You are on page 1of 15

MENOPOUSE

A. Pengertian Menopause
Menopause adalah setelah masa berakhirnya siklus menstruasi yang
terdiagnosis setelah 12 bulan tanpa periode menstruasi. Rata-rata menopause
natural terjadi 51,4 tahun untuk Negara industri, secara umum terjadi pada
usia 40-58 tahun. Menopause dapat dipengaruhi oleh faktor genetik, merokok,
pengangkatan ovarium dan kemoterapi (Kusmiran, 2011 hal. 145).
Menopause berasal dari bahasa Yunani yaitu Mens yang mempunyai arti
siklus menstruasi dan pause kata latin memiliki arti berhentinya proses.
Karena berhentinya menstruasi mempengaruhi hanya beberapa hari dalam
kehidupan seorang wanita, maka akan sangat berguna untuk memandang
menopause secara lebih luas, sebagai suatu periode waktu. Wanita
menemukan dirinya dalam perubahan. Hal ini menujukkan periode saat terjadi
perubahan sosial fisiologis, atau psikologis. Fase yang dapat berlngsung
selama beberapa bulan sampai lebih dari satu dekade. Perubahan psikologis
termasuk serangkaian perubahan hormon dan klinis yang menunjukkan
penurunan fungsi ovarium (Pranoto, 2007 hal. 264). Menopause merupakan
peristiwa alami yang terjadi pada setiap wanita. Peristiwa alami tersebut
dipengaruhi konteks budaya yang berbeda dan persepsi individual.
Beberapa suku bangsa terentu sehingga mudah dirawat oleh keluarga
sendiri Pada masyarakat pada umumnya, usia dewasa memiliki penghargaan
yang tinggi dibandingkan usia lanjut khususnya wanita yang memiikil
keyakinan dalam diri bahwa sebagai wanita sudah merasa tidak sempurna
dengan berakhirnya proses menstruasi dan merasa tidak subur lagi. Pandangan
budaya dan individual mempengaruhi persepsi wanita berhubungan dengan
proses menopause dan gejala yang ditimbulkan dari menopause (Kusmiran,
2011 hal.143).
B. Periode Menopause
Menurut Mubarak (2012) ada tiga periode menopause yaitu fase
Klimaterium (Premenopause), Menopause dan Senium.
1. Klimaterium (Premenopause). Periode klimakterium (Premenopause)
merupakan masa peralihan antara masa reproduksi dan masa senium.
Biasanya masa ini disebut juga dengan pra menopause, antara usia 40
tahun, ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur, dengan perdarahan
haid yang memanjang dan relatif banyak. Premenopause merupakan
bagian dari masa klimakterium yang terjadi sebelum menopause (Pranoto,
2007 hal. 263). Perubahan perimenopause dan proses penuaan itu
diantaranya seperti perubahan pola perdarahan, hot flash, gangguan tidur,
perubahan atropik, perubahan psikologi, perubahan berat badan,
perubahan kulit, seksualitas dan perubahan fungsi tiroid (Varney, 2006).
2. Menopause. Masa menopause yaitu saat haid terakhir atau berhentinya
menstruasi, dan bila sesudah menopause disebut paska menopause bila
telah mengalami menopause 12 bulan sampai menuju ke senium
umumnya terjadi pada usia 50-an tahun.
3. Senium. Periode paska menopause, yaitu ketika individu telah mampu
menyesuaikan dengan kondisinya, sehingga tidak mengalami gangguan
fisik antara usia 65 tahun. Beberapa wanita juga mengalami berbagai
gejala karena perubahan keseimbangan hormon. Bagian-bagian tubuh
dapat mulai menua dengan jelas, tetapi kebanyakan wanita seharusnya
tetap aktif secara fisik, mental, dan seksual sesudah menopause seperti
sebelumnya. Menopause mulai pada umur yang berbeda pada orang-orang
yang berbeda umur yang umum adalah sekitar 50 tahun, meskipun ada
sedikit wanita memulai menopause pada umur 30-an, sementara wanita-
wanita lain mulainya menopause tertunda sampai umur 50-an.
C. Perubahan Psikologi Pada Masa Menopause
Wanita yang mencari bantuan medis untuk gejala menopause sangat
berbeda dengan wanita yang usia dan status menopause sama yang tidak
mencari bantuan, tetapi lebih cenderung melaporkan distress. Mempunyai
efek negatif terhadap kesehatan mental (Varney, 2006 hal. 309). Beberapa
wanita menemukan perubahan membuat menopause menjadi masa-masa yang
sulit. Sangat sulit bagi dokter untuk memutuskan apakah gejala depresi,
keletihan, dan insomnia disebabkan perubahan hormon atau gangguan
emosional yang dalam, karena wanita tersebut melihat sekelilingnya dan tidak
seperti apa yang dia lihat. Anak-anaknya tumbuh dan atau meninggalkan
rumah keluarga. Harapan masa muda dan keinginannya lenyap ke dalam
kehidupan rutin. Suaminya kelihatan menemukan minat baru,
meninggalkannya sendirian. Taman-temannya pun mengalami masalah yang
serupa dan terus mengeluh seperti dirinya (Llewellyn, 2009 hal. 418).
Ketidakteraturan haid mungkin secara bawah sadar meningkatkan
kecemasannya bahwa daya tarik seksual dan fisiknya berkurang. Dia menjadi
tua dan ditolak, dia mencapai akhir dari kehidupan. Psikiatris menemukan,
banyak wanita pada masa menopause melampaui 3 tahap sebelum
menyesuaikan dengan kehidupan barunya. Pertama adalah perasaan cemas
paling menonjol. Biasanya periode ini cukup singkat. Dilanjutkan dengan
periode yang mungkin berlansung berbulan-bulan, ketika gangguan depresi
dan perubahan suasana hati yang lainnya muncul. Ketiga, merasa ditolak oleh
semua orang. Semua anggapannya itu tidak benar kelak, wanita akan
memasuki tahap penyesuaian ulang. Semua kesedihan dari bulan-bulan
sebelumnya, tinggal sebagai mimpi buruk (Llewellyn, 2009 hal. 419).
Hilangnya libido dapat dipengaruhi sejumlah faktor, termasuk
peningkatan depresi. Peranan dalam kehidupan sosial sangat penting bagi
lansia, terutama dalam menghadapi masalah-masalah yang berkaitan dengan
dalam menghadapi masalah yang berkaitan dengan pensiun atau hilangnya
jabatan dan pekerjaan yang sebelumnya sangat menjadi kebanggaan lansia
dalam pendekatan holistik, sebenanya tidak dapat dipisahkan antara aspek
organ biologis, psikologis, sosial, budaya, dan spritual dalam kehidupan lansia
(Mubarak, 2012 hal. 328). Beberapa gejala psikologis yang menonjol ketika
menopause ketika menopause adalah mudah tersinggung, sukar tidur,
tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar, tegang, cemas, dan depresi. Ada juga
lansia yang kehilangan harga diri karena menurunnya daya tarik fisik dan
seksual.

D. Menurut (Mubarak, 2012 hal. 328), beberapa keluhan psikologis yang


merupakan tanda gejala dari menopause adalah sebagai berikut :
1. Daya ingatan menurun. Gejala ini terlihat bahwa sebelum menopause
wanita dapat mengingat dengan mudah, namun sesudah mengalami
menopause terjadi kemunduran dalam mengingat, bahkan sering lupa pada
hal-hal sederhana.
2. Timbul kecemasan. Banyak wanita yang mengeluh bahwa setelah
menopause, mereka menjadi pencemas. Kecemasan yang timbul sering
dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang
sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan dalam menghadapi situasi yang
sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan. Misalnya jika dulu biasa pergi
sendirian pergi sendirian ke luar kota, sekarang merasa cemas dan
khawatir. Hal itu sering diperkuat oleh larangan oleh anak-anaknya.
Kecemaasn pada wanita lansia yang telah menopause umumnya bersifat
relatif, artinya ada orang cemas dan khawatir.
3. Mudah tersinggung. Gejala ini lebih mudah terlihat dibandingkan dengan
kecemasan. Wanita lebih mudah tersinggungdan marah terhadap sesuatu
yang sebelumya dianggap tidak menganggu. Perasaannya menjadi sangat
sensitif terhadap tidak mengganggu. Perasaannya menjadi sangat sensitive
terhadap sikap dan perilaku orang-orang disekitarnya, terutama jika sikap
dan perilaku tersebut dipersepsikan menyinggung proses penerimaan yang
sedang terjadi dalam dirinya.
4. Mengalami stress. Ketegangan perasaan atau selalu beredar dalam
lingkungan pekerjaan, pergaulan sosial, kehidupan rumah tangga dan
bahkan menyelusup ke dalam tidur. Jika tidak ditanggulangi stress dapat
menyita energi, mengurangi produktivitas kerja dan menurunkan
kekebalan terhadap penyakit. Ditingkat psikologis, respon orang terhadap
sumber stress tidak bias diramalkan. Perbedaan suasana hati dan emosi
dapat menimbulkan beragam reaksi, mulai dari reaksi marah sampai
akhirnya ke hal-hal yang lebih sulit untuk dikendalikan.
5. Depresi. Wanita yang mengalami depresi sering merasa sedih karena
kehilangan kemampuan untuk bereproduksi, sedih karena kehilangan
kemampuan untuk bereproduksi, sedih karena kehilangan kesempatan
untuk memiliki anak, atau sedih karena kehilangan daya tarik.

E. Gejala-Gejala Menopause (Mubarak, 2012 hal. 324)

1. Faktor Psikis. Perubahan-perubahan psikologik maupun fisik ini


berhubungan dengan kadar estrogen. Gejala yang menonjol adalah
berkurangnya tenaga dan gairah berkurangnyaa konsentrasi dan
kemampuan akademik, serta timbulnya perubahan emosi seperti mudah
tersinggung, susah tidur, rasa kesepian, ketakutan keganasan, tidak sabar
dan lain-lain. Perubahan psikis ini berbeda-beda bergantung pada
kemampuan seorang wanita untuk menyesuaikan diri.
2. Sosial ekonomi Keadaan sosial ekonomi mempengaruhi faktor fisik,
kesehatan dan pendidikan. Apabila faktor-faktor di atas cukup baik, akan
mengurangi beban fisiologis dan psikologik.
3. Budaya dan lingkungan Pengaruh budaya dan lingkungan sudah terbukti
sangat mempengaruhi wanita dalam penyesuaian diri dengan fase
klimakterium dini.
4. Fakor lain Wanita yang belum menikah dan wanita karier, baik yang
sudah atau belum berumah tangga, riwayat menarke yang terlambat
berpengaruh terhadap keluhan-keluhan klimakterium yang ringan. Tanda
dan gejela menopause mempunyai ciri-ciri khusus, baik tanda dan gejala
menopause karena perubahan fisik maupun karena perubahan psikologis.
Gejala-gejala menopause disebabkan oleh perubahan kadar estrogen dan
progesteron. Karena fungsi ovarium berkurang, maka ovarium
menghasilkan lebih sedikit estrogen dan progesteron dan tubuh
memberikan reaksi. Beberapa wanita hanya mengalami sedikit gejala,
sedangkan wanita lain mengalami berbagai gejala yang sifatnya ringan
sampai berat (Proverawati, 2009). Berkurangnya kadar estrogen secara
bertahap menyebabkan tubuh secara perlahan menyesuaikan diri terhadap
perubahan hormon, tetapi pada beberapa wanita penurunan kadar estrogen
ini terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan gejala-gejala yang hebat. Hal
ini sering terjadi jika menopause disebabkan oleh pengangkatan ovarium
(Proverawati, 2009).

F. Beberapa keluhan fisik yang merupakan gejala menopause (Aqila, 2010):


1. Ketidakteraturan siklus haid. Di sini siklus perdarahan yang keluar dari
vagina tidak teratur. Perdarahan seperti ini terjadi terutama diawal
menopause. Perdarahan akan terjadi dalam rentang waktu beberapa bulan
yang kemudian akan berhenti sama sekali. Gejala ini disebut gejala
peralihan.
2. Kekeringan vagina Gejala pada vagina muncul akibat perubahan yang
terjadi pada lapisan dinding vagina. Vagina menjadi kering dan kurang
elastis. Ini disebabkan karena penurunan kadar estrogen. Tidak hanya itu,
juga muncul rasa gatal pada vagina. Yang lebih parah lagi adalah rasa
sakit saat berhubungan seksual, dikarenakan perubahan pada vagina, maka
wanita menopause biasanya rentan terhadap infeksi vagina. Intercourse
yang teratur akan menjaga kelembapan alat kelamin. Kekeringan vagina
terjadi karena leher rahim sedikit sekali mensekresikan lendir.
Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang menyebabkan liang vagina
menjadi lebih tipis, lebih kering dan kurang elastis. Alat kelamin mulai
mengerut, keputihan rasa sakit pada saat kencing (Aqila, 2010).

G. Seksualitas Pada Menopause


Fungsi seksual yang memuaskan adalah bagian integral kesehatan dan
kesejahteraan wanita diusia berapapun. Banyak mitos tentang seks dan proses
penuaan. Selama bertahun–tahun telah menjadi anggapan bahwa semakin tua
usia wanita, minat seks dan responsif wanita akan menurun. Mayoritas wanita
yang mengalami menopause alami tidak melaporkan penurunan dalam hasrat
seksual, kesenangan erotis atau orgasme (Varney, 2006 hal. 310). Menurut
(Kusmiran, 2011 hal. 145), Adapun seksualitas menyangkut berbagai dimensi
yang sangat luas. Diantaranya adalah dimensi biologis, dimensi Sosial,
dimensi kultural moral.
1. Dimensi biologis. Berdasarkan dimensi ini, seksualitas erat dengan
bagaimana manusia menjalani fungsi seksual, sesuai dengna identitas jenis
kealmin nya dan bagaimana dianmika aspek-aspek psikologis (kogisi,
emosi, motivasi, perilaku) terhadap seksualitas itu sendiriserta bagaimana
dampak psikologis dari keberfungsian seksualitas dalam kehidupan
manusia. Misalnya bagaimana seseorang berperilaku sebagai seorang laki-
laki atau perempuan, bagaimana seseorang mendapatkan kepuasan
psikologis dan perilaku yang dihubungkan dengan identitsa peran, jenis
kelamin, serta bagaimana perilaku seksualnya.
2. Dimensi sosial. Dimensi sosial melihat bagaimana seksualitas muncul
dalam relasi antar manusia, bagaiamana seseorang beardaptasi atau
menyesuaikan diri dengan tuntutan peran dari lingkungan social serta
bagaimana sosialisasi peran dalam kehidupan manusia.
3. Dimensi kultural moral. Dimensi ini menunjukkan bagaimana nilai-nilai
budaya dan moral mempunyai penilaain terhadap seksualitas. Misalnya
dinegara Timur orang belum eksprensif mengungkapkan seksulitas
berbeda dengan Negara barat umumnya menjadi hak asasi manusia.
Berbeda dengan moralitas islam misalnya menganggap bahwa seksualitas
sepenuhnya adalah hak Tuhan, sehingga penggunaaan dan
pemanfaatannya dilandasi pada norma-norma agama yang sudah mengatur
kehidupan seksuaitas manusia secara lengkap. Mitos dalam masyarakat
berasumsi bahwa kaum lansia tidak tertarik rangsangan seksual antara
ketetarikan dan masa muda dan seksualitas dengan cinta yang romantis
atau fertilitas. Seks dapat dinikmati untuk berbagai alasan, seperti alasan
menurunkan ketegangan, perbaikan tidur sebagai penyaluran emosi dan
untuk perasaan intimasi (Varney, 2006 hal. 309). Sesudah masa transisi
menopause, fungsi seksual anda bisa berubah. Walaupun gairah seksual
menurun baik untuk pria maupun wanita dengan bertambahnya usia,
umumnya terjadi penurunan gairah seksual cenderung menurun baik untuk
pria maupun wanita dengan bertambahnya usia, umumnya terjadi
penurunan gairah pada wanita di usia 40-an dan 50-an, yaitu pada saat
tingkatan estrogen menurun. Pada masa ini diperlukan waktu yang cukup
lama untuk dapat terangsang. Lapisan kulit dan jaringan vagina menipis
dan mengering, sehingga hal ini dapat membuat rasa tidak nyaman dan
sakit saat berhubungan seksual (Sulistyawati, 2012 hal. 187).

H. Cara mengatasi keluhan menopause


Menurut (Mubarak, 2012 hal. 333) berbagai keluhan fisik opada wanita
yang mengalami menopause dapat diatasi dengan pemberian obat yang
bersifat mengganti hormon estrogen. Pemberian obat ini digunakan untuk
memulihkan sel-sel yang mengalami kemunduran. Prinsip pengobatan
menopause adalah memberikan estrogen dari luar atau dikenal
dengan hormone replacement theraphy (HRT) atau istilahnya dalam bahasa
Indonesia adalah Terapi Sulih Hormon (TSH). Sebelum pemberian estrogen
dimulai, perlu diketahui persyaratan-persyaratan seperti tekanan darah normal,
tidak ada kelainan atau keganasan pada serviks dan payudara, tidak ada
pembesaran uterus, hati dan kelenjar tiroid normal dan tidak ada terdapat
varises.

I. Prinsip dasar pemberian TSH adalah sebagai berikut :


1. Pada wanita yang memiliki uterus, pemberian estrogen harus selalu
dikombinasikan dengan progesterone. Tujuan penambahan progesteron
adalah untuk mencegah kanker endometrium.
2. Pada wanita tanpa uterus maka cukup pemberian estrogen saja dan
diberikan secara kontinu (tanpa istirahat)
3. Pada wanita perimenopause yang masih haid dan masih tetap
menginginkan haid, TSH diberikan secara sekuensial. Sementara bagi
yang tidak ingin haid diberikan kontinu.
4. Jenis estrogen yang digunakan adalah estrogen dan progesterone yang
alamiah.
5. Pemberian selalu dimulai engan dosis rendah.
6. Dapat dikombinasikan dengan androgen atau diberikan dengan TSH yang
memiliki sifat androgenik.
Jenis estrogen alamiah yang banyak digunakan adalah estrol, dikenal
dengan merk dagang ovestin buatan pabrik organon. Tersedia dalam bentuk
tablet 1 mg, tablet 2 mg, dan krim 1 mg/gram untuk pemakaian local di
vulva/vagina. Cara pemberian TSH bisa dengan oral, transdermal, semprot
hidung, implant, pervaginam, sublingual dan intramuskular. Efek samping
pemberian TSH sebagian besar diakibatkan karena dosis estrogen yang tinggi.
Keluhan seperti nyeri payudara, peningkatan berat badan, keputihan dan sakit
kepala serta perdarahan.
J. Upaya lain untuk memperlambat dan mengatasi menopause
Menurut (Mubarak, 2012 hal. 338) datangnya masa menopause tidak perlu
cemas. Karena selain dapat diatasi dengan terapi hormon pengganti, kehadiran
menopause ternyata dapat diperlambat dengan mengatur dan memulai
kehidupan yang lebih sehat.

K. Adapun persiapan-persiapan yang dapat kita lakukan antara lain


sebagai berikut :
1. Mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin seperti buah dan
sayuran
2. Berolahraga teratur
3. Makanan yang baik dan bergizi
4. Melakukan hobi
5. Mengurangi konsumsi kopi, teh, minuman soda dan alkohol.
6. Menghindari rokok
7. Tetaplah berkarya dan usahakan dapat memberikan manfaat bagi orang
lain
8. Berfikirlah bahwa menopause itu adalah sesuatu yang wajar
9. Terlibat dalam aktivitas-aktivitas keagamaan dan sosial
10. Bersilaturrahmi denagn teman bersama untuk bertukar fikiran
11. Mengkomunikasikan masalah dengan pasangan
12. Tingkatkan ibadah
L. Terapi Menopause

Menopause merupakan bagian dalam fase atau siklus kehidupan seorang wanita
ketika masa kesuburan dan masa reproduksi mengalami penurunan hormonal.
Menopause bukan termasuk dalam suatu penyakit yang harus ditakuti karena setiap
wanita pasti akan mengalami menopause. Terapi menopause dapat dilakukan para
wanita.
Namun banyak cara yang dapat ditempuh dalam manangani menopause, agar
menopause tidak menghalangi anda beraktivitas meskipun banyak mengalami
penurunan atau perubahan hormon, namun kondisi dari suatu tubuh harus tetap fit
dan sehat, meskipun beberapa diantara mereka yang mengalami menopause mudah
terjangkit penyakit jantung atau mengalami osteopororsis. Namun tidak semua wanita
pasca menopause harus menjalani terapi menopause atau yang biasa yang dikenal
dengan Terapi Sulih Hormon ( TSH ). Jika anda ingin menjalani terapi sulih hormon
ini ada baiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter terkait efek dan resiko
dari Terapi Sulih Hormon ( TSH ).
Ada beberapa pendapat dari para ahli yang menyarankan untuk melakukan
Terapi Sulih Hormon dengan tujuan untuk :
1. Mengurangi gejala menopause yang tidak diinginkan
2. Membantu mengurangi kekeringan pada vagina
3. Mencegah terjadinya osteoporosis
Beberapa efek samping dari melakukan Terapi Sulih Hormon ( TSH ) :
1. Terjadi pendarahan pada vagina
2. Rasa nyeri pada payudara
3. Rasa mual
4. Ingin sekali muntah
5. Perut kembung
6. Kram pada bagian perut bawah, tepatnya rahim
Untuk mengurangi resiko dari Terapi Suli Hormon ( TSH ) dan tetap
mendapatkan keuntungan dari TSH, para ahli menyarankan :
1. Menambahkan progesteron terhadap estrogen
2. Menambahkan jumlah hormon testosteron terhadap estrogen
3. Menggunakan dosis esterogen yang paling rendah
4. Melakukan pemeriksaan secara teratur termasuk pemeriksaan panggul, dan
pap smear minimal 1 tahun sekali sehingga kelainan bisa sedini mungkin
untuk diatasi.
Estrogen tersedia dalam bentuk alami dan sintesis ( dibuat di laboratorium ).
Estrogen sintesis ratusan kali lebih kuat dibandingkan estrogen alami sehingga
tidak secara rutin diberikan kepada wanita menopause. Untuk mencegah hot
flushes dan osteoporosis hanya diperlukan estrogen alami dalam dosis yang
sangat rendah. Dengan dosis tinggi cenderung menimbulkan masalah, contoh
kecil seperti sakit kepala sebelah (migrain). Estrogen bisa diberikan dalam bentuk
tablet atau tempelan kulit ( estrogen transdermal ) krim estrogen dapat dibalurkan
pada vagina untuk mencegah penipisan lapisan vagina ( sehingga mengurangi
resiko terjadinya infeksi saluran kemih dan beser ) dan untuk mencegah
timbulnya nyeri ketika melakukan aktivitas seksual.
Biasanya Terapi Sulih Hormone ( TSH ) tidak dapat dilakukan pada wanita
yang mengidap kanker payudara atau kanker endometrium stadium lanjut,
pendarahan kelamin dengan penyebab yang tidak pasti, penyakit hati akut,
penyakit pembekuan darah, porfiria intermiten akut. Kepada awanita tersebut
biasanya diberikan obat anti cemas, progesteron atau klonidin untuk mengurangi
hot flashes. Untuk mengurangi depresi, kecemasan, mudah tersinggung dan susah
tidur bisa diberikan anti depresi.

Berikut ini adalah cara mengatasi menopause yang paling mudah yang
dapat anda ikuti :
1. Konsumsi susu, namun jika anda tidak menyukai susu dapat diganti dengan
mengkonsumsi tahu, tempe atau sayur, tentunya dengan dosis yang lebih
rendah. Misalnya, 50 gram tempe atau 120 gram tahu yang mengandung
fitoestrogen, cukup untuk sehari.
2. Dalam memasak jenis sayuran apapun jangan terlalu lama karena vitamin
yang terdapat dalam sayuran akan larut dalam air bila dimasak terlalu lama.
3. Cobalah mengganti minyak goreng dengan minyak zaitun atau mentega
rendah kalori untuk memasak makanan anda baik dalam menumis atau hanya
menggoreng biasa, agar tidak terlalu banyak minyak yang masuk ke dalam
tubuh.
4. Mengkonsumsi vitamin dengan dosis yang tepat, terutama vitamin A dan D.
Karena vitamin A dan D tidak dengan mudah dikeluarkan oleh tubuh, jika
berlebihan dapat menimbulkan racun dalam tubuh. Jangan sembarangan
mengkonsumsi vitamin A dan D. Dosisnya harus tepat, karena kedua vitamin
itu tak bisa dikeluarkan begitu saja dari dalam tubuh. Selain itu, jika terus
dikonsumsi, bisa-bisa malah menimbulkan racun di dalam tubuh.
5. Minuman dan makanan yang harus dihindari untuk memperlambat datangnya
menopause antara lain kafein, kopi, alkohol, minuman bersoda, rempah-
rempah dan makanan berlemak.
6. Bersikap sabar dan berusaha menerima kenyataan, karena bagaimana pun,
menopause pasti akan datang. Tentu saja, anggota keluarga yang lain harus
lebih bijaksana menghadapi sikap wanita yang menopause.
7. Tambahkan vitamin dalam menu sehari-hari. Vitamin yang diperlukan antara
lain :
a. Vitamin A, C dan E untuk antioksidan. Vitamin A dapat diperoleh dengan
mengkonsumsi hati, kuning telur, susu dan mentega. Sedangkan dari
tumbuhan, vitamin ini bisa diperoleh lewat sayuran warna hijau, jingga
dan buah seperti tomat. Sedangkan vitamin E banyak didapat lewat
kacang-kacangan, sayur dan buah.
b. Vitamin D untuk penyerapan kalsium yang terdapat pada kuning telur,
hati, mentega dan keju.
c. Vitamin B kompleks yang berguna untuk memperlambat datangnya
menopause terdapat pada kacang-kacangan dan sereal.
d. Untuk memperlambat datangnya menopause, hindari kafein, kopi,
alkohol, minuman bersoda, rempah-rempah dan makanan berlemak.
SUMBER

Baziad, A. 2003. Menopause dan Andropause. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Durand, V, M, dan David H. Barlow. 2006. Intisari Psikologi Abnormal. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Noveri dan Emi. 2008. “Hidup Sehat Di Masa Menopause”. Jurnal Sultan Agung,
Juni-Agustus, XXXVIII (112): 45-53. O’ Brien, P. 1994. Menghadapi Masa
Menopause Dengan Penuh Kebahagiaan. Alih Bahasa: Rita, S. S. Jakarta:
Binarupa Akasara.

Syahraini, Karyono, Rohmatun. 2007. “Kecerdasan Emosional Dan Kecemasan


Pramenopause Pada Wanita Di Rw IV dan XI Kelurahan Gebang Sari
Semarang”. Jurnal Psikologi Proyeksi, Februari, II (01): 29-39.

You might also like