You are on page 1of 9

1

Detoxification of Hydrogen Cyanide Acids (HCN) From Rubber seed (Hevea


brasiliensis Mull. Arg) through some Physical Treatment As Fish Feed
Ingredients

Sofwan Said Daulay 1), Adelina 2), Indra Suharman 2)


sofwansaid84@gmail.com

ABSTRACT
The research was carried out on July until August 2013 in the Fish Nutrition
Laboratory, Faculty of fisheries and Marine Science University of Riau,
Pekanbaru. The purpose of this study was to remove HCN from rubber seed and
See influence treatment of nutrients. so the rubber seeds can serve as fish feed
constituents. This study used a Randomized Complete Design (RAL) with nine
treatment three times in rreplication. R0 = Without treatment, R1 = Boiling rubber
seeds open for 30 minutes, R2 = steaming open rubber seeds for 30 minutes, R3 =
rubber seeds drying out under sunlight for 12 hours, R4 = rubber seed soaking in
running water for 36 hours, R5 = combination of steaming open rubber seeds for
30 minutes and drying out for 12 hours, R6 = combination of soaking for 36 hours
with steaming open for 30 minutes, R7 = combination of soaking rubber seed
soaking in running water for 36 hours with an open boiling for 30 minutes, R8 =
combination of Boiling rubber seeds open for 30 minutes and drying out for 12
hours with sun light. The result showed that combination of Boiling rubber seeds
open for 30 minutes and drying out for 12 hours with sun light (R8) was the most
effective way to decrease HCN content, and gave better quality of rubber seed
meal for ruminant feed.

Key words: Detoxification, HCN, Rubber Seed.Nutrients.


1)
Student of Fishery and Marine Science Faculty, Riau University, Pekanbaru
2)
Lecturer of Fishery and Marine Science Faculty, Riau University, Pekanbaru

PENDAHULUAN 2011), sehingga ketersediaannya


dalam jumlah besar relatif terjamin.
Indonesia dikenal sebagai salah Bji karet selama ini merupakan biji
satu negara penghasil karet terbesar yang disia-siakan atau belum
di dunia. Sekitar tiga juta ha lahan dimanfaatkan secara maksimal.
ditanami kebun karet. Tanaman karet Padahal biji karet menurut Sutrisna
dapat menghasilkan 800 biji karet (1997) biji karet mengandung protein
untuk setiap pohonnya per tahun. 17,08 %, lemak 25,23 %, serat 17,58
Pada lahan seluas 1 hektar dapat % dan energi metabolis 2707,53
ditanami sebanyak 400 pohon karet. kkal/kg.
Artinya, Indonesia mampu Pemanfaatan biji karet sebagai
menghasilkan 2,4 juta biji karet atau bahan pada ikan terkendala oleh
5.050 kg per hektare dalam kurun kandungan linamarin (sianogenik
waktu setahun (Siahaan, et al., glukosida) yang cukup tinggi.
2

linamarin merupakan racun yang METODE PENELITIAN


apabila terhidrolisis akan
menghasilkan asam sianida (HCN) Percobaan ini menggunakan
yang membuat biji karet berbahaya Rancangan Acak Lengkap (RAL)
apabila dikonsumsi. Dosis letal dengan sembilan perlakuan. Setiap
minimum asam sianida (HCN) yang perlakuan diulang sebanyak tiga kali.
diberikan lewat pakan ialah 50-90 Perlakuan yang diberikan antara lain:
mg/kg (Pritchard, 2007 dalam Dian R0 = Tanpa perlakuan
et al., 2011). Konsentrasi asam R1 = Perebusan terbuka biji karet
sianida (HCN) pada lingkungan selama 30 menit
perairan sebesar 0,343 mg/l R2 = Pengukusan terbuka biji karet
mengurangi aktivitas berenang, selama 30 menit
hilangnya keseimbangan, pernapasan R3 = Penjemuran biji karet dibawah
cepat dan gangguan pada sistem sinar matahari selama 12 jam
osmoregulasi sedangkan pada R4 = perendaman biji karet dengan
konsentrasi 0,35 mg/l menyebabkan air mengalir selama 36 jam
kematian ikan (Shwetha et al 2009 R5 = Kombinasi pengukusan terbuka
dalam Dian et al., 2011). biji karet selama 30 menit dan
Asam sianida (HCN) yang penjemuran dibawah sinar
dihidrolisis dari linamarin matahari selama 12 jam
mempunyai sifat mudah larut dalam R6 = Kombinasi perendaman selama
air dan C 36 jam dengan pengukusan
(Cereda and Mattos 1996). Hal ini terbuka selama 30 menit
menjadi dasar perlakuan R7 = Kombinasi perendaman biji
pengurangan sianida melalui proses karet pada air mengalir selama
perendaman air mengalir, 36 jam dengan perebusan
penjemuran perebusan dan terbuka selama 30 menit
kombinasinya. Analisa proksimat R8 = Kombinasi perebusan terbuka
pakan perlu dilakuakan pada biji karet karet selama 30 menit
penelitian ini karena Selain dan penjemuran selama 12 jam
menurunkan kadar asam sianida dengan sinar matahri
(HCN), pemberian perlakuan juga Pada perlakuan perendaman
menyebabkan terjadinya reaksi- bungkil biji karet dengan air
reaksi yang mempengaruhi nilai gizi mengalir, Kemudian pada perlakuan
biji karet (Hevea bressiliensis). perebusan dan pengukusan, biji karet
dimasukkan ke dalam wadah setelah
air mendidih (Rahmawan dan
Mansyur, 2008).
Peubah yang diamati atau
diukur adalah kandungan anti nutrien
(HCN) dan kandungan nutrien
(protein, lemak, karbohidrat) pada
3

biji karet sebelum dan sesudah (perebusan) maupun dengan hasil R4


perlakuan. Analisis protein (perendaman dalam air mengalir).
dilakukan dengan metode kjedhal, Demikian juga kandungan HCN dari
analisis lemak dengan metoda biji karet hasil R2 (perebusan) relatif
ekstraksi menggunakan alat soxlet sama dibandingkan dengan
kemudian kandungan asam sianida di kandungan HCN biji karet hasil R4
analisa dengan menggunakan (perendaman dalam air mengalir) hal
spectrophotometer (Takeuchi, 1988). ini tidak sejalan dengan Rahmawan
Data yang diproleh akan dianalisa (2008) yang menyatakan bahwa
dengan analisis varian dan untuk perlakuan pengukusan selama 30
mengetahui perbedaan antar menit lebih signifikan menurunkan
perlakuan diuji dengan uji Student- kadar HCN biji karet 0,003911%
Newman- Keuls (steel dan torrie, (39,11 mg/kg) dibandingkan
1993). perebusan selama 30 menit
0,004857% (48,57 mg/kg) perbedaan
HASIL DAN PEMBAHASAN ini disebabkan perbedaan metoda
yang dilakuakan selama penelitian.
Kadar Asam Sianida Penurunan kandungan HCN dari biji
Berdasarkan hasil analisis karet hasil pengukusan dan
laboratorium, perlakuan pengurangan perebusan, karena HCN dengan
HCN denga cara berbeda adanya pemanasan mudah menguap
menghasilkan kadar sianida akhir sebab titik didih HCN rendah yaitu
yang bervariasi. Nilai rata-rata kadar 26ºC, sedangkan suhu pengukusan
HCN akhir tepung biji karet dari dan perebusan adalah 100ºC.
setiap perlakuan dapat dilihat pada Penurunan HCN terendah
Tabel 6 berikut. terjadi pada perlakuan R7 (kombinasi
Tabel 6. Kadar Sianida (%) Pada perendaman biji karet pada air
Tepung Biji Karet mengalir dan perebusa terbuka) yaitu
sekitar 0.00367% (37 mg/kg)
sedangkan kadar HCN awal sebesar
0,033% (330 mg/kg). Terjadinya
pengulangan perlakuan
mengakibatkan HCN tergerus cukup
Hasil analisa ragam banyak. Perendaman biji karet dalam
menunjukkan bahwa perlakuan air mengalir (R4) akan mendegradasi
berpengaruh (p<0,05) terhadap HCN sedikit demi sedikit selama 36
penurunan kadar HCN biji karet. jam kemudian HCN akan larut dan
kandungan HCN dari Biji karet hasil menguap pada perlakuan selanjutnya,
R2 (pengukusan) mengalami yakni perebusan terbuka (90-1000C).
penurunan lebih banyak Setelah perebusan (R1) biji karet
dibandingkan dengan kandungan dikering anginkan pada suhu kamar,
HCN dari biji karet hasil R1 hal ini juga mendukung proses
4

penguapan HCN mengingat asam Kadar Air


sianida yang bersifat autohidrolisis Kadar air pada pakan perlu
pada suhu 280C (Yuningsih et al., dibatasi sebab jika kadar air terlalu
2004). Proses dengan penjemuran tinggi maka akan membatasi lama
(R3) ternyata masih memberikan penyimpanan pakan karna akan
nilai HCN yang tinggi yakni menyebabkan timbulnya jamur. Pada
0,025% (250 mg/kg) dan masuk penelitian ini tepung biji karet
pada kategori beracun. Menurut mengandung 10% air pada awalnya,
Pritchard (2007) dalam Dian et al. kemudian cenderung menurun
(2011) Dosis letal minimum asam setelah diberi perlakuan, Seperti
sianida (HCN) yang diberikan lewat tersaji pada Tabel 8 berikut.
pakan ialah 50-90 mg/kg. Tabel 8. Kadar Air Tepung Biji
Karet (%)
Analisa Proksimat Tepung biji
karet (Hevea Brasiliensis)
Hasil analisis proksimat dari
delapan perlakuan fisik biji karet
(Hevea brasiliensis) dapat dilihat
pada Tabel 7.
Keterangan: Beda huruf menentukan jarak
pengaruh antar perlakuan
Analisa sidik ragam
menunjukkan bahwa perlakuan
berpengaruh nyata
(p<0,05) terhadap penurunan kadar
Tabel 7. Hasil Analisa Proksimat Tepung air biji karet. Kadar air tepung biji
biji karet (Hevea brasiliensis)
karet pada perlakuan awal penelitian
(%)
Dari Tabel 7. di atas terlihat ini 10,3% ternyata lebih rendah
bahwa perlakuan fisik pada biji karet dibandingkan dengan tepung biji
berpengaruh terhadap kandungan karet hasil analisis Laboratorium
nutrisi biji karet. Untuk lebih Makanan Ternak, Fakultas
jelasnya dapat dilihat pada gambar di Peternakan IPB, Bogor (1986) yaitu
bawah ini 11,85%, dan lebih rendah dengan
hasil penelitian Rachmawan (2008),
yaitu 23%. Perbedaan ini karena
proses pembuatan bungkil biji karet
yang berbeda-beda, terutama karna
perbedaan waktu pengeringan dan
penepungan biji karet.
Perlakuan R7 (kombinasi
Gambar 2. Kandungan nutrisi tepung biji
perendaman biji karet air mengalir
karet
dan perebusan) pada penelitian ini
5

menunjukkan kadar air paling tinggi Tabel 9. Kadar Abu Tepung Biji
yakni 10,5%. Hasil ini didukung oleh Karet ( %)
Syarief dan Halid (1990) yang
menyatakan bahwa bahan pangan
berupa tepung mampu mengabsorbsi
air lebih banyak karena luas
permukaannya makin bertambah. Keterangan: Beda huruf menentukan jarak
pengaruh antar perlakuan
Mula-mula molekul-molekul air
Dari Tabel 9. memperlihatkan
terkumpul di permukaan membentuk
bahwa perlakuan berpengaruh
satu lapisan air yang menutupi
(p<0,05) terhadap kadar abu biji
seluruh permukaan. Selanjutnya
karet. perlakuan R7 menghasilkan
terbentuk lapisan-lapisan molekul air
kadar abu paling rendah (0,84%)
dengan makin lamanya waktu
sedangkan perlakuan R5 kadar abu
perendaman dalam air. Perlakuan
paling tinggi (2,73%) . Kadar abu
penjemuran dibawah sinar matahari
yang rendah pada perlakuan R7
selama 12 jam (R3) kadar airnya
dikarenakan pengolahan berulang
paling rendah (2,88%) hal ini
(perendaman dan perebusan)
dikarenakan tidak adanya kontak
mengakibatkan mineral biji karet
langsung air pada perlakuan ini
cukup banyak terurai sehingga kadar
sehingga biji karet hanya
abunya rendah. hal ini memperkuat
menguapkan air yang ada pada
penelitian salamah et al (2012) yang
selnya sendiri.
menyatakan Pengolahan dengan cara
pemasakan menyebabkan penurunan
Kadar Abu
kandungan mineral pakan yang
Menurut Anggorodi (1990)
cukup tinggi.
dalam yuningsih (2004), abu
merupakan zat-zat mineral sebagai
Kadar Protein
suatu golongan dalam bahan
Protein merupakan dasar
makanan atau jaringan hewan
penyusun jaringan pada hewan dan
ditentukan dengan membakar zat-zat
merupakan nutrien esensial untuk
organik dan kemudian menimbang
maintenance (pemeliharaan tubuh).
sisanya. mineral pada bahan pakan
Pada bahan pakan protein akan
akan turun secara signifikan setelah
berdenaturasi apabila dipanaskan dan
dilakukan proses pemasakan. Pada
beberapa jenis protein larut dalam
penelitian ini tepung biji karet awal
air. Oleh sebab itu perlu
mempunyai kadar abu 2,83% dari
menganalisis perubahan protein biji
100g bahan kering, kemudian setelah
karet yang diberi perlakuan seperti
dilakuakan perlakuan fisik terjadi
Tersaji pada Tabel 10 berikut ini.
penurunan seperti pada Tabel 9
berikut.
6

Tabel 10. Kandungan Protein nitrogennya menguap, tetapi akan


Tepung Biji Karet ( %) kembali jatuh lagi, sedangkan biji
karet hasil perebusan akan
mengalami denaturasi protein,
nitrogennya banyak yang menguap
dan larut dalam air perebus, karena
bahan yang direbus kontak langsung
dengan air rebusan sehingga kadar
Keterangan: Beda huruf menentukan jarak
pengaruh antar perlakuan
protein banyak berkurang. Muchtadi
Hasil sidik ragam et al (1992) menyatakan bahwa
menunjukkan bahwa perlakuan fisik protein akan terdenaturasi oleh panas
berpengaruh (P < 0,05) terhadap dan terhidrolisis, sehingga
kadar protein biji karet. Dari Tabel menyebabkan kandungan nitrogen
10. menunjukkan bahwa kadar dalam bahan menjadi rendah.
protein biji karet pada seluruh Penurunan signifikan kadar protein
perlakuan mengalami penurunan tepung biji karet terjadi pada
setelah perlakuan penurunan HCN. pengukusan dan perebusan.
Perlakuan R3 (penjemuran dibawah
sinar matahari) memiliki kandungan Kadar Lemak
protein tertinggi (18,9%), lalu diikuti Lemak pakan mempunyai
dengan perlakuan R4 (perendaman peranan penting sebagai sumber
air mengalir) (18,02%) sedangkan energi, selain itu lemak juga berperan
kadar protein paling rendah pada memelihara bentuk dan fungsi
perlakuan R1 (perebusan) (17,29%). jaringan yang penting untuk organ
Kadar protein tepung biji karet tubuh tertentu serta mempertahankan
paling tinggi terlihat pada perlakuan daya apung tubuh ikan (NRC, 1993).
penjemuran dibawah sinar matahari Kadar lemak pada pakan perlu
(R3), hal ini menunjukkan protein dibatasi sebab jika kadar lemak
biji karet tidak terganggu dengan terlalu tinggi maka akan membuat
adanya perendaman dengan air pakan mudah teroksidasi (mudah
mengalir. Hal ini menandakan bahwa tengik) dan membatasi konsumsi
kandungan protein pada tepung biji optimal pakan ikan. Pakan yang baik
karet tidak terlalu berpengaruh secara umum mengandung lemak 4-
terhadap cahaya matahari pada siang 18%. Pada penelitian ini tepung biji
(27-30 0C). karet mengandung 33,92% lemak
Kadar protein biji karet hasil pada awalnya, kemudian cenderung
pengukusan (R2) mengalami sedikit menurun setelah diberi perlakuan,
perbedaan dengan kadar protein hasil seperti tersaji pada Tabel 11 berikut.
perebusan (R1). Hal ini karena
tepung biji karet hasil pengukusan
akan mendapat panas sehingga
proteinnya mengalami denaturasi dan
7

Tabel 11. Kandungan Lemak Tepung Karbohidrat


Biji Karet ( 100 gram berat kering) Karbohidrat merupakan
komponen dalam makanan yang
merupakan sumber energi utama bagi
organisme hidup yang terdiri dari
senyawa organik yakni serat kasar
Keterangan: beda huruf menentukan jarak dan BETN. Kandungan karbohidrat
pengaruh antar perlakuan
pakan yang dimanfaatkan secara
Pada Tabel 11. menunjukkan optimal ikan omnivora pada kisaran
bahwa perlakuan fisik berpengaruh 30-40%, dan ikan karnivora berkisar
nyata (P < 0,05) terhadap 10-20%.
peningkatan kadar lemak biji karet.
Kadar Serat
Kadar lemak biji karet mengalami
Karbohidrat dalam bentuk
peningkatan pada semua perlakuan
serat sebenarnya tidak termasuk
setelah adanya perlakuan penurunan
sebagai zat gizi yang diperlukan,
HCN. Pada perlakuan R2-R8 terjadi
karena sukar sekali dicerna ikan.
peningkatan kadar lemak.. Perlakuan
Namun dalam jangka tertentu serat
pengukusan (R2) menurunkan kadar
diperlukan antara lain untuk
lemak tepung biji karet, sedangkan
membentuk gumpalan kotoran
perendaman (R4) tidak
sehingga mudah dikeluarkan usus.
mempengaruhi kadar lemak tepung
Dalam pembuatan pakan, kada serat
biji karet. Tepung biji karet yang
kurang dari 8 % diperlukan, tetapi
dipanaskan, lemaknya akan pecah
apabila lebih dari 12 % hal ini
keluar dan tampak pada air kukusan
berbahaya bagi pertumbuhan ikan.
atau air rebusan. Selain itu lemak
Tapung biji karet mengandung serat
akan terhidrolisis maupun menguap
awal 8,26% kemudian mengalami
karena titik didih lemak rendah (30 –
penurunan ketika dilakukan
40°C) sehingga kadar lemaknya
perlakuan seperti pada Tabel 12
mengalami penurunan. Perlakuan R6
berikut ini:
(kombinasi perendaman dan
Tabel 12. Kandungan Serat Tepung
pengukusan) mempunyai lemak
Biji Karet (100 gram berat kering)
tertinggi 48,25%.
Bahasuan (1984)
menganjurkan kadar lemak dalam
bahan pakan berkisar antara 8,5 –
14,10%. Pemilihan tepung biji karet
Keterangan: beda huruf menentukan jarak
sebagai bahan pakan ikan perlu pengaruh antar perlakuan
dilakukan penelitian lanjutan karena Dari Tabel 12.
dari hasil analisa di atas semua memperlihatkan bahwa perlakuan
perlakuan masih mengandung lemak penurunan HCN berbeda nyata
yang cukup tinggi. (p<0,05) terhadap kadar serat kasar
8

biji karet. Pada tabel tersebut terlihat terhidrolisis enzim (Palupi et al,
persentase serat yang berkurang pada 2007). perlakuan fisik memberikan
perlakuan disebabkan adanya pengaruh (p<0,05) teradap kadar
pengaruh perlakuan fisik terhadap BETN biji karet. Pada perlakuan R6
serat dalam bahan pakan. Perlakuan (kombinasi perendaman dan
R7 (kombnasi perendaman dan pengukusan) dan R7 (kombinasi
perebusan) mengandung serat kasar perendaman dan perebusan) terlihat
paling rendah (4,3%) persentase BETN paling rendah
masing- masing 18,26% dan 19,84%.
Kadar BETN Hal ini dikarenakan pada proses
BETN (Bahan ekstrak tanpa perendaman banyak mengakibatkan
nitrogen) merupakan bagian kandungan BETN larut terbawa air
karbohidrat yang dimanfaatkan mengalir dan proses ekstrusi HTST
dalam menyediakan energi untuk pada saat perlakuan fisik. Perlakuan
proses-proses dalam tubuh. R3 (penjemuran) mengandung kadar
Karbohidrat yang dibutuhkan oleh BETN tertinggi 24,63%. Hal ini
ikan ternyata sangat bermacam- disebabkan suhu matahari 25-30 0C
macam tergantung pada jenis tidak terlalu memungkinkan
ikannya. Kadar karbohidrat dalam terjadinya ekstrusi HTST.
pakan ikan berkisar antara 20 %
dalam ransum pakan. Tepung biji KESIMPULAN DAN SARAN
karet mengandung BETN 26,42% Kesimpulan
kemudian mengalami penurunan Hasil penelitian ini
ketika dilakukan perlakuan seperti menunjukkan bahwa adanya
pada Tabel 13 berikut ini. pengaruh perlakuan fisik terhadap
Tabel 13. Kandungan BETN Tepung penurunan asam sianida (HCN) biji
Biji Karet (100 gram berat kering karet (Hevea brassiliensis). Kadar
awal asam sianida adalah 0,033%
(330 mg/kg) dan setelah dilakukan
perlakuan fisik perlakuan R5
(kombinasi pengukusan dan
penjemuran) menghasilkan HCN
Pada Tabel 13. menunjukkan yang cukup rendah yakni sekitar
bahwa BETN biji karet mengalami 0.00533% (53 mg/kg).
penurunan setelah diberi perlakuan.
Perlakuan R8 (kombinasi
Penurunan BETN terjadi karena
perebusan dan penjemuran)
adanya proses ekstrusi pemenasan
merupakan perlakuan terbaik
suhu tinggi pada waktu singgkat
dibanding perlakuan yang lain
(HTST) yang mempengaruhi struktur
ditinjau dari kadar air (5,85%), kadar
fisik granula menjadikan biji karet
abu (2,28), kadar lemak (46,38%),
kurang kristalin menyebabkan lebih
serat kasar (5,66), (BETN 22%) dan
larut dalam air dan mudah
protein (17,85%). Pada perlakuan R8
9

mengandung Asam sianida (HCN) --------------. 2013. Hasil Analisis


paling rendah dengan kandungan Bungkil Biji Karet. Fakultas
nutrisi yang cukup tinggi. Peternakan Institut Pertanian
Bogor, Bogor
Saran NRC. 1993. Nutrition and
Untuk menjamin kelayakan Requirement of Warmwater
suatu bahan dijadikan pakan tentunya Fishes. National Academic
harus mengandung kandungan of Science. Washington, D.
nutrien yang seimbang dan tidak C. 248p.
mengandung racun. Dari penelitian
Rachmawan O. dan Mansyur 2008.
ini tepung biji karet layak dijadikan
Detoksifkasi HCN dari Bungkil
sebagai bahan pakan akan tetapi Biji Karet Melalui Perlakuan
perlu dilakukan penelitian lanjutan Fisik. Seminar Tehnologi
cara menurunkan kandungan lemak Peternakan dan Veteriner.
yang terlihat masih tinggi pada Pusat Penelitian dan
penelitian ini. Pengembangan Peternakan.
Bogor (in press)

DAFTAR PUSTAKA
Siahaan S. 2009. Potensi
Cereda, M.P. and Mattos, M.C.Y. Pemanfaatan Limbah Biji
(1996). "Linamarin - The Karet (Hevea bransiliensis)
Toxic Compound of Cassava." Sebagai Sumber Energi
Journal of Venomous Animals Alternatif Biokerosin untuk
and Toxins (online) 2 (1), 6-12; Keperluan Rumah
ISSN 0104-7930. Tangga(Studi Kasus di Desa
Nanga Jetak Kecamatan Dedai
Muchtadi, D. dan N.S. Palupi. Kabupaten SintangKalimantan
1992. Metode Kimia, Barat) [Tesis]. Bogor: Sekolah
Biokimia, dan Biologi dalam Pascasarjana Institut
Evaluasi Nilai Gizi Pangan PertanianBogor. 102 hal (tidak
Olahan. Pusat Antar diterbitkan)
Universitas Pangan dan Gizi
Institut Pertanian Bogor, Syarief, R. dan H. Halid. 1990.
Direktur Jenderal Pendidikan Buku dan Monograf Teknologi
Tinggi. Departemen Penyimpanan Pangan, Pusat
Pendidikan dan Kebudayaan, Antar Universitas Pangan dan
Bogor. gizi Institut Pertanian Bogor,
Direktur Jenderal Pendidikan
LABORATORIUM NUTRISI DAN Tinggi. Departemen
MAKANAN TERNAK IPB Pendidikan dan Kebudayaan,
BOGOR. 1986. Hasil Analisis Bogor.
Bungkil Biji Karet. Fakultas
Peternakan Institut Pertanian
Bogor, Bogor

You might also like