You are on page 1of 10

Sejarah Kebangkitan Nasional

Halo Sobat Seratus,

Perkembangan teknologi dunia yang melesat akibat Revolusi Industri abad 18 sedikit banyak
mempengaruhi budaya yang ada di dunia saat itu. Penggantian tenaga kerja manusia dengan
mesin-mesin industri besar, menyebabkan PHK dimana-mana. Namun demikian, dunia kerja
saat itu tetap membutuhkan pekerja manusia. Bukan lagi sebagai pekerja yang menggunakan
tenaga kasar, akan tetapi diperlukanlah tenaga-tenaga terdidik yang berfungsi sebagai
operator mesin industri.

Pengaruh ini tidak hanya dirasakan di Inggris, tetapi juga oleh Belanda terutama di Indonesia.

Pengaruh yang pertama dari revolusi industri di Indonesia adalah diberlakukannya tanam
paksa. Hal ini karena industri-industri di Eropa memerlukan bahan baku yang lebih banyak
akibat digantinya tenaga buruh dengan mesin Industri. Karenanya dengan diberlakukannya
tanam paksa, maka akan meningkatkan kas Belanda dari hasil penjualan ekspor tanaman
Industri yang ditanam oleh rakyat Indonesia.

Tanam paksa yang dilakukan oleh Pemerintah Belanda di Indonesia menyebabkan


kesengsaraan yang sangat berat bagi rakyat Indonesia. Tentu hal ini mengakibatkan
menurunnya angka kualitas hidup sebagian besar masyarakat Indonesia. Selain itu juga
menyebabkan munculnya bahaya kemiskinan, stress yang berkepanjangan dan wabah
penyakit.

Meluasnya wabah penyakit di sejumlah daerah di Indonesia terutama pada pekerja-pekerja


rodi, menyebabkan kekhawatiran pemerintah Belanda terhadap turunnya produktivitas para
pekerja rodi tersebut. Sementara dokter-dokter yang mampu sebagai pelayan kesehatan para
pekerja tersebut masih sangat kurang. Untuk memenuhi kebutuhan ini maka pada tahun 1849
didirikanlah semacam kursus juru kesehatan untuk anak-anak pribumi di Military Hospital
(sekarang RSPAD Gatot Subroto) di daerah Gambir.
Empat tahun kemudian kursusan ini ditingkatkan kualitasnya menjadi Sekolah Dokter Djawa
dimana lulusannya berhak bergelar sebagai Dokter Djawa. Perbaikan kurikulum yang terus
menerus membawa Sekolah Dokter Djawa diubah menjadi School tot Opleiding van
Inlandsche Artsen (STOVIA) pada 1889.

Tidak hanya STOVIA saja yang didirikan oleh Pemerintah Kolonial, selain itu mereka juga
mendirikan berbagai macam sekolah sebagai ‘Politik Balas Budi’. Walaupun demikian, hal
ini tidak sepenuhnya balas budi melainkan sebagai pemenuhan kebutuhan akan pekerja
terdidik yang dibayar murah. Maka dimana-mana didirikan sekolah oleh Belanda dengan
harapan lahirnya generasi pekerja terdidik yang dibayar murah.

Namun harapan Belanda tidak sepenuhnya tercapai. Hasil dari politik etis ini justru
melahirkan generasi terdidik yang berempati dengan kondisi bangsanya seperti : RA Kartini,
Dewi Sartika, HOS Tjokroaminoto, Agus Salim, Soetomo, Soewardi Soerjaningrat, Dr Tjipto
Mangunkusumo dan lain-lain.

Penderitaan rakyat yang sangat berat dan pendidikan yang mereka peroleh telah membukakan
mata para pendahulu kita tersebut untuk bangkit memperbaiki nasib bangsa dan bisa mandiri
mengatur negara sendiri. Tujuan pergerakan para pejuang bangsa ini, bermuara pada satu
kata. MERDEKA!

Yang membedakan perlawanan para pejuang di awal abad 20 jika dibanding dengan
pergerakan sebelumnya adalah bahwa perjuangan yang sekarang lebih terorganisasi dengan
baik dan memiliki visi dan misi yang terkonsep secara jelas yaitu INDONESIA MERDEKA.

Karenanya pada tanggal 20 Mei 1908, beranjak dari keprihatinan kaum terdidik di STOVIA
terhadap penderitaan rakyat Indonesia, maka didirikanlah sebuah organisasi yang diberi nama
Boedi Oetomo.

Organisasi yang hari lahirnya di jadikan sebagai Hari Kebangkitan Nasional ini memang
hanya diperuntukkan bagi priyayi Jawa saja. Namun demikian organisasi yang didirikan oleh
dokter Soetomo ini telah memberikan inspirasi bagi lahirnya organisasi-organisasi yang
memperjuangkan INDONESIA MERDEKA lainnya.

Tidak lama setelah Boedi Oetomo didirikan di STOVIA, para pelajar Indonesia di Belanda
mendirikan Indische Vereeniging (Perhimpunan Hindia) oleh Sutan Kasayangan Soripada.
Organisasi Pelajar inilah yang 20 tahun kemudian berperan penting dalam pelaksanaan
Kongress Pemuda II yang melahirkan Sumpah Pemuda.

Organisasi lain yang berdiri adalah Sarekat Dagang Islam pada tanggal 16 Oktober 1905 oleh
H Samanhudi di Surakarta. Merupakan organisasi pedagang batik Laweyan Solo yang
menentang politik Belanda yang mengizinkan masuknya pedagang asing untuk menguasai
ekonomi rakyat pada masa itu. Pada tahun 1912 atas prakarsa ketuanya yang baru, yaitu HOS
Tjokroaminoto nama Sarekat Dagang Islam diganti menjadi Sarekat Islam saja.

Sementara partai politik yang didirikan pertama kali oleh anak bangsa Indonesia adalah
Indishche Partij oleh Tjipto Mangunkusumo, Douwes Dekker dan Soewardi Soerjaningrat
pada 25 Desember 1912. Tentu saja ini bagi pemerintah kolonial partai merupakan organisasi
terlarang karena secara frontal menuntut kemerdekaan Indonesia.

Tentu yang tidak boleh kita lupakan adalah peran serta lembaga-lembaga pendidikan yang
didirikan oleh RA Kartini, Dewi Sartika dan Taman Siswanya Ki Hajar Dewantara. Semua itu
juga memberikan sumbangan besar bagi bangkitnya Bangsa Indonesia untuk merdeka.

Setiap zaman ada tokohnya. Tentu visi INDONESIA MERDEKA tidak tepat kita pakai
sekarang karena tantangannya sudah berbeda. Akan tetapi kiprah para pendahulu merupakan
inspirasi yang tidak pernah kering untuk dijadikan teladan.

KEBANGKITAN NASIONAL PADA TAHUN 1908 nurul fanny hanifah/e/s I. Pemerintahan


Menjelang akhir abad ke-19 kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda hampir meliputi seluruh
Indonesia. Kalau kita telusuri maka pemusatan kekuasaan Hindia Belanda dimulai pada
kurang lebih awal abad ke-18, yaitu ketika terjadi perpindahan tangan kekuasaan dari tangan
VOC ke pemerintah Hindia Belanda. (Bambang, sejarah kebangkitan nasional.1977;9) Dalam
masa akhir abad ke-19 ini pengaruh Eropa terutama sekali pengaruh bangsa Belanda tidak
saja terbatas di pulau Jawa, tetapi sudah tersebar keseluruh kepulauan Nusantara. Bahkan
tidak hanya di kota kota, tapi sudah sampai ke pelosok pelosok (Bambang, sejarah
kebangkitan nasional.1977;9) Kebangkitan nasional adalah masa di mana bangkitnya rasa
dan semangat persatuan, kesatuan dan nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia yang sebelumnya tidak pernah muncul selama masa penjajahan.
Dalam masa ini muncul sekelompok masyarakat Indonesia yang menginginkan adanya
perubahan karena penindasan dan penjajahan. Kebangkitan nasional Indonesia ditandai
dengan berdirinya organisasi Budi Utomo. Tanggal 20 Mei 1908 adalah hari lahirnya
organisasi sosial pertama di Indonesia, Budi Utomo. Tanggal kelahiran Budi Utomo dianggap
sebagai mulainya kebangkitan nasional karena menggunakan strategi perjuangan yang baru
dan berbeda dengan perjuangan sebelumnya. Tokoh-tokoh sejarah kebangkitan nasional,
antara lain: Gunawan, Sutomo, dr. Tjipto Mangunkusumo, dr. Douwes Dekker, Suwardi
Suryoningrat (Ki Hajar Dewantara), dan lain-lain. Perjuangan sebelumnya ada kelemahannya
karena: Perlawanan secara sporadis dan tidak serentak. Perlawanan dipimpin oleh pimpinan
karismatik sehingga tidak ada yang melanjutkan. Sebelum masa 1908 perlawanan
menggunakan kekerasan senjata. Para pejuang di adu domba oleh penjajah. Perjuangan
bangsa Indonesia setelah tahun 1908: Perjuangan dilakukan dengan menggunakan organisasi,
bukan menggunakan kekerasan. Para pemimpin berasal dari kaum intelektual, bukan raja atau
sultan. Rasa persatuan dan kebangsaan sudah mulai tumbuh. Perjuangan tidak bersifat
kedaerahan lagi. Keberadaan Budi Utomo tidak bisa dilepaskan dengan adanya politik etis
dari pemerintah kolonial Belanda. Program Tanam Paksa (Cultuur Stelsel) mampu mengatasi
kekosongan kas Belanda. Orang Indonesia berjasa dalam pemulihan perekonomian negeri
Belanda. Van Deventer berpendapat jika kebaikan budi harus dibayarkan kembali derngan
peningkatan kesejahteraan rakyat. Salah satu dari balas budi tersebut melalui edukasi atau
pendidikan. Pemerintah Belanda membuat program politik etis khususnya dalam bidang
edukasi. Adanya politik etis dalam bidang edukasi bermunculan kaum intelektual pribumi.
Kaum intelektual inilah yang menjadikan adanya pembaharuan dalam mewujudkan cita-cita
kebangsaan yang direalisasikan melalui bentuk pergerakan modern yang disebut sebagai
pergerakan nasional. II. Budi Utomo Dalam penerapan politik etis terkandung di dalamnya
usaha memajukan pengajaran dan pendidikan bagi generasi muda di Indonesia. Salah satu
kendala dalam memajukan bidang pendidikan karena terbatasnya anggaran dana. Hal ini
menimbulkan keprihatinan bagi dr.Wahidin Sudirohusodo sehingga melakukan kegiatan
menghimpun dana dengan melakukan propaganda berkeliling di Jawa tahun 1906. dr.
Wahidin Sudirohusodo (1857-1917) merupakan pembangkit semangat organisasi Budi
Utomo. Sebagai lulusan sekolah dokter Jawa di Weltvreden (sesudah tahun 1900 dinamakan
STOVIA), ia merupakan salah satu tokoh intelektual yang berusaha memperjuangkan nasib
bangsanya. Pada tahun 1901 dr. Wahidin Sudirohusodo menjadi direktur majalah
Retnodhoemilah (Ratna yang berkilauan) yang diterbitkan dalam bahasa Jawa dan Melayu,
yang dikhususkan untuk kalangan priyayi. Hal ini mencerminkan perhatian seorang priyayi
terhadap masalah-masalah dan status golongan priyayi itu sendiri. Ia juga berusaha
memperbaiki masyarakat Jawa melalui pendidikan Barat. Ia juga berusaha memperbaiki
masyarakat Jawa melalui pendidikan barat. Beliau menghimpun beasiswa agar dapat
memberikan pendidikan modern atau barat kepada golongan priyayi Jawa dengan mendirikan
Studie Fonds atau Yayasan Beasiswa. Ide dr. Wahidin Sudirohusodo selanjutnya menarik
perhatian seorang mahasiswa School tot Opleiding voor Inlandsche Arsten (STOVIA)
bernama Sutomo. Akhirnya Sutomo mendirikan sebuah organisasi yang bernama Budi
Utomo. Budi Utomo merupakan organisasi modern pertama kali di Indonesia yang didirikan
pada tanggal 20 Mei 1908. Corak baru yang diperkenalkan Budi Utomo adalah kesadaran
lokal yang diformulasikan dalam wadah organisasi modern dalam arti bahwa organisasi ini
mempunyai pemimpin, ideologi yang jelas, dan anggota. Namun tidak semua golongan
priyayi mendukung berdirinya Budi Utomo tersebut. Hal ini disebabkan kaum priyayi
birokrasi dari golongan ningrat atau aristikrat mengadakan reaksi jika gerakan tersebut
mengancam kedudukan kaum aristokrasi yang menginginkan situasi status quo, yaitu
keadaan yang dapat menjamin kepentingan mereka. Gerakan kaum terpelajar tersebut akan
membawa perubahan dalam struktur sosial sehingga kaum intelektual akan mengurangi ruang
lingkup kekuasaan elite birokrasi. Meskipun kaum intelektual pada masa awal pergerakan
nasional didominasi kaum priyayi, namun Budi Utomo dapatmembahayakan kedudukan
kaum feodal konservatif terkait status sosialnya. Program utama dari Budi Utomo adalah
mengusahakan perbaikan pendidikan dan pengajaran. Programnya lebih bersifat sosial
disebabkan saat itu belum dimungkinkan didirikannya organisasi politik karena adanya aturan
yang ketat dari pihak pemerintah Hindia Belanda. Disamping itu, pemerintah Hindia Belanda
sedang melaksanakan program edukasi dari politik ethis sehingga terdapat kesesuaian kedua
program. Budi Utomo merupakan organisasi pelajar dengan para pelajar STOVIA sebagai
intinya dengan gerakan awal jangkauannya hanya terbatas pada Jawa dan Madura. Jangkauan
wilayah yang terbatas ini, menjadikan Budi Utomo dianggap sebagai organisasi yang bersifat
kedaerahan, karena salah satu programnya berbunyi " de harmonische ontwikkeling van land
en volk van Jawa en Madura" (kemajuan yang harmonis bagi nusa Jawa dan Madura).
Dengan demikian, mencerminkan kesatuan administrasi kedua pulau tersebut yang mencakup
juga masyarakat Sunda yang kebudayaannya mempunyai kaitan dengan Jawa meski yang
dipakai sebagai bahasa resmi organisasi adalah bahasa Melayu. Budi Utomo tidak langsung
terjun dalam lapangan politik praktis karena dalaam rangka strategi dan menyesuaikan
dengan situasi dan kondisi pada waktu itu sehingga Budi Utomo lebih berorientasi kultural.
Pada tanggal 5 Oktober 1908, Budi Utomo mengadakan konggresnya yang pertama di
Yogyakarta. Konggres ini berhasil menetapkan tujuan organisasi yaitu ; Kemajuan yang
harmonis antara bangsa dan negara, terutama dalam memajukan pengajaran, pertanian,
peternakan dan dagang, tehnik, industri serta kebudayaan. Sebagai ketua Pengurus Besar
yang pertama terpilih R.T Tirtokusumo, Bupati Karanganyar sedangkan anggota-anggota
Pengurus Besar pada umumnya pegawai pemerintahan atau mantan pegawai pemerintahan
dengan pusat organisasi berada di Yogyakarta. Pengurus hasil konggres ini merupakan dewan
pimpinan yang didominasi oleh para pejabat generasi tua yang mendukung pendidikan yang
semakin luas dikalangan priyayi dan mendorong pengusaha Jawa. Setelah cita-cita Budi
Utomo mendapat dukungan semakin luas dikalangan cendekiawan Jawa maka para pelajar
tersebut memberi kesempatan kepada golongan tua untuk memegang peranan yang lebih
besar bagi gerakan ini. Ini dibuktikan dengan terpilihnya golongan tua sebagai pengurus
dalam konggres Budi Utomo I di Yogyakarta. Ketua terpilih R.T Tirtokusumo, sebagai
seorang bupati lebih memperhatikan reaksi dari pemerintah kolonial Belanda dibanding
reaksi dari warga pribumi. Sebelumnya terjadi persaingan daalam konggres itu, disebabkan
terdapat kelompok minoritas yang dipimpin dr.Cipto Mangunkusumo yang berusaha
memperjuangan Budi Utomo berubah menjadi partai politik yang berjuang untuk mengangkat
rakyast pada umumnya tidak terbatas hanya golongan priyayi dan kegiatannya meliputi
seluruh Indonesiaa, tidak hanya Jawa dan Madura saja. Namun, pandangan dr. Cipto
Mangunkusumo gagal mendapat dukungan bahkan pada tahun 1909, beliau mengundurkan
diri dari Budi Utomo dan kemudian bergabung dengan Indische Partij. Asas dan tujuan Budi
Utomo adalah menyadarkan kedudukan Bangsa Jawa, Sunda, dan Madura pada diri sendiri
dan berusaha mempertinggi akan kemajuan mata pencaharian serta penghidupan Bangsa
disertai dengan jalan memperdalam keseniaan dan kebudayaan. Selain tujuannya yang lain
adalah menjamin kehidupan sebagai Bangsa yang terhormat dengan menitik beratkan pada
soal pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan atau secara samar-samar menyebutkan
kemajuan bagi Bangsa Hindia dimana jangkuan geraknya terbatas pada Jawa dan Madura
serta baru meluas untuk penduduk Hindia seluruhnya dengan tidak memperhatikan perbedaan
keturunan, kelamin, dan agama. Jika dicermati dari pernyataan tersebut, maka secara tersirat
nampak pada Budi Utomo yakni kehormatan Bangsa. Bangsa yang terhormat adalah Bangsa
yang memiliki derajat yang sama dengan Bangsa lain. Karena Bangsa Indonesia pada waktu
itu tidak terhormat karena dijajah Belanda. Pada tahun 1928 Budi Utomo menambahkan
suatu asas perjuangan yaitu "ikut berusaha melaksanakan cita-cita Bangsa Indonesia".
Sungguh suatu langkah maju, karena waktu itu gelora persatuan telah berkumandang di udara
pergerakan kita. Disitu nampak bahwa Budi Utomo sedang berusaha memperluas ruang
geraknya. Tidak hanya menuju kehidupan harmonis bagi Jawa dan Madura tetapi lebih luas
lagi yakni bagi persatuan Indonesia. Walaupun pada awalnya Budi Utomo tidak berperan
sebagai organisasi politik, namun dalam perjalanannya Budi Utomo berubah haluan ke arah
politik. Hal ini terbukti pada tahun 1915 Budi Utomo ikut aktif dalam "Inlandsche Militie"
dan waktu Volksraad dibentuk. Budi Utomo juga tergabung dalam "Radicale Concentratic"
yakni persatuan aliran-aliran yang dicap kiri dalam Volksraad. Hal tersebut berdampak
dikuranginya anggaran pendidikan Budi Utomo secara drastis oleh pemerintah. Situasi ini
berakibat terjadinya perpecahan antara golongan radikal dan moderat di Budi Utomo. Pada
tahun 1924, dr.Sutomo yang tidak puas dengan Budi Utomo mendirikan Indonesische
Studieclub di Surabaya. Penyebabnya adalah asas kebangsaan Jawa dari Budi Utomo sudah
tidak relevan dengan perkembangan rasa kebangsaan yang menuju pada sifat nasional.
Indonesische Studieclub pada perkembangannya menjadi Persatuan Bangsa Indonesia. Pada
tahun 1927, Budi Utomo masuk dalam PPPKI (Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan
Politik Kebangsaan Indonesia) yang dipelopori Ir.Sukarno. Meskipun demikian, Budi Utomo
tetap eksis dengan asas kooperatifnya. Pada tahun 1928, Budi Utomo menambah asas
perjuangannya yaitu: medewerking tot de verwezenlijking van de
Indonesischeeenheidsgedachte (ikut berusaha untuk melaksanakan cita-cita persatuan
Indonesia).Hal ini sebagai isyarat Budi Utomo menuju kehidupan yang lebih luas tidak hanya
jawa dan Madura, namun meliputi seluruh Indonesia. Usaha ini diteruskan dengan
mengadakan fusi (bergabung) dengan PBI (Persatuan Bangsa Indonesia) pimpinan
dr.Sutomo. Fusi ini terjadi pada tahun 1935, hasil fusi melahirkan Parindra (Partai Indonesia
Raya), sehingga berakhirlah riwayat Budi Utomo sebagai organisasi pergerakan pertama di
Indonesia. III. Penutup Bermula dari dampak politik etis, Budi Utomo sebagai organisasi
awal pada masa pergerakan Indonesia didirikan oleh siswa STOVIA. Budi Utomo bebas dari
prasangka keagamaan, tetapi lebih untuk meningkatkan pendidikan dan kebudayaan. Namun,
pada perkembangan selanjutnya mengarah pada bidang politik. Budi Utomo mempunyai
fungsi yang istimewa karena bisa menjadi jembatan antara para pejabat kolonial yang maju
dengan kaum terpelajar Jawa. Hal ini merupakan sumbangan yang tidak ternilai bagi masa
depan Indonesia. Kelahiran Budi Utomo telah menjadi tonggak yang menumbuhkan
semangat perjuangan, sekaligus menjadi inspirasi berdirinya berbagai organisasi di seluruh
pelosok tanah air, baik yang bersifat kedaerahan, politik, keagamaan, serikat pekerja,
kewanitaan maupun kepemudaan. Pada kurun selanjutnya muncul sejumlah organisasi seperti
Sarekat Islam, Indische Partij, dan berbagai organisasi lainnya. Hal ini mewarnai awal
kebangkitan nasional yang mencapai puncaknya pada tahun 1928. Kebangkitan nasional
Indonesia ditandai dengan berdirinya Budi Utomo, sedangkan kebangkitan pemuda Indonesia
ditandai dengan adanya peristiwa Sumpah Pemuda

Sejarah Sumpah Pemuda

Peristiwa sejarah Soempah Pemoeda atau Sumpah Pemuda merupakan suatu pengakuan dari
Pemuda-Pemudi Indonesia yang mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa.
Sumpah Pemuda dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 hasil rumusan dari Kerapatan
Pemoeda-Pemoedi atau Kongres Pemuda II Indonesia yang hingga kini setiap tahunnya
diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda.

Kongres Pemuda II dilaksanakan tiga sesi di tiga tempat berbeda oleh organisasi
Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) yang beranggotakan pelajar dari seluruh
wilayah Indonesia. Kongres tersebut dihadiri oleh berbagai wakil organisasi kepemudaan
yaitu Jong Java, Jong Batak, Jong, Celebes, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond,
Jong Ambon, dsb serta pengamat dari pemuda tiong hoa seperti Kwee Thiam Hong, John
Lauw Tjoan Hok, Oey Kay Siang dan Tjoi Djien Kwie.

Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar
Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh Indonesia.
Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga
kali rapat.
Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB),
Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng). Dalam sambutannya, ketua PPPI Sugondo
Djojopuspito berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari
para pemuda. Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Yamin tentang arti dan
hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat
persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan

Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah
pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, berpendapat
bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara
pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.

Pada rapat penutup, di gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106, Sunario
menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sedangkan
Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional.
Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang
dibutuhkan dalam perjuangan.

Adapun panitia Kongres Pemuda terdiri dari :

Ketua : Soegondo Djojopoespito (PPPI)


Wakil Ketua : R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)
Sekretaris : Mohammad Jamin (Jong Sumateranen Bond)
Bendahara : Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)
Pembantu I : Djohan Mohammad Tjai (Jong Islamieten Bond)
Pembantu II : R. Katja Soengkana (Pemoeda Indonesia)
Pembantu III : Senduk (Jong Celebes)
Pembantu IV : Johanes Leimena (yong Ambon)
Pembantu V : Rochjani Soe'oed (Pemoeda Kaoem Betawi)

Peserta :

• Abdul Muthalib Sangadji


• Purnama Wulan
• Abdul Rachman
• Raden Soeharto
• Abu Hanifah
• Raden Soekamso
• Adnan Kapau Gani

• Ramelan • Joesoepadi
• Amir (Dienaren van Indie) • Soekowati (Volksraad)
• Saerun (Keng Po) • Jos Masdani
• Anta Permana • Soemanang
• Sahardjo • Kadir
• Anwari • Soemarto
• Sarbini • Karto Menggolo
• Arnold Manonutu • Soenario (PAPI & INPO)
• Sarmidi Mangunsarkoro • Kasman Singodimedjo
• Assaat • Soerjadi
• Sartono • Koentjoro Poerbopranoto
• Bahder Djohan • Soewadji Prawirohardjo
• S.M. Kartosoewirjo • Martakusuma
• Dali • Soewirjo
• Setiawan • Masmoen Rasid
• Darsa • Soeworo
• Sigit (Indonesische Studieclub) • Mohammad Ali Hanafiah
• Dien Pantouw • Suhara
• Siti Sundari • Mohammad Nazif
• Djuanda • Sujono (Volksraad)
• Sjahpuddin Latif • Mohammad Roem
• Dr.Pijper • Sulaeman
• Sjahrial (Adviseur voor inlandsch • Mohammad Tabrani
Zaken) • Suwarni
• Emma Puradiredja • Mohammad Tamzil
• Soejono Djoenoed Poeponegoro • Tjahija
• Halim • Muhidin (Pasundan)
• R.M. Djoko Marsaid • Van der Plaas (Pemerintah Belanda)
• Hamami • Mukarno
• Soekamto • Wilopo
• Jo Tumbuhan • Muwardi
• Soekmono
• Wage Rudolf Soepratman
• Nona Tumbel

Rumusan Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada sebuah kertas ketika Mr.
Sunario, sebagai utusan kepanduan tengah berpidato pada sesi terakhir kongres. Sumpah
tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh
Yamin

Isi Dari Sumpah Pemuda Hasil Kongres Pemuda Kedua adalah sebagai berikut :
PERTAMA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe,
Tanah Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Bertumpah Darah Yang Satu,
Tanah Indonesia).

KEDOEA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa
Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Berbangsa Yang Satu, Bangsa
Indonesia).

KETIGA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa
Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa
Indonesia).

Dalam peristiwa sumpah pemuda yang bersejarah tersebut diperdengarkan lagu kebangsaan
Indonesia untuk yang pertama kali yang diciptakan oleh W.R. Soepratman. Lagu Indonesia
Raya dipublikasikan pertama kali pada tahun 1928 pada media cetak surat kabar Sin Po
dengan mencantumkan teks yang menegaskan bahwa lagu itu adalah lagu kebangsaan. Lagu
itu sempat dilarang oleh pemerintah kolonial hindia belanda, namun para pemuda tetap terus
menyanyikannya.

Apabila kita ingin mengetahui lebih lanjut mengenai banyak hal tentang Sumpah Pemuda kita
bisa menunjungi Museum Sumpah Pemuda yang berada di Gedung Sekretariat PPI Jl.
Kramat Raya 106 Jakarta Pusat. Museum ini memiliki koleksi utama seperti biola asli milik
Wage Rudolf Supratman yang menciptakan lagu kebangsaan Indonesia Raya serta foto-foto
bersejarah peristiwa Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 yang menjadi tonggak sejarah
pergerakan pemuda-pemudi Indonesia.

You might also like