You are on page 1of 12

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/309427669

Hubungan Tingkat Konsumsi Karbohidrat,


Lemak, dan Dietary Fiber Dengan Kadar Gula
Darah Pada Penderita Diabetes ....

Article · August 2012

CITATIONS READS

0 1,710

2 authors, including:

Trias Mahmudiono
Airlangga University
42 PUBLICATIONS 8 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Meta Analysis of Malnourished Children in Indonesia View project

My Students Research View project

All content following this page was uploaded by Trias Mahmudiono on 26 October 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Media Gizi Indonesia 
Vol. 2 No. 9 Agustus 2012 hal 1528‐1538 
 
HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI
KARBOHIDRAT, LEMAK, DAN DIETARY FIBER
DENGAN KADAR GULA DARAH PADA
PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2
1* 2
Fauzi Dharma Putra , Trias Mahmudiono

1
Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat,Universitas Airlangga, Surabaya
2
Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat,Universitas Airlangga, Surabaya

ABSTRAK
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit degeneratif yang disebabkan oleh
gangguan insulin dalam tubuh, obesitas dan gangguan metabolisme zat gizi makro seperti
karbohidrat, protein dan lemak. Perubahan gaya hidup termasuk perubahan pola konsumsi
seperti tinggi karbohidrat dan lemak serta kurangnya konsumsi serat pangan dapat
menyebabkan seseorang terkena risiko DM. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara tingkat konsumsi dietary fiber (serat pangan) dengan kadar
gula darah pada penderita DM. Penelitian dilakukan dengan rancangan cross sectional
dengan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian adalah pasien DM tipe 2 di Instalasi
Rawat Jalan Poli Diabetes Mellitus di RSUD dr. Soetomo. Sebanyak 35 sampel dipilih
dengan metode simple random sampling. Penelitian menggunakan food recall 2x24 hours
dan semi quantitative food frequency untuk menilai tingkat konsumsi dietary fiber dan
mendapatkan gambaran mengenai pola konsumsi sampel penelitian. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tingkat konsumsi dietary fiber sebagian besar responden masih
kurang dari anjuran yaitu 25-30 gram/hari. Sebagian besar responden memiliki kadar gula
darah tinggi (>110 mg/dL). Rata-rata umur responden yaitu lebih dari 65 tahun baik
responden laki-laki maupun perempuan. Berdasarkan uji korelasi Pearson (p>0.05)
diketahui bahwa tidak ada hubungan antara tingkat konsumsi karbohidrat, lemak dan
dietary fiber terhadap kadar gula darah puasa baik berdasarkan hasil semi quantitative
food frequency dan food recall. Saran yang dapat diberikan untuk penderita DM tipe 2
adalah melakukan pengaturan pola makan tinggi dietary fiber untuk mempertahankan
kadar gula darah normal dan mencegah komplikasi dari DM.

Kata-kata kunci : Tingkat konsumsi dietary fiber, karbohidrat, lemak, kadar gula darah,
diabetes mellitus

* corresponding author.

1528 
 
Media Gizi Indonesia 
Vol. 2 No. 9 Agustus 2012 hal 1528‐1538 
 
ABSTRACT
Diabetes Mellitus (DM) is a degenerative disease caused by insulin disorder,
obesity, and chronic abnormality assigned by metabolism disorder of macro nutrient such
as carbohydrate, protein, and fat. The changes of food consumptions such as high
consumption of carbohydrate and fat also less of dietary fiber consumption could increase
the risk of suffering DM. Hence, the observation is established to find out the correlation
between the intake levels of dietary fiber to blood glucose of DM sufferer. This research
was a cross sectional study with quantitative approach. The populations were Non Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) patients who were taken care in out patients
service RSUD dr. Soetomo Surabaya. There was 35 subjects that selected by simple
random sampling. This research used Recall 2x24 hours food recall and Semi
Quantitative Food Frequency method to assess the intake level of dietary fiber and to get
more detailed information about pattern of consumption. The result show that dietary
fiber intake of most NIDDM patients are less than the fiber requirement 25-30 gram/day,
blood glucose level fasting patients are higher than 110 mg/dL. Both male and female
patients are about >65 years old. There is no correlation of carbohydrate, fat, and
dietary fiber intake to blood glucose of DM patients (pearson p value > 0.05) both of the
result semi quantitative food frequency and food recall. Suggestion for DM type 2 patients
is consuming a high dietary fiber foods for diet to reach the normal blood glucose level
and to prevent the complication of DM.

Keywords: Dietary fiber intake, carbohydrate intake, fat intake, blood glucose, Diabetes
Mellitus

PENDAHULUAN jiwa. Menurut hasil Riset Kesehatan


Diabetes mellitus (DM) adalah Daerah (Riskesdas) Tahun 2007 (Depkes
keadaan hiperglikemi kronik disertai RI, 2007), prevalensi nasional diabetes
berbagai kelainan metabolik akibat mellitus adalah 5,7%. Sebanyak 17
gangguan hormonal yang menimbulkan provinsi di Indonesia mempunyai
berbagai komplikasi kronik pada mata, prevalensi penyakit diabetes mellitus
ginjal, saraf, dan pembuluh darah diatas prevalensi nasional.
disertai lesi pada membran basalis dalam Pengaturan pola makan
pemeriksaan dengan makroskopik dirancang berdasar jumlah kalori yang
(Mansjoer, 2001). Diabetes mellitus dibutuhkan serta kandungan karbohidrat
adalah sekelompok kelainan heterogen dalam makanan yang tersedia. Penelitian
yang ditandai oleh kenaikan kadar yang berkaitan dengan konsumsi serat
glukosa darah atau hiperglikemia yang ditunjukkan dengan menggunakan
(Brunner dan Studdart, 2000). semi quantitative food frequency
Diabetes mellitus tipe 2 questionnaire dengan responden laki-
menempati lebih dari 90% kasus di laki penderita DM tipe 2 didapatkan
negara maju serta di negara sedang hasil bahwa Glicemic index (GI)
berkembang. Hampir seluruh diabetes berhubungan dengan konsumsi
tergolong sebagai penyandang DM tipe 2 karbohidrat dan asupan serat sereal.
dan 40% diantaranya terbukti berasal Glicemix index rendah disebabkan oleh
dari kelompok masyarakat yang terlanjur tingginya konsumsi serat dalam sereal.
mengubah gaya hidup tradisional Glicemic index yang rendah
menjadi modern (Harris dan Zimmet, berhubungan dengan penurunan risiko
1992). Jumlah penderita DM di penyakit DM tipe 2. Menurut penelitian
Indonesia mengalami peningkatan dari pada pasien DM tipe 2 di RSUD dr.
tahun ke tahun. Pada tahun 2000 jumlah Soeselo, Slawi diketahui bahwa ada
penderita 8.400.000 jiwa, pada tahun hubungan yang signifikan antara variabel
2003 jumlah penderita meningkat tingkat konsumsi serat dengan kadar
sebanyak 13.797.470 jiwa dan gula darah (Rizky, 2009).
diperkirakan tahun 2030 jumlah Pentingnya asupan serat (dalam
penderita dapat mencapai 21.300.000 jumlah yang cukup) bagi kesehatan telah
1529 
 
Media Gizi Indonesia 
Vol. 2 No. 9 Agustus 2012 hal 1528‐1538 
 
ditunjukkan melalui efek fisiologis dari tingkat konsumsi dalam gram kemudian
masing-masing jenis serat dengan dikategorikan berdasarkan angka
memperlambat absorpsi karbohidrat kecukupan harian. Pola konsumsi
dapat membantu penderita DM tipe 2 responden didapatkan dengan bantuan
dalam mengatur kadar gula darahnya semi quantitative food frequency
(Herminingsih, 2011). Hasil penelitian questionnaire. Kadar gula darah
Prabowo (2004) menunjukkan bahwa responden didapat dengan melihat hasil
konsumsi serat masih kurang dari angka pemeriksaan terakhir yang dilakukan
yang dianjurkan (≥25 gram per hari), oleh responden. Analisis hubungan
dengan rata-rata konsumsi serat 13,22 tingkat konsumsi karbohidrat, lemak dan
gram per hari. dietary fiber dengan kadar gula darah
Berdasarkan survey puasa dilakukan menggunakan uji
pendahuluan bulan November tahun statistik Pearson. Dikatakan
2011 di Instalasi Rawat Jalan (IRJ) berhubungan jika signifikansi (p) < α.
RSUD dr. Soetomo Surabaya, tercatat Untuk pola konsumsi karbohidrat, lemak
bahwa DM tipe 2 menempati posisi dan dietary fiber dihubungkan dengan
nomor satu dari 10 besar penyakit dalam kadar gula darah puasa menggunakan uji
di IRJ bagian penyakit dalam, dimana korelasi Spearman dan dikatakan
jumlah pasien bulan November tahun berhubungan jika signifikansi (p) < α.
2011 sebesar 2763 orang dengan rata- Jika berhubungan, dapat dilihat seberapa
rata kunjungan per bulan yaitu 1240 besar hubungan antar variabelnya.
pasien.
Berdasarkan permasalahan HASIL
yang telah diuraikan di atas, maka dapat 1. Karakteristik Responden
dikemukakan bahwa perumusan masalah Karakteristik responden
dalam penelitian ini adalah “Bagaimana dalam penelitian ini meliputi usia, jenis
hubungan antara tingkat konsumsi kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan,
karbohidrat, lemak terhadap kadar gula tingkat pendapatan, pengeluaran pangan
darah pada penderita DM tipe 2?”. serta kebiasaan makan responden
Tujuan dalam penelitian ini adalah terlihat pada Tabel 1.
menganalisis hubungan antara tingkat
konsumsi karbohidrat, lemak dan dietary
fiber terhadap kadar gula darah penderita
DM tipe 2.

METODE
Penelitian ini merupakan jenis
penelitian analitik dengan desain cross
sectional. Populasi penelitian adalah
penderita DM tipe 2 di Instalasi Rawat
Jalan Poli DM RSUD dr. Soetomo
dengan registrasi baru bulan Oktober
tahun 2011-Januari 2012, berjumlah 53
orang. Metode penentuan sampel
menggunakan simple random sampling
sehingga didapatkan 35 sampel
penderita DM tipe 2. Karakteristik
responden dan kebiasaan makan
responden didapatkan menggunakan
general information form. Untuk
mendapatkan tingkat konsumsi
karbohidrat, lemak dan dietary fiber,
digunakan metode food recall 2x24hours
dan semi quantitative food frequency.
Berdasarkan hasil tersebut didapatkan
1530 
 
Media Gizi Indonesia 
Vol. 2 No. 9 Agustus 2012 hal 1528‐1538 
 
Tabel 1. Karakteristik Responden

Kategori N %
Usia
30-49tahun 5 14,29
50-64tahun 14 40
>65tahun 16 45,71

Jenis Kelamin
Laki-laki 12 34,28
Perempuan 23 65,71
Pendidikan
Rendah (SD-SMP) 18 51,4
Menengah (SMA) 7 20
Tinggi (D3-S2) 10 28,6

Pekerjaan
PNS 1 2,9
Swasta 4 11,4
Wiraswasta 5 14,3
Pengangguran/Ibu Rumah
Tangga
22 62,9
Guru/Dosen 3 8,6

Pendapatan
Rendah (>1jt) 21 60
Sedang(1-2jt) 9 25,7
Tinggi (>2jt) 5 14,3

Frekuensi Makan
1kali 3 8.57
2kali 5 14.29
3kali 14 40
Lebih dari 3kali 1 2.86

Pengaturan Makan
Melakukan Diet 24 68,57
Tidak Melakukan 11 31,43
 
Berdasarkan tabel diatas, pendidikan sekolah dasar sampai
diketahui bahwa mayoritas responden dengan lulusan perguruan tinggi.
berjenis kelamin perempuan. Untuk Berdasarkan tabel diatas, diketahui
distribusi usia, sebagian besar bahwa sebagian besar responden
responden berada pada usia 65 tahun memiliki tingkat pendidikan rendah
keatas (45,71%). Distribusi usia 50-64 atau lulus sekolah dasar dan sekolah
tahun sebesar 40%. Dari data distribusi menengah pertama yaitu sebesar 51,4%.
responden menurut jenis kelamin Responden yang berpendidikan
diketahui bahwa responden perempuan menengah atau lulus sekolah menengah
(65,78%) lebih banyak dibandingkan atas sebesar 20 % dan tingkat
responden laki-laki (34,28%). Tingkat pendidikan tinggi atau lulusan D3, S1,
pendidikan responden dalam penelitian serta S2 sebesar 28,6%.
ini bervariasi, mulai dari lulus Tingkat pekerjaan responden
1531 
 
Media Gizi Indonesia 
Vol. 2 No. 9 Agustus 2012 hal 1528‐1538 
 
yang didapat dari hasil kuesioner dalam Frekuensi makan yang
penelitian ini menunjukkan bahwa dimaksud dalam hal ini adalah frekuensi
sebagian besar responden tidak bekerja atau tingkat keseringan untuk konsumsi
dan untuk pekerjaan responden lainnya makanan utama seperti makan pagi,
yaitu bekerja dalam bidang swasta, makan siang dan makan malam pada
wiraswasta dan guru/dosen. Pada responden. Berdasarkan tabel diatas,
penelitian ini, sebagian besar responden distribusi frekuensi makan pada sebagian
tidak bekerja yaitu 20 responden dari besar responden adalah makan sebanyak
total 35 responden sedangkan responden 3 kali (40%). Diketahui pula bahwa
yang bekerja berjumlah 15 dari 35 sebagian besar responden DM tidak ada
responden. Tingkat pendapatan minimal pembatasan frekuensi makanan.
responden yaitu Rp.0,00 karena tidak Responden masih makan sebanyak 3 kali
bekerja dan pendapatan maksimal seperti halnya frekuensi makan orang
responden yaitu Rp. 4.600.000,00 pada umumnya. Berdasarkan data primer
dengan rata-rata atau mean pendapatan yang didapat dari responden, sebanyak
sebesar Rp. 972.285,71 dan standar 24 responden (68,6%) melakukan
deviasi sebesar Rp. 1.183.638,671. pengaturan pola makan atau diet untuk
Pendapatan yang didapat dari hasil mengkontrol kadar gula darah.
kuesioner dapat diklasifikasikan menjadi Pengaturan pola makan yang dilakukan
3 kategori dengan interval yang didapat oleh responden yaitu dengan
dari pendapatan minimal dan maksimal. pengurangan porsi makan baik
Berdasarkan tabel diatas maka dapat pengurangan porsi nasi maupun merubah
diketahui bahwa sebagian besar konsumsi lauk dan pauk. Pengaturan
responden dalam penelitian ini makan lainnya yang dilakukan oleh
berpendapatan rendah dengan persentase responden yaitu dengan mengikuti
60%, baik responden tersebut tidak petunjuk diet dari ahli gizi RSUD dr.
bekerja maupun bekerja dengan Soetomo.
pendapatan rendah.

2. Kadar Gula Darah Responden


Tabel 2. Distribusi Kadar Gula Darah Responden

Laki-Laki Perempuan Total


Kadar Gula Darah
n % N % n %
Normal (70-110 mg/dL) 1 8,3 5 21,73 9 17,15
Tinggi (>110 mg/dL) 11 91,67 18 78,26 26 82,85
Total 12 100 23 100 35 100

Dalam penelitian ini, kadar kadar gula darah yang tinggi


gula yang diteliti adalah kadar gula (>110mg/dL), baik responden laki-laki
darah puasa responden DM tipe 2. maupun perempuan (82,85%). Rata-rata
Kadar gula darah puasa responden kadar gula darah responden yaitu 204,20
didapatkan dengan melihat hasil mg/dL sedangkan kadar gula darah
pemeriksaan terakhir yang dilakukan normal dalam keadaan puasa berkisar
oleh responden. antara 70-110 mg/dL.
Berdasarkan hasil penelitian,
sebagian besar responden memiliki

1532 
 
Media Gizi Indonesia 
Vol. 2 No. 9 Agustus 2012 hal 1528‐1538 
 
3. Jumlah Asupan Berdasarkan grafik scatterplot dapat
a. Hubungan Jumlah Asupan diketahui bahwa tidak ada hubungan
Karbohidrat, Lemak dan antara tingkat konsumsi dietary fiber
Dietary Fiber dari hasil Recall dan Semi Quantitative
600
FFQ dengan kadar gula darah puasa.
500 Signifikansi (p) 0,607 dan 0,554 dengan
400
alfa (α) 0,05 (Gambar 2).
Kadar 300
b. Hubungan Jumlah Asupan
Gula 200
Karbohidrat, Lemak dan Dietary
Darah 100 Fiber.
Puasa 0
300

0 100 200 300


Tingkat

Tingkat konsumsi karbohidrat FFQ 200

Konsumsi
Gambar 1. Scatterplot Hubungan Jumlah
Asupan Karbohidrat FFQ Dengan 100

Kadar Gula Darah Puasa 


KH FFQ 0
600 -10 0 10 20 30 40

500
Tingkat Konsumsi Dietary Fiber FFQ
400

Kadar 300
Gambar 3. Scatterplot Hubungan Jumlah
Asupan Karbohidrat FFQ
Gula 200 Dengan Tingkat Konsumsi
Darah 100
Dietary Fiber FFQ.
Puasa 0
-10 0 10 20 30 40

Ti
Tingkat Konsumsi Dietary Fiber FFQ ng
100
ka
t
Gambar 2. Scatterplot Hubungan Jumlah ko
ns
Asupan Dietary Fiber Recall u
Dengan Kadar Gula Darah ms
i
Puasa Le
m
ak 0

Berdasarkan hasil uji korelasi -10 0 10 20 30 40

Pearson dari variabel tingkat konsumsi  


Tingkat Konsumsi Dietary Fiber FFQ
karbohidrat baik yang didapatkan dari Gambar 4. Scatterplot Hubungan Jumlah
hasil Semi Quantitative Food Frequency Asupan Lemak FFQ Dengan
dan Food Recall dengan kadar gula Tingkat Konsumsi Dietary
darah puasa responden DM tipe 2 Fiber FFQ.
didapatkan signifikansi 0,409 dan 0,226
dengan alfa (α) 5% . Hal ini tidak Hasil korelasi Pearson antara
menunjukkan adanya hubungan antara tingkat konsumsi dietary fiber dengan
jumlah asupan karbohidrat dengan kadar karbohidrat yang didapatkan dari hasil
gula darah puasa responden DM tipe 2 Semi Quantitative Food Frequency
(Gambar 1). Hasil korelasi Pearson dengan tingkat kemaknaan atau alfa (α)
antara jumlah asupan lemak dari hasil 0,05 mendapatkan signifikasi (p) =
Recall dengan kadar gula darah, dengan 0,000, menunjukkan bahwa ada
tingkat kemaknaan (α) 5%, didapatkan hubungan antara jumlah asupan dietary
signifikansi 0,721. Hal ini menunjukkan fiber dengan karbohidrat (Gambar 3).
bahwa tidak ada hubungan antara tingkat Hasil uji korelasi antara jumlah asupan
konsumsi lemak dengan kadar gula dietary fiber dengan mak dengan tingkat
darah puasa pada responden DM tipe 2. kemaknaan (α) 5% didapatkan
signifikansi (p) = 0,007 menunjukkan
1533 
 
Media Gizi Indonesia 
Vol. 2 No. 9 Agustus 2012 hal 1528‐1538 
 
bahwa ada hubungan antara jumlah
asupan dietary fiber dengan lemak
(Gambar 4).
 
4. Pola Konsumsi Responden  
a. Pola Konsumsi Karbohidrat
Bahan makanan sumber responden dari 35 total responden
karbohidrat yang diteliti adalah bahan (75,86%) yang mengkonsumsi nasi
makanan didapatkan dari hasil sorting pada frekuensi 15-21 kali seminggu
food dari hasil Semi Quantitative FFQ memiliki kadar gula darah puasa yang
pada program Nutrisurvey yaitu nasi tinggi ( > 110mg/dL).
dikarenakan semua responden Berdasarkan analisis data
mengkonsumsi nasi sebagai makanan menggunakan uji korelasi Spearman
utama sumber karbohidrat. dengan tingkat kemaknaan (α) 0,05
Berdasarkan Tabel 3, didapatkan tingkat signifikansi (p)
diketahui bahwa sebagian besar sebesar 0,778 sehingga tidak ada
responden memiliki frekuensi konsumsi hubungan antara frekuensi
nasi 15-21 kali dalam seminggu dengan mengkonsumsi nasi dalam seminggu
persentase 68,57%. Sebanyak 22 dengan kadar gula darah puasa.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Makan Nasi Dalam Mingguan


Menurut Kadar Gula Darah Puasa

Kadar Gula Darah Puasa


Frekuensi Makan Nasi
Normal (70-110 mg/dL) Tinggi (>110mg/dL) Total
(Mingguan)
n % N % n %
7-14 kali 3 50 7 24,14 10 28,57
15-21 kali 2 33,33 22 75,86 24 68,57
> 21 kali 1 16,67 0 0 1 2,86
 

b. Pola Konsumsi Lemak Dan Dietary


Fiber
Bahan makanan sumber lemak Dietary fiber tidak dapat diserap
yang diteliti adalah bahan makanan oleh dinding usus halus dan tidak dapat
didapatkan dari hasil sorting food dari masuk ke dalam sirkulasi darah. Dietary
hasil Semi Quantitative FFQ pada fiber akan dilewatkan ke dalam usus
program Nutrisurvey yaitu tempe, tahu besar (kolon) dengan peristaltik usus.
dan telur ayam. Dietary fiber tergolong Serat dalam usus besar berpengaruh
zat non gizi yang berguna untuk diet. positif terhadap proses didalam saluran
pencernaan dan metabolisme zat gizi
asalkan jumlahnya tidak berlebihan.
(Sulistijani,2001).

1534 
 
Media Gizi Indonesia 
Vol. 2 No. 9 Agustus 2012 hal 1528‐1538 
 
600
hasil penelitian, sebagian responden
500 yang menderita DM tipe 2 adalah
400
kelompok umur lebih dari 65 tahun
keatas yaitu sebesar 45,71%. Hal ini
Kadar 300
dikarenakan semakin bertambah usia,
Gula 200 kemampuan jaringan mengambil
Darah 100 glukosa darah semakin berkurang.
Puasa 0
Penyakit ini banyak terdapat pada orang
-10 0 10 20 30
dengan kelompok umur lebih dari 40
Frekuensi Makan Telur Dalam Seminggu tahun dibanding dengan kelompok umur
dewasa muda (Budiyanto, 2002).
Gambar 5. Scatterplot Hubungan Pola Berdasarkan hasil penelitian
Konsumsi Telur Ayam Dalam terhadap karakteristik responden DM
Mingguan Dengan Kadar Gula
Darah Puasa.  tipe 2 diketahui bahwa responden
600 perempuan lebih banyak dibanding laki-
laki. Secara umum baik laki-laki
500
maupun perempuan tidak ada perbedaan
400
dalam penentuan jenis kelamin yang
Kadar 300 rentan terkena DM tipe 2. Penelitian
Gula 200
Pratiwi (2007) menunjukkan bahwa
Darah
prevalensi kejadian DM tipe 2 untuk
jenis kelamin laki-laki dan perempuan
100

PUasa 0
-.2 0.0 .2 .4 .6 .8 1.0 1.2 hampir sama dalam proporsi penderita
laki-laki dan perempuan, hanya berbeda
Konsumsi Mangga Dalam Musiman/Tahunan pada umur 70-80 tahun.
Tingkat pendidikan adalah
Gambar 6. Scatterplot Hubungan Pola pendidikan formal yang ditempuh oleh
Konsumsi Mangga Dalam
Tahunan/Musiman Dengan
responden. Meskipun tingkat
Kadar Gula Darah Puasa pengetahuan gizi tidak diukur dalam
penelitian ini tetapi hasil penelitian
Berdasarkan analisis data menunjukkan bahwa responden yang
dengan menggunakan uji korelasi memiliki pendidikan tinggi atau lulusan
Spearman dengan tingkat kemaknaan D3 sampai dengan S2 masih ada yang
(α) 0,05 didapatkan hasil bahwa tidak memiliki kadar gula darah puasa yang
ada hubungan antara pola konsumsi tinggi. Kadar gula darah puasa yang
bahan makanan lemak dengan kadar tinggi dapat disebabkan karena
gula darah puasa responden DM tipe 2 responden kurang memahami pola
(Gambar 5). Berdasarkan analisis data makan penderita DM. Hal ini dapat
dengan menggunakan uji korelasi mencerminkan bahwa meski tingkat
Spearman dengan tingkat kemaknaan pendidikan yang dimiliki tinggi, tingkat
(α) 0,05 didapatkan tingkat signifikansi pengetahuan gizi responden masih
(p) sebesar 0,031 sehingga ada kurang. Tingkat pendidikan berbanding
hubungan antara konsumsi mangga lurus dengan pekerjaan responden.
dengan kadar gula darah puasa Sebagian responden berada pada tingkat
responden DM tipe 2 (Gambar 6). pendidikan rendah sehingga sebanyak
  22 responden dari 35 total responden
PEMBAHASAN tidak bekerja (62,9%). Tingkat
1. Karakteristik Responden pekerjaan berhubungan dengan
Usia merupakan faktor yang pendapatan responden. Berdasarkan
berpengaruh terhadap DM tipe 2. Pada hasil penelitian, sebagian besar
umumnya, gejala pada penderita DM responden atau 21 dari 35 total
tipe 2 dapat muncul pada anak-anak dan responden berada pada tingkat
orang dewasa muda namun pada orang pendapatan rendah yaitu kurang dari
dewasa tua (> 40 tahun), gejala dapat satu juta rupiah (60%).
muncul tanpa disadari. Berdasarkan 2. Kadar Gula Darah Responden
1535 
 
Media Gizi Indonesia 
Vol. 2 No. 9 Agustus 2012 hal 1528‐1538 
 
Berdasarkan hasil penelitian, ada hubungan antara jumlah asupan
sebagian besar responden memiliki lemak dengan kadar gula darah. Hal ini
kadar gula darah yang tinggi berbeda dengan hasil penelitian Harding
(>110mg/dL), baik responden laki-laki (2001) yang menyatakan bahwa terdapat
maupun perempuan (82,85%). Rata-rata hubungan antara jumlah dan jenis
kadar gula darah responden yaitu 204,20 asupan lemak dengan kadar HbA1c.
mg/dL sedangkan kadar gula darah Pemeriksaan Hemoglobin terglikasi
normal dalam keadaan puasa berkisar (HbA1c) merupakan salah satu
antara 70-110 mg/dL. Kadar gula darah pemeriksaan yang memberikan
puasa yang tinggi pada responden gambaran rata-rata gula darah selama
dipengaruhi berbagai faktor salah periode waktu enam sampai dua belas
satunya adalah faktor asupan gizi pada minggu. Ketika kadar gula darah tinggi,
penderita DM yang tidak terkontrol gula darah akan berikatan dengan
sehingga kadar gula darah tetap tinggi. hemoglobin. Oleh karena itu, bila kadar
gula darah tinggi maka kadar HbA1c
3. Jumlah Asupan juga tinggi. HbA1c mencerminkan rata-
Karbohidrat memegang peranan rata kadar gula darah dalam jangka
penting dalam alam karena merupakan waktu 2-3 bulan sebelum pemeriksaan.
sumber energi utama. Semua jenis Faktor-faktor yang menyebabkan
karbohidrat berasal dari tumbuh- tingkat konsumsi lemak yang berlebih
tumbuhan. Produk yang dihasilkan pada sebagian besar responden adalah
terutama dalam bentuk gula sederhana responden memiliki frekuensi makan
yang mudah larut dalam air dan mudah sumber lemak yang cukup sering dalam
diangkut ke seluruh sel-sel guna seminggu. Disamping itu, jenis
penyediaan energi (Almatsier, 2004). makanan yang digoreng akan
Kelebihan kalori yang masuk ke tubuh menyebabkan peningkatan konsumsi
yang berasal dari karbohidrat akan lemak harian penderita DM.
diubah menjadi glukosa dalam darah. Peningkatan kadar lemak merupakan
Glukosa memerlukan insulin untuk faktor risiko aterosklerosis (Harding,
sampai kedalam sel-sel jaringan 2001).
sehingga glukosa dalam darah Hasil penelitian menunjukkan
meningkat jika konsumsi karbohidrat bahwa semua responden konsumsi
dalam kategori tinggi (>60%). dietary fiber dalam kategori kurang dari
Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson anjuran yaitu 30 gram per hari, baik dari
dari variabel tingkat konsumsi hasil Semi Quantitative FFQ dengan
karbohidrat baik yang didapatkan dari Food Recall. Berdasarkan hasil
hasil Semi Quantitative Food Frequency penelitian didapatkan signifikansi (p)
dan Food Recall dengan kadar gula sebesar 0,554 yang menunjukkan bahwa
darah puasa responden DM tipe 2, tidak ada hubungan antara jumlah
didapatkan signifikansi 0,409 dan 0,226 asupan dietary fiber dengan kadar gula
dengan alfa (α) 5 % . Hal ini tidak darah puasa responden DM. Hal ini
menunjukkan adanya hubungan antara disebabkan tingkat konsumsi dietary
jumlah asupan karbohidrat dengan kadar fiber responden dalam penelitian masuk
gula darah puasa responden Diabetes dalam kategori kurang sehingga tidak
Mellitus tipe 2. Hal ini disebabkan dapat dilihat hubungannya dengan kadar
sebagian besar responden memiliki gula darah puasa.
jumlah asupan karbohidrat dalam jumlah Jumlah asupan karbohidrat dan
yang lebih dan kenaikan kadar gula lemak berhubungan dengan jumlah
darah tidak ditunjukkan dengan asupan dietary fiber. Dalam hal ini
peningkatan konsumsi karbohidrat yang adalah responden mengkonsumsi bahan
dikonsumsi harian. pangan sumber dietary fiber dalam
Berdasarkan hasil uji korelasi jumlah sedikit tetapi mengkonsumsi
Pearson antara jumlah asupan lemak bahan pangan sumber karbohidrat dan
dengan kadar gula darah didapatkan lemak dalam jumlah banyak sehingga
tingkat signifikansi 0,721 sehingga tidak secara tidak langsung tingkat konsumsi
1536 
 
Media Gizi Indonesia 
Vol. 2 No. 9 Agustus 2012 hal 1528‐1538 
 
dietary fiber menjadi meningkat bahan pangan yang termasuk dietary
meskipun masih dalam kategori kurang fiber yang dikonsumsi adalah mangga.
dari anjuran yaitu 30 gram per hari. Menurut uji korelasi Spearman tentang
hubungan konsumsi mangga dengan
4. Pola Konsumsi kadar gula darah, didapatkan signifikasi
Karbohidrat merupakan rantai (p) yaitu 0,0031 berarti ada hubungan
gula yang panjang. Oleh karena itu, antara konsumsi mangga dengan kadar
penderita DM tipe 2 perlu melakukan gula darah responden DM tipe 2.
pengendalian jumlah karbohidrat yang Semakin tinggi frekuensi konsumsi
dikonsumsi. Pengurangan konsumsi mangga semakin tinggi peningkatan
karbohidrat dalam jumlah besar kadar gula darah penderita DM tipe 2.
dimaksudkan untuk mengendalikan Sebagian besar energi mangga
kadar gula darah dan tingkat hormon berasal dari karbohidrat berupa gula.
insulin (Smith, 2005). Semua responden Kandungan gula dalam mangga
DM tipe 2 mengkonsumsi nasi sebagai didominasi oleh sukrosa dengan GI yang
sumber karbohidrat utama sedangkan berkisar 7-12%, namun pada jenis
sumber karbohidrat lainnya adalah mangga manis, kandungan sukrosa dapat
kentang dan singkong. Responden mencapai 16-18%. Kandungan sukrosa
mengkonsumsi nasi sebagai sumber yang tinggi dalam mangga dapat
karbohidrat utama dengan frekuensi 3 menyebabkan kenaikan kadar gula darah
kali dalam sehari dengan persentase penderita DM tipe 2. Pada buah lain
sebesar 71,4%. Melalu uji korelasi seperti pepaya, kandungan gula
Spearman dengan alfa (α) 5 %, didominasi oleh gula buah atau fruktosa
didapatkan signifikansi sebesar 0,778. yang dapat dicerna oleh tubuh dan aman
Artinya tidak ada hubungan antara bagi penderita DM (Sutomo, 2011).
konsumsi nasi dengan kadar gula darah
puasa responden. Hal ini mungkin KESIMPULAN
dikarenakan responden tidak membatasi 1. Tidak ada hubungan antara jumlah
frekuensi makan harian meskipun asupan karbohidrat, lemak dan
membatasi porsi nasi dalam sekali dietary fiber dengan kadar gula darah
makan. puasa responden DM tipe 2 (p>0.05),
Lemak merupakan salah satu baik dari hasil Semi Quantitative
unsur yang terdapat dalam makanan. FFQ dan Food Recall.
Lemak tidak dapat larut dalam plasma 2. Terdapat hubungan antara jumlah
darah kecuali bila berikatan dengan asupan karbohidrat dan lemak
protein tertentu. Tubuh sangat dengan dietary fiber (p<0.05).
membutuhkan lemak terutama untuk 3. Terdapat hubungan antara pola
proses produksi berbagai hormon dan konsumsi mangga dalam
pemeliharaan jaringan saraf dalam tahunan/musiman menunjukkan
tubuh. Kadar lemak yang berlebihan hubungan dengan kadar gula darah
akan memberikan efek samping yaitu puasa (p<0.05).
merusak pembuluh koroner (Baraas,
1996). Hasil korelasi masing masing SARAN
variabel sumber lemak yang dikonsumsi 1. Perlu adanya penyuluhan maupun
responden dengan kadar gula darah konseling gizi kepada penderita
puasa dengan tingkat kemaknaan (α) DM untuk meningkatkan
0,05 menunjukkan tidak ada hubungan pengetahuan gizi tentang
antara konsumsi tahu, tempe, dan telur pengaturan pola makan yang tepat
ayam dalam seminggu dengan kadar untuk mempertahankan kadar gula
gula darah puasa responden DM tipe 2. darah.
Hal ini dikarenakan frekuensi konsumsi 2. Meningkatkan kesadaran
bahan pangan sumber lemak yang penderita DM untuk mengikuti
rendah sehingga tidak dapat dilihat anjuran diet yang diberikan oleh
korelasi dengan kadar gula darah puasa. rumah sakit.
Pada penelitian ini, salah satu 3. Meningkatkan pola konsumsi
1537 
 
Media Gizi Indonesia 
Vol. 2 No. 9 Agustus 2012 hal 1528‐1538 
 
bahan makanan sumber dietary
fiber seperti whole grain, oatmeal,
roti gandum dan lain-lain yang
diharapkan dapat menurunkan
kadar gula darah secara bertahap.
4. Membatasi konsumsi buah
mangga meskipun dalam musiman
karena konsumsi mangga dalam
jumlah sedikit berhubungan
dengan peningkatan kadar gula
darah.

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu dengan Konsumsi Serat pada
Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Penderita DM di Poli Penyakit
Pustaka Utama. Baraas, F. 1996. Dalam RSUD Dr.Moewardi
Mencegah Serangan Jantung Surakarta. Karya Tulis Ilmiah
dengan Menekan Kolesterol. D3 Gizi. Surakarta
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Pratiwi, A.D, 2007. Epidemiologi
Utama, Jakarta. Program Penanggulangan
Brunner dan Suddart, 1996. Buku Ajar Diabetes Mellitus dan Isu
Keperawatan Medikal Bedah Mutakhir Diabetes Mellitus.
(Textbook of Medical-Surgical Skripsi. Makassar: Universitas
Nursing). Jakarta: EGC. Hassanudin
Budiyanto, 2002.Gizi dan Kesehatan. Rizky, Dita Novalinda Nindya.,2009.
Malang: Bayu Media. Hubungan Pola Makan Sumber
Dinkes RI,. 2007. Riset Kesehatan Energi dan Tingkat Konsumsi
Daerah tahun 2007. Jakarta Serat dengan Kadar Gula
(Sitasi tanggal 20 Oktober 2011) Darah Pada Penderita Diabetes
Harris, M.I. and Zimmet, P. 1992. Mellitus tipe 2. Skripsi.
Classification of Diabetes Yogyakarta: Universitas
Mellitus and Other Categories Gajahmada
of Glucose Intolerance. Oxford: Sulistijani, DA. 2001. Sehat dengan
John Wiley and Son. Menu Berserat. Jakarta :
Herminingsih A. 2009. Manfaat Serat Trubus Agriwijaya Sutomo, B.
dalam Menu Makanan. 2011. 1001 Manfaat Buah
http://puslit.mercubuana.ac.id. Pepaya.
(sitasi tanggal 27 November http://sahabatnestle.co.id//page/
2011). arsip/artikel/1001-manfaat-
Mansjoer, A, 2001.Kapita Selekta buah-pepaya (sitasi 13 Mei
Kedokteran, Jilid 1, Ed.3. 2012 19:36)
Jakarta: Media Aesculapius
FKUI
Prabowo, S., 2004. Hubungan Antara
Pengetahuan tentang Serat

1538 
 

View publication stats

You might also like