You are on page 1of 12

KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK

DI RUANG HEMODIALISA RUMAH SAKIT UMUM SOEDARSO


PONTIANAK
Aprianto Sulistiawan1, Marlenywati2, Abduh Ridha3
1.
Peminatan Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Pontianak.
2.
Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Pontianak.
3.
Peminatan Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Pontianak .

ABSTRACT

Chronic kidney disease is a chronic disease need dialysis therapy treatment . The prevalence of CRF in the
General Hospital Soedarso increased 7.64 % in 2012 to 22.9 % when compared to 2011, and January- March 2013
amounted to 12.86 % . Chronic kidney disease affects the patient's quality of life already begun with circumstances
resigned because of illness must rely on tools hemodialysis . The purpose of the study to determine what factors are
associated with quality of life of patients with chronic renal failure Hemodialysis diruang dr Soedarso.
Design studies using cross-sectional design . Population of 329 people , minimum sample taken in this study
was 149 respondents . Sampling with non- probability sampling technique that uses sampling incidental.
The results showed that there is a significant correlation with quality of life in patients with chronic kidney
crows that age (p value = 0,025 , PR = 1,487) , gender (p value = 0,005 , PR = 1,601), the frequency of hemodialysis (p
value = 0,000 , PR = 1,855), stage chronic renal failure (p value = 0,043, PR =1,403), coping skills (p value = 0,041,
PR = 1,405) to kidney failure, and as for variables which are unrelated family support ( p value = 0,105,) .
Advice need for better coping ability of any patient with chronic renal failure that would affect the incidence
of stress that will affect the quality of life .

Keywords : Age, Gender, Frequency HD, Stage Renal Failure, Coping Ability, Quality of Life

PENDAHULUAN kesehatan fisik dan kesehatan mental,


dimana kesehatan fisik dapat dinilai dari
Tujuan utama pembangunan kesehatan fungsi fisik, keterbatasan peran fisik dan
nasional di Indonesia adalah peningkatan psikologi sedangkan kesehatan mental
kualitas sumber daya manusia agar menjadi sendiri dapat dinilai dari fungsi sosial dan
sehat secara menyeluruh dan berkelanjutan. keterbatasan peran emosional terhadap
[2]
Dimana pembangunan kesehatan tersebut lingkungan.
diharapkan secara terus-menurus dapat Aspek kualitas kesehatan fisik maupun
terjaga demi mewujudkan Indonesia sehat kesehatan mental dapat digunakan untuk
yang dapat dilakukan melalui upaya menilai rasa nyaman/sehat pada pasien
pemerataan sarana prasarana kesehatan dan terhadap permasalahan penyakit yang
[1]
peningkatan kualitas manusia. dialaminya dalam menganalisa masalah
Peningkatan kualitas manusia dalam biaya yang besar, intervensi medis terhadap
aspek kesehatan diharapkan dapat perkembangan masalah penyakit terutama
meningkatkan aspek kualitas hidup menjadi untuk penyakit kronik diharapkan dapat
lebih baik. Aspek kualitas hidup dalam menciptakan kualitas hidup yang lebih
[3]
bidang kesehatan sendiri menyangkut optimal.

10 Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik


Kualitas hidup yang optimal 7,64% pada tahun 2012 sebesar 22,9% jika
merupakan hal yang sangat diperhatikan dibandingkan dengan tahun 2011, dan pada
dalam penanganan penyakit kronik. Penyakit periode Januari-Maret 2013 sebesar 12,86% .
gagal ginjal kronik merupakan salah satu Hasil survey pendahuluan terhadap 10
penyakit kronik sehingga membutuhkan responden terdapat 70% berumur lebih dari
terapi dialisis dan transplantasi ginjal dalam 60 tahun, dan 60% berjenis kelamin laki-laki.
penanganan terapi dialisis. Terapi dialisis Sebanyak 70% responden frekuensi untuk
pada penyakit kronik terutama gagal ginjal melakukan terapi hemodialisa 3 kali dalam
kronik yang menjalani terapi hemodialisa seminggu, 80% pasien gagal ginjal kronik
merupakan masalah, dimana mengakibatkan memiliki stadium 5. 60% kurang mendapat-
pasien kehilangan, kebebasan tergantung kan motivasi dan penghargaan dari keluarga,
kepada layanan kesehatan sehingga akan 70% mekanisme koping yang masih
berpengaruh secara negatif yang akan kurang/maladaftif. Kualitas hidup mereka
berdampak pada kualitas hidup pasien sebanyak 70% merasa kurang kurang hal ini
GGK.[4] dikarenakan mereka sudah pasrah dengan
Kualitas hidup pada pasien GGK akan penyakit mereka.
mengalami kualitas hidup yang kurang Berdasarkan hal tersebut maka
dikarenakan kurangnya kemauan kualitas rumusan masalah yang dapat diambil dalam
hidup yang sudah mulai pasrah dengan penelitian ini adalah “faktor apa yang
keadaan penyakitnya.Pada pasien gagal berhubungan dengan kualitas hidup pasien
ginjal kronik dalam memperbaiki kualitas gagal kronik ginjal di ruang Hemodialisa
hidup sendiri dipengaruhi oleh beberapa RSUD dr Soedarso
faktor antara lain: usia, jenis kelamin,
tingakat stadium GGK, frekuensi terapi Metodologi
hemodialisa, dukungan keluarga. Faktor Jenis penelitian survey analitik
tersebut diharapkan pasien agar dapat dengan pendekatan cross sectional yaitu
beradaptasi dan mengatasi perubahan merupakan desain penelitian yang
terhadap lingkungan sehingga menjadi memberikan gambaran secara objektif
[5]
sebuah kemampuan koping. tentang keadaan yang sebenarnya dari objek
Prevalensi GGK di Rumah Sakit yang diteliti disertai penjelasan hubungan
Yayasan Islam Pontianak sebesar 0,7% pada antara satu variabel dengan variabel lainnya
tahun 2011 dan meningkat menjadi 10,4% yang mempengaruhi terjadinya masalah
pada tahun 2012, dan periode Januari - Maret kesehatan secara bersamaan.[6] Populasi
2013 sebesar 3,7%. Prevalensi GGK di dalam penelitian ini berjumlah 329 orang dan
Rumah Sakit Antonius Pontianak tahun 2011 sampel dalam penelitian ini berjumlah
sebesar 17,31% dan mengalami peningkatan 149orang.
sebesar 20,76% pada tahun 2012 menjadi Pengambilan sampel dengan teknik non
1,83%, dan periode Januari - Maret 2013 probability sampling yang menggunakan
sebesar 9,58%. Prevalensi GGK di Rumah sampling insidental yaitu teknik penentuan
Sakit Umum Daerah Soedarso meningkat sampel berdasarkan kebetulan, yaitu melihat

Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik 11


siapa saja secara kebetulan/insindental coding,scoring, entry, processing dan
bertemu dengan peneliti yang kebetulan cleaning. Penyajian data di sajikan dalam
cocok sebagai sumber data. [7] bentuk teks dan narasi. Teknik analisis data
Teknik dan instrument pengumpulam yaitu dengan analisi univariat dan analisis
data. Data dalam penelitian ini terdiri dari bivariat
data primer dan data sekunder. Instrumen
dalam penelitian ini menggunakan kuesioer. Analisis Univariat
Teknik pengolahan data terdiri dari editing,

Tabel 1. Gambaran frekuensi umur, jenis kelamin, frekuensi Hemodialisa, stadium GGK,
dukungan keluarga, kemampuan koping dan kualitas hidup pasien GGK di Ruang Hemodialisa
RSUD Soedarso.

Variabel Frekuensi (f) Persentase (%)


Umur
>45 tahun 91 61,1
=45 tahun 58 38,9
Jenis Kelamin
Laki laki 78 52,3
Perempuan 71 47,7
Frekuensi Hemodialisa/minggu
3 kali 83 55,7
2 kali 66 44,3
Stadium Gagal Ginjal Kronik
5 77 51,7
4 72 48,3
Dukungan keluarga
Kurang 50 33,6
Baik 99 66,4
Kemampuan Koping
Maladaftif 75 50,3
Adaftif 74 49,7
Kualitas Hidup
Kurang 80 53,7
Baik 69 46,3

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat kronik di ruang hemodialisa Rumah Sakit


frekuensi umur responden pasien gagal Umum Soedarso lebih besar berjenis
ginjal kronik di ruang hemodialisa Rumah kelamin laki-laki sebesar 52,3%,
Sakit Umum Soedarso lebih besar berumur > dibandingkan dengan yang berjenis kelamin
45 tahun sebesar 61,1%, jika dibandingkan perempuan. Frekuensi hemodialisa
dengan yang berumur = 45 tahun. Frekuensi responden pasien gagal ginjal kronik di
jenis kelamin responden pasien gagal ginjal ruang hemodialisa Rumah Sakit Umum

12 Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik


Soedarso lebih besar 3 kali dalam seminggu kronik di ruang hemodialisa Rumah Sakit
sebesar 55,7%, dibandingkan dengan 2 kali Umum Soedarso lebih besar kemampuan
dalam seminggu. Frekuensi stadium gagal koping bersifat maladaftif sebesar 50,3%,
ginjal kronik lebih besar tingkat stadium 5 dibandingkan dengan kemampuan koping
sebesar 51,7%, jika dibandingkan dengan bersifat adaptif. Frekuensi kualitas hidup
tingkat stadium 4. Frekuensi dukungan pasien gagal gunjal kronik di ruang
keluarga pada penderita GGK di ruang hemodialisa Rumah Sakit Umum Soedarso
hemodialisa Rumah Sakit Umum Soedarso lebih besar kualitas hidup kurang sebesar
lebih besar dukungan keluarga yang baik 53,7%, dibandingkan dengan kualitas hidup
sebesar 66,4%, dibandingkan dengan yang baik
dukungan keluarga yang kurang. Frekuensi
kemampuan koping pasien gagal ginjal Analisis Bivariat

Tabel 2 Hubungan antara umur, jenis kelamin, frekuensi HD, stadium GGK, dukungan keluarga,
kemampuan koping dengan kualitas hidup pasien GGK di Ruang Hemodialisa RSUD Soedarso

Kehamilan tidak diinginkan


PR P value
Variabel Ya Tidak Total (95%CI
f % f % f %
Umur
>45 tahun 56 61,5 35 38,5 91 100,0 1,487 0,025
=45 tahun 24 41,1 34 58,6 58 100,0 (1,051-2,103)
Jenis Kelamin
Laki-Laki 51 65,4 27 34,6 78 100,0 1,601 0,005
Perempuan 29 40,8 42 59,2 71 100,0 (1,159-2,211)
Frekuensi HD
3 Kali 56 67,5 27 32,5 83 100,0 1,855 0,000
2 Kali 24 36,4 42 63,6 66 100,0 (1,839-7,164)
Stadium GGK
5 48 62,3 29 37,7 77 100,0 1,403 0,043
4 32 44,4 40 55,6 72 100,0 (1,028-1,915)
Dukungan Keluarga
Kurang 32 64,0 18 36,0 50 100,0 1.320 0,105
Baik 48 48,0 51 51,5 99 100,0 (0,987-1,765)
Kemapuan Koping
Maladaftif 47 63,7 28 37,5 75 100,0 1,405 0,041
Adaftif 33 44,6 41 55,4 74 100,0 (1,032-1,913)

Berdasarkan tabel 2 proporsi umur kurang yakni sebanyak 56 orang (61,5%)


responden yang > 45 tahun cendrung lebih jika dibandingkan dengan responden umur =
besar untuk memiliki kualitas hidup yang 45 tahun. Hasil uji statistik Chi-Square

Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik 13


diperoleh nilai p value = 0,025 dapat frekuensi HD 3 kali dalam seminggu
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang mempunyai peluang 1,855 kali lebih banyak
bermakna antara umur dengan kualitas hidup untuk mengalami kualitas hidup yang kurang
pasien gagal ginjal kronik di ruang jika dibandingkan dengan yang berjenis
hemodialisa RSUD Seodarso. Nilai PR = yang melakukan HD 2 kali dalam seminggu.
1,487, artinya responden yang berumur > 45 Berdasarkan tabel 2 proporsi stadium
tahun mempunyai peluang 1,487 kali lebih gagal ginjal pada tingkat stadium 5 cendrung
banyak untuk mengalami kualitas hidup lebih besar untuk mengalami kualitas hidup
yang kurang jika jika dibandingkan dengan yang kurang yakni sebanyak 48 orang
responden yang berumur = 45 tahun. (62,3%) jika dibandingkan dengan tingkat
Berdasarkan table 2 proporsi jenis stadium 4. Hasil uji statistik Chi-Square
kelamin laki-laki cendrung lebih besar untuk diperoleh nilai p value = 0,043 dapat
mengalami kualitas hidup yang kurang disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
yakni sebanyak 51 orang (65,4%), jika bermakna antara stadium GGK dengan
dibandingkan dengan jenis kelamin kualitas hidup asien gagal ginjal kronik di
perempuan. Hasil uji statistik Chi-Square ruang hemodialisa RSUD Seodarso. Nilai PR
diperoleh nilai p value = 0,005 dapat = 1,403 artinya tingkat stadium pada pasien
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang GGK dengan stadium tingkat 5 mempunyai
bermakna antara jenis kelamin dengan peluang 1,403 kali lebih banyak untuk
kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik di mengalami kualitas hidup yang kurang jika
ruang hemodialisa RSUD Seodarso.Nilai PR jika dibandingkan dengan tingkat stadium
= 1,601 artinya jenis kelamin laki-laki tingkat 4.
mempunyai peluang 1,601 kali lebih banyak Berdasarkan tabel 2 proporsi
untuk mengalami kualitas hidup yang kurang dukungan keluarga yang kurang cendrung
jika dibandingkan dengan yang berjenis lebih besar akan mengalami kualitas hidup
kelamin perempuan. yang kurang sebanyak 32 orang (64,0) lebih
Berdasarkan tabel 2 proporsi frekuensi besar jika dibandingkan dengan dukungan
hemodialisa pada pasien gagal ginjal kronik keluarga yang baik. Hasil uji statistik Chi-
cendrung lebih besar untuk mengalami Square diperoleh nilai p value = 0,105 dapat
kualitas hidup yang kurang yakni yang disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan
melakukan hemodialisa 3 kali dalam yang bermakna antara dukungan keluarga
seminggu yakni sebanyak 56 (67,5%) jika dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal
dibandingkan dengan 2 kali dalam seminggu. kronik di ruang hemodialisa RSUD Seodarso
Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai Berdasarkan tabel 2 proporsi ke-
p value = 0,000 dapat disimpulkan bahwa mampuan koping maladaptive cendrung
terdapat hubungan yang bermakna antara lebih besar akan mengalami kualitas hidup
frekuensi melakukan hemodialisa dengan yang kurang sebanyak 47 orang (62,7%) jika
kualitas hidup asien gagal ginjal kronik di dibandingkan dengan kemampuan koping
ruang hemodialisa RSUD Seodarso. Nilai PR adaptif. Hasil uji statistik Chi-Square
= 1,855 artinya respoen yang melakukan diperoleh nilai p value = 0,041 di mana lebih

14 Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik


kecil jika dibandingkan dengan 0,05 dapat hubungan yang bermakna antara umur
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal
bermakna antara kemampuan koping kronik di ruang hemodialisa RSUD
dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal Seodarso.
kronik di ruang hemodialisa RSUD Peningkatan kualitas hidup agar
Seodarso. Nilai PR = 1,405 artinya menjadi lebih baik pada umur responden < 45
kemampuan koping yang bersifat maladatif tahun adalah dengan cara melakukan
mempunyai peluang 1,405 kali lebih banyak perubahan gaya hidup yakni dengan
untuk mengalami kualitas hidup yang kurang mengatur pola makan dan seringnya
jika jika dibandingkan dengan kemampuan melakukan aktifitas berolahraga, sedangkan
koping yang bersifat adaptif. dengan umur responden = 45 tahun
diharapkan melakukan aktifitas sesuai
PEMBAHASAN dengan kondisi kesehatan dengan jadwal
yang teratur.
Umur
Umur adalah jumlah hari, bulan dan Jenis Kelamin
tahun yang dilalui sejak lahir sampai dengan Jenis kelamin adalah suatu konsep
waktu tertentu. Umur juga bisa diartikan yang digunakan untuk mengidentifikasi
sebagai sebagai satuan waktu yang perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi
mengukur waktu keberadaan suatu benda aspek pengaruh sosial dan budaya. Hasil uji
atau mahluk. Seiring bertambahnya umur statistik Chi-Square diperoleh nilai p value =
pada manusia akan mempengaruhi 0,005 di mana lebih kecil jika dibandingkan
penurunan fungsi renal terutama pada dengan 0,05 dengan artinya Ho ditolak dan
penderita gagal ginjal yang lebih disebabkan Ha diterima, jadi dapat disimpulkan bahwa
seiring perubahan fisiologi berupa fungsi- terdapat hubungan yang bermakna antara
fungsi organ tubuh sehingga rentan akan jenis kelamin dengan kualitas hidup pasien
terjadinya angka kesakitan [8] gagal ginjal kronik di ruang hemodialisa
Perubahan pola hidup yang salah RSUD Seodarso. Kecenderungan kualitas
seiring bertambahnya umur akan berakibat hidup pada pasien gagak ginjal yang
menimbulkan penyakit degenaratif seperti mengalami kualitas hidup yang kurang
hipertensi, obesitas, dan diabetes mellitus. cenderung lebih besar adalah laki-laki.
Penyakit-penyakit tersebut merupakan Seringnya menghabiskan waktu diluar
penyebab penurunan fungsi renal pada ginjal dikarenakan laki-laki lebih sering mencari
sehingga menimbulkan gagal ginjal. nafkah yang merupakan tanggung jawab
Penurunan fungsi ginjal yang disebabkan sebagai kepala keluarga, sehingga tingkat
pola hidup serta perubahan fisiologi yang kualitas hidup yang didapat lebih rendah jika
disebabkan oleh penambahan umur akan dibandingkan dengan perempuan. [10]
menimbulkan gagal ginjal sehingga akan Jenis kelamin yang mempengaruhi
[9]
berpengaruh kepada kualitas hidup. terhadap kualitas hidup pada penderita gagal
Hasil uji statistik menunjukan terdapat ginjal terutama pada jenis kelamin laki-laki

Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik 15


lebih disebabkan gaya hidup yang kurang berdampak pada hemodialisa sehingga
baik seperti kebiasaan merokok dan aktifitas berefek negative kepada rutinitas, sedangkan
yang lebih demi mencari nafkah sehingga dari aspek kognitif adalah menimbulkan
tugas pokok sebagai kepala keluarga tetap kebingunan dan susah berkonstrasi
terlaksana dan kualitas hidup cendrung sedangkan dari aspek psikologi dan sosial
berkurang sehingga perlu adanya pengaturan hubungan antar sesama orang lain akan
jadwal yang baik dalam menjalankan tugas. menjadi berkurang.
Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh
Frekuensi Hemodialisa nilai p value = 0,000 di mana lebih kecil jika
Frekuensi melalukan hemodialisa akan dibandingkan dengan 0,05 dengan artinya
mempengaruhi kejadian anemia pada Ho ditolak dan Ha diterima, jadi dapat
penderita GGK akan mempengaruhi kualitas disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
hidup hal ini dikarenakan banyak kehilangan bermakna antara frekuensi melakukan
darah akibat waktu yang cukup lama dari hemodialisa dengan kualitas hidup asien
terapi hemodialisa. Hal ini dapat terjadi gagal ginjal kronik di ruang hemodialisa
karena hampir tidak mungkin semua darah RSUD Seodarso.
pasien kembali seluruhnya setelah terapi Hal ini sejalan dengan penelitian yang
hemodialisa pasti ada darah pasien yang dilakukan oleh Nurchayati (2010) yang
tinggal di dialyzer (ginjal buatan) atau menyatakan terdapat hubungan yang
bloodline, meskipun jumlahnya tidak bermakna antara frekuensi HD dengan
signifikan kualitas hidup pada pasien penyakit ginjal
Secara klinis hemodialisis dikatakan kronik di Rumah Sakit Fatimah Cilacap Dan
[11]
adekuat yakni bila keadaan uremia pada Rumah Sakit Umum Daerah Bayumas
hemodialisis umum pasien merasa dalam Frekuensi melakukan hemodialisa
keadaan baik dan merasa lebih nyaman tidak dengan jumlah yang sering akan
ada manifestasi. Rata-rata tiap orang mempengaruhi tingkat penurunan kualitas
memerlukan waktu 9 sampai 12 jam dalam hidup, agar dapat menjaga kualitas hidup
seminggu untuk mencuci seluruh darah yang pada penderita gagal ginjal diharapakan
ada, tetapi karena ini waktu yang cukup dapat mengatur pola makanan sehingga
panjang, maka biasanya akan dibagi menjadi asupan energi menjadi terpenuhi.
2-3 kali pertemuan dalam seminggu selama
3-5 jam setiap kali hemodialisa Stadium Gagal Ginjal Kronik
Kejadian anemia yang berkaitan Pada stadium yang paling dini
dengan frekuensi hemodialisa yang penyakit ginjal kronik, terjadi kehilangan
cenderung lama dialami pada pasien yang daya cadang ginjal (renal reserve), pada
menjalani terapi hemodialisis akan keadaan mana basal LFG masih normal atau
mempengaruhi tingkat kualitas hidup. malah meningkat. Kemudian secara perlahan
Dimana dampak yang dapat ditimbulkan dari tapi pasti, akan terjadi penurunan fungsi
seringnya frekuensi hemodialisa pada nefron yang progresif, yang ditandai dengan
penderita gagal ginjal kronik akan peningkatan kadar urea dan kreatinin serum.

16 Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik


Pada stasium IV dan V dimana terjadi kesehatan. Pada dasaranya pelayanan dari
penurunan fungsi ginjal yang berat dan harus suatu tim terpadu yang terdiri dari dokter,
melaksanakan hemodialisa. Menurut perawat, ahli gizi serta petugas kesehatan
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit lain diperlukan agar terapi yang diperlukan
Dalam Indonesia (2006) patofisiologi kepada pasien optimal. Asuhan gizi
penyakit ginjal kronik pada awalnya (Nutrition Care) betujuan untuk memenuhi
tergantung pada penyakit yang men- kebutuhan zat gizi agar mencapai status gizi
dasarinya, tapi dalam perkembangan optimal, pasien dapat beraktivitas normal,
selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih menjaga keseimbangn cairan dan elektrolit,
sama. Pada LFG di bawah 15 % yakni pada yang pada akhirnya mempunyai kualitas
stadium 5 akan terjadi gejala dan komplikasi hidup yang cukup baik.
yang lebih serius dan pasien sudah
memerlukan terapi pengganti ginjal (renal Dukungan Keluarga
replacement therapy) antara lain dialisis atau Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh
transplantasi ginjal pada keadaan ini pasien nilai p value = 0,105 di mana lebih besar jika
dikataan sampai pada stadium gagal ginjal. dibandingkan dengan 0,05 dengan artinya
Pada pasien gagal ginjal kronik dengan Ho diterima dan Ha ditolak jadi dapat
stadium 5 diberikan terapi konservatif yang disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan
meliputi terapi diet dan medikamentosa yang bermakna antara dukungan keluarga
dengan tujuan mempertahankan sisa fungsi dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal
ginjal dan meminimalisir kualitas hidup kronik di ruang hemodialisa RSUD Seodarso
kearah yang lebih buruk. Status gizi pada Keluarga merupakan aspek dalam
pasien PGK yang kurang lebih disebabkan membuat keputusan menyangkut dimana
antara lain adalah asupan makanan yang penanganan harus diberikan oleh siapa. Pada
kurang sebagai akibat dari tidak nafsu pasien gagal ginjal kronik memerlukan
makan, mual dan muntah, gejala tersebut pengobatan yang dilakukan secara terus-
justru akan menimbulkan penuruan kualitas menerus untuk mengganti ginjal yang telah
hidup. rusak agar kualitas hidup pasien tetap terjaga.
Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh Dukungan keluarga dapat menjadikan
nilai p value = 0,043 di mana lebih kecil jika keluarga mampu meningkatkan kesehatan
dibandingkan dengan 0,05 dengan artinya Ho dan adaptasi dalam menjalani kehidupan
ditolak dan Ha diterima, jadi dapat sehingga akan berpengaruh tehadap kualitas
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang hidup dimana dukungan informasi yang
bermakna antara stadium GGK dengan diberikan termasuk ke dalam fungsi
kualitas hidup asien gagal ginjal kronik di perawatan kesehatan keluarga terhadap
ruang hemodialisa RSUD Seodarso. anggota keluarganya. Dukungan informasi
Untuk mencegah penurunan dan ini dapat diberikan dalam bentuk
mempertahankan status gizi, perlu perhatian memberikan saran, arahan dan informasi
melalui monitoring dan evaluasi status penting yang dibutuhkan. Ini berarti bahwa
kesehatan serta asupan makanan oleh tim semakin besar dukungan yang diberikan

Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik 17


kepada penderita gagal ginjal kronik melalui dengan penelitian yang dilakukan oleh
aspek penghargaan, motivasi, kenyamanan, Desnauli (2012) yang menyatakan ada
pujian akan mempengaruhi kualitas hidup hubungan antara mekanisme kemampuan
pada pasien gagal ginjal. koping dengan kualitas hidup pasien gagal
Dalam mengahadapi kondisi tersebut ginjal kronis yang menjalani terapi
dukungan keluarga sangat diperlukan. hemodialisa di Rumah Sakit Adi Kota
Dukungan keluarga adalah bantuan atau Surabaya. [12]
sokongan dari keluarga dalam bentuk Kemapuan koping yang positif akan
perhatian, penghargaan, dan cinta dalam membantu seseorang untuk bisa
suatu keluarga. Dukungan yang dimiliki oleh mentoleransi dan menerima situasi menekan
seseorang dapat mencegah berkembangnya serta tidak merisaukan tekanan yang tidak
masalah akibat tekanan yang dihadapi dapat dikuasainya. Strategi dalam
melaksanakan kemampuan koping perlu
Kemampuan Koping mengacu kepada fungsi dari pelaksanaan
Koping merupakan suatu proses koping yakni, mengurangi kondisi
kognitif dan tingkah laku bertujuan untuk lingkungan yang berbahaya, mentoleransi
mengurangi perasaan tertekan yang mnuncul atau mempertahankan gambaran diri,
ketika mengahadapi situasi stress. Pada mempertahankan keseimbangan emosional
penderita gagal ginjal kronik, ketidak- dari kenyataan yang negative, serta aspek
mampuan dalam menangani dan kepuasaan individu untuk bisa berinteraksi
mengendalikan stress merupakan penyebab dengan orang lain.
utama dalam menurunkan kualitas hidup. Keberhasilan efektifitas koping
Stress yang terjadi secara berlebihan adaptif yang digunakan pada pasien gagal
pada penderita gagal ginjal kronik ginjal diharapkan mampu berguna untuk
merupakan salah satu predictor negative memenuhi fungsi yang dapat menurunkan
yang berhubungan dengan kualitas hidup. tingkat stress yang justru akan mem-
Stressor yang terkait pada penderita gagal pengaruhi kualitas hidup
ginjal kronik adalah ketikmampuan
beradaptasi dan mereka kurang merasa KESIMPULAN
percaya diri sehingga membutuhkan
kemapuan koping yang baik. 1. Ada hubungan antara umur dengan
Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh kualitas hidup pasien gagal ginjal
nilai p value = 0,041 di mana lebih kecil jika kronik di ruang hemodialisa Rumah
dibandingkan dengan 0,05 dengan artinya Ho Sakit Soedarso ( P value = 0,025)
ditolak dan Ha diterima, jadi dapat 2. Ada hubungan antara jenis kelamin
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang dengan kualitas hidup pasien gagal
bermakna antara kemampuan koping ginjal kronik di ruang hemodialisa
dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal Rumah Sakit Soedarso ( P value =
kronik di ruang hemodialisa RSUD 0,005).
Seodarso. Pernyataan tersebut sejalan 3. Ada hubungan antara frekuensi

18 Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik


hemodialisa dengan kualitas hidup 2. Pembentukan program
pasien gagal ginjal kronik di ruang dukungan self help group
hemodialisa Rumah Sakit Soedarso ( P antar sesama penderita gagal
value = 0,000). ginjal kronik supaya mereka
4. Ada hubungan antara stadium gagal dapat berdiskusi bagaimana
ginjal kronik dengan kualitas hidup menjaga kualitas hidup
pasien gagal ginjal kronik di ruang dengan kondisi penyakit yang
hemodialisa Rumah Sakit Soedarso ( P dideritanya
value = 0,043). 3. Program pusat informasi yang
5. Tidak ada hubungan antara dukungan disampaikan oleh petugas
keluarga dengan kualitas hidup pasien kesehatan secara terstruktur
gagal ginjal kronik di ruang mengenai dan dampak
hemodialisa Rumah Sakit Soedarso ( P melakukan hemodialisa
value = 0,105). sehingga akan berpengaruh
6. Ada hubungan antara kemampuan terhadap peningkatan kualitas
koping dengan kualitas hidup pasien hidup. Dalam melaksanakan
gagal ginjal kronik di ruang kegiatan tersebut dapat
hemodialisa Rumah Sakit Soedarso ( P konsultasi, konseling baik
value = 0,041) secara individu maupun
kelompok bagi penderita,
SARAN sehingga asuhan keperawatan
yang diberikan tidak hanya
1. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah dari aspek fisik, namun secara
Soedarso. keseluruhan memper-
a. Perlunya adanya program yang timbangkan aspek psikososial
ditujukan dengan sasaran kepada dan spiritual dimana pasien
penderita gagal ginjal kronik. dapat menghubungi petugas
Adapun program tersebut kesehatan secara langsung
diantaranya: maupun secara tidak langsung
1. Program keterampilan self (melalui komunikasi
care/perawatan diri bagi handphone) terkait
penderita gagal ginjal kronik, penanganan perawatan diri
dimana responden diharapkan dalam menjaga kualitas
dapat melakukan perawata hidup.
diri ketika ada permasalah b. Perlu adanya pembentukan
seperti perawatan luka keterampilan dukungan sosial
terutama pada penderita gagal dengan sasaran kepada keluarga
ginjal yang disebabkan oleh pasien penderita gagal ginjal
diabetes. supaya mereka dapat berbagi
pengalaman dan pembentukan

Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik 19


program pembentukan Caregiver distribusi merata
(pemberi perawatan bagi individu 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
yang mengalami penyakit kronis Peneliti selanjutnya diharapkan dapat
yang sudah terlatih oleh tenaga meneliti mengenai hubungan penyakit
kesehatan) yang berasal dari hipertensi dan diabetes mellitus
keluarga, dimana yang men- terhadap gagal ginjal kronik dimana
jalankan program tersebut adalah penyakit hipertensi dan diabetes dalam
keluarga dan tenaga kesehatan penanganan mengkonsumsi obat
menjadi fasilitator. Adapun fungsi secara rutin. Pada penelitian ini
caregiver dalam peningkatan dukungan keluarga tidak memiliki
kualitas hidup pada pasien gagal hubungan diharapkan pada penilitan
ginjal kronik: selanjutnya instrument terkait variabel
1. M e m b e r i k a n k o n s u m s i dukungan keluarga lebih disempurna-
protein tinggi kan dan desain untuk penelitian
2. Memberikan obat sesuai selanjutnya diharapkan menggunakan
dengan program desain case control
3. Mengetahui tanda-tanda
kelebihan cairan atau ke-
kurangan cairan pada anggota DAFTAR PUSTAKA
gerak
4. Mengantar dan menemani Depkes, 2006. Pedoman Teknis Penemuan
penderita pada saat melaku- dan Tatalaksana Penyakit Tidak
kan hemodialisa Menular. Departemen Pengendalian
Penyakit Tidak Menular. Jakarta
2. Bagi Dinas Kesehatan Supriyadi, dkk. 2011. Tingkat Kualitas Hidup
Mengingat biaya yang begitu mahal Pasien Gagal Ginjal Kronik Terapi
meskipun memiliki kartu jaminan Hemodialisa. Politeknik Kesehatan
kesehatan dalam menjalani Kementrian Kesehatan. Semarang.
hemodialisa dimana terkait
Mass, Meridean L dkk. 2011. Asuhan
pengobatan dan perawatan
Keperawatan Geriatrik. Penerbit Buku
homodialisa sehingga perlu adanya
Kedokteran. Jakarta.
kerja sama yang baik terkait patisipasi
terkait dukungan dana dari pemerintah Brunner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar
yang diberikan agar dapat tetap Keperawatan Medical Bedah. EGC.
menjalani hemodialis guna meningkat- Jakarta.
kan kualitas hidup, selain itu perlu Pratiknya, Ahmad Watik. 2010. Dasar-Dasar
adanya koordinasi dengan setiap Metodologi Penelitian Kedokteran dan
rumah sakit, sehingga pemerintah Kesehatan. PT Raja Grafindo Persada.
dapat mengetahui berapa jumlah Jakarta.
penderita sehingga bantuan ter-

20 Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik


Sugiyono , 2011. Statistika Untuk Penelitian. Nurchayati, Sofiana. 2010. Analisis faktor-
CV. Alfabeta. Bandung. Faktor Yang Berhubungan Dengan
Cahyaningsih, Niken D. 2011. Hemodialisis Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal
(Cuci Darah). PT Mitra Cendikia Kronik Yang Menjalani Hemodialisa
Jogjakarta. Jogjakarta. Di Rumah Sakit Islam Fatimah Cilacap
Dan Rumah Sakit Umum Daerah
Depkes, 2011. Jumlah Penderita Gagal
B a n y u m a s . Te s i s . U n i v e r s i t a s
Ginjal Dan Mencangkok Ginjal.
Indonesia.
http://www.kopertis12.or.id/2013/01/0
8/berita-edukasi-08-januari-2013.html Evi, Desnauli. 2012. Hubungan Antara
jam 13.05 . Koping Dengan Kualitas Hidup
Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang
Yuwono, Agus. 2002. Kualitas Hidup
Menjalani Terapi Hemodialisa Di RS
Menurut Spitzer Pada Penderita Gagal
Adi Husada
Ginjal Terminal Yang Menjalani
Hemodialisi Kronis Di Unit
Hemodialisa RSUP. Dr. Karyadi
Semarang. Skripsi. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Suharyanto, Toto dan Madjid, Abdul. 2008.
Asuhan Keperawatan Pada Klien
Dengan Gangguan Sisten
Perkemihan. PT Trans Info Media.
Jakarta.

Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik 21

You might also like