Professional Documents
Culture Documents
Alih Bahasa:
Dr. Abdul Gofur, M.Si
Moch. Haikal, S.Si
0
KONTRIBUTOR
halaman
Gambar halaman
9. Jadual Lesson Study.............................................................................. 3
10. Mengapa Mengulang Research Lesson Diperlukan? ............................ 4
11. Kisah dari Dua Kegiatan Lesson Study.................................................. 7
12. Pentingnya Waktu untuk Mengatur Jadual Lesson Study di Sekolah
Paterson 2 New Jersey .......................................................................... 11
13. Tahapan Lesson Study .......................................................................... 16
14. Strategi Membentuk Kelompok Lesson Study ....................................... 17
15. Penentuan Tema Research (Tujuan Utama) Lesson Study................... 22
16. Peta Research Sekolah Komae ............................................................. 25
17. Contoh Empat Tingkat Tujuan Lesson Study......................................... 28
18. Tiga Lingkaran Konsentris Desain Pemandu Pembelajaran .................. 31
19. Tata cara Observasi dan Diskusi Research Lesson .............................. 40
21. Tekanan yang Dihadapi Guru di Amerika Serikat .................................. 59
22. Tekanan yang Dihadapi Guru di Jepang................................................ 60
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran halaman
1. Penggunaan Papan Tulis dan Keterampilan Menulis Siswa:
Seni yang Dilahirkan dari Lesson Study .................................................. 61
2. Perencanaan Panduan Belajar Matapelajaran Sains............................... 64
3. Rencana Panduan Belajar Matapelajaran Matematika ............................ 73
4. Perencanaan Panduan Belajar Pada Matapelajaran Seni ....................... 88
5. Perencanaan Panduan Kegiatan Pembelajaran (Kosongan)................... 93
6. Template Peta Research ......................................................................... 96
7. Referensi Terpilih Untuk Lesson Study.................................................... 97
BAB V
WAKTU DAN PENYUSUNAN JADUAL
1
saja. Keuntungan mengulang research lesson ditampilkan pada gambar
10.
Kelompok yang optimal untuk merencanakan research lesson
adalah sekitar 4-6 orang guru. Tetapi untuk aktivitas seperti penentuan
tema research, observasi, dan diskusi research lesson (terutama pada
pengajaran ke-2 dan 3), terdapat keuntungan besar bila tim lesson study
bekerja sama dengan tim lain. Para guru dari kelas yang berbeda dapat
bergabung dalam satu kelompok lesson study yang berbasis sekolah.
2
1-2 Refleksi dan Tim Mengumpulkan segala yang
perbaikan perencana dipelajari selama research
research lesson dan menyusun
lesson refleksi. Bila perlu dilakukan
revisi atas kegiatan
research lesson untuk
diajarkan kembali.
1 (satu Pengajaran Tim Anggota tim yang berbeda
pertemuan ke-2 research perencana mencoba kembali kegiatan
di kelas) lesson research research lesson pertama
lesson pada kelasnya sendiri.
beserta Anggota yang lain
undangan mengamati dan
atau mengumpulkan data yang
anggota ditentukan.
lembaga
sekolah
1 Diskusi Tim Diskusi hasil research
research perencana lesson kedua setelah
lesson research kegiatan research lesson
lesson berakhir (pada hari yang
beserta sama). Hasil kegiatan dapat
undangan direvisi kembali kembali bila
atau diinginkan.
anggota
lembaga
sekolah
1-2 Refleksi dan Tim Refleksi kegiatan lesson
revisi perencana study dan tujuan kegiatan.
research Kegiatan dapat dilanjutkan
lesson kembali atau dimodifikasi.
Catatan: kotak yang tebal menandakan tahapan opsional yang dapat
diulang hingga beberapa kali
Gambar 9. Jadual Lesson Study
3
Khusus pada saat mempersiapkan open house lesson study
untuk umum, guru di Jepang terkadang mengajarkan kembali hasil
research lesson setelah dilakukan revisi. Mengapa hal tersebut
dilakukan? Makoto Yoshida akan menceritakan ide hal tersebut.
Kegiatan mengulang research lesson akan menyediakan
kesempatan yang lebih banyak untuk mengajar di depan rekan-
rekannya; dan untuk mengamati research lesson, kelas, dan siswa
yang berbeda. Re-teaching membantu guru mengamati hasil
diskusi dan revisi yang telah mereka lakukan. Setelah mengajar
dalam research lesson guru dapat mendiskusikan hasilnya secara
nyata dan mendalam. Guru juga dapat melakukan pendekatan pada
hasil revisi secara lebih sistematis dan mendalam, serta
berdasarkan pada pengematan actual kegiatan belajar siswa.
Pengematan research lesson dan diskusi dengan guru yang
berpengalaman sangat penting bagi peserta research lesson
pemula. Hal ini berguna untuk mengolah ketajaman mereka dalam
melakukan pengamatan dan keterampilan untuk mengolah kegiatan
belajar untuk memberdaya pemahaman siswa.
Guru dari Sekolah Jepang Greenwhich di Connecticut dan
Sekolah Paterson 2 di New Jersey secara sukarela membentuk Tim
Lesson Study Matematika pada bulan Juli 2001. Mereka melakukan
pertemuan rutin sekali setiap bulan untuk kegiatan lesson study.
Saat anggota tim mengalami kesulitan dalam desain lesson study,
maka guru dari Jepang akan memberikan saran-saran dalam
research lesson. Segala informasi yang didapat selama mengajar
dalam research lesson digunakan untuk melakukan perbaikan.
Guru dari Jepang juga menyatakan bahwa pengulangan research
lesson pada kelas ke-2 selalu menampilkan suasana yang berbeda.
Tentu saja karena tidak ada research lesson yang sempurna yang
bisa digunakan pada semua kelas, oleh karena itu usaha untuk
selalu melakukan perbaikan research lesson sangat bermanfaat
bagi guru.
Mengapa research lesson diajarkan kembali? Menurut para
guru di Jepang re-teaching bagai guru dapat memperbanyak
kesempatan untuk saling mempelajari kemampuan mengajar
mereka, selanjutnya juga dapat mengungkapkan kemampuan siswa
pada research lesson ke-2. Hal ini juga mengajarkan keterampilan
yang berguna dalam melakukan pengamatan, berdiskusi, dan
kemampuan adaptasi. Semuanya adalah hal mendasar dalam
memberdaya kemampuan mengajar.
Oleh: Makoto Yoshida
4
Dapatkah Rekaman Video Menggantikan Pengamatan Langsung
Research Lesson?
Rekaman video memiliki kelebihan dibanding pengamatan
langsung research lesson, seperti kemudahan mengatur jadual dan
kemungkinan menyaksikan tayangannya kembali. Beberapa orang guru
merasa nyaman bila diamati lewat video daripada diamati rekannya
secara langsung. Namun sesungguhnya pengamatan lesson study secara
langsung sangat diperlukan di Jepang. Terkadang seorang guru rela
melakukan perjalanan jauh demi mengikuti lesson study. Mengapa guru di
Jepang lebih mementingkan pengamatan langsung?
Saat guru melakukan pengamatan mereka akan mendapatkan hal-
hal yang tidak akan terungkap hanya dengan nilai tes dan tugas, atau
rekaman video. Sebagai contoh guru mengamati keterlibatan, ketekunan,
interaksi dalam kelompok kecil, dan ungkapan “aha” para siswa. Selama
research lesson seharusnya guru dapat mengamati seluruh kegiatan
siswa selama belajar dan interaksi mereka.
Para pendidik yang awam dengan lesson study seringkali
membayangkan rencana pembelajaran akan mengungkap esensi kegiatan
lesson study, tetapi sesungguhnya kegiatan belajar siswa dan
perkembangannya tidak dapat dinilai dari rencana pembelajaran. Gambar
11 akan menampakkan kerugian melakukan research lesson tanpa
pengamatan langsung. Kegiatan pembelajaran dimana siswa tidak
memahami apapun seperti dokter yang melakukan pembedahan tetapi
pasiennya mati.
Rekaman video dan audio, rencana pembelajaran, foto, dan tugas
siswa juga dipakai di Jepang untuk mendokumentasikan research lesson.
Tetapi hal-hal tersebut tidak berarti dibandingkan pengamatan langsung.
Pada saat itu guru akan mendapatkan catatan keterlibatan siswa,
pemahaman siswa akan tugas yang diberikan, pekerjaan kelompok kecil
secara langsung, dan suasana hati siswa di kelas. Bila memakai kamera
video kameraman harus menentukan di mana fokus kamera saat
pelajaran berlangsung. Namun hal ini tidak mengungkapkan banyak hal
5
selama pelajaran. Sebaliknya dengan pengamatan langsung guru dapat
dengan mudah menangkap hal-hal yang belum diantisipasi, serta
menyaksikan pembicaraan dan pandangan mata siswa.
6
Beberapa minggu lampau saya melihat pelajaran Probabilitas
yang serupa pada 2 kelas tingkat ke-4 di AS. Rencana dasar
pembelajaran adalah:
• Siswa bekerja secara berpasangan, lalu mengambil 10
kelereng dari kantong kelereng. Setiap pasang siswa
memperkirakan peluang munculnya kelereng hitam dan putih
dari kantong berdasarkan sampel yang mereka dapatkan.
• Tiap siswa melihat data dari semua pasangan untuk
menentukan tingkat kebenaran prediksi mereka.
• Tiap siswa berdiskusi apakah mereka akan memakai data dari
semua temannya atau memakai data pasangan mereka
sendiri. Siswa diminta memberi penjelasan.
• Siswa menghitung kelereng di dalam kantong, lalu
menyimpulkan apakah prediksi tiap pasangan atau prediksi
kelas sesuai dengan jumlah sebenarnya.
Saat pertama kali melihat pelajaran tersebut, saya sangat
terkesan. Siswa tidak merasa asing dengan pelajaran tersebut karena
situasinya mirip dalam perhitungan dalam olahraga baseball.
Semakin sering pemain berada dalam posisi pemukul bola, maka
perhitungan rerata pukulan makin akurat. Siswa dalam kelas ini
terlibat dalam kegiatan yang menekankan “komunitas pelajar yang
saling mengasihi”. Melalui kerja sama mendesain peraturan kelas dan
terlibat dalam pertemuan kelas yang rutin, siswa lebih terampil dalam
berinteraks. Pada akhirnya guru tidak akan repot memberi pancingan
hadiah dan tidak lagi mengadakan kompetisi yang mengakibatkan
persaingan. Guru lebih suka membuat siswa bekerja melalui motivasi
dan komitmen belajar.
Dalam kelas yang mirip secara demografis dengan kelas di atas,
dari sekolah lain, kegiatan research lesson gagal. Siswa memiliki
bersikukuh tidak akan menimbang keputusannya. Terlalu dini untuk
menilai mereka salah. Siswa sibuk mempertahankan pendapatnya
dan menolak memakai data dari seluruh kelas. Mereka membenarkan
penolakannya dengan kritik seperti “kamu mungkin mengambil
kelereng dari satu tempat saja di kantong”. System pemberian hadiah
dan budaya persaingan di kelas ini membuat siswa tidak berkenan
mempertimbangkan kesimpulannya berdasarkan pendapat
temannya. Hasil yang bertolak belakang dari perlakukan yang sama
mengungkapkan pengaruh suasana motivasional dan sosial, dan
sulitnya menilai hasil lesson study di atas kertas saja.
7
Gambar 12 menunjukkan jadual yang menarik yang disusun
Sekolah Paterson 2, sekolah pertama di AS yang menggabungkan
kegiatan lesson study dalam jam sekolah. Tuan Liptak sebagai kepala
sekolah menyatakan bahwa prinsip utama dalam penyusunan jadual ini
adalah menciptakan pengajaran berkualitas dan dalam menyusun jadual
lesson study diupayakan sebagai bagian dari tradisi sekolah.
Sebaliknya di Sekolah San Mateo, tim lesson study secara rutin
bertemu setelah jam sekolah (tentunya menerima honor di luar jam).
Pelaksanaan research lesson justru selama jam sekolah dan
mengupayakan guru pengganti untuk mengisi kelas yang ditinggal guru
peserta research lesson.
8
• Waktu adalah tolok ukur pengabdian. Bila guru serius
mengabdikan waktunya untuk lesson study dan pengurus
sekolah melibatkan diri dalam lesson study, maka guru tidak
merasa canggung karena adanya dukungan dari berbagai pihak
tiap hari dan dalam waktu lama.
• Lesson study harus direncanakan dengan mengalokasi ulang
segala sumber daya yang dimiliki. Di dalam sekolah nampaknya
tidak perlu mempekerjakan atau menyewa guru baru.
• Pengajaran harus tetap berjalan meskipun guru mengikuti
lesson study.
Waktu untuk lesson study perlu diintegrasikan dalam jam
sekolah dengan memakai guru non wali kelas dan guru
sukarelawan/honorer. Sekolah Paterson 2 adalah sekolah K-8 yang
berada di wilayah urban dan memenuhi syarat untuk menerima
hibah. Sekolah ini menurut undang-undang berhak mendapatkan
dana hibah untuk sekolah tertinggal. Dana hibah ini dipakai untuk
menggaji guru bahasa, guru membaca, dan guru non wali kelas.
Pemerintah juga dapat menyediakan guru untuk pelajaran khusus
(guru seni, olahraga, dan lain-lain), guru konselor, dan staf sekolah.
Oleh karena itu nampaknya pengajar di kelas 1 hingga 8 dapat
dipasangkan dengan guru partner non kelas. Guru partner hadir di
kelas dan mengajar selama masa awal pelajaran atau guru
melakukan kesibukan. Guru partner juga bertanggung jawab
mengenal para siswa dan membiasakan diri dengan suasana kelas.
Pada saat guru kelas absen, maka guru partner harus bisa
menggantikan guru kelas dan memberikan bantuan yang
dibutuhkan kelas. Guru partner juga dapat mengajar ketika guru
kelas mengikuti lesson study. Siswa kelas 7 dan 8 menempati
ruangan khusus selama kegiatan lesson study selama 80 menit.
Selama 2 tahun pertama sejumlah 16 sukarelawan
melakukan pertemuan tiap hari senin dari jam jam 1-3 siang untuk
mengikuti kegiatan lesson study pelajaran matematika. Selama
siklus pertama, pertemuan 2 jam tiap minggu hanyalah permulaan
saja. Setelah banyak terlibat dalam research lesson dan berbagi
bermacam ide, akhirnya mereka tidak sabar menanti hingga minggu
depan untuk mengikuti kelanjutan kegiatan. Pembicaraaan lewat
email dan diskusi sebelum dan sesudah jam sekolah, diskusi saat
makan siang, dan saat persiapan kegiatan nampaknya makin
marak. Hal terpenting dari berbagai diskusi dan obervasi adalah
bagaimana pengaruh keterampilan mengajar guru bagi kemampuan
belajar siswa. Hal ini dapat diketahui dari berbagai penelitian dan
pengamatan pribadi di sekolah bahwa pertemuan guru dan
pengurus sekolah jarang sekali terfokus pada pelajaran yang terjadi
di kelas tiap hari.
9
Pada akhir tahun ke-2, terjadi perbedaan pendapat di antara
sukarelawan dan para partisipan. Untuk mengakomodasi hal
tersebut sekolah memutuskan lesson study untuk seluruh kelas.
Pada bulan Agustus 2001 diadakan seminar lesson study selama 3
hari untuk semua guru. Pada bulan September 2001 terbentuk 5
kelompok lesson study, yaitu untuk TK, kelas 1-2, kelas 3-4, kelas
5-6, dan kelas 7-8.
Selanjutnya seluruh guru matematika, kecuali yang tidak
terlibat, mengikuti kegiatan lesson study selama 80-105 menit tiap
minggu. Lesson study untuk kelas 7-8 juga diikuti guru sains,
sehingga lesson study untuk pelajaran sains akan segera
dikembangkan. Kegiatan di kelas 5-8 juga menyertakan guru bidang
pelajaran khusus. Para fasilitator pelajaran matematika juga terlibat
dalam semua pertemuan walau hanya sebentar.
Sementara para guru mengikuti kegiatan, kelas yang
ditinggal diajar oleh kombinasi guru partner dan guru bidang
khusus. Semua guru mengikuti lesson study dengan semua guru
yang bekerja sama. Di bawah ini ditampakkan tabel jadual lesson
study matematika, namun tidak mencantumkan jumlah guru kerja
sama yang terlibat.
10
dan harus dilaksanakan secara kolaboratif serta adanya dukungan
semua pihak.
Hingga saat ini waktu pengembangan professional lebih
dialokasikan untuk para pakar dari luar sekolah ketimbang untuk
guru agar dapat mengupayakan refleksi praktek mengajar mereka
secara kolaboratif. Jauh lebih penting untuk memberdaya
pengetahuan konten dan pedagogi guru. Akan tetapi
pemberdayaan professional nampaknya harus dilakukan saat di
kelas dan dipantau para praktisi professional.
11
jarak beberapa hari atau minggu, sebagian sekolah di AS juga mengikuti
hal ini. Sebagai contoh, pada bulan April 2002 para pengunjung research
lesson di Sekolah San Mateo dapat mengamati kegiatan, mengikuti
kegiatan revisi, dan bisa mengikuti sesi selanjutnya 2 hari kemudian.
Sebagian besar masyarakat terpesona saat melihat perbedaan besar
antara hasil kegiatan pengajaran pertama dengan kedua. Nampaknya hal
ini adalah hasil modifikasi kecil kegiatan pembelajaran seperti
menanyakan pada kelompok adakah solusi yang berbeda untuk
menjawab soal.
Sekolah lain di AS menetapkan interval yang lebih panjang
sebelum melakukan re-teaching. Jadual di Sekolah Paterson pada
umumnya menetapkan interval selama 3 minggu diantara kegiatan
pengajaran pertama dan kedua. Bill Jackson menjelaskan bahwa interval
waktu tersebut digunakan untuk melakukan revisi kegiatan dan sekaligus
untuk secepatnya melakukan revisi. Tahun sebelumnya para guru terlalu
mengulur waktu di antara pengajaran pertama dan kedua. Bersama
dengan jadual yang diterapkan saat ini guru yang melakukan pengajaran
ke-2 diharapkan tidak mengubah topik pelajaran. Hal ini nampaknya
berjalan dengan baik di sekolah tersebut karena guru dapat memasukkan
beberapa pelajaran tambahan untuk mempersiapkan pelajaran akhir. Ada
satu masalah yang dihadapi adalah minimnya pengetahuan yang dimiliki
siswa. Beberapa minggu tambahan untuk melengkapi penngetahuan
mereka akan cukup membantu mengatasi masalah. Seperti guru di
Sekolah Paterson, diharapkan guru yang lain akan mengupayakan
perbaikan dari hasil lesson study untuk merefleksikan segala yang
dipelajari dari kegiatan tahap pertama. Melalui research lesson lebih dini,
maka banyak yang sapat dipelajari dari proses tersebut.
12
pengamatan langsung. Jauh lebih menantang daripada penetapan jadual
adalah pengetahuan apa yang dibutuhkan untuk membangun upaya
lesson study yang efektif. Pada bab selanjutnya akan dijelaskan panduan
tahapan demi tahapan lesson study, hal ini akan menyediakan panduan
praktis bagaimana merancang lesson study sesuai dengan setting yang
ada.
13
BAB VI
MEMULAI LESSON STUDY DI SEKOLAH:
PANDUAN TAHAP DEMI TAHAP
14
Pelajaran Matematika Sekolah Paterson 2). Cara ini akan mengawali
lesson study secara alami.
Suatu kelompok guru yang bekerja untuk mengimplementasikan
kurikulum atau pedoman baru, melakukan pembenahan untuk mata
pelajaran tertentu, penyusunan rencana jangka panjang, dan mereview
program sekolah akan merasakan bahwa lesson study adalah perangkat
untuk menyelesaikan tugas mereka yang efektif dan terfokus pada kelas.
Di sisi lain kemungkinan kelompok dibentuk oleh segelintir orang yang
menyukai tantangan atau ingin mencoba suatu inovasi yang baru muncul.
Tanpa memandang bentuk pendekatan apapun yang digunakan,
kelompok ini sebaiknya bersifat terbuka dan menerima orang lain yang
berminat.
15
4. Mengajar dan Mengobservasi dalam Research Lesson (1
pelajaran)
• Menghimpun data sesuai yang direncanakan.
5. Mendiskusikan dan Menganalisis Research Lesson (segera
dilakukan setelah research lesson selesai pada hari yang sama,
pertemuan tambahan mungkin diperlukan).
• Mengikuti agenda yang telah disusun.
• Memfokuskan diskusi pada data yang didapat.
• Menyusun cara untuk melakukan perbaikan pada
pelajaran/unit/atau pendekatan mengajar.
6. Merefleksikan dan Merencanakan Langkah Selanjutnya (1-2 kali
pertemuan)
• Mengajarkan kembali pelajaran yang telah mengalami
perbaikan, bila perlu, langkah 4 dan 5 diulang sekali lagi.
• Membicarakan keuntungan dan kesulitan kegiatan
lesson study, apa yang diharapkan di siklus selanjutnya.
• Guru di AS yang memutuskan bergabung dengan lesson
study adalah para pionir dan hal ini perlu dirayakan.
Gambar 13. Tahapan Lesson Study
16
• Kredit pemberdayaan professional. Daripada membina guru
melalui berbagai pelatihan atau konferensi, membuat
kelompok lesson study jauh lebih bermanfaat.
• Review kualitas program, rencana pengembangan sekolah.
Lesson study akan menjadi alat untuk mencapai tujuan,
mengembangkan teknik mengajar, dan menilai
perkembangan siswa.
• Review kinerja sehari-hari. Guru PNS diberi kesempatan
untuk mengajar dalam research lesson dengan syarat
tertentu, sebagai contoh dengan pantauan kepala sekolah.
Strategi: Menghubungi Anggota Lokal Suatu Perkumpulan
Setempat atau Perkumpulan Induk
Sumber:
Persatuan guru dan perkumpulan terkait lainnya seperti Dewan Guru
Matematika Nasional sangat berperan memasyarakatkan lesson
study. Museum sains, sekolah guru, dan lembaga lokal yang lain
dapat memberi jalan terbentuknya jaringan berbagai kelompok
lesson study.
Strategi: Mencari Sekolah yang Mendukung Lesson Study
Sumber:
Sekolah yang telah ada atau sekolah khusus untuk pengembangan
professional dapat mengintegrasikan lesson study untuk
menjalankan kegiatan sekolah.
Strategi: Mengajak Teman
Sumber:
Diawali dengan mengajak sedikit kolega, lalu membentuk kelompok
lesson study yang kecil, kemudian berusaha mengadaptasikan
lesson study sesuai dengan setting yang ada. Bila lesson study
dapat membawa manfaat, maka berbagai dukungan akan mengalir.
Strategi: Mencari Informasi Secara Online
Sumber:
Informasi tentang kelompok lesson study tersedia di internet.
Pengamatan langsung kegiatan pelajaran nampaknya menjadi
bagian lesson study. Tetapi hal ini mungkin akan digantikan
teknologi video yang semakin maju.
Gambar 14. Strategi Membentuk Kelompok Lesson Study
17
research lesson mereka akan bertemu lebih sering. Sebaliknya tidak akan
ada pertemuan sama sekali bila kegiatan sekolah sangat sibuk. Bila
terdapat sekolah musim panas atau sekolah year-round, nampaknya
musim panas dapat digunakan untuk workshop lesson study. Selanjutnya
guru dapat mengikuti lesson study tanpa terganggu kesibukan sekolah.
Kelemahan dari lesson study adalah sulit mengenali keadaan siswa
selama libur musim panas ketimbang saat masa sekolah.
Kontribusi apa yang diharapkan dari tiap anggota kelompok lesson
study? Beberapa jenis kelompok terbentuk berdasarkan pengertian bahwa
tidak semua anggota berkesempatan mengajar dalam research lesson
dan ada paksaan untuk melakukannya. Sementara kelompok lain
berharap tiap anggotanya berkesempatan mengajar. Rasanya kelompok
perlu mengakomodasi harapan tiap anggotanya.
18
Menyetujui Aturan Dasar Kelompok
Nampaknya guru merasa tidak nyaman dengan adanya rekan
mereka mengobservasi lesson study. Bab ini akan mengulas tentang
protocol observasi dan wawancara yang akan memudahkan kesulitan ini.
Kelompok lesson study dapat membuat norma-norma explisit atau aturan
dasar yang disepakati. Sebagai contoh, kelompok menginginkan
bagaimana kegiatan diskusi selanjutnya mengambil keputusan,
pembagian tanggung jawab, alokasi waktu, dan saran yang ditawarkan.
Aktivitas seperti pergantian tugas para fasilitator dan menyisihkan waktu
beberapa menit tiap pertemuan untuk merefleksi semua keuntungan atau
kekurangan dari kegiatan akan menciptakan pemerataan kerja bagi tiap
anggota kelompok.
Kelompok lesson study yang efektif pada umumnya memiliki 3 sifat:
• Diskusi secara demokratis. Lesson study tidak sama dengan
kegiatan mentoring atau pelatihan karena penekanannya pada
lesson inquiry yang dikerjakan secara bersama. Mampukah anda
menciptakan prosedur kegiatan yang mengasumsikan semua guru
memiliki sesuatu yang bermanfaat untuk diberikan pada studi
perkembangan dan belajar siswa?
• Kepemilikan dan tanggung jawab secara bersama. Bab 3
menekankan bahwa manfaat lesson study akan berbeda pada
lingkungan yang berbeda. Meskipun manfaat utamanya diarahkan
untuk mengembangkan kurikulum atau membantu para praktisi
untuk merefleksi praktek mengajarnya, terasa sekali adanya
nuansa dukungan kolaboratif. Sebuah kelompok di AS
mempromosikan kegiatan research lesson yang direncanakan
secara kolaboratif tanpa memikirkan siapa yang akan mengajar,
lalu penentuan nama yang akan mengajar dilakukan pada akhir
masa perencanaan research lesson. Guru di Jepang secara
bersama melibatkan diri dalam kegiatan sekolah (seperti festival
olahraga, festival seni, acara wisata, dan sebagainya) dengan
harapan dapat menumbuhkan kebersamaan di antara siswa dan
19
menekan suasana persaingan di antara guru. Tujuan lesson study
tidak untuk dimonopoli guru senior, tetapi untuk memberdaya
semua guru, sehingga dapat membekali sebanyak mungkin siswa
dengan pelajaran yang berhasil dan pengalaman yang padu.
• Terpusat pada siswa, bukan guru. Lesson study berfokus pada
pembelajaran dan perkembangan siswa. Seorang guru di AS
memberikan pandangan tentang kegiatan observasi research
lesson, yaitu bahwa observasi dianggap sebagai kritikan. Lesson
study berfokus pada kegiatan belajar siswa dan respon siswa. Hal
ini yang dilakukan untuk menggapai tingkat guru professional. Data
akan mengungkapkan lebih jelas daripada pernyataan hasil
evaluasi. Sebagai contoh “50% siswa mengangkat tangannya untuk
menjawab pertanyaan” lebih meyakinkan daripada “Nampaknya
pertanyaan yang diberikan berhasil (atau gagal) memancing siswa
untuk mengangkat tangan”.
Kelompok lesson study dapat mengawali penetapan norma kelompok
dengan aturan yang telah disepakati kelompok lain. Kelompok dapat
mengikuti aturan dasar yang dicantumkan dalam papan bulletin dari
sebuah sekolah SMP di AS sebagai berikut:
• Komunikasi yang jelas dan mendengarkan secara seksama.
• Menghormati pendapat semua orang.
• Berbagi pengetahuan.
• Mengajukan dan menerima pertanyaan untuk proses klarifikasi.
• Terbuka dengan segala pendapat yang ditawarkan.
• Menghormati batasan waktu.
• Tidak meninggalkan tugas.
20
Menyepakati Tema Research
Seperti bab 1 yang menceritakan para guru di Sekolah Komae,
untuk lesson study dapat diawali dengan pertanyaan berikut:
• Secara ideal, kualitas apa yang diharapkan dari para siswa saat
mereka lulus sekolah?
• Bagaimana kualitas mereka secara aktual saat ini?
Melalui perbandingan kualitas sisw yang ideal dengan actual, maka
focus utama lesson study dapat ditetapkan. Gambar 15 menunjukkan
sebuah handout untuk memfasilitasi kegiatan diskusi, menyikapi segala
pertanyaan, dan membantu guru menuliskan ide mereka seputar kualitas
siswa yang ideal, actual, serta perbedaan di antara kedua hal tersebut.
Seorang guru di Jepang mendefinisikan lesson study bahwa keadaan
actual siswa saat ini adalah titik awal perjalanan lesson study, sedangkan
kualitas ideal siswa diartikan sebagai tujuan perjalanan tersebut. Lesson
study adalah jalan yang menghubungkan titik awal dan tujuan.
Sebagian guru terlibat dalam lesson study hanya sekedar untuk
meningkatkan keterampilan mengajarnya dan tidak memikirkan
bagaimana keadaan murid mereka 5 tahun mendatang. Akan tetapi ada
baiknya mereka mulai memikirkan hal tersebut. Tidak menutup
kemungkinan matematika atau pelajaran lain tidak terpisahkan dari tujuan
para guru mendidik muridnya. Sifat-sifat seperti kemauan yang besar,
kemampuan refleksi, dan tanggung jawab dalam belajar adalah penting
dalam mempelajari matematika. Sebaliknya matematika mungkin bagain
penting dalam membina sifat-sifat di atas. Peneliti dari AS terkesan
dengan guru di Jepang yang mengawali lesson study matematika dengan
suatu pertanyaan “Siswa macam apa yang akan kita bina di sekolah?”.
Melalui kegiatan refleksi membandingkan antara kondisi actual dan
ideal, maka tema research akan dapat ditetapkan (istilah tema research
juga sering disebut tujuan utama atau focus research). Beberapa contoh
dalam bab 4 dapat memberikan ilustrasi, tetapi tema research umumnya
berupa tujuan yang luas hasil pemikiran semua guru dari semua kelas dan
dari berbagai pandangan, seperti untuk membangun gairah belajar,
21
tanggung jawab dan inisiatif sebagai pelajar, serta pemahaman dan
penguasaan materi. Apakah tema research berupa hal yang penting,
jangka panjang, dan mendasar bagi misi para guru? Apakah hal tersebut
yang membawa Anda memasuki dunia pendidikan?
Kondisi Ideal:
Secara ideal bagaimana kualitas siswa 5 tahun mendatang atau saat
mereka lulus sekolah.
Kondisi Aktual:
Tuliskan bagaimana kualitas para siswa.
22
Guru di Jepang memakai lesson study tidak hanya untuk
mengembangkan keterampilan mengajar mereka, tetapi untuk
mengembangkan hal lain seperti: class meeting, hajatan sekolah, suasana
sekolah, dan integrasi siswa seond-language.
Saat tema research dan pelajaran yang dipakai untuk lesson study
ditetapkan, selanjutnya adalah saat memikirkan bagaimana cara
mewujudkan tujuan lesson study. Pengajaran atau unsur lain macam apa
yang akan mendorong upaya pembentukan siswa ideal yang diharapkan?
Perubahan apa yang diperlukan? Pekerjaan dan perilaku siswa macam
apa yang menunjukkan perubahan yang diharapkan?
Nampaknya akan berguna menyusun berbagai pemikiran dalam
suatu peta yang menunjukkan hubungan antara tujuan jangka panjang
bagi siswa dan research lesson. Gambar 16 memberi contoh peta
research dari Sekolah Komae 7 (ditunjukkan dalam titik-titk)dan
menunjukkan tema research sekolah tersebut yang memilih beberapa
profil ideal siswa yang dijadikan focus research lesson. Saat membaca
bagian bawah dari gambar peta research menampilkan strategi yang
dipakai selama research lesson dan bukti apa yang akan didapat (metode
dan teknik perhitungan), selanjutnya mengapa pengajaran didesain
dengan cara tersebut (hipotesis research), dan bagaimana perkembangan
para siswa terkait dengan tema research sekolah. Peta research disusun
bersama oleh para guru Sekolah Komae dan dijadikan sebagai kerangka
kerja research lesson selama tahun ajaran dan bagi video Can You Lift
100 Kilograms?
Kotak yang paling bawah dari peta research menunjukkan bahwa
guru merencanakan untuk memandang 4 aspek berbeda dari pengajaran:
kurikulum, materi belajar, aktivitas belajar, serta strategi untuk mengajar
dan evaluasi (elemen tersebut ditujukan secara detail dalam tiap rencana
research lesson). Pada kotak di atasnya menunjukkan hipotesis guru
bahwa siswa akan mengembangkan perspektif dan kemampuan berpikir
dalam pelajaran yang mereka inginkan dan disukai. Bila memandang ke
arah kotak di tengah nampak adanya peningkatan harapan guru bahwa
23
siswa akan menikmati pelajaran sains. Para guru dari lower grade
mengharapkan siswanya dengan gembira berpartisipasi dalam belajar,
guru dari middle grade mengharapkan siswanya belajar dengan
menggunakan panca inderanya, serta guru dari upper grade
mengharapkan siswanya menikmati kegiatan pemecahan masalah.
Peta research yang kosong dari Sekolah Komae disediakan di
Apendix 6. Hal ini akan membantu mendiptakan peta research yang dapat
mengungkap kualitas siswa yang ideal dan actual, lalu mendefinisikan
hipotesis tentang macam pengajaran yang mampu mewujudkan kualitas
siswa yang ideal, selanjutnya mendesain kualitas siswa yang diharapkan
pada kelompok umur yang berbeda dengan pembinaan menuju kualitas
ideal.
Peta research berguna untuk lesson study sekolah, karena dapat
dimanfaatkan guru dari berbagai kelas untuk membuat hubungan antara
tema research dengan siswa dari berbagai kelompok umur. Lesson study
berbasis sekolah terkadang mengembangkan peta research pada awal
dan selama proses berlangsung oleh semua kelompok lesson study dan
pengurus sekolah.
24
Tujuan Pendidikan Sekolah Situasi Aktual Siswa
Siswa yang: • Umumnya selalu gembira, ramah, dan saling
• Penuh kasih. mengasihi.
• Memiliki kemampuan • Kebersamaan kurang, cenderung mengacuhkan
berpikir yang baik dan pendapat dan perspektif teman.
pantang menyerah. • Sulit mempertahankan pendapat dan pandangan
• Sehat. sendiri.
• Mampu menghadapi • Sebagian siswa tidak tertarik dengan kondisi
kehidupan. lingkungan sekitar.
Hipotesis Research
25
Guru dapat memilih topik dapat berupa topik yang dijadualkan
dalam research lesson dengan ide bahwa semua pelajaran diharapkan
menjadi media mewujudkan tujuan jangka panjang dan pendekatan pada
mata pelajaran.
Guru di AS menceritakan bahwa menentukan unit dan pelajaran
untuk lesson study seringkali mudah atau sulit. Beberapa kelompok
melaporkan bahwa tes diagnostik dapat mengidentifikasi permasalahan
(seperti kesulitan siswa dengan penguasaan kata-kata) tetapi tidak
memberi pandangan yang jelas tentang macam pelajaran yang dapat
membangun pemahaman siswa. Sebuah kelompok lesson study dari
lower grade pada awalnya berpikir siswa mereka sulit memahami konsep
nilai satuan dan puluhan, selanjutnya diketahui permasalahan utamanya
adalah pemahaman kombinasi angka yang menjadi angka dua puluh.
Kelompok lain mengganti topik pelajaran setelah beberapa pertemuan.
Seorang anggota kelompok tersebut menyatakan bahwa untuk mencapai
kata sepakat membutuhkan waktu. Ada berbagai gangguan selama
kegiatan berlangsung. Banyak waktu terbuang hanya mendapatkan jalan
buntu. Pada pertemuan ketiga kelompok tersebut baru sadar bahwa
mereka selama ini hanya mempermasalahkan hal yang tidak penting. Hal
seperti ini butuh kesabaran.
Saat topik telah ditentukan, misal topik tentang pembagian, tujuan
topik perlu dijelaskan secara spesifik. Di Jepang, tujuan dari topik
diarahkan secara langsung pada Course of Study nasional. Contoh yang
dimasukan untuk memahami cara menghitung luas segitiga atau
mengenali sifat magnet. Tujuan ini menjadi tujuan unit, selanjutnya
pelajaran direncanakan untuk mewujudkan tujuan unit.
Research lesson bersama dengan tujuan spesifik pelajaran terfokus
pada tujuan jangka panjang yang luas dan untuk perkembangan siswa.
Hal ini juga tercantum dalam Course of Study. Sebagai contoh, agar siswa
gemar belajar, berani mengambil inisiatif, mengembangkan pola berpikir
ilmiah, mencintai lingkungan, menjadi pemecah masalah yang aktif, dan
menjadi sadar akan fenomena matematika dalam khidupan sehari-hari.
26
Focus pada tujuan yang luas dan spesifik menjadikan lesson study
membingungkan bagi praktisi pemula. Umumnya muncul pertanyaan
lesson study macam mana yang fokus pada pengajaran topik khusus
seperti teknik penambahan atau pembagian; atau tujuan jangka panjang
seperti suka belajar. Jawabannya adalah keduanya. Hal ini menjadi masuk
akal bila disadari bahwa tujuan jangka panjang dan luas seperti tanggung
jawab dan gemar belajar dibangun dari kegiatan belajar mengajar sehari-
hari, dan sebaliknya kualitas dasar siswa ditentukan dari kemampuan guru
mengajar.
Untuk merencanakan research lesson, membutuhkan tujuan yang
terdiri 4 tingkat, yaitu:
• Tujuan spesifik pada pelajaran.
• Tujuan spesifik pada unit.
• Tujuan luas pada mata pelajaran.
• Tujuan jangka panjang untuk pengembangan siswa.
Gambar 17 menggambarkan sebuah contoh penentuan tujuan pada
keempat tingkat tersebut.
27
Level-3: Tujuan-Tujuan Luas Pelajaran
• Mengembangkan metode berpikir ilmiah seperti penggunaan
panca indera, pemakaian bukti untuk memperkuat argumen,
penggunaan eksperimen terkendali.
• Mengembangkan sifat dasar kewarganegaraan untuk
bergabung dalam lembaga perdamaian dan demokratik.
• Menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki untuk
memecahkan soal matematika.
Level-4: Tujuan-Tujuan Jangka Panjang untuk Pemberdayaan
Siswa
• Berinisiatif sebagai pebelajar.
• Belajar dengan semangat.
• Menjunjung tinggi kebersamaan.
• Bekerja sama dengan teman.
Gambar 17. Contoh Empat Tingkat Tujuan Lesson Study
28
kegiatan pelajaran tanpa memandang kekurangan diri. Seorang kepala
sekolah di Jepang yang mengajar mata Studi Kehidupan Lingkungan
menjelaskan caranya mengajar dengan memperhatikan berbagai contoh
mengajar yang actual. Cara ini dilakukan dengan mengikuti berbagai
presentasi dan research lesson mata pelajaran Studi Kehidupan
Lingkungan. Tiap sekolah mengembangkan cara tersendiri untuk
mengajarkan pelajaran baru. Beberapa sekolah mungkin memiliki
kemiripan, sedangkan sebagian mungkin memilih bentuk berbeda. Metode
yang diterapkan di suatu sekolah belum tentu dapat diterapkan di sekolah
lain karena adanya perbedaan karakter siswa pada tiap sekolah.
Nampaknya sekolah membutuhkan banyak contoh untuk dibandingkan.
Guru di Jepang mencari berbagai contoh research lesson dari
berbagai sumber, seperti buku teks, kegiatan research lesson di sekolah
lain, buku dan video yang dipublikasikan guru, dan bahkan demonstrasi
research lesson di AS. Selain materi yang dipublikasikan, tersedia pula
laporan dan video lesson study dari berbagai lembaga, persatuan guru,
lembaga professional, dan sekolah-sekolah. selain itu para guru juga
sering mengikuti research lesson yang diadakan pemerintah daerah,
perkumpulan professional, 73 sekolah nasional, dan sekolah penerima
hibah penelitian. Makoto Yoshida mengamati guru di Hiroshima umumnya
mengikuti 10 research lesson tiap tahun.
Guru di AS yang merintis lesson study nampaknya relatif sulit
mendapatkan referensi. Akan tetapi referensi dapat dicari dari dosen
perguruan tinggi, museum, laboratorium pendidikan daerah, proyek yang
didanai National Science Foundation, dan lembaga professional untuk
mengembangkan kurikulum, selanjutnya hal ini akan menjadi titik awal
lesson study. Referensi lain yang dapat dipakai adalah guru local yang
mempunyai reputasi, guru mentor, dan guru yang berpengalaman di
bidang publikasi professional. Tidak dianjurkan meremehkan pentingnya
mencari sebanyak mungkin model pengajaran yang akan dicontoh.
Seorang guru di Jepang berpendapat bahwa bila seorang guru terburu-
buru mengembangkan inovasi pembelajaran, upayanya justru mengarah
29
pada kegagalan. Pada awalnya sebaiknya kita mencari contoh dari
berbagai sumber. Kemudian pada akhirnya untuk menciptakan model
pengajaran yang terbaik seorang guru diharapkan telah memiliki model
pembelajaran yang dikembangkan dirinya sendiri dan bukan hasil imitasi.
Daripada meniru hasil karya orang lain guru dapat mengembangkan
sendiri cara mengajarnya.
Bila kelompok lesson study berusaha mencari bebagai referensi
model pembelajaran terbaik akan dapat menciptakan research lesson
yang baik dan system masyarakat pebelajar yang tidak hanya menjalani
rutinitas sekolah saja. Isaac Newton berpendapat bahwa hasil kumulatif
sains seperti layaknya berdiri di atas bahu raksasa.
30
1. Pertanyaan, permasalahan, dan kegiatan yang dilakukan guru.
2. Upaya mengantisipasi respon siswa.
3. Upaya antisipasi respon siswa yang terencana.
4. Hal penting yang direkam selama pelajaran.
Rencana
Research
Lesson
31
Dari daftar tersebut mengisyaratkan bahwa rencana research
lesson berbeda dari rencana pembelajaran yangselama ini digunakan di
AS. Heather Crawford menyatakan bahwa perencanaan research lesson
adalah kegiatan yang menantang. Guru diharapkan dapat mencoba dan
memikirkan bagaimana cara siswa menyelesaikan tugas sebeum
pelajaran dilakukan. Guru juga diharapkan dapat memperkirakan jawaban
apa yang akan muncul dari iswa. Guru diminta untuk berpikir dari sudut
pandang siswa dan hal ini adalah perubahan yang mendasar.
Crawford juga menjelaskan bahwa perencanaan research lesson
sangat berbeda dengan rencana pembelajaran yang selama ini dilakukan
di sekolahnya. Guru akan berpikir tentang motivasi belajar dan
memastikan siswanya sudah memiliki pengetahuan yang dibutuhkan
sebelum pelajaran dimulai. Pada umumnya guru tidak pernah memikirkan
bagaimana siswanya akan menjawab pertanyaan mereka. Pada saat
pelajaran dimulai guru tidak pernah memikirkan bagaimana interaksi
mereka dengan siswa. Guru hanya berharap siswanya dapat menjawab
pertanyaan dan apabila mereka tidak dapat guru akan memberikan
penjelasan. Saat ini guru sudah mulai berpikir bila mereka mengajukan
pertanyaan bagaimana siswa akan merespon.
Seorang guru di Jepang menuliskan apa yang mereka bayangkan
dalam perencanan research lesson. Mereka membayangkan apa yang
mereka tanyakan pada siswa dan bagaimana jawaban mereka. Guru
tersebut menyatakan bahwa guru yang baik adalah guru yang dapat
membayangkan bagaimana interaksi siswa seolah-olah dalam kondisi
pelajaran sesungguhnya. Guru yang lain juga memiliki pendapat yang
serupa. Guru tersebut berimajinasi sedang melakukan research lesson
dengan muridnya. Dirinya berkomentar seringkali orang berpendapat
research lesson bertentangan dengan rencana pembelajaran. Sebaiknya
para guru mencoba memberikan pelajaran sebanyak 2 kali. Pada tahap
pertama pengajaran dilakukan dengan siswa imajiner, untuk tahap kedua
dilakukan dengan siswa sesungguhnya. Bila terasa rencana pembelajaran
tidak brjalan dengan baik sepertinya disebabkan teknik pengajaran
32
pertama yang tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh. Terlalu banyak
berharap hasil pelajaran berdasarkan pemikiran saja tanpa menyadari
konsepnya juga tidak memberikan hasil yang nyata.
Pengembangan desain research lesson dapat dilakukan dengan
latihan mengajar, seorang dari anggota kelompok lesson study berperan
sebagai guru dan anggota lain berperan sebagai siswa. Melalui cara ini
respon siswa sesungguhnya dapat diperkirakan. Desain research lesson
diharapkan dapat mengembangkan pemahaman siswa, oleh karena itu
desain research lesson informasi yang berguna bagi anggota kelompok
dan pengamat dari luar. Catatan penting yang tercantum dalam desain
memberikan sinyal bagi observer tentang hal yang perlu diperhatikan pada
tiap tahap research lesson. Sebagai contoh, observer dapat menandai
para siswa yang aktif memecahkan masalah yang diberikan guru, lalu
metode apa yang dipakai untuk membandingkan 2 buah persegi atau cara
siswa menunjukkan perubahan udara panas setelah praktikum.
Dalam desain juga perlu adanya catatan untuk alokasi waktu tiap
unsure lesson study dan materi yang dibutuhkan. Pada akhirnya hasil
research lesson dirangkum dalam tujuan research lesson.
33
contoh, desain pelajaran dapat menunjukkan bagaimana topik research
lesson terkait dengan materi yang diajarkan tahun sebelumnya.
34
pandangan mata atau irama napas yang bersemangat (tsubuyaki). Data
yang dihimpun selama lesson study secara khusus meliputi bukti kegiatan
pembelajaran akademik, motivasi, dan iklim sosial. Gambar 7 dalam bab 4
memberi contoh jenis data yang dihimpun dalam research lesson.
Meskipun data yang dihimpun berfokus pada siswa, nampaknya juga perlu
data mengenai cara berbicara guru dan alokasi waktu yang digunakan
untuk tiap bagian kegiatan pelajaran. Melalui cara ini guru dapat
menganalisis hal yang berkaitan dengan dirinya, sebagai contoh adalah
bagaimana guru mengalokasi waktu dan cara merespon reaksi siswa.
35
merencanakan research lesson sekaligus kerangka kerja untuk rencana
tersebut. Perlu diperhatikan tiap bagian dari rencana dan alokasi waktu
untuk mendiskusikan tiap tahap kegiatan, mendiskusikan kondisi ideal dan
aktual siswa, tujuan jangka panjang untuk siswa, tujuan matapelajaran
dan unit, kelancaran kegiatan pada semua tahap, detail rencana
pelajaran, dan sebagainya.
Memanfaatkan rencana research lesson yang biasa dipakai di
Jepang untuk merencanakan research lesson dan lingkup yang lebih
besar dapat membawa manfaat yang tidak terduga. Seorang guru di
Jepang menyatakan bahwa desain pemandu pembelajaran adalah bentuk
hipotesis lesson study. Rencana pembelajaran perlu mengungkap
masalah yang berkaitan dengan pelajaran, hal apa yang baru terungkap
dari kegiatan pelajaran terakhir, serta menyertakan visi guru tentang
pendidikan, siswa, dan matematika. Hal ini adalah pekerjaan yang besar.
Melalui cara menuliskan hal tersebut di atas maka guru menjadi peka
terhadap kegiatan pelajaran dan matematika.
Guru yang lain berpendapat bahwa menulis rencana pembelajaran
berarti guru sekaligus mengorganisasi ide yang mereka miliki. Menulis
rencana pembelajaran sangat bernilai. Hal ini yang mendasari mengapa
siswa sering diberi tugas menulis, oleh karena itu guru juga harus sering
menulis. Menulis adalah cara untuk mengorganisasi segala pemikiran
tentang tujuan, materi, dan metode pembelajaran.
36
komentator research lesson. Kelompok lesson study Sekolah Paterson 2
dan Sekolah San Mateo melibatkan para pakar bidang matematika,
pendidikan matematika, lesson study, pendidikan negeri Jepang, dan
pembelajaran anak-anak.
Gambar 6 di Bab 4 merangkum peran para pakar lesson study di
Jepang. Para pakar dapat memiliki peran penting di dalam dan luar
sekolah. Para komentator di Jepang sering mengunjungi sekolah tiap
tahun dan berperan menyebarluaskan berbagai hasil kegiatan pelajaran
dan pendekatan pembelajaran ke berbagai sekolah. Bila kelompok lesson
study menghendaki bantuan dari pakar, maka diharapkan pakar tersebut
berpengalaman dengan lesson study yang kolaboratif dan terpusat pada
siswa. Gambar 3 pada bab 2 dapat didiskusikan dengan pakar yang
diundang untuk memperjelas perbedaan antara lesson study dengan
pengembangan professional yang sepenuhnya dipimpin oleh para ahli.
Dalam lesson study peran pakar adalah memberi pertanyaan, memberi
perspektif baru, dan menjadi peneliti tidak langsung, tentunya tidak
sekedar memberi saran.
37
• Memberi informasi kepada observer apa yang harus diperhatikan
selama pelajaran dan data apa yang dihimpun, dan memberi
berkas yang penting (misalnya susunan tempat duduk siswa,
segala yang dilakukan pada tahap tertentu, atau formulir yang
dirancang untuk menghimpun data).
Bagian yang paling menarik adalah melihat apakah ide yang kita
miliki terwujud dalam praktek. Data yang dihimpun observer membantu
kelompok untuk mengamati kejadian-kejadian selama pelajaran secara
perlahan dan mempelajari semua hal. Kelompok harus dapat menentukan
data apa yang dihimpun (perhatikan gambar 7 dalam bab 4), dan
menugaskan orang yang tepat untuk menghimpun data. Di Jepang,
research lesson sering didokumentasikan berupa rekaman suara, video,
foto, tugas siswa, dan catatan pengamatan secara naratif. Bila 1 atau 2
orang guru ditugaskan menghimpun data pada siswa atau kelompok
tertentu, maka guru tersebut mendapatkesempatan untuk belajar
kelemahan dan kelebihan dari kemampuan observasi mereka. Sebagai
contoh, seorang guru di Jepang menyatakan dirinya belajar mengamati
perilaku nonverbal siswanya setelah dirinya disadari dirinya tidak pernah
peka dengan respon nonverbal siswanya.
Gambar 19 memberi petunjuk cara observasi pelajaran. Petunjuk
tersebut harus mendapat perhatian yang besar dari tiap anggota kelompok
dan observer. Peran observer selama lesson study adalah menghimpun
data. Peneliti dari AS menyatakan bahwa observer seharusnya juga
berperan sebagai “mata tambahan” bukan sebagai “kepanjangan tangan”
peneliti. Bila observer dimintai bantuan oleh siswa nampaknya akan sulit
melihat pengaruh perlakuan pembelajaran pada siswa. Biarkan siswa
memahami bahwa guru tambahan berperan sebagai pengamat selama
pelajaran, tidak untuk dimintai bantuan. Oleh karena itu siswa tidak akan
berpikir mereka berhadapan dengan guru yang tidak memberi bantuan.
38
Dalam melakukan research lesson pembagian tugas anggota
kelompok lesson study dapat dipaparkan sebagai berikut.
• Menghimpun materi yang dibutuhkan untuk pelajaran.
• Menggandakan rencana pengajaran untuk observer.
• Mencatat hasil diskusi setelah pelajaran.
• Memfasilitasi diskusi setelah pelajaran.
• Menyebarluaskan hasil lesson study untuk warga sekolah.
Adanya sebagian guru yang bertanggung jawab dalam mengajar,
maka anggota kelompok yang lain dapat mengambil tangung jawab pada
tugas pendukung yang lain. Bila research lesson yang diadakan dipantau
oleh pengamat yang bukan anggota kelompok, maka diharapkan ada
yang bertugas memfasilitasi diskusi setelah pelajaran.
39
4. Diskusi Umum. Diskusi dapat berupa diskusi singkat yang dipimpin
moderator. Focus diskusi pada pembelajaran dan perkembangan
siswa, serta elemen mana dari pembelajaran yang menunjang.
Moderator berwenang membatasi pembicaraan, atau menentukan
tema diskusi, sehingga arah pembicaraan terkendali. Hal yang
sensitive sebaiknya dibicarakan dalam waktu tersendiri.
5. Komentator Luar (bersifat opsional). Seorang komentator dari luar
kelompok dapat disertakan dalam diskusi.
6. Penutup. Pada umumnya bila diskusi melibatkan orang banyak maka
pengurus sekolah memberikan ungkapan terima kasih kepada
segenap pelatih, perencana, dan peserta atas partisipasi mereka
dalam pengembangan pelajaran di sekolah. Sebagai tambahan,
peserta juga mengungkapkan terima kasih kepada para pelatih dan
menceritakan hal yang telah mereka pelajari selama kegiatan.
*dari Clea Fernandez
Catatan: tata cara di atas berdasarkan agenda diskusi tentang video Can
You Lift 100 Kilograms? (www.lessonresearch.net ), dan informasi lebih
lanjut tersedia di www.globaledresources.com dan
www.tc.edu/centers/lessonstudy/.
Gambar 19. Tata cara Observasi dan Diskusi Research Lesson.
40
• Perlu dipahami bahwa kgiatan lesson study adalah untuk
kepentingan bersama. Setiap anggota bertanggung jawab memberi
penjelasan setiap pemikiran dan perencanaan pelajaran.
• Pelatih atau guru yang merencanakan pelajaran diharapkan
mengungkapkan dasar pemikiran mereka menyusun rencana
pembelajaran, perbedaan dengan situasi yang sesungguhnya
dengan perencanaan yang diharapkan, serta aspek apa yang akan
dievaluasi dari observer.
• Diskusi berfokus pada data yang dihimpun observer. Observer
menyatakan secara khusus tentang pekerjaan dan rekaman
percakapan siswa. Observer tidak dibenarkan menilai tentang
kualitas hasil pembelajaran.
• Waktu diskusi dibatasi, oleh karena itu percakapan yang keluar
jalur harus dikendalikan.
Walau nampaknya tidak menyenangkan membatasi kegiatan
diskusi, guru di Jepang berpendapat bahwa akhir dari diskusi adalah
sekaligus awalnya. Mereka berpendapat adanya umpan balik dapat
disampaikan secara informal. Seorang guru berpendapat saat diskusi
bahwa research lesson tidak berakhir saat diskusi. Research lesson
adalah berkelanjutan, hal ini memberi kesempatan padanya untuk saling
berbagi dengan rekan guru yang lain. Sebagai contoh, dirinya bertanya
pada rekannya tentang caranya mengajar, selanjutnya rekannya
memberikan saran konkret dan dorongan. Kegiatan ini menjadikan
hubungan antar guru semakin erat.
Guru di Jepang saling memahami alasan dan manfaat diskusi
setelah research lesson. Oleh karena itu guru di AS perlu membangun
rasa saling memahami seperti itu. Beberapa saran yang dapat bermanfaat
adalah sebagai berikut.
• Mengutarakan dan mereview agenda dan aturan dasar, sehingga
tiap anggota memahami macam diskusi yang akan dilakukan.
41
• Menunjuk seorang pimpinan yang mengendalikan waktu dan
menyediakan fasilitas, serta menyepakati tentang bagaimana
fasilitator mengendalikan jalannya pembicaraan.
• Menyusun rencana yang tersusun dengan baik untuk menghimpun
dan menyajikan data agar diskusi berjalan dengan menarik.
• Menunjuk seorang anggota yang bertugas sebagai pencatat. Pada
kesempatan lain dirinya berperan untuk memberi petunjuk hal
berikutnya yang akan dibahas.
• Melakukan refleksi untuk menunjukkan research lesson sebagai
kepentingan bersama, bukan hanya untuk guru pengajar, karena
pengajar pun membutuhkan dukungan semua anggota.
42
3. Apakah lesson study dapat memberi dorongan untuk
mengembangkan pengetahuan tentang materi yang diajarkan,
aktivitas belajar, dan perkembangan siswa?
4. Apakah pencapaian lesson study dapat dirasakan oleh semua
pihak?
5. Apakah setiap anggota bekerja sama secara produktif dan saling
mendukung?
6. Apakah tujuan kegiatan telah tercapai?
7. Apakah tiap anggota merasa dilibatkan dan dihargai?
8. Apakah non-partisipan mendapat informasi dan undangan seputar
kegiatan?
Guru di AS membutuhkan keberanian untuk memulai lesson study.
Kelompok lesson study yang dirintis akan menghadapi rintangan yang
selama ini dibangun oleh dunia pendidikan AS. Pada awalnya lesson
study hanya sekedar sambutan yang meriah. Namun sesunguhnya
kelompok harus menunjukkan komitmen untuk pemberdayaan diri di
sekolah dan di luar sekolah. Hasil apapun yang telah diraih layak untuk
dihargai dan dirayakan.
43
BAB VII
DUKUNGAN UNTUK LESSON STUDY
44
kemampuan menyelesaikan permasalahan, aktif dalam upaya memahami
fenomena alam, dan budaya berpikir ilmiah. Siswa kelas 5 hanya
mempelajari 7 topik selama 95 pertemuan pelajaran sains. Salah satu
topik tentang pendulum dan berat dijabarkan sebagai berikut.
Siswa diarahkan untuk memahami hukum gerakan dengan menggunakan
pemberat untuk mengamati fenomena gerakan. Hal ini dilakukan dengan
mengubah bobot pemberat, perubahan kecepatan, dan sebagainya.
Selanjutnya siswa memahami bahwa:
1. Perubahan waktu yang terjadi pada pemberat saat berayun tidak
ditentukan oleh bobot pemberat, tetapi oleh jarak yang ditempuh.
2. Fungsi dari gerakan pemberat tergantung pada massa pemberat
dan kecepatan gerakan.
Terdapat pula topik lain yang serupa dalam hal jumlah materi yang
dipelajari. Adanya sejumlah 13-14 pertemuan dalam satu topik seperti
materi pendulum dan pemberat, rasanya cukup masuk akal bagi guru
untuk meluangkan waktu menciptakan berbagai cara untuk menarik
perhatian siswa dan menciptakan pemahaman yang mendalam.
Sebaliknya beberapa guru di AS justru merasa terbebani mengajarkan
topik pendulum dan pemberat dalam satu periode dan memilih metode
ceramah. Oleh karena itu nampaknya sulit mengamati proses berpikir dan
interaksi siswa.
Guru di AS yang menghadapi pedoman-pedoman dan buku teks
yang tebal tidak perlu menyerah. Melalui identifikasi topik-topik yang
dianggap sulit oleh siswa, mencari topik yang unik yang tidak tercantum
dalam buku dan pedoman, dan berbagi pengalaman dengan rekan-rekan
dalam hal inti materi pelajaran, maka guru dapat memperoleh fokus yang
baik untuk lesson study.
45
semester, dan sebagainya. Saat melakukan hansei siswa menanyakan
pada diri sendiri. Contohnya adalah “Apakah saya telah berupaya dengan
keras?”, “Apakah saya mengingat materi untuk pelajaran minggu ini?”,
“Apakah saya telah berbuat baik pada orang lain?”, dan “Pelajaran apa
yang saya anggap sulit?”. Gambar 20 menunjukkan beberapa aktivitas
siswa dalam hansei. Cukup menarik menyaksikan siswa beserta guru
merefleksikan kegiatan mereka hari itu. Oleh karena itu dalam penelitian
pun perlu dilakukan refleksi untuk mengukur seberapa besar hasil yang
dicapai dalam penelitian dan apa yang harus dilakukan untuk
meningkatkan kualitas hasil yang dicapai. Kebiasaan melakukan refleksi
kritis untuk diri sendiri adalah kunci pendukung lesson study dan
pendidikan di Jepang secara umum.
Semangat hansei yang terbuka dan terfokus pada perbaikan
kekurangan sesseorang adalah nilai inti dalam lesson study. Research
lesson di Jepang yang dilakukan para tokoh pendidik mampu menarik
perhatian ribuan guru walaupun hasil kegiatan seperti ini belum tentu
dapat menjadi model terbaik. Sebaliknya, mereka mereka berfokus pada
aspek pengajaran di kelas yang akan dikembangkan. Sesungguhnya
fokus kegiatan mereka tidak terlalu penting, apa yang menyebabkan
mereka terfokus pada aspek tersebut? Oleh karena itu kritik pada diri
sendiri dan saran dari pihak lain dapat menciptakan iklim yang
menyenangkan untuk pemberdayaan dunia pendidikan.
Sebuah penelitian tentang pemberdayaan sekolah di enam wilayah
menandai pentingnya menawarkan kemampuan seseorang dalam proses
pemberdayaan. Satu kualitas yang membedakan suatu sekolah yang
berhasil adalah kemauan para pemimpin dan pengelola untuk berbagi
pengetahuan dan saling menilai satu sama lain. Kemauan untuk saling
terbuka dan mengungkapkan kekurangan masing-masing akan
membentuk kekuatan untuk pemberdayaan diri. Melalui cara serupa
dengan secara sukarela mengajar dalam research lesson para pioner
lesson study dapat memecah kebuntuan di antara sesama mereka.
46
BAB VIII
KESALAHAN KONSEP DALAM LESSON STUDY
47
merespon aktivitas yang disusun. Selanjutnya guru membandingkan hasil
dari skenario yang disusun dengan hasil nyata dalam pelajaran. Reaksi
siswa sesungguhnya akan digunakan untuk mengkaji ulang rencana
pembelajaran serta metode pengajaran secara umum. Fokus lesson study
tidak terpaku pada satu periode pelajaran, akan tetapi pada unit dan visi
pengajaran yang lebih besar dari pelajaran tersebut. Istilah lesson dalam
bahasa Jepang adalah Jugyou yang bermakna pelajaran dan pengajaran.
48
setelah mengesampingkan model permasalahan lain yang operasi dan
visualisasinya dianggap terlalu mudah untuk siswa. Ide dasar melakukan
lesson study adalah adalah kegiatan menulis, berbicara, dan presentasi
dalam suatu kegiatan atau permasalahan dapat berpengaruh pada
kemampuan belajar siswa.
Selanjutnya, guru di Jepang terkadang menggunakan kata “script”
atau “drama” untuk menjelaskan seluruh proses pembelajaran, yaitu
pertanyaan yang diajukan guru, solusi dan proses berpikir para siswa, dan
berbagai pengalaman yang dialami siswa yang akan memperkuat
pemahaman mereka. Skenario/script ini membantu para guru untuk
mempertimbangkan pertanyaan yang akan diajukan dan bagaimana
memanfaatkan reaksi siswa untuk memberdayakan mereka.
Bila ternyata guru di AS mendengar tentang guru di Jepang juga
mengikuti skenario, apa yang akan terjadi adalah skenario tidak harus
dicermati dan diterapkan guru dengan ketat. Sebenarnya di sini bukanlah
permasalahannya. Praktisi lesson study yang cakap di Jepang
menyarankan bahwa dalam research lesson, guru lebih hati-hati
mengembangkan materi pembelajaran dan selanjutnya lupakan materi
pembelajaran tersebut sehingga guru dapat memperhatikan wajah para
siswa. Guru di Jepang telah menyadari bahwa pembelajaran adalah
proses yang mengalir tanpa henti dimana banyak hal yang harus
ditentukan dalam sesaat dan bahwa tujuan rencana pembelajaran
terkadang menghasilkan wawasan penting untuk mengembangkan
pembelajaran. Sebuah kelompok lesson study yang telah berpengalaman
menyebut diri mereka Metode Eksplorasi Kutub. Guru yang tergabung
dalam kelompok itu menyebut demikian karena adanya kesamaan antara
mengajar dengan eksplorasi ke daerah kutub. Kedua pekerjaan ini
membutuhkan keterampilan yang mumpuni, latihan yang keras, dan
perencanaan yang matang, tetapi dalam kondisi yang tak terduga
perencanaan dapat dikesampingkan, seperti munculnya badai di kutub.
49
Kesalahan 4: Lesson Study Adalah Sekedar Pembelajaran yang
Direncanakan di Atas Kertas Lalu Dibagikan Kepada Tiap Anggota
Kelompok
Terkadang kita ditanya tentang apakah fokus lesson study hanya
memberikan penyempurnaan dalam proses pembelajaran lalu disertifikasi
dan dipublikasikan saja. Sesungguhnya publikasi hasil lesson study terjadi
karena para guru memilih sendiri model pembelajaran yang mereka suka
dan selanjutnya mereka adaptasi dalam kelas mereka. Jarang sekali suatu
perkumpulan profesional atau individu yang mempublikasikan hasil-hasil
dari kegiatan lesson study pada topik tertentu.
Dunia ini senantiasa berwarna-warni dan selalu berubah. Tidak ada
yang menjamin bahwa metode pembelajaran tertentu akan dapat
diaplikasikan pada semua siswa di semua sekolah atau dapat digunakan
selamanya. Lesson study adalah alat bagi guru agar tanpa berhenti selalu
memperbaiki proses pembelajaran, sehingga senantiasa dapat merespon
reaksi siswa di kelas. Bila terdapat pertanyaan mengapa begitu banyak
sekolah yang mengadopsi tema research yang berkaitan dengan
pemupukan insiatif dan gairah siswa untuk belajar, maka seorang guru di
Jepang akan menjawab bahwa 30 tahun yang lalu siswa di Jepang duduk
terdiam dan mendengarkan semua yang diajarkan guru dan belajar keras
segala yang ditugaskan guru. Siswa pada saat ini tidak punya cukup
waktu untuk memperhatikan guru. Guru juga tidak memiliki status yang
menonjol. Sehingga kita harus bekerja keras menarik perhatian siswa agar
mau belajar sains dan pelajaran lain. Siswa tidak akan pernah mau belajar
hanya dengan nasihat. Guru yang harus aktif mendesain pembelajaran
agar siswa mau belajar sains dan mengolah diri mereka.
Nampaknya pernyataan di atas bukanlah hal yang baru. Lesson
study tidak akan pernah berhenti seperti halnya kehidupan yang
senantiasa berubah. Aspek “lesson” dari lesson study mengacu pada
sistem pengajaran secara keseluruhan. Apakah setiap siswa telah belajar
dan mengembangkan diri? Apakah materi pembelajaran, teknik mengajar,
dan hubungan interpersonal yang kita miliki dapat mewujudkan tujuan
50
jangka panjang untuk siswa? Meskipun lesson study dalam materi teknik
pengurangan dengan regrouping berkahir dengan dihasilkannya model
pertanyaan dan desain yang bagus, akan tetapi pengamatan aspek yang
lain dalam research lesson dapat memicu munculnya lesson study yang
baru dengan arah berbeda. Contohnya adalah bagaimana siswa
berinteraksi dengan teman atau kemampuan membuat inisiatif. Sehingga
tujuan dan materi lesson study tidak akan pernah dimakan waktu, lesson
study akan selalu tumbuh.
51
Kesalahan 6: Lesson Study Hanya Sekedar Riset Dasar
Terminologi “lesson study” sebenarnya dapat diterjemahkan
sebagai “research lesson” atau “instructional research”. Guru di Jepang
menganggap lesson study sebagai riset, dan kadang menyisipkan dalam
peta konsep lesson study bentuk hipotesis tentang perubahan dalam
metode pengajaran yang mendorong siswa ke arah yang diinginkan. Akan
tetapi, lesson study mempunyai 2 perbedaan dengan sebagian besar
bentuk riset pendidikan di AS dan bahkan pada beberapa riset serupa.
Pertama, tujuan primer lesson study bukanlah membangun
pengetahuan untuk diaplikasikan orang lain. Lesson study adalah agar
guru dapat memberdaya diri untuk meningkatkan kualitas proses
pengajarannya. Hal ini dilakukan secara langsung dalam research lesson
dan secara tidak langsung melalui segala hal yang dipelajari guru selama
proses dan memanfaatkannya di masa mendatang. Para pendidik di
Jepang umumnya selalu membagi-bagikan pengalaman mereka seputar
research lesson, akan tetapi tidak dapat diasumsikan bahwa hasil
kegiatan di setting tertentu akan dapat digunakan di setting yang lain.
Tujuan primer lesson study akan selalu berupa pemberdayaan proses
pengajaran sesuai dengan kondisi masing-masing guru, selanjutnya
melakukan dokumentasi segala proses pengajaran agar semua pihak
yang berminat dapat memahami dan mengambil manfaatnya. Kelompok
kontrol, pengujian reliabilitas, inferensi statistik, observer yang awam
terhadap hipotesis, dan riset lain yang serupa yang diarahkan untuk
cenderung menerapkan hasil dari satu riset untuk semua setting tidak
diterima dalam lesson study. Di sisi lain, manfaat primer memberi
dorongan pada siswa dalam setting ini berarti ruang kelas dijadikan
sebagai tempat pengumpulan informasi cara siswa merespon pelajaran
dan hal yang telah mereka pelajari.
Kedua, lesson study adalah bentuk upaya perbaikan secara aktif,
tidak sekedar berupa ide atau pertanyaan. Bentuk pertanyaan seperti
“Mengapa sebagian siswa aktif dalam kegiatan problem solving sains,
sementara yang lain tidak?” akan menjadi pemandu riset atau inkuiri di
52
AS. Suatu pertanyaan dalam lesson study akan dimodifikasi dalam bentuk
intervensi aktif. Sebagai contoh, pertanyaan tersebut akan diubah menjadi
seperti “apakah kumpulan permasalahan (seperti mengangkat karung
seberat 100 kilogram) mampu mendorong partisipasi siswa dalam
kegiatan pemecahan kasus sains?” sebuah proses pembelajaran dikaji
ulang, lalu diuji coba dan tingkat partisipasi siswa dipelajari. Arah lesson
study tidak untuk mengisolasi variabel tertentu dan mempelajari efeknya
secara terpisah, tetapi menggunakan segala kualitas yang mendukung
proses pengajaran yang baik. Hal tersebut diwujudkan dalam kehidupan
sehari-hari, bukan hanya saat research lesson sehingga para kolega
dapat menyaksikan efek kumulatif praktik lesson study di kelas dan
sekolah. Nampaknya seseorang akan kebingungan bila menyaksikan
tayangan video Secrets of Trapezes dimana seorang guru menyatakan
bahwa kegiatan research lesson untuk pelajaran pendulum sebagai
“latihan” untuk menghadapi research lesson terbuka untuk materi
pengungkit pada musim gugur yang akan datang. Bagaimana mungkin
pelajaran pendulum dijadikan latihan untuk pelajaran pengungkit?
Beberapa guru menjelaskan bahwa kedua pelajaran tersebut memiliki
kemiripan, dimana akan memberikan wawasan tentang filosofi pendidikan
sains di sekolah dan filosofi pembinaan siswa dalam gairah, keterampilan,
dan pola pikir ilmiah, sekaligus kemampuan siswa mencerna pelajaran
sains.
Dalam model riset tradisional, riset diaplikasikan dalam praktik.
Dalam lesson study, praktik itu sendiri adalah sekaligus sebagai riset
(perhatikan Gambar 3 pada Bab 2). seorang dokter mendiagnosis
penyakit alergi susu dengan menganjurkan pasien berhenti minum susu
dan melihat pengaruhnya. Lesson study juga menggunakan metode yang
sama. Sebagai contoh, seorang guru mencatat permasalahan seperti
motivasi rendah dalam belajar sains akan melakukan perubahan dalam
pendekatan metode mengajarnya. Selanjutnya diamati apakah terjadi
perubahan. Praktik medis dan mengajar adalah sains klinis, pada
53
dasarnya berhubungan dengan upaya memberdaya kondisi para klien dan
secara sekunder berhubungan dengan membangun pengetahuan aplikatif.
Kekhilafan adalah hal yang wajar dalam proses belajar. Kesalahan
konsep lesson study adalah hal yang alami dalam proses memahami
lesson study dan mewujudkannya di AS. Kesalahan konsep justru menjadi
bukti bahwa lesson study diterima dengan baik oleh para pendidik di AS.
Nilai positif apa yang dapat membantu para pendidik di AS untuk
memperbaiki segala kekhilafan dan membangun wawasan yang baru
tentang lesson study? Hal ini akan diulas pada bab berikutnya.
54
BAB IX
LANGKAH SELANJUTNYA
55
bagi sebagian besar guru di AS. Rangkaian proses di atas tidak dirancang
untuk kondisi di AS sehingga terlebih dahulu harus diadaptasikan dengan
seksama. Seorang tokoh pendidik Deborah Loewenberg Ball berpendapat
bahwa penerapan lesson study bukanlah berupa “implementasi program”,
akan tetapi sebagai adaptasi dan penyusunan wacana baru. Untuk
mewujudkan proses adaptasi, guru di AS perlu menciptakan kondisi
seperti waktu, kurikulum terfokus, dan dukungan untuk proses
pembelajaran trial and error, tentunya dengan dukungan untuk antisipasi
kekhilafan dan kekecewaan. Tahap ini adalah awal yang berat.
Pada umumnya proses reformasi pembelajaran banyak mengalami
kegagalan, sebagaimana diungkapkan sebelumnya. Hal ini disebabkan
adanya kecenderungan menonjolkan sisi penampilan daripada unsur
esensialnya. Sebagai contoh, dapat dibayangkan dalam lesson study
dimana pemerintah daerah mencanangkan program lesson study.
Kegiatan ini dilakukan dengan cara melibatkan guru secara kolaboratif
menyusun dan mendistribusikan rencana pembelajaran (salah satu ciri
lesson study). Di sisi sebaliknya, rencana pembelajaran sendiri tidak
memiliki peran yang penting dalam pemberdayaan keterampilan
mengajar. Kemajuan dalam pembinaan guru profesional lebih terletak
pada pengalaman dalam penentuan tujuan secara kolaboratif,
perencanaan, observasi, dan diskusi pelajaran. Inovasi bukan merupakan
bentuk lesson study, para perintis lesson study harus mengenal bentuk
esensial lesson study berdasarkan kerja yang seksama dan berkelanjutan,
dengan melakukan refleksi apakah kegiatan lesson study yang dilakukan
telah menunjukkan pengalaman yang signifikan seperti yang digambarkan
pada Bab , serta mengamati apakah proses awalnya telah menunjukkan
aspek yang ditunjukkan dalam Bab 2.
Bila ternyata lesson study dapat berjalan di AS, hal ini mungkin
karena upaya beberapa kelompok guru mengadaptasikan bentuk
pendekatan ini dalam kondisi di AS dan saling berbagi pengalaman. Para
perintis lesson study ini berhasil karena telah menemukan bentuk
pendekatan yang benar-benar aplikatif. Di sisi lain mereka telah
56
merasakan bahwa upaya mereka akan membantu mereka memahami
keadaan siswa, proses pembelajaran, dan materi pelajaran. Lesson study
telah membantu para guru mengajar dengan sistem yang lebih efektif.
Pada mulanya, lesson study di AS tidak menampakkan hasil seperti
halnya di Jepang dimana banyak terdapat pakar dan publikasi seputar
lesson study. Lesson study akan dapat diterima bila para pendidik di AS
termotivasi bekerja keras menampilkan lesson study di AS. Para guru di
AS merasakan adanya kepuasan secara profesional karena lesson study
telah membuktikan bahwa kegiatan mengajar sehari-hari pada saatnya
nanti akan menentukan terwujudnya tujuan jangka panjang mereka. Di sisi
lain terungkap adanya kepuasan secara intelektual karena lesson study
membuktikan pemecahan suatu kasus ternyata terkait dengan proses
belajar siswa. Efektifitas lesson study telah menjadi sisi lain yang
memotivasi para guru. Nick Timpone dari Sekolah Paterson 2
menceritakan bahwa lesson study telah membuat para guru mampu
menyadari pentingnya berinteraksi dengan siswa setiap saat. Lesson
study menuntut guru untuk berefleksi sejauh mana mereka mampu
menarik perhatian siswa dan kemampuan untuk mengubah gaya
mengajar. Lesson study menjadikan dirinya guru yang lebih reflektif dan
sabar. Pada saat ini dirinya lebih menikmati profesinya sebagai guru.
Lesson study juga memberi dorongan bagi guru untuk
mengupayakan pemberdayaan diri dan mewujudkannya di dalam kelas.
Dalam gambar 21, guru di AS pada umumnya menghadapi berbagai
model inovasi dalam pembelajaran, akan tetapi mereka justru tidak
memiliki waktu yang cukup untuk mengimplementasikan berbagai model
tersebut. Gambar 22 menunjukkan bahwa guru di jepang juga
menghadapi berbagai tekanan untuk segera menciptakan perubahan
dalam dunia pendidikan. Hal ini mungkin disebabkan budaya masyarakat
industrial. Hanya saja guru di Jepang menghadapi tuntutan yang relatif
sedikit, koheren, dan dapat diatasi secara bersama. Lesson study di
Jepang menjadi wahana bagi guru untuk berdiskusi, melakukan uji coba,
dan mengkaji ulang arah reformasi pendidikan Jepang, yaitu menjadikan
57
siswa memiliki kemauan untuk belajar dan belajar dengan semangat. Guru
di AS sepertinya sudah mengalami kejenuhan. Akan tetapi karena leson
study terbnukti berhasil, maka guru di AS harus mengesampingkan
kejenuhannya dan sebaliknyaberupaya menjadikan lesson study sebagai
proses yang akan membantu menghadapi berbagai tuntutan dan
mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari, atau mencampakkannya
bila terbukti tidak berguna.
Keberhasilan lesson study diterapkan di AS bukan berarti
memberikan pujian yang berlebihan bagi para perintisnya, keberhasilan
tersebut lebih dikarenakan upaya bersama berbagai pihak untuk
mengadaptasikan lesson study dalam kondisi AS. Di sisi lain adalah
keberhasilan telah menjadikan lesson study sebagai bentuk pendekatan
yang bermanfaat bagi guru yang mendambakan pemberdayaan
keterampilan mengajar mereka. Faktor lain yang mendukung adalah
kemauan untuk saling berbagi pengetahuan sebagaimana para guru di
Sekolah Paterson 2 dan Sekolah San Mateo yang mengungkapkan hasil
research lesson mereka kepada khalayak dunia pendidikan AS. Para
siswa dari kedua sekolah tersebut memiliki kegemaran belajar matematika
sehingga dapat mengingatkan betapa pentingnya kerja keras menerapkan
lesson study. Seorang perintis lesson study dari Sekolah Paterson 2
bernama, Bill Jackson mengisahkan bahwa mengatakan pada guru di AS
bahwa lesson study itu mudah adalah kesalahan besar. Lesson study
adalah pekerjaan yang berat dan membutuhkan banyak persiapan. Akan
tetapi upaya yang keras akan sebanding dengan hasil yang didapat.
Hasilnya berupa pemberdayaan kemampuan mengajar secara nyata.
Perintis lesson study harus memiliki mental baja untuk mendobrak
tradisi yang mengekang kebebasan sekolah, serta pekerjaan ini
membutuhkan modal intelektual dan kemampuan interpersonal. Apakah
Anda siap untuk lesson study?
58
Siswa Integrasi
memahami teknologi
yang diajarkan
Memakai Penanggulangan
pembelajaran pemakaian
kooperatif narkoba
Kurikulum Model
Buku Teks Sains Pemerintah
Kurikulum Daerah
Kerangka Kerja Daerah
Assesmen Autentik
Pedoman Nasional
Rubrik Penilaian
Daerah terbaru
Pemerataan Pendidikan
Abad 21
59
REVISI NATIONAL
COURSE
OF STUDY
Penekanan
pada
pembelajaran
Kalau begitu tema lesson
yang lebih aktif
study kita adalah
mendorong siswa agar
Diskusi tentang berinisiatif untuk belajar
revisi national dan banyak bergaul
course of study
Pemerataan Pendidikan
Abad 21
Research Lesson
Buku Teks Sains
60
LAMPIRAN 1
Penggunaan Papan Tulis dan Keterampilan Menulis Siswa:
Seni yang Dilahirkan dari Lesson Study
61
analisis dalam research lesson.
Guru di Jepang menggunakan prinsip berikut untuk merencanakan dan
mengevaluasi penggunaan papan tulis.
● Apakah siswa dan guru memahami jalannya pelajaran dari papan tulis?
Apakah penggunaan papan tulis telah logis dan koheren untuk
membantu siswa memahami pelajaran?
● Apakah tujuan dan aktivitas pelajaran nampak dengan jelas di papan
tulis?
● Apakah papan tulis dapat mencerminkan pendapat, cara berpikir, dan
ide siswa?
● Apakah papan tulis dapat menunjukkan bagaimana ide siswa ditantang
dan dikembangkan melalui diskusi kelas?
● Apakah materi yang ditampilkan di papan tulis bermakna bagi siswa dan
efektif untuk membangun pemahaman siswa?
Guru terkadang mengomentari bahwa cara menggunakan papan tulis
oleh guru dapat dilihat dari kemampuan mencatat siswanya. Siswa tidak dapat
diharapkan menjadi terampil mencatat di bukunya jika tidak memiliki contoh
yang baik dari papan tulis. Sebagian besar guru mempersiapkan handout pada
awal tahun ajaran untuk membantu siswa belajar menulis. Pada trimester
pertama, handout nampak berupa kalimat pertanyaan dan ruang kosong untuk
mengisi jawaban, berbagai penjelasan, segala jawaban, dan refleksi kegiatan
belajar (sebagai contoh, hal apa saja yang ditemukan, dipahami, dan dirasakan
oleh siswa). Sebagian guru juga memerintah siswa untuk mencatat jawaban
teman dan apa yang mereka pikirkan tentang jawaban temannya. Terkadang
siswa diharapkan menyalin isi handout ke dalam buku tulis, sehingga handout
akan nampak ringkas. Seiring berjalannya waktu, secara perlahan guru tidak
lagi memberi handout dan selanjutnya memerintah siswa untuk lebih banyak
mencatat dalam buku. Sebagai contoh, guru hanya memberikan fotokopi
naskah suatu permasalahan dan siswa menuliskan penjelasan dan refleksi di
buku catatan mereka. Selanjutnya siswa mengumpulkan buku tulis mereka agar
guru dapat mengevaluasi dan memberi saran untuk perbaikan.
62
Perencanaan penggunaan papan tulis kurang diminati dalam pelajaran
matematika di AS. Pada umumnya papan tulis diisi dengan materi yang tidak
terkait dengan pelajaran dan menyisakan tempat yang sempit untuk
menunjukkan informasi penting agar pelajaran dapat dikuasai. Penggunaan
papan tulis lebih dari satu di tempat berbeda (di depan, di belakang, di tepi, dan
papan tulis beroda) menyebabkan terpecahnya informasi, sehingga siswa
kesulitan dalam memfokuskan perhatian, dan menyimpang dari koherensi
pelajaran. Informasi dapat ditulis dan dihapus secara tidak terorganisir. Papan
tulis di AS umumnya digunakan untuk menjelaskan berbagai prosedur, jarang
sekali digunakan untuk membangun konsep matematika bersama dengan ide-
ide siswa. Terlebih bila memakai OHP, maka informasi penting untuk
membantu siswa memahami pelajaran musnah begitu saja saat OHP
dimatikan.
Para guru yang memfokuskan perhatian pada keterampilan menulis
siswa akan menyadari bahwa organisasi papan tulis secara seksama memiliki
manfaat yang sama seperti memberi instruksi langsung dan umpan balik di
buku tulis. Lesson study adalah kesempatan untuk mengeksplorasi dan
memoles keahlian seni papan tulis dan menulis.
63
LAMPIRAN 2
PERENCANAAN PANDUAN BELAJAR MATAPELAJARAN SAINS
Berdasarkan Research Lesson dalam
Video Can You Lift 100 Kilograms?
2. Tujuan
● Siswa mampu menginvestigasi desain dan operasi pengungkit dengan
mengubah posisi dimana gaya diberikan dan resultan gaya.
● Untuk mempelajari bahwa:
a) Sudut pengungkit akan berubah bila posisi beban digeser, meskipun
berat beban tidak berubah.
b) Pengungkit memiliki 3 titik utama, yaitu: titik tumpu, titik gaya, dan titik
resistan.
c) Dalam cara kerja pengungkit, ada hubungan antara besar gaya yang
diberikan dengan letak gaya yang diberikan. Pada saat terjadi
kesetimbangan pengungkit, besar dan posisi gaya saling
berhubungan satu sama lain berdasarkan hukum kekekalan.
64
menggunakan ide-ide temannya sebagai referensi sehingga siswa terpacu
untuk menggali ide mereka lebih dalam, dan hal ini juga menjadi alasan unit ini
digunakan untuk lesson study.
65
setimbang dan belum setimbang.
66
(3) Strategi untuk dukungan dan Evaluasi
Guru mempersiapkan lembar kerja untuk tiap permasalahan yang
disajikan dalam pelajaran, lembar ini juga dipakai untuk mengukur
kedalaman dan kelancaran keterampilan berpikir siswa. Siswa yang
tidak memiliki rasa percaya diri untuk mengungkapkan dan berbagi
pemikiran dapat menuliskan segala yang mereka pikirkan di lembar
kerja, oleh karena itu mereka dapat mengorganisasi ide-ide mereka.
Selanjutnya secara perlahan mereka akan meninggalkan kebiasaan
menulis karena mereka mampu memperdalam kemampuan berpikir
mereka melalui diskusi kelompok.
Guru juga ingin mengembangkan nilai tsubuyaki (bentuk perasaan
yang tercermin dari dalamnya napas) pada siswa selama kegiatan
percobaan. Kegiatan pada unit ini dilakukan dengan team teaching,
oleh karena itu diharapkan guru dapat menangkap tsubuyaki lebih
dalam, lalu berupaya menyebarkan tsubuyaki tersebut pada siswa
lain. Melalui cara tersebut diharapkan mampu memperdalam
kemampuan berpikir siswa.
67
6. Rencana Pembelajaran (Rencana Unit: Sembilan Pelajaran @ 45 menit)
Pelajaran Kegiatan Belajar Metode/Hal yang Perlu
Bagian 1. Memindahkan Objek yang Dicatat
Berat
1 Apa yang harus dilakukan untuk Support/Evaluasi:
mengangkat beban berat dari Lembar Kerja
permukaan tanah?
• Berapa bebannya? Materi Kurikulum:
• Peralatan apa yang akan Karung pasir
digunakan?
• Bagaimana prosedurnya?
2 dan 3 Melakukan percobaan Aktivitas Siswa:
(Research • Dapatkah terangkat? Mengelompokkan siswa
Lesson) • Bagaimana rasanya? berdasarkan kesamaan ide.
• Apakah ada cara lain yang lebih
mudah? Materi Kurikulum:
• Mencoba dengan tongkat. Karung pasir, tongkat, dan
• Mencoba menggeser posisi peralatan lain yang diusulkan
angkatan. siswa.
• Mencoba menggeser tempat
tumpuan. Support/Evaluasi:
• Apa yang terjadi dengan beban? Lembar kerja, Komentar Siswa
4 Berupaya menemukan prinsip untuk
memindahkan benda berat.
• Memikirkan hubungan antara
titik penumpu dan titik gaya.
• Memikirkan tentang besar gaya
yang diberikan pada titik gaya.
Bagian 2. Prinsip yang Mengatur
Kesetimbangan Pengungkit
5 Menemukan prinsip-prinsip pengungkit Support/Evaluasi:
sesaat beban mulai terangkat. Lembar Kerja
• Memikirkan apa yang terjadi Komentar Siswa
dengan beban bila kita
mengubah jarak antara
penumpu dengan titik resistan
dan penumpu dengan titik gaya,
kemudian bila kita mengubah
berat beban yang akan diangkat.
6 Menemukan prinsip pengungkit sesaat Support/Evaluasi:
terjadi kesetimbangan. Lembar Kerja
• Mencoba menyeimbangkan Komentar Siswa
pengungkit dengan cara
mengubah jarak antara
penumpu dan titik resistan,
kemudian antara penumpu dan
titik gaya, kemudian dengan
mengubah berat beban.
68
7 Membandingkan prinsip pengungkit saat
terjadi kesetimbangan dan saat belum
setimbang.
• Menyamakan persepsi:
bagaimana pengungkit setimbang
atau belum setimbang tergantung
pada besarnya ”berat beban x
jarak dari penumpu” pada lengan
kanan dan kiri tuas pengungkit.
Bagian 3. Mengidentifikasi Perkakas
yang Menggunakan Prinsip
Pengungkit
8 Mencoba menggunakan perkakas yang Proses Belajar:
memanfaatkan prinsip pengungkit di saat Neraca Timbang
setimbang.
• Memakai neraca timbang
9 Menggunakan beberapa perkakas yang Materi Kurikulum:
memanfaatkan prinsip pengungkit saat Peremuk Kaleng
tidak setimbang.
• Memakai peremuk kaleng.
• Memakai pembuka tutup botol.
• Memakai gunting kuku.
• Memakai gunting.
69
(2) Pengembangan Pelajaran
Kegiatan Guru 1 Kegiatan Belajar Hal Penting yang Kegiatan Guru 2
Perlu Dicatat
Panduan pada Mencoba Karung no.1 memiliki Memberi panduan
seluruh siswa: mengangkat karung bobot sekitar 30 kg. dan bantuan untuk
Memeriksa kondisi pasir no.1: tiap anggota
eksperimen dan Memakai perkakas Kelompok yang kelompok.
saran untuk yang biasa digunakan pertama kali
kelompok sehari-hari. mengutarakan Memberi panduan
Hanya satu orang pendapatnya dan saran pada
Panduan pada yang mengangkat mendapat kelompok yang
seluruh siswa: beban. kesempatan pertama bekerja dengan
Menentukan arah Setiap anggota melakukan karung no.2.
kemajuan yang akan kelompok diberi tugas percobaan.
dicapai untuk mengangkat beban. Memberi panduan
kegiatan eksperimen Hasil percobaan untuk seluruh kelas
selanjutnya. Memastikan beban direkam dalam lembar bahwa beban dapat
Memberi panduan telah terangkat: kerja sesuai dengan terangkat oleh
dan saran pada Kelompok yang yang didiskusikan kelompok yang
kelompok yang berhasil dengan dengan kelompok. menggunakan tuas
mengangkat kerung karung no.1 mencoba pengungkit.
no.1. metode yang sama Karung no.2 memiliki
pada karung no.2. bobot 100 kg.
Bila tidak berhasil,
kelompok Hasil percobaan
diperintahkan direkam dalam lembar
mencari metode yang kerja sesuai dengan
lebih mudah untuk yang didiskusikan
karung no.1 untuk dengan kelompok.
diterapkan kembali
pada karung no.2.
70
8. Kelompok yang Melakukan Percobaan (model rencana pembelajaran
sesungguhnya mencantumkan nama seluruh siswa).
71
Mengenai Team Teaching
Pada awal tahun ajaran telah dilakukan pembinaan team teaching
selama 8 jam tiap minggu. Pada tahun ini kelas sains 5 dan 6 digunakan untuk
kegiatan team teaching, dan program ini akan dimulai pada bulan April. Setelah
mencermati jadual dan materi kegiatan, selanjutnya kegiatan dirancang sebagai
berikut.
Semester 1 dan 3....... kelas 6......... 3 jam per minggu x 2 kelas
Semester 2................. kelas 5......... 3 jam per minggu x 2 kelas
Dua kelas yang tersisa digunakan untuk persiapan pelajaran.
72
LAMPIRAN 3
RENCANA PANDUAN BELAJAR MATAPELAJARAN MATEMATIKA
(Pengajaran Umum Ke-2 dalam Research Lesson)
73
lingkaran, serta hubungan antara keliling dan diameter yang dipelajari
sebelumnya
Sebagai tambahan, guru menginginkan adanya tempat dimana siswa
mampu mengembangkan pertanyaan mereka tentang luas daerah pada
berbagai bangun datar, mampu menemukan hubungan antara jari-jari dan luas
daerah, dan mampu menggambar sendiri lingkaran serta menghitung luas
daerah. Oleh karena itu kegiatan ini diwujudkan dalam bentuk team teaching.
74
3. Tujuan Unit
• Tentang ketertarikan, gairah belajar, dan sikap: siswa akan lebih keras
berupaya menggambar poligon sama sisi dan mengambil inisiatif untuk
menemukan luas daerah dan panjang keliling pada beberapa poligon
yang berbeda bentuk dan ukuran.
• Tentang kemampuan berpikir matematis: siswa mampu menggambar
bentuk polygon dengan bantuan lingkaran dan mampu mengenali
hubungan antara panjang keliling lingkaran dan luas daerah dengan
panjang diameter/radius.
• Tentang ekspresi dan kinerja: siswa mampu menggambar polygon sama
sisi dengan menggunakan lingkaran dan mampu menemukan panjang
keliling beserta luas lingkaran.
• Tentang pengetahuan dan pemahaman: siswa memahami cara
menggambar polygon sama sisi dengan memakai lingkaran. Siswa juga
memahami konsep panjang keliling, hubungan antara keliling dan
diameter, nilai phi, dan rumus untuk menghitung luas lingkaran.
75
menemukan prinsip utama dalam soal yang dihadapi dalam kegiatan problem
solving. Sebagian besar siswa secara aktif terfokus untuk menggambar bentuk-
bentuk yang diajarkan pada unit ”bangun segitiga dan segiempat”. Siswa
umumnya aktif dalam kegiatan menggambar. Guru berharap siswa akan
meningkatkan kemampuan berpikirnya dan mendapat pengalaman berupa hal-
hal baru melalui interaksi dengan teman-temannya. Guru juga berharap siswa
akan lebih percaya diri dengan pendapat mereka sendiri dan menemukan hal-
hal menarik selama bekerja kelompok.
76
5. Rencana Unit (12 jam pelajaran)
Jam Tujuan Kegiatan Utama Model
pengajaran
1-3 Siswa • Apakah kalian mengingat apa yang diajarkan di kelas 2? Seluruh
memahami • Apakah mainan dengan sejumlah 6 sisi? kelas
konsep dan sifat • Bagaimana cara membuat segitiga sama sisi?
poligon.
Siswa
memahami cara
menciptakan
bentuk poligon
dari sebuah
lingkaran dan
mampu
menggambarkan
nya
Team
teaching
(kegiatan
terpisah)
77
Jam Tujuan Kegiatan Utama Model
pengajaran
4-5 Memahami Team
makna lingkaran teaching
dan π (phi) (kegiatan
yang sama)
78
Jam Tujuan Kegiatan Utama Model
(pelajaran hari ini) pengajaran
6-7 Menghitung Team
panjang keliling teaching
dari berbagai (seluruh
macam lingkaran kelas)
Mengembangkan
pemahaman
siswa tentang
hubungan antara
diameter dan
panjang keliling
Membagi
tugas
kelompok
79
Jam Tujuan Kegiatan Utama Model
pengajaran
8-9 Memahami cara Team
menghitung luas teaching
area lingkaran (seluruh
dengan metode kelas)
estimasi dan
transformasi.
80
Jam Tujuan Kegiatan Utama Model
pengajaran
10 - Menentukan luas Team
12 sejumlah area teaching
turunan (seluruh
lingkaran. kelas)
Mengembangkan
pemahaman
siswa tentang
hubungan antara
jari-jari dan luas
lingkaran.
Kegiatan
kelompok
secara
terpisah
81
ternyata memiliki panjang keliling yang sama. Berdasarkan hal tersebut
diharapkan siswa dapat mengembangkan kepekaan terhadap permasalahan
dan mampu untuk membuat pertanyaan “Bagaimana mungkin bentuk-bentuk
yang berbeda memiliki panjang keliling yang sama?” dan “adakah bentuk lain
yang juga memiliki panjang keliling yang sama?”
Terdapat 4 macam bentuk yang dipelajari dalam materi luas lingkaran.
Setelah siswa selesai menghitung seluruh luas daerah, selanjutnya pelajaran
diatur agar siswa secara aktif mencari poin-poin penting untuk dicatat. Hal ini
dilakukan selama kegiatan menggambar dan menghitung luas daerah,
kemudian membandingkan hubungan antara ”jari-jari dan luas daerah” dengan
”keliling dan diameter”.
Melalui pendekatan seperti ini guru meyakini bahwa siswa dapat
mengembangkan pemahaman materi lingkaran, pentingnya bentuk lingkaran,
dan kemampuan untuk belajar secara mandiri dan berkelanjutan. Di sisi lain
melalui kegiatan penyajian di depan kelas tentang bentuk-bentuk yang
ditemukan oleh siswa, guru berhaap siswa mampu mengembangkan motivasi
dan merefleksi proses belajar mereka.
82
Guru menginginkan siswa mendapat pengalaman merasakan kepuasan
dan kesenangan saat mendapat penemuan baru. Hal ini didapatkan di
lingkungan dimana permasalahan diciptakan dari rasa penasaran siswa. Guru
berharap siswa dapat merasakan indahnya saat berpikir bersama dengan
teman dalam lingkungan dimana mereka bebas membangun ide-ide mereka
lebih akurat dan menemukan ide yang lebih baik, serta saling berbagi dengan
teman. Untuk menciptakan suasana seperti ini, perlu dipahami bahwa tiap
siswa memiliki ide yang berbeda-beda. Siswa memahami kemampuan mereka
dan teman-temannya pada saat pertama kali mereka terlibat dalam diskusi.
Oleh karena itu guru perlu menekankan pembagian waktu yang cukup agar tiap
siswa dapat berpikir sebelum terlibat dalam diskusi.
Guru menyusun poin-poin penting yang bermanfaat bagi siswa untuk
didiskusikan dalam kegiatan kelompok sehingga kegiatan ini dapat
berhubungan dengan diskusi kelas. Sebagai contoh: Adakah hal yang kamu
temukan saat ini? Adakah hal yang senantiasa benar?
Selama diskusi kelas, guru akan berupaya untuk menghidupkan diskusi
dengan observasi kegiatan siswa dan memberi dukungan yang tepat
(contohnya mengingatkan hal yang telah dipelajari sebelumnya; membantu
menciptakan hubungan saat siswa melakukan kegiatan generalisasi,
perbandingan, berdebat; serta memberi dorongan bagi sisw untuk
mendapatkan jalan menuju penemuan).
Guru juga berupaya menciptakan lingkungan dimana siswa dapat saling
berbagi pengalaman. Sebagai contoh, magnet papan tulis (yang tercantum
nama para siswa) akan membantu siswa untuk dapat mengenali ide teman
sekelas dan topik diskusi, serta kerangka kerja yang dipersiapkan.
83
untuk merasakan gairah belajar dengan berpikir ilmiah. Untuk alasan ini, guru
memutuskan memakai metode team teaching untuk unit ini. Team teaching
yang digunakan tentunya dalam bentuk beragam, seperti kegiatan bersama dan
pembagian tugas. Team teaching yang digunakan (pembagian tugas
berdasarkan topik-topik yang dibahas) dalam seksi ini bertujuan untuk
mengembangkan cara pandang siswa dan kemampuan berpikir akan bentuk
lingkaran.
Untuk memberi dukungan pada siswa dan merespon tiap siswa, guru
telah mendapat pelatihan, dan strategi untuk observasi dan merespon pendapat
siswa. Guru akan selalu siaga selama dibutuhkan di kelas untuk memberikan
pelayanan pada siswa.
84
Strategi evaluasi diri yang mendorong siswa mengenali kekuatan diri sendiri
Guru mencoba untuk menyusun evaluasi diri yang membantu siswa
merefleksikan hasil belajar dan dirinya. Guru menginginkan siswa dapat
mengenali letak kekuatannya dan merasakan diri mereka mengatakan “Saya
pasti bisa kalau mau mencoba”, serta segera mengambil tindak lanjut atas
hasilnya. Guru menginginkan siswa untuk merefleksikan dirinya sekaligus
dengan seluruh temannya di kelas selama diskusi. Hal ini akan menumbuhkan
semangat saling mengenal dan saling membantu di antara sesama.
Melalui evaluasi, guru mengiinginkan siswa menilai dirinya dari sudut
yang ditentukan dan juga menentukan perspektif mereka sendiri untuk
menggambarkan hasil belajar mereka dan selanjutnya mereka tulis dalam
jurnal.
85
7. Tujuan Pelajaran pada Hari Ini
a. Menghitung panjang keliling dari berbagai bentuk variasi lingkaran,
memahami hubungan antara panjang diameter dan keliling, dan
mencoba menemukan bentuk-bentuk berbeda yang memiliki panjang
keliling yang sama.
b. Mencoba mengembangkan kemampuan berpikir siswa melalui kegiatan
belajar bersama teman sekelas.
86
8. Rencana Pembelajaran pada Pelajaran Hari Ini
ALUR KEGIATAN BELAJAR TUGAS GURU
87
LAMPIRAN 4
PERENCANAAN PANDUAN BELAJAR PADA MATAPELAJARAN SENI
88
berkata ”Saya tidak sabar menunggu kelanjutan ceritanya”.
Pada semester ke-2 terdapat pelajaran yang disebut ”Bila aku menjadi
....”. Pelajaran ini juga menjadi bagian dari pelajaran menulis jurnal yang telah
dikerjakan sejak semester ke-1. Kegiatan menulis setiap hari seperti ini sangat
disukai siswa, sebagian dair mereka menulis ”Bila aku menjadi hamster, aku
akan bermain setiap hari di dalam roda” dan ”Bila aku menjadi burung, aku
ingin terbang jauh ke langit ”. Seorang guru ingin sekali mengamati tulisan para
siswa setiap hari dan memberikan komentar agar guru tersebut dapat
mengamati kehidupan dan harapan para siswa dari buku harian mereka.
Saat mengamati para siswa, seorang guru memutuskan memakai
pelajaran menulis cerita agar siswa dapat mengekspresikan perasaan mereka
lebih bebas. Kegiatan ini akan menyenangkan dan melegakan mereka saat
memasuki dunia dongeng, kartun, dan video games yang mereka bayangkan,
selanjutnya mewujudkan impian mereka dalam bentuk cerita. Guru tersebut
akan mengajarkan materi ”Betapa Menyenangkan Menulis Cerita” dan berharap
siswa mendapat pengalaman menarik saat menulis bebas.
89
(4) Lain-lain
Perhatikan lampiran daftar tempat duduk siswa, kartu petunjuk, dan bahan
lainnya.
Meja Guru
Siswa 1 Siswa 2 Siswa 3 Siswa 4 Siswa 5 Siswa 6 Siswa 7
A.2 A.4 A.5 A.2 A.1 A.1 A.1
B.1 B.5 B.4 B.1 B.1 B.1 B.1
C.Kartun C.Komputer C.Game C.Senam C.Permen C.Senam C.Kartu
Pokemon
Siswa 8 Siswa 9 Siswa 10 Siswa 11 Siswa 12 Siswa 13 Siswa 14
A.3 A.3 A.3 A.1 A.1 A.2 A.1
B.1 B.1 B.3 B.1 B.1 B.1 B.3
C.Bhs Inggris C.Baseball C.Lari C.Kisah horor C.Bola lempar, C.tidak ada C.Sepak bola
baseball
Siswa 15 Siswa 16 Siswa 17 Siswa 18 Siswa 19 Siswa 20 Siswa 21
A.3 A.2 A.5 A.3 A.1 A.3 A.3
B.2 B.2 B.4 B.1 B.1 B.3 B.1
C.Main kartu C.Mobil mainan C.Mobil C.Pokemon C.Pokemon C.Bahasa C.Baseball
mainan isyarat
Siswa 22 Siswa 23 Siswa 24 Siswa 25 Siswa 26 Siswa 27 Siswa 28
A.4 A.2 A.1 A.1 A.3 A.1 A.3
B.4 B.2 B.1 B.1 B.1 B.1 B.3
C.tidak ada C.Berselancar C.Baseball C.Detektif C.Mobil mainan C.Mobil mainan C.Mobil
mainan
Siswa 36 Siswa 37
A.3 A.3
B.1 B.3
C.Bola lempar C.Mobil
mainan
Keterangan:
A. Saya suka menulis (1.sangat setuju; 2.setuju; 3.tidak tahu; 4.tidak setuju; 5.sangat tidak
setuju).
B. Saya suka menulis cerita (1.sangat setuju; 2.setuju; 3.tidak tahu; 4.tidak setuju;
5.sangat tidak setuju).
C. Kegemaran saya.
90
Kartu Menulis Cerita
Mari menulis cerita Nama: ………………………
Kartu Panduan 1
• Cerita gembira
• Cerita lucu
• Cerita yang menyentuh perasaan
• Cerita sedih
• Cerita horor
• Cerita yang menghebohkan
• Lain-lain
Kartu Panduan 2
1. Seandainya …. adalah ….
2. .... sesungguhnya adalah ....
3. ..... yang seperti ....
4. ..... dan .....
91
Kartu Panduan 3
1. Seandainya … adalah …
• Seandainya Momotaro adalah orang yang lemah ….
• Seandainya Raksasa adalah orang yang baik ….
2. ….. sesungguhnya adalah ….
• Guruku sesungguhnya adalah penyihir.
• Raksasa yang jelek sesungguhnya adalah orang yang baik hati.
3. …. yang seperti ….
• Gadis yang seperti anak laki-laki.
• Sekolah yang seperti taman bermain.
4. .... dan ....
92
LAMPIRAN 5
PERENCANAAN PANDUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN
(KOSONGAN)
Tanggal :
Kelas :
Matapelajaran :
Sekolah :
Guru :
Tim Pelaksana :
1. Unit
2. Tujuan Unit
3. Tema Research (Tujuan Utama) Lesson Study
4. Kondisi Siswa Saat Ini
5. Rencana Pembelajaran Unit Ini
• Tujuan Unit atau Hasil Akhir (bila perlu dapat dikaitkan dengan Model
Pembelajaran yang Standar, Utama, dan Berkelanjutan)
• Rangkaian Kegiatan dalam Unit (Tabel berikut dapat diperpenjang
hingga beberapa halaman)
93
Pelajaran Materi Hal yang Perlu Strategi Materi
Ke Diamati untuk
Dievaluasi
94
6. Perencanaan Research Lesson (Tabel berikut dapat diperpanjang
hingga beberapa halaman)
Kegiatan Guru Pemikiran dan Hal yang Perlu Strategi Materi
Kegiatan Siswa Diamati untuk
yang Diantisipasi Dievaluasi
a. Tujuan pelajaran.
b. Proses pembelajaran (situasi kegiatan dan pengalaman seperti apa yang
mendorong siswa beralih dari tingkat pemahaman semula menuju tingkat
yang diharapkan).
c. Evaluasi kegiatan pelajaran (hal utama yang dievaluasi).
d. Salinan materi ajar (rencana organisasi papan tulis, handout siswa, alat
visual).
95
LAMPIRAN 6
TEMPLATE PETA RESEARCH
Tema research
Hipotesis research
96
LAMPIRAN 7
REFERENSI TERPILIH UNTUK LESSON STUDY
Dikumpulkan oleh Elizabeth King dan Elizabeth Davis
Publikasi
Boss, S. (musim panas 2001). Leading from Within. Lesson Study: Teachers
Learning Together. Nothwest Teacher : 2:2.
Terfokus pada bagaimana peran pengurus sekolah dalam lesson study,
dengan contoh dari Amerika Serikat. Beberapa artikel lain dalam jurnal
ini dipersembahkan untuk lesson study.
Lewis, C., & Tsuchida, I. (musim dingin 1998). A Lesson is Like a Swiftly
Flowing River: Research Lesson and the Imrovement of Japanese Education.
American Educator, 14-17 & 50-52.
Menjelaskan asal mula dan kegunaan research lesson sebagai jantung
lesson study. Naskah ini mencantumkan komentar-komentar para guru
di Jepang untuk menekankan dampak lesson study pada pemberdayaan
professional guru, serta dukungan system untuk lesson study.
Stigler, J., & Hiebert, J. (1999). The Teaching Gap: Best Ideas from the World’s
Teachers for Improving Education in the Classroom. New york: Summit Books.
Bab 7 menyajikan pendahuluan tentang lesson study dan menunjukkan
petunjuk bahwa suatu system seperti lesson study perlu dikembangkan
di Amerika Serikat.
97
Watanabe, T. (2002). Learning from Japanese Lesson Study. Educational
Leadership, 59:6, 36-39.
Menyajikan ringkasan peranan lesson study di Jepang dan dampaknya
bagi para pensisik di Amerika Serikat.
Website
www.globaledresources.com
Menyediakan sumber teks dan video, pengembangan professional, dan
konsultasi bagi sekolah yang berminat mengimplementasikan lesson study dan
pembelajaran matematika. Global Education Resources, L.L.C
www.lessonlab.com
Website yang memberi dukungan lesson study melalui pemberdayaan dan
diseminasi software dan sumber terkait. LessonLab Inc.
www.lessonresearch.net
Website ini menyediakan publikasi lesson study, berita seputar kegiatan lesson
study, weblink, dan video pembelajaran yang dapat didownload atau dipesan.
Mills College US-Japan Education Program.
www.rbs.org/lesson_study/readings_and_resources.shtml
Website yang menyediakan berbagai teks, sumber, dan link termasuk TIMSS
Resources Center dan link menuju sumber yang terkait TIMSS. Resarch for
Better Schools.
98
www.tc.edu/centers/lessonstudy/
Website yang menyediakan berbagai sumber praktis, termasuk protokol lesson
study, artikel, contoh lesson study, dan link menuju forum diskusi online.
Columbia Lesson Study Research Group at Teachers College, Columbia
University.
Video/Media Digital
Can You Lift 100 Kilograms? (video; 18 menit). Menyajikan rangkuman siklus
lesson study pada suatu SD di Jepang. meliputi rekaman perencanaan
pembelajaran, research lesson pelajaran sains, dan diskusi guru mengenai
kegiatan pelajaran. Cocok untuk memperkenalkan lesson study.
Tersedia di: www.lessonresearch.net
99
Three Perspectives on Lesson Study (video; 53 menit). Diproduksi University of
California Office of the President. Dilengkapi dengan presentasi Catherine
Lewis (Frequently Asked Questions About Lesson Study and Research
Lessons), Clea Fernandez (Exploring Lesson Study in the United States ), dan
James Stigler (What is Lesson Study?).
Tersedia di: www.lessonresearch.net
100