Professional Documents
Culture Documents
NIM : J1A117085
KELOMPOK/SIFT : 2/SIFT 1
LANDASAN TEORI
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Di era globalisasi ini, kemajuan teknologi mengalami perkembangan yang sangat
pesat, antara lain ditemukannya bahan kimia yang bermanfaat dan sangat penting. Dalam
kehidupan kita sehari-hari, makanan minuman, sampai ke produk kosmetik yang kita pakai
pun sebagian besar berasal dari produk kimia. Oleh karena itu, kita harus mengenal bahan-
bahan kimia dan alat-alat untuk menggunakannya didalam laboratorium.
Di dalam laboratorium dapat ditemukan berbagai macam alat yang terbuat dari kaca,
pelastik, karet, logam dan lain-lain. Peralatan tersebut ada yang berfungsi sebagai wadah dan
pengukuran volume. Wadah dan pengukuran volume ada yang ditera dengan teliti, seperti
alat ukur pipet volumetrik, pipet mohr, labu takar dan buret serta ada yang tidak perlu ditera
dengan teliti. Pengukuran dengan alat-alat tersebut akan mempengaruhi hasil praktikum
secara kuantitatif.
Selain itu kebersihan dari alat dapat mempengaruhi hasil praktikum. Apabila alat yang
akan digunakan tersebut tidak bersih, maka akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,
misalnya pada alat tersebut masih tersisa zat kimia, maka zat tersebut dapat saja bereaksi
dengan zat yang kita gunakan sesudahnya dan dapat mengakibatkan kegagalan dalam
praktikum. Tentunya mengenal dan memahami alat laboratorium sangatlah penting bagi
praktikan agar praktikum berjalan lancar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam sebuah praktikum, praktikan diwajibkan mengenal dan memahami cara kerja
serta fungsi dan alat-alat di laboratorium. Selain untuk menghindari kecelakaan dan bahaya,
dengan memahami cara kerja dan fungsi dari masing-masing alat, praktikan dapat
melaksanakan praktikum dengan sempurna (Walton, 1998).
Alat-alat laboratorium yang digunakan dalam percobaan bermacam-macam
diantaranya alat pemanas yang terdiri dari pembakar gas, kaki tiga, segitiga perselin, kasa,
gegep, pemanas air, alat-alat perselin (cawan porselin dan pinggan porselin). Selain itu juga
digunakan alat-alat gelas. Sebelum digunakan alat-alat gelas harus diperiksa dan kemudian
dibersihkan. Alat-alat gelas diantaranya gelas wadah, sedangkan untuk mereaksikan zat
digunakan gelas ukur, labu ukur (labu takar), pipet ukur (pipet gondok dan pipet mohr), dan
buret. Sedangkan alat-alat lain seperti, pengaduk gelas, erlenmeyer, corong, semprot, kertas
saring, timbangan dan lain-lain. Alat-alat gelas ini juga memiliki kegunaan dan fungsi
masing-masing yang berguna untuk memudahkan praktikan dalam melaksanakan praktikum
(Subroto, 2000 : 110).
Sebelum melakukan praktikum, hendaknya praktikan memeriksa alat-alat yang akan
digunakan. Untuk alat-alat gelas dalam penggunaannya memerlukan ketelitian dan kehati-
hatian, misalnya praktikan memeriksa alat tersebut apa ada yang cacat atau rusak. Untuk
memindahkan zat-zat kimia yang berwujud cair kita sering menghadapi suatu kesulitan yang
mungkin disebabkan oleh tekanan biasa yang mempengaruhi dalam menentukan volume
cairan itu dengan tepat. Maka dari itu dapat digunakan pipet dan buret yang gunanya untuk
memindahkan volume cairan (Arifin, 1996 : 9).
Analisis tidak boleh dilakukan dengan alat kaca yang tidak bersih. Alat kaca yang
tampaknya bersih belum tentu bersih dari sudut pandang seorang analisis. Permukaan yang
tampaknya tak ada kotoran sering masih tercemari oleh lapisan tipis, tak tampak yang
berminyak. Bila air dituangkan dari dalam suatu wadah yang tercemar, air tidak terbuang
secara seragam dari permukaan kaca, tetapi menyisakan tetesan yang kecil, yang merepotkan
atau kadang-kadang mustahil dipulihkan. Alat kaca yang bisa dimasuki sikat seperti bekker
dan erlenmeyer paling baik dibersihkan dengan sabun atau detergen sintetik. Pipet, buret,
atau labu volumetri mungkin memerlukan larutan detergen panas untuk bisa benar-benar
bersih. Jika permukaan kaca itu masih membuang airnya secara seragam, mungkin perlu
digunakan larutan pembersih, yang sifat oksidasi kuatnya dapat memastikan kebersihan
permukaan kaca keseluruhan. Setelah dibersihkan, alat itu hendaknya dibilas beberapa kali
dengan air kran, kemudian dengan sedikit air suling, dan akhirnya mongering sendiri. (Day
dan Underwood, 1999 : 577-578).
Dalam pengukuran harus diperhatikan dua hal yaitu kesalahan pengkuran dengan alat
ukur terutama jenis ukur, misalnya mengukur massa zat dalam satuan gram sedangkan
timbangan analitis sampai miligram. Jika sejumlah zat ditimbang dengan kedua timbangan
maka didalam jumlah angka yang berbeda. Jumlah digit dari pengukuran yang menyangkut
masalah kecermatan dan ketelitian (Syukri, 1994 : 4).
Kebenaran hipotesis dapat diketahui setelah diuji dengan percobaan di laboratorium.
Data yang diperoleh mungkin sesuai dengan hipotesis, tetapi mungkin juga tidak. Jika tidak,
berarti kesalahan mungkin saja terjadi pada percobaan atau hipotesisnya yang keliru. Ada
hipotesis, seperti yang dirumuskan Einstein, belum dapat diuji kebenarannya sampai saat ini,
karena keterbatasan alat dan kemampuan manusia. Suatu penelitian memerlukan dana, tenaga
dan waktu yang banyak, maka kesalahan hipotesis akan mengakibatkan percobaan yang
dilakukan sia-sia. Oleh karena itu penanganannya harus sesuai dengan petunjuk. Demikian
juga dengan pemakaian alat laboratorium yang sebagian terbuat dari gelas yang mudah pecah
(Syukri, 1999 : 3).
BAB III
2. Pengertian alat
1. Gelas kimia
Gelas tinggi berdiameter besar dengan skala sepanjang dindingnya, terbuat dari kaca
borosilikat yang tahan panas, berfungsi untuk mengukur volume larutan yang tidak
memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi, menampung zat kimia, memanaskan cairan dan
media pemanasan cairan. Cara menggunakannya yaitu dibersihkan, dikalibrasi, lalu
dikeringkan dengan lap. Simpan larutan didalamnya.
2. Erlenmeyer
Berupa gelas yang diameternya semakin ke atas semakin kecil dengan skala
sepanjang dindingnya, berfungsi untuk menyimpan dan memanaskan cara menggunakannya
yaitu dibersihkan, dikalibrasi, lalu dikeringkan dengan lap. Kemudian suatu larutan
dimasukkan lalu dititrasi, kemudian digoyangkan memutar labu erlenmeyernya larutan,
menampung filtrate hasil penyaringan, dan menampung titran ( larutan yang dititrasi) pada
proses filtrasi.
3. Labu ukur
Labu dengan leher yang panjang dan bertutup, terbuat dari kaca dan tidak boleh
terkena panas karena dapat memuai berfungsi untuk membuat larutan dengan konsentrasi
tertentu dan mengencerkan larutan. Cara menggunakannya yaitu dibersihkan, dikalibrasi, lalu
dibersihkan dengan kain lap. Kemudian dimasukkan larutan yang akan diencerkan atau
masukkan zat dengan bantuan kertas isap, agar zat tidak menempel pada dinding diatas batas
atas. Lalu dimasukkan aquadest untuk melarutkannya. Lalu paskan dengan batas bawah.
Tutup lalu homogenkan.
4. Petridish
Tempat untuk membiakkan mikroba
5. Gelas ukur
Berupa gelas tinggi dengan skala disepanjang dindingnya, terbuat dari kaca atau
plastik yang tidak tahan panas, berfungsi untuk mengukur volume larutan tidak
memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi dalam jumlah tertentu.
6. Kaca arloji
Terbuat dari kaca bening dan memiliki berbagai ukuran berfungsi sebagai penutup
gelas kimia saat memanaskan sampel, tempat saat menimbang bahan kimia, dan tempat untuk
mengeringkan padatan dalam desikator. Cara menggunakannya yaitu dibersihkan terlebih
dahulu dengan tissue atau lap, kemudian letakkan di atas gelas kimia jika akan digunakan
sebagai tutup gelas kimia, atau letakkan bahan kimia yang akan ditimbang di atas kaca arloji
tersebut.
7. Tabung reaksi
Berupa tabung yang terkadang dilengkapi tutup, terbuat dari kaca borosilikat tahan
panas, berfungsi sebagai tempat untuk mereaksikan bahan kimia dan untuk melakukan reaksi
kimia dalam skala kecil. Cara menggunakannya yaitu dibersihkan terlebih dahulu lalu
dikalibrasi dengan aqua dm setelah itu lap dengan lap atau kertas isap. Kemudian sampel
yang akan direaksikan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
8. Cawan
Terbuat dari porselen, berfungsi untuk mrnguapkan larutan.masukkan bahan atau
larutan yang akan diuapkan di atas cawan. Setelah itu panaskan atau uapkan ke dalam oven
9. Mortar dan Pastle
Terbuat dari kaca, porselen, atau batu granit berfungsi untuk menghancurkan dan
mencampurkan padatan. Cara menggunakannya yaitu masukkan bahan kimia berupa padatan
ke dalam lumpang (Mortar) dan gerus hingga halus menggunakan alu (Pastle).
10. Krush
Terbuat dari persolen dan bersifat inert, digunakan untuk memanaskan logam.
11. Pipet tetes
Untuk meneteskan atau mengambil larutan dengan jumlah kecil
12. Pipet volum
Untuk mengukur volume larutan
13. Pipet gondok
Alat untuk mengambil cairan dalam jumlah tertentu maupun takaran bebas,
berfungsi untuk mengambil cairan dalam jumlah tertentu secara tepat (pipet seukuran),
mengukur dan memindahkan larutan dengan volume tertentu secara tepat (pipet berukuran),
dan untuk mengambil cairan dalam skala kecil (pipet tetes). Cara menggunakannya yaitu
larutan dimasukkan kedalam gelas ukur. Sesuaikan dengan volume yang diperlukan. Baca
ketepatan volume dengan melihat meniscus ke bawah.
14. Batang pengaduk
Terbuat dari kaca tahan panas berfungsi utnuk mengaduk cairan kimia dalam gelas
kimia. Aduk larutan yang ada di dalam gelas kimia dengan batang pengaduk, lalu amati.
15. Sudip/Spatula
Berupa sendok panjang dengan ujung atasnya datar, terbuat daristainless steel atau
alumunium berfungsi untuk mengambil bahan kimia yang berbentuk padatan dan dipakai
untuk mengaduk larutan. Ambil bahan atau zat yang berupa padatan dengan spatula,
kemudian letakkan di tempat menyimpan bahan seperti kaca arloji.
16. Corong pisah
Terbuat dari plastik atau kaca tahan panas dan memiliki bentuk seperti gelas
bertangkai, terdiri dari corong dengan tangkai panjang dan pendek berfungsi untuk
memisahkan dua larutan yang tidak bercampur karena adanya perbedaan massa jenis. Corong
pisah biasa digunakan pada proses ekstraksi.
17.desikator
Untuk menyimpan bahan-bahan yang harus bebas air dan mengeringkan zat-zat dalam
laboratorium. Dikenal dua jenis desikator yaitu desikator biasa dan desikator vakum.
18. Buret
Berupa tabung kaca bergaris dan memiliki kran diujungnya, berfungsi untuk
mengeluarkan larutan dengan volume tertentu, biasanya digunakan untuk titrasi. Cara
menggunakannya yaitu dibersihkan, dikalibrasi, lalu dikeringkan dengan batang pengaduk
yang ditutupi dengan kertas isap. Periksa keadaan kerannya dan tetesannya apakah bocor atau
tidak. Lalu dikalibrasi dengan larutan yang akan dimasukkan ke dalam buret, periksa apakah
ada gelembung atau tidak. Buka keran perlahan untuk mengeluarkan larutannya.
19. Corong
Digunakan untuk memasukan atau memidahkan larutan penyaringan setelah
diberikertas saring
20. Rak tabung reaksi
Rak tabung reaksi terbuat dari kayu dengan lubang – lubang seukuran tabung reaksi
berfungsi sebagai tempat meletakkan tabung reaksi. Cara menggunakannya yaitu letakkan
tabung reaksi kedalam lubang – lubang yang ada dalam rak tabung reaksi.
21. Penjepit tabung reaksi
Untuk menjepit tabung reaksi.
22. Statif dan klem
Sebagai penjepit, misalnya:
1. Untuk menjepit soklet pada proses ekstraksi
2. Menjepit buret dalam proses titrasi
3. Untuk menjepit kondensor pada proses destilasi
23. Sikat tabung reaksi
Untuk membersihkan tabung reaksi setelah digunakan untuk praktikum.
24. Segitiga
Untuk menahan wadah, misalnya krus pada saat pemanasan ataau corong pada waktu
penyaringan.
25. Bola hisap
Untuk menghisap larutan yang akan dipindahkan dari botol larutan
26. Lampu spritus
Untuk memanaskan larutan dan dapat pula digunakan untuk sterilisasi dalam proses
suatu proses.
27. Bunsen
Untuk memanaskan larutan,dan dapat juga digunakan untuk sterillisasi dalam suatu
proses.
28. Kaki tiga
Besi penyangga ring berfungsi untuk menahan kawat kasa dalam pemanasan. Cara
menggunakannya yaitu diletakkan di antara bunsen dan kawat kasa.
29. Botol semprot
Tempat meletakkan aquades
30. Kawat kasa
Kawat yang dilapisi dengan asbes berfungsi sebagai alas dalam penyebaran panas
yang berasal dari suatu pembatas. Letakkan kawat kasa di atas bunsen dengan disangga kaki
tiga. Lalu diletakkan alat gelas yang terdapat larutan yang akan dipanaskan
31. Klem utilitas
Untuk menjepit alat alat gelas seperti,erlenmeyer,gelas piala,dll.
32. Oven
Untuk mengeringkan alat-alat sebelum digunakan dan digunakan untuk mengeringkan
bahan yang dalam keadaan basah.
33. Tanur
Digunakan sebagai pemanas pada suhu tinggi, sekitar 1000 °c.
34. Hot plate
Untuk memanaskan larutan. Biasanya untuk larutan yang mudah terbakar.
35. Timbangan analitis
Untuk menimbang zat.
1. Kertas lakmus
2. Spiritus
3. NA2SO4 (Natrium Sulfida)
4. Kertas saring
5. Aquades
b. Alat-alat
1. Corong
2. Labu ukur
3. Gelas beker
4. Tabung reaksi
5. Gelas ukur
6. Batang pengaduk
7. Buret
8. Batang statis dan dilengkapi dengan lengan
9. Kawat kasa
10. Bunsen
11. Penjepit
12. Botol semprot
13. Pipet tetes
14. Rak tabung reaksi
PROSEDUR KERJA
c. Kesimpulan
1. Setelah melakukan praktikum praktikan dapat mengetahui nama-nama dan fungsi
alat-alat laboratorium.
2. Setiap jenis zat kimia memiliki sifat-sifat yang berbeda, misalnya asam yang bersifat
korosif tehadap benda di sekitarnya, selain itu zat kimia memiliki fungsi yang sama.
3. Setelah melakukan praktikum praktikan dapat mengetahui cara penggunaan beberapa
alat laboratorium, alat laboratorium memiliki fungsi dan cara penggunaan yang
berbeda.
d. Saran
Sebaiknya praktikan datang tepat waktu agar tidak tertinggal materi.
Selain itu juga diharapkan agar praktikan dapat lebih tertib ketika praktikum
berlangsung agar apa yang dijelaskan oleh Asisten dosen dapat dimengerti
dengan baik.
Dan juga dalam penggunaan alat pada saat melakukan praktikum di
Laboratorium haruslah berhati-hati karena akan berakibat fatal jika kita
menggunakan sembarang alat tanpa mengetahui nama alat, prinsip kerja alat
dan fungsi alat. Kita harus mengenal nama alat, prinsip kerja alat, dan fungsi
masing-masing alat. Agar pada saat praktikum, praktikan melakukan dengan
baik dan benar tanpa melakukan kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Brady, James E. 1994. “Kimia Universitas Edisi Kelima”. Jilid Pertama. Penerbit
Erlangga: Jakarta.
Day, R.A. Jr and, A. L. Underwood. 1998. “Analisis Kimia Kualitatif”. Edisi Kelima.
Penerbit Erlangga. Jakarta.