Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
The research was carried out on July until August 2013 in the Fish Nutrition
Laboratory, Faculty of fisheries and Marine Science University of Riau,
Pekanbaru. The purpose of this study was to remove HCN from rubber seed and
See influence treatment of nutrients. so the rubber seeds can serve as fish feed
constituents. This study used a Randomized Complete Design (RAL) with nine
treatment three times in rreplication. R0 = Without treatment, R1 = Boiling rubber
seeds open for 30 minutes, R2 = steaming open rubber seeds for 30 minutes, R3 =
rubber seeds drying out under sunlight for 12 hours, R4 = rubber seed soaking in
running water for 36 hours, R5 = combination of steaming open rubber seeds for
30 minutes and drying out for 12 hours, R6 = combination of soaking for 36 hours
with steaming open for 30 minutes, R7 = combination of soaking rubber seed
soaking in running water for 36 hours with an open boiling for 30 minutes, R8 =
combination of Boiling rubber seeds open for 30 minutes and drying out for 12
hours with sun light. The result showed that combination of Boiling rubber seeds
open for 30 minutes and drying out for 12 hours with sun light (R8) was the most
effective way to decrease HCN content, and gave better quality of rubber seed
meal for ruminant feed.
menunjukkan kadar air paling tinggi Tabel 9. Kadar Abu Tepung Biji
yakni 10,5%. Hasil ini didukung oleh Karet ( %)
Syarief dan Halid (1990) yang
menyatakan bahwa bahan pangan
berupa tepung mampu mengabsorbsi
air lebih banyak karena luas
permukaannya makin bertambah. Keterangan: Beda huruf menentukan jarak
pengaruh antar perlakuan
Mula-mula molekul-molekul air
Dari Tabel 9. memperlihatkan
terkumpul di permukaan membentuk
bahwa perlakuan berpengaruh
satu lapisan air yang menutupi
(p<0,05) terhadap kadar abu biji
seluruh permukaan. Selanjutnya
karet. perlakuan R7 menghasilkan
terbentuk lapisan-lapisan molekul air
kadar abu paling rendah (0,84%)
dengan makin lamanya waktu
sedangkan perlakuan R5 kadar abu
perendaman dalam air. Perlakuan
paling tinggi (2,73%) . Kadar abu
penjemuran dibawah sinar matahari
yang rendah pada perlakuan R7
selama 12 jam (R3) kadar airnya
dikarenakan pengolahan berulang
paling rendah (2,88%) hal ini
(perendaman dan perebusan)
dikarenakan tidak adanya kontak
mengakibatkan mineral biji karet
langsung air pada perlakuan ini
cukup banyak terurai sehingga kadar
sehingga biji karet hanya
abunya rendah. hal ini memperkuat
menguapkan air yang ada pada
penelitian salamah et al (2012) yang
selnya sendiri.
menyatakan Pengolahan dengan cara
pemasakan menyebabkan penurunan
Kadar Abu
kandungan mineral pakan yang
Menurut Anggorodi (1990)
cukup tinggi.
dalam yuningsih (2004), abu
merupakan zat-zat mineral sebagai
Kadar Protein
suatu golongan dalam bahan
Protein merupakan dasar
makanan atau jaringan hewan
penyusun jaringan pada hewan dan
ditentukan dengan membakar zat-zat
merupakan nutrien esensial untuk
organik dan kemudian menimbang
maintenance (pemeliharaan tubuh).
sisanya. mineral pada bahan pakan
Pada bahan pakan protein akan
akan turun secara signifikan setelah
berdenaturasi apabila dipanaskan dan
dilakukan proses pemasakan. Pada
beberapa jenis protein larut dalam
penelitian ini tepung biji karet awal
air. Oleh sebab itu perlu
mempunyai kadar abu 2,83% dari
menganalisis perubahan protein biji
100g bahan kering, kemudian setelah
karet yang diberi perlakuan seperti
dilakuakan perlakuan fisik terjadi
Tersaji pada Tabel 10 berikut ini.
penurunan seperti pada Tabel 9
berikut.
6
biji karet. Pada tabel tersebut terlihat terhidrolisis enzim (Palupi et al,
persentase serat yang berkurang pada 2007). perlakuan fisik memberikan
perlakuan disebabkan adanya pengaruh (p<0,05) teradap kadar
pengaruh perlakuan fisik terhadap BETN biji karet. Pada perlakuan R6
serat dalam bahan pakan. Perlakuan (kombinasi perendaman dan
R7 (kombnasi perendaman dan pengukusan) dan R7 (kombinasi
perebusan) mengandung serat kasar perendaman dan perebusan) terlihat
paling rendah (4,3%) persentase BETN paling rendah
masing- masing 18,26% dan 19,84%.
Kadar BETN Hal ini dikarenakan pada proses
BETN (Bahan ekstrak tanpa perendaman banyak mengakibatkan
nitrogen) merupakan bagian kandungan BETN larut terbawa air
karbohidrat yang dimanfaatkan mengalir dan proses ekstrusi HTST
dalam menyediakan energi untuk pada saat perlakuan fisik. Perlakuan
proses-proses dalam tubuh. R3 (penjemuran) mengandung kadar
Karbohidrat yang dibutuhkan oleh BETN tertinggi 24,63%. Hal ini
ikan ternyata sangat bermacam- disebabkan suhu matahari 25-30 0C
macam tergantung pada jenis tidak terlalu memungkinkan
ikannya. Kadar karbohidrat dalam terjadinya ekstrusi HTST.
pakan ikan berkisar antara 20 %
dalam ransum pakan. Tepung biji KESIMPULAN DAN SARAN
karet mengandung BETN 26,42% Kesimpulan
kemudian mengalami penurunan Hasil penelitian ini
ketika dilakukan perlakuan seperti menunjukkan bahwa adanya
pada Tabel 13 berikut ini. pengaruh perlakuan fisik terhadap
Tabel 13. Kandungan BETN Tepung penurunan asam sianida (HCN) biji
Biji Karet (100 gram berat kering karet (Hevea brassiliensis). Kadar
awal asam sianida adalah 0,033%
(330 mg/kg) dan setelah dilakukan
perlakuan fisik perlakuan R5
(kombinasi pengukusan dan
penjemuran) menghasilkan HCN
Pada Tabel 13. menunjukkan yang cukup rendah yakni sekitar
bahwa BETN biji karet mengalami 0.00533% (53 mg/kg).
penurunan setelah diberi perlakuan.
Perlakuan R8 (kombinasi
Penurunan BETN terjadi karena
perebusan dan penjemuran)
adanya proses ekstrusi pemenasan
merupakan perlakuan terbaik
suhu tinggi pada waktu singgkat
dibanding perlakuan yang lain
(HTST) yang mempengaruhi struktur
ditinjau dari kadar air (5,85%), kadar
fisik granula menjadikan biji karet
abu (2,28), kadar lemak (46,38%),
kurang kristalin menyebabkan lebih
serat kasar (5,66), (BETN 22%) dan
larut dalam air dan mudah
protein (17,85%). Pada perlakuan R8
9
DAFTAR PUSTAKA
Siahaan S. 2009. Potensi
Cereda, M.P. and Mattos, M.C.Y. Pemanfaatan Limbah Biji
(1996). "Linamarin - The Karet (Hevea bransiliensis)
Toxic Compound of Cassava." Sebagai Sumber Energi
Journal of Venomous Animals Alternatif Biokerosin untuk
and Toxins (online) 2 (1), 6-12; Keperluan Rumah
ISSN 0104-7930. Tangga(Studi Kasus di Desa
Nanga Jetak Kecamatan Dedai
Muchtadi, D. dan N.S. Palupi. Kabupaten SintangKalimantan
1992. Metode Kimia, Barat) [Tesis]. Bogor: Sekolah
Biokimia, dan Biologi dalam Pascasarjana Institut
Evaluasi Nilai Gizi Pangan PertanianBogor. 102 hal (tidak
Olahan. Pusat Antar diterbitkan)
Universitas Pangan dan Gizi
Institut Pertanian Bogor, Syarief, R. dan H. Halid. 1990.
Direktur Jenderal Pendidikan Buku dan Monograf Teknologi
Tinggi. Departemen Penyimpanan Pangan, Pusat
Pendidikan dan Kebudayaan, Antar Universitas Pangan dan
Bogor. gizi Institut Pertanian Bogor,
Direktur Jenderal Pendidikan
LABORATORIUM NUTRISI DAN Tinggi. Departemen
MAKANAN TERNAK IPB Pendidikan dan Kebudayaan,
BOGOR. 1986. Hasil Analisis Bogor.
Bungkil Biji Karet. Fakultas
Peternakan Institut Pertanian
Bogor, Bogor