PPN 1111) ketika transaksi/faktur keluaran maupun masukan telah mencapai lebih dari 25
transaksi dalam satu bulan. Bila jumlah itu tercapai maka WP wajib menggunakan aplikasi
e-SPT dalam melaporkan SPT PPN

You might also like