You are on page 1of 38

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

LAPORAN MINI PROJECT

Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dalam Rumah Tangga
di Pemukiman Jalan Pipa Kelurahan Perawang Kec
Tualang

Disusun oleh:

dr. Yuni Widiastuti

Pendamping:

dr. Formatiur

UPT PUSKESMAS PERAWANG

KECAMATAN TUALANG

KABUPATEN SIAK

PROVINSI RIAU

2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomi. Perilaku hidup sehat adalah perilaku yang berkaitan dengan
upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatannya. Pengetahuan tentang derajat kesehatan individu atau masyarakat
merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam peningkatan kualitas
sumber daya manusia, oleh karena itu derajat kesehatan manusia menempati
peranan penting dan strategis di dalam pembangunan nasional. Dampak dari
perilaku dan lingkungan yang tidak sehat dalam suatu masyarakat akan berakibat
timbulnya berbagai macam penyakit menular dan bersifat endemis, sehingga
diperlukan upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat tersebut menjadi
perilaku sehat.
Salah satu upaya menuju kearah perilaku sehat dengan melalui satu
program yang dikenal dengan program perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
yang dilaksanakan secara sistematis dan terkoordinir. Perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) adalah perilaku kesehatan yang dilakukan oleh individu, keluarga
dan masyarakat dalam menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan
meningkatkan status gizi serta berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan.
Program perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan bentuk perwujudan
untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi yang
kondusif bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku agar dapat menerapkan cara–cara
hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesehatan.
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) terdiri dari lima tatanan yaitu institusi
pendidikan, institusi kesehatan, tempat kerja, tempat–tempat umum, dan rumah
tangga.
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) tersebut harus dimulai dari tatanan
rumah tangga, karena rumah tangga yang sehat merupakan aset modal

1
pembangunan di masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan, dan dilindungi
kesehatannya. Perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga adalah upaya
untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu
melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan
kesehatan di masyarakat. Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran
untuk menilai PHBS rumah tangga yaitu persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan, memberi ASI ekslusif, menimbang balita setiap bulan, menggunakan
air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban
sehat, memberantas jentik nyamuk di rumah sekali seminggu, makan buah dan
sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan tidak merokok di
dalam rumah.
Hasil Riskesdas 2010 secara nasional, penduduk yang telah memenuhi
kriteria PHBS baik sebesar 38,7%. Terdapat lima provinsi dengan pencapaian
diatas angka nasional yaitu DI Yogyakarta (59,4%), Bali (53,7%), Kalimantan
Timur (52,4%), Jawa Tengah (51,2%), dan Sulawesi Utara (50,4%). Sedangkan
provinsi dengan pencapaian PHBS rendah berturut–turut adalah Gorontalo
(33,8%), Riau (30,1%), Sumatra Barat (28,2%), Nusa Tenggara Timur (26,8%),
Papua(24,4%). Berdasarkan data Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat
(IPKM) 2010, persentase rumah tangga yang memenuhi kriteria PHBS kategori
baik di Jawa Timur mencapai 45,3% dan untuk Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
sekitar 27,35%.
Berdasarkan hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2013 proporsi
nasional rumah tangga dengan PHBS baik adalah 32,3%. Proporsi tertinggi pada
DKI Jakarta (56,8%) dan terendah pada Papua (16,4%). Terdapat 20 dari 33
provinsi memiliki PHBS rumah tangga baik, di bawah proporsi nasional. Proporsi
rumah tangga melakukan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yaitu sumber air
bersih baik (82,2%), cuci tangan dengan benar (47,2%), buang air besar (BAB) di
jamban (81,9%).

2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut “Bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat tentang perilaku
hidup bersih dan sehat dalam tatanan di pemukiman Jalan Pipa Kelurahan
Perawang Kec Tualang?”.

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang perilaku hidup bersih
dan sehat dalam rumah tangga di pemukiman Jalan Pipa Kelurahan
Perawang Kec Tualang sebelum dan setelah diberikan penyuluhan tentang
perilaku hidup bersih dan sehat dalam rumah tangga.
2. Tujuan Khusus
Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan
sehat dalam rumah tangga.

1.4 Manfaat
A. Bagi Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam menambah
wawasan pengetahuan di bidang kesehatan khususnya tentang perilaku
hidup bersih dan sehat dalam rumah tangga.
B. Bagi Peneliti
Mendapat pengalaman langsung dalam melakukan penelitian dan
menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama pendidikan.
C. Bagi Institusi
1. Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi tentang
perilaku hidup bersih dan sehat dalam rumah tangga pada institusi
pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
mahasiswa tentang perilaku hidup bersih dan sehat dalam rumah
tangga.

3
2. Puskesmas
Membantu program kerja Puskesmas Perawang Kecamatan Tualang
dalam upaya penyuluhan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat
dalam rumah tangga.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dalam Rumah Tangga


2.1.1 Definisi PHBS dalam Rumah Tangga
Perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar organism (orang) namun dalam memberikan respon sangat
tergantung pada karakteristik ataupun faktor-faktor lain dari orang yang
bersangkutan. Sehat adalah keadaan seluruh badan serta bagian-bagiannya bebas
dari sakit. Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme)
terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Rumah tangga
adalah dasar bagi unit analisis dalam banyak modelsosial, mikroekonomi, dan
pemerintahan, dan menjadi bagian penting dalam ilmu ekonomi. Perilaku hidup
bersih sehat tatanan rumah tangga (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang
dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat
menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-
kegiatan kesehatan di masyarakat.

2.1.2 Tujuan PHBS dalam Rumah Tangga


Tujuan umum dari PHBS dalam rumah tangga adalah meningkatnya
rumah tangga sehat di desa, kabupaten/kota diseluruh Indonesia, dan tujuan
khususnya untuk meningkatkan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan anggota
rumah tangga untuk melakukan PHBS serta berperan aktif dalam gerakan PHBS
di masyarakat.

2.1.3 Manfaat PHBS dalam Rumah Tangga


Manfaat PHBS bagi rumah tangga adalah setiap rumah tangga meningkat
kesehatannya dan tidak mudah sakit, anak tumbuh sehat dan cerdas, produktivitas
kerja anggota keluarga meningkat, dan dengan meningkatnya kesehatan anggota
rumah tangga maka biaya yang tadinya dialokasikan untuk kesehatan dapat

5
dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan, pemenuhan gizi keluarga
dan modal usaha untuk peningkatan pendapatan keluarga.
Manfaat PHBS bagi masyarakat antara lain masyarakat mampu
mengupayakan lingkungan sehat, masyarakat mampu mencegah dan
menanggulangi masalah-masalah kesehatan, masyarakat memanfaatkan pelayanan
kesehatan yang ada, masyarakat mampu mengembangkan upaya kesehatan
bersumber masyarakat (UKBM) seperti Posyandu, jaminan pemeliharaan
kesehatan, tabungan bersalin (Tabulin), arisan jamban, kelompok pemakai air,
ambulans desa dan lain-lain.

2.1.4 Sasaran PHBS dalam Rumah Tangga


Sasaran PHBS di rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga secara
keseluruhan dan terbagi dalam :
1. Sasaran Primer
Sasaran primer adalah sasaran utama dalam rumah tangga yang akan dirubah
perilakunya atau anggota keluarga yang bermasalah (individu dalam keluarga
yang bermasalah).
2. Sasaran sekunder
Sasaran sekunder adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu
dalam keluarga yang bermasalah misalnya, kepala keluarga, ibu, orangtua, tokoh
keluarga, kader tokoh agama, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas
sektor.
3. Sasaran tersier
Sasaran tersier adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur
pembantu dalam tercapainya pelaksanaan PHBS misalnya, kepala desa,lurah,
camat, kepala Puskesmas, guru, dan tokoh masyarakat.

2.1.5 Indikator PHBS dalam Rumah Tangga


Indikator PHBS dalam rumah tangga adalah suatu alat ukur untuk menilai
permasalahan kesehatan di rumah tangga. Indikator mengacu Standar Pelayanan
Minimal (SPM) bidang kesehatan yaitu:

6
1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
Pertolongan persalinan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan (bidan, dokter, dan tenaga para medis lainnya). Tenaga kesehatan
merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu persalinan, sehingga
keselamatan Ibu dan bayi lebih terjamin. Apabila terdapat kelainan dapat
diketahui dan segera ditolong atau dirujuk ke Puskesmas atau rumah sakit.
Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan peralatan yang
aman, bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya
kesehatan lainnya.
Tanda – tanda persalinan:
- Ibu mengalami mulas-mulas yang timbulnya semakin sering dan semakin
kuat.
- Rahim terasa kencang bila diraba,terutama pada saat mulas.
- Keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir.
- Keluar cairan ketuban yang berwarna jernih kekuningan dari jalan lahir.
- Merasa seperti mau buang air besar.
Tanda – tanda bahaya:
- Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak terasa mulas.
- Keluar darah dari jalan lahir sebelum melahirkan.
- Tali pusat atau tangan/kaki bayi terlihat pada jalan lahir.
- Tidak kuat mengejan.
- Mengalami kejang-kejang.
- Air ketuban keluar dari jalan lahir sebelum terasa mulas.
- Air ketuban keruh dan berbau.
- Setelah bayi lahir, ari-ari tidak keluar.
- Gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat.
- Keluar darah banyak setelah bayi lahir. Bila ada tanda bahaya, ibu harus
segera dibawa ke bidan/dokter.
2. Memberi bayi asi eksklusif
Ibu hanya memberikan ASI eklusif kepada bayinya (0-6 bulan). ASI
Eksklusif yakni ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam)
bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman

7
lain. Pemberian ASI secara mutlak, penting dilakukan, mengingat manfaat yang
akan diperoleh si bayi. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) hal ini untuk
menghindari alergi dan menjamin kesehatan bayi secara optimal. Karena di usia
ini, bayi belum memiliki enzim pencernaan sempurna untuk mencerna makanan
atau minuman lain. Selain itu, ASI jauh lebih sempurna dibandingkan susu
formula mana pun.
Keunggulan ASI:
- Mengandung zat gizi sesuai kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan
perkembangan fisik serta kecerdasan.
- Mengandung zat kekebalan.
- Melindungi bayi dari alergi.
- Aman dan terjamin kebersihannya, karena langsung disusukan kepada bayi
dalam keadaan segar.
- Tidak akan pernah basi, mempunyai suhu yang tepat dan dapat diberikan
kapan saja dan di mana saja.
- Membantu memperbaiki refleks menghisap, menelan dan pernapasan bayi.
Waktu pemberian ASI:
- Sebelum menyusui ibu harus yakin mampu menyusui bayinya dan
mendapat dukungan dari keluarga.
- Bayi segera diteteki/disusui sesegera mungkin paling lambat 30 menit
setelah melahirkan untuk merangsang agar ASI cepat keluar dan
menghentikan pendarahan.
- Teteki/susui bayi sesering mungkin sampai ASI keluar, setelah itu berikan
ASI sesuai kebutuhan bayi, waktu dan lama menyusui tidak perlu dibatasi,
dan berikan ASI dari kedua payudara secara bergantian.
Manfaat memberikan ASI:
- Bagi Ibu: Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dengan bayi.
Mengurangi pendarahan setelah persalinan. Mempercepat pemulihan
kesehatan ibu. Menunda kehamilan berikutnya. Mengurangi risiko terkena
kanker payudara. Lebih praktis karena ASI lebih mudah diberikan pada
setiap saat bayi membutuhkan.

8
- Bagi Bayi: Bayi lebih sehat, lincah dan tidak cengeng. Bayi tidak sering
sakit.
- Bagi Keluarga: Praktis dan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk
pembelian susu formula dan perlengkapannya. Tidak perlu waktu dan
tenaga untuk menyediakan susu formula, misalnya merebus air dan
pencucian peralatan.
Cara menyimpan ASI di rumah:
- ASI yang disimpan di rumah di tempat yang sejuk akan tahan 6-8 jam.
- ASI yang disimpan di dalam termos berisi es batu akan tahan 24 jam.
- ASI yang disimpan di lemari es akan tahan 3 kali 24 jam.
- ASI yang disimpan di freezer akan tahan selama

3. Menimbang bayi dan balita setiap bulan


Penimbangan balita dimaksudkan untuk memantau pertumbuhan balita
setiap bulan dan mengetahui apakah balita berada pada kondisi gizi kurang atau
gizi buruk. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
155/Menkes/Per/I/2010 Tentang Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) Bagi
Balita, perubahan berat badan merupakan indikator yang sangat sensitif untuk
memantau pertumbuhan anak. Bila kenaikan berat badan anak lebih rendah dari
yang seharusnya, pertumbuhan anak terganggu dan anak berisiko akan mengalami
kekurangan gizi, sebaliknya bila kenaikan berat badan lebih besar dari yang
seharusnya merupakan indikasi risiko kelebihan gizi.
4. Menggunakan air bersih
Air adalah kebutuhan dasar yang dipergunakan sehari-hari untuk minum,
memasak, mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur,
mencuci pakaian, dan sebagainya, agar kita tidak terkena penyakit atau terhindar
dari sakit. Syarat – syarat air minum yang sehat agar air minum itu tidak
menyebabkan penyakit, maka air itu hendaknya memenuhi persyaratan kesehatan
sebagai berikut:
1) Syarat fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tidak
berwarna), tidak berasa.

9
2) Syarat bakteriologis Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas
dari segala bakteri. Terutama bakteri pathogen. Cara ini untuk mengetahui apakah
air minum terkontaminasi oleh bakteri pathogen, adalah dengan memeriksa
sampel air tersebut dan bila dari pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari 4
bakteri E. Coli maka air tersebut sudahmemenuhi kesehatan
3) Syarat kimia Air minum yang sehat harus mengandung zat – zat tertentu
dalam jumlah yang tertentu pula.
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab
penyakit. Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan, kuman
dengan cepat masuk ke dalam tubuh, yang bisa menimbulkan penyakit. Sabun
dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun kotoran
dan kuman masih tertinggal di tangan. Mencuci tangan dapat dilakukan setiap kali
kita kotor (setelah memegang uang, memegang binatang, berkebun, dll), setelah
buang air besar, setelah menceboki bayi atau anak, sebelum makan dan menyuapi
anak, sebelum memegang makanan, sebelum menyusui bayi. setelah bersin, batuk
dan mengeluarkan ingus.
Cara mencuci tangan yang benar adalah sebagai berikut:
1) Cuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun khusus anti
bakteri.
2) Gosok tangan setidaknya selama 15–20 detik.
3) Bersihkan bagian pergelangan tangan, punggung tangan, sela–sela jari
dan kuku.
4) Basuh tangan sampai bersih dengan air mengalir.
5) Keringkan dengan handuk bersih dan alat pengering
6) Gunakan tisu atau handuk sebagai penghalang ketika mematikan kran
air.

10
Manfaat mencuci tangan adalah:
1) Membunuh kuman penyakit yang ada di tangan.
2) Mencegah penularan penyakit seperti diare, kolera disentri, typus,
kecacingan, penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), flu burung
atau Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
3) Tangan menjadi bersih dan bebas kuman.
6. Menggunakan jamban sehat
Setiap rumah tangga harus memiliki dan menggunakan jamban leher angsa
dan tangki septic atau lubang penampungan kotoran sebagai penampung akhir.
Kotoran manusia (feces) adalah sumber penyebaran penyakit yang multikompleks
yakni melalui berbagai macam jalan atau cara. Beberapa penyakit yang dapat
disebarkan oleh tinja manusia antara lain: tipus, disentri, kolera, bermacammacam
cacing (gelang, kremi, tambang, pita), schistosomiasis, dan sebagainya. Untuk
mencegah sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi tinja terhadap
lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik,
maksudnya pembuangan kotoran harus disuatu tempat tertentu atau jamban yang
sehat.
Jamban keluarga yang sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
1) Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak
10-15 meter dari sumber air minum.
2) Tidak berbau dan tinja tidak dapat di jamah oleh serangga maupun
tikus.
3) Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak
mencemari tanah sekitar.
4) Mudah di bersihkan dan aman penggunannya.
5) Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan warna.
6) Cukup penerang
7) Lantai kedap air
8) Ventilasi cukup baik
9) Tersedia air dan alat pembersih.

11
Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang
baik dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu :
1. Melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit
2. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang
aman.
3. Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit.
4. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan.
Dengan menggunakan jamban maka dapat menjaga lingkungan bersih,
sehat dan tidak berbau, tidak mencemari sumber air yang ada disekitarnya, tidak
mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi penular penyakit
diare, kolera, disentri, thypus, kecacingan, penyakit saluran pencernaan, penyakit
kulit, dan keracunan. Jenis jamban yang digunakan adalah jamban cemplung dan
jamban tangki septik atau leher angsa.
7. Memberantas jentik nyamuk
Pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue adalah kegiatan
mamberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk penular demam berdarah
dengue (Aedes Aegypti) di tempat–tempat perkembangbiakannya. Pemberantasan
jentik nyamuk dilakukan dengan cara 3M plus yaitu :
1) Menguras dan menyikat tempat–tempat penampungan air, seperti bak
mandi/wc, drum, dll seminggu sekali.
2) Menutup rapat–rapat tempat penampungan air, seperti gentong
air/tempayan, dll.
3) Mengubur dan menyingkirkan barang–barang bekas yang dapat
menampung air hujan (M3).
Selain itu ditambah dengan cara lainnya, seperti:
1) Mengganti air vas bunga, tempat minim burung atau tempat lainnya
yang sejenis seminggu sekali.
2) Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak.
3) Menutup lubang–lubang pada potongan bambu /pohon, dll.
4) Menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat–tempat yang sulit di
kuras atau di daerah yang sulit air.
5) Memelihara ikan pemakan jentik di kolam / bak–bak penampung air.

12
6) Memasang kawat kasa.
7) Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar.
8) Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai.
9) Menggunakan kelambu.
10) Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk.
8. Makan sayur dan buah setiap hari
Menu seimbang adalah makanan yang beraneka ragam yang memenuhi
kebutuhan zat gizi sesuai dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Pola
menu 4 sehat 5 sempurna adalah pola menu seimbang yang bila disusun dengan
baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Membiasakan
anggota keluarga mengkonsumsi minimal 2 porsi sayur dan 3 porsi buah atau
sebaliknya setiap hari, tidak harus mahal, yang penting memiliki kecukupan gizi.
Semua jenis sayuran bagus untuk dimakan, terutama sayuran yang berwarna
(hijau tua, kuning, oranye) seperti bayam, kangkung, daun katuk, kacang panjang,
selada hijau atau daun singkong. Begitu pula dengan buah, semua bagus untuk
dimakan, terutama yang berwarna (merah, kuning) seperti mangga, papaya, jeruk,
jambu biji atau apel lebih banyak mengandung vitamin dan mineral serta seratnya.
9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari
Olahraga adalah aktivitas fisik yang terencana, terstruktur, berulang dan
bertujuan memperbaiki atau menjaga kesegaran jasmani. Dengan demikian akan
menentukan status kesehatan seseorang khususnya anakanak pada masa
pertumbuhan. Dorongan olahraga secara teratur dapat memelihara jantung,
peredaran darah dan frekuensi nadi. Macam-macam olah raga dapat kita lakukan
antara lain bersepeda, lari, berenang dan senam.
Anggota rumah tangga umur 10 tahun keatas melakukan aktivitas fisik 30
menit setiap hari misalnya jalan, lari, senam dan sebagainya. Aktifitas fisik
dilakukan secara teratur paling sedikit 30 menit dalam sehari , sehingga dapat
menyehatkan jantung, paru-paru alat tubuh lainnya. Lakukan aktifitas fisik
sebelum makan atau 2 jam sesudah makan.

13
10. Tidak merokok di dalam rumah
Dalam satu batang rokok yang diisap akan dikeluarkan sekitar 4.000 bahan
kimia berbahaya, di antaranya yang paling berbahaya adalah Nikotin, Tar, dan
Carbon Monoksida (CO).
1) Nikotin menyebabkan ketagihan dan merusak jantung dan aliran darah.
2) Tar menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan kanker
3) CO menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen,
sehingga sel-sel tubuh akan mati.
Perokok aktif adalah orang yang mengkonsumsi rokok. Perokok pasif
adalah orang yang bukan perokok tapi menghirup asap rokok orang lain atau
orang yang berada dalam satu ruangan tertutup dengan orang yang sedang
merokok. Rumah adalah tempat berlindung, termasuk dari asap rokok. Perokok
pasif harus berani menyuarakan haknya untuk tidak menghirup asap rokok.

2.2 Pengetahuan
2.2.1 Pengertian
Pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi setelah manusia melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa,
dan peraba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Teori
pengetahuan berkaitan dengan sumber-sumber pengetahuan.10

2.2.2 Tingkat Pengetahuan


Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan,
yaitu:10
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengikat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
ransangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

14
tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebabkan contoh, menyimpulkan, mengamalkan dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, metode, prinsip, dan
sebagainya dalam konteks situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat mengambarkan (membuat
bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
e. Sintesis (Syinthesis)
Sistem menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun,
merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebaliknya terhadap suatu teori
atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu meteri atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan
pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria
yang sudah ada.

15
BAB III
MATERI DAN METODE

3.1 Materi
Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang perilaku hidup
bersih dan sehat dalam rumah tangga di pemukiman Jalan Pipa Kelurahan
Perawang Kec Tualang, maka diberikan penyuluhan dengan materi yang
disampaikan meliputi:
1. Pengertian perilaku hidup bersih dan sehat dalam rumah tangga
2. Tujuan perilaku hidup bersih dan sehat dalam rumah tangga
3. Manfaat perilaku hidup bersih dan sehat dalam rumah tangga
4. Sasaran perilaku hidup bersih dan sehat dalam rumah tangga
5. Indikator perilaku hidup bersih dan sehat dalam rumah tangga

3.2 Populasi dan sampel


1. Populasi target : seluruh masyarakat di pemukiman Jalan Pipa Kelurahan
Perawang Kec Tualang
2. Populasi terjangkau : masyarakat di pemukiman Jalan Pipa Kelurahan
Perawang Kec Tualang yang memenuhi kriteria inklusi

3.3 Sampel dan cara pengambilan sampel


Sampel penelitian adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria
inklusi. Cara pengambilan sampel dengan teknik Random Sampling.

3.4 Kriteria Inklusi


Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
1. Masyarakat di pemukiman Jalan Pipa Kelurahan Perawang Kec Tualang
yang hadir saat penyuluhan
2. Responden bersedia diteliti

16
3. 5 Waktu dan Tempat P enyuluhan
Hari/tanggal : Rabu / 16 November 2016
Waktu penyuluhan : ± 30 menit
Tempat penyuluhan : Pemukiman Jalan Pipa
Peserta : 27 orang

3.6 Desain dan Metode


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif mengenai gambaran tingkat
pengetahuan masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat dalam rumah
tangga di pemukiman Jalan Pipa Kelurahan Perawang Kec Tualang sebelum dan
setelah diberikan penyuluhan tentang perilaku hidup bersih dan sehat.
Metode yang dilakukan adalah penyuluhan kelompok dalam bentuk
ceramah dan diskusi 2 arah (tanya jawab), sehingga peserta penyuluhan dapat
bertanya bila ada yang tidak mengerti. Peserta diminta untuk mengisi kuesioner
sebelum dilakukan penyuluhan dan setelah penyuluhan. Hal ini untuk mengetahui
tingkat pengetahuan masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat sebelum
dan setelah penyuluhan.

3.7 Media
Media yang digunakan berupa powerpoint dan kuesioner yang dapat
dilihat dan dibagikan kepada masyarakat yang hadir di penyuluhan. Variabel yang
dinilai adalah karakteristik responden berupa umur dan tingkat pendidikan serta
pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat.

3.8 Pengorganisasian Kegiatan


Moderator :
Penyuluh : dr. Yuni Widiastuti

17
3.9 Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan dibagi atas tiga bagian dalam rincian sebagai berikut :
Tabel 3.1 Pengorganisasian kegiatan penyuluhan
No Tahap Kegiatan Kegiatan peserta Media waktu
Kegiatan Penyuluhan
1 Pendahuluan  Mengucapkan salam  Menjawab salam - 10 menit
dan
memperkenalkan
diri
 Menjelaskan tujuan  Mendengarkan dan
penyuluhan memperhatikan
 Membagikan  Mengisi kuesioner
kuesioner sebelum sebelum penyuluhan
penyuluhan
2 Pelaksanaan  Pengertian PHBS  Mendengarkan dan - 10 menit
rumah tangga memperhatikan
 Tujuan PHBS
rumah tangga
 Manfaat PHBS
rumah tangga
 Sasaran PHBS
rumah tangga
 Indikator PHBS
rumah tangga
3 Penutup  Mengulangi point-  Mendengarkan, - 10 menit
point penting dalam memperhatikan dan
presentasi yang bertanya
diberikan
 Membuat
kesimpulan dan
menjawab
pertanyaan
 Membagikan  Mengisi kuesioner
kuesioner setelah setelah penyuluhan
penyuluhan
 Memberi salam,  Menjawab salam
menutup pertemuan

18
3.10 Metode pengolahan dan analisis data
a. Pengolahan data
Pengolahan data meliputi langkah-langkah berikut :
1. Penyuntingan
Kegitan yang dilakukan dalam penyuntingan ini adalah memeriksa
seluruh daftar pertanyaan yang dikembalikan responden dengan
memperhatikan kesesuaian jawaban responden dengan pertanyaan
yang diajukan.
2. Pengkodean
Setelah penyuntingan diselesaikan, kegiatan selanjutnya dilakukan
pemberian kode dalam hubungan dengan pengolahan data.
Untuk pengetahuan masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan
sehat :
a) Untuk jawaban benar diberi skor 1
b) Untuk jawaban salah diberi skor 0
3. Tabulasi
Data hasil pengkodean disusun dan dihitung untuk kemudian disajikan
dalam bentuk tabel dan grafik.
b. Analisa data
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan analisa univariat yaitu menganalisa terhadap tiap variabel
dari hasil tipa penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan
persentase tiap variabel. Selanjutnya hasil untuk mengetahui tingkat
pengetahuan masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat
ditunjukkan dengan persentase melalui perhitungan dengan keterangan
sebagai berikut :
a. Pengetahuan baik : 76%-100%
b. Pengetahuan cukup : 60%-75%
c. Pengetahuan kurang : < 60%

19
Adapun rumus untuk mengetahui skor persentase adalah :
𝑥
𝑃 = 𝑛 x 100%

Keterangan
P = Persentase
x = jawaban benar
n = jumlah responden

Rumus presentasi untuk jumlah masyarakat menurut tingkat pengetahuan


adalah:

Skor presentase = jumlah masyarakat menurut tingkat pengetahuan x 100%


Jumlah responden

20
BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Profil Komunitas Umum


Kecamatan Tualang merupakan salah satu Kecamatan terpadat di wilayah
Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Puskesmas Perawang berada di Kecamatan
Tualang Kab. Siak yang memiliki 1 Kelurahan dan 4 Desa. Puskesmas Perawang
dibangun pada tahun 1993, dioperasikan pada tahun 1994, tepatnya pada tanggal 1
Juni 1994, oleh karena jumlah penduduk semakin bertambah maka tahun 2007
Puskesmas Perawang dipecah menjadi Puskesmas Perawang, dan yang satu lagi
bernama Puskesmas Tualang yang memiliki 4 Desa.11

4.1.1 Data Geografis


Puskesmas Perawang terletak di KM. 10 Kelurahan Perawang, yang
penduduknya tersebar dalam lima wilayah kerja, meliputi:11
 Kelurahan Perawang
 Desa Perawang Barat
 Desa Pinang Sebatang Barat
 Desa Pinang Sebatang Timur
 Desa Meredan Barat
Wilayah kerja Puskesmas Perawang Kecamatan Tualang memiliki luas
wilayah 373,75 km2. Batas wilayah kerja Puskesmas Perawang Kecamatan
Tualang:
 Sebelah Utara : Puskesmas Muara Kelantan
 Sebelah Selatan : Puskesmas Rumbai Pesisir (Kota Pekanbaru)
 Sebelah Barat : Puskesmas Minas
 Sebelah Timur : Puskesmas Tualang

4.1.2 Data Demografis


Menurut laporan kependudukan Kecamatan Tualang Wilayah Kerja
Puskesmas Perawang tahun 2012, dimana jumlah penduduk Perawang : 80.492
jiwa yang terdiri dari 1 Kelurahan dan 4 Desa dengan jumlah kepala keluarga

21
19.381 KK (Kepala Keluarga). Tingkat pendidikan sebagian besar penduduk
adalah SMP Sederajat dan mata pencaharian sebagian besar penduduk adalah
wiraswasta.11

4.1.3 Sumber Daya Kesehatan Puskesmas Perawang


Sumber daya kesehatan yang ada di puskesmas perawang dapat dilihat
pada tabel.
Tabel 4.1 Sumber daya kesehatan Puskesmas Perawang
No Nama Jabatan Rawat Inap Rawat Jalan Jumlah
1 Dokter Umum 2 orang 3 orang 5 orang
2 Dokter gigi 3 orang 3 orang
3 Keperawatan 1 orang 1 orang 2 orang
Keperawatan & 18 orang 11 orang 29 orang
Perawat gigi
4 Kefarmasian (Asisten 1 orang 3 orang 4 orang
Apoteker)
5 Kesmas
Penyuluh Kesehatan 1 orang 1 orang
Sanitarian 3 orang 3 orang
Administrator 1 orang 1 orang
Kesehatan
6 Gizi 1 orang 4 orang 5 orang
7 Ketenagaan 1 orang 1 orang
Kesehatan Lainnya
8 Rekam medis 1 orang 1 orang
9 Fisioterapi 1 orang 1 orang
10 Pekarya 1 orang 1 orang
11 Bidan 8 orang 6 orang 14 orang
12 Analis Kesehatan 2 orang 2 orang
13 Non Kesehatan
Administrasi/TU - 4 orang
Supir Ambulance 1 orang 1 orang 4orang
Satpam - 1 orang
Cleaning service 1 orang 2orang
Tukang Masak 1 orang 1 orang 1orang
- 2orang
1orang

22
4.1.4 Sarana Pelayanan Kesehatan Puskesmas Perawang
Jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang ada pada wilayah kerja Puskesmas
Perawang Kecamatan Tualang antara lain: 4 Puskesmas Pembantu, 3 Polindes, 1
Polindes Persiapan, 48 Posyandu, 1 Poskesdes dan jumlah kader yang aktif
sebanyak 144 orang.11

4.2 Data hasil kegiatan

4.2.1 Karakteristik responden

a) Umur
Gambaran distribusi responden berdasarkan umur dapat dilihat
pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur

No Umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)


1. <20 2 7
2. 20-35 18 67
3. >35 7 26
Total 27 100

Diagram 4.1 Distribusi Frekuensi


Responden berdasarkan umur
<20 tahun 20-35tahun >35tahun

67%

26%
7%

23
Berdasarkan tabel 4.2 dan diagram 4.1 menunjukkan bahwa umur
responden terbanyak pada rentang umur 20-35 tahun dengan jumlah 18 orang
(95%), responden yang berumur > 35 tahun sebanyak 1 orang (5%), dan tidak ada
responden yang berumur kurang dari 20 tahun.

b) Pendidikan
Gambaran distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan
dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan
No Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
1. SD/ Sederajat 19 70
2. SMP/ Sederajat 6 22
3. SMA/ Sederajat 2 7
4. Perguruan tinggi - 0
Total 27 100

Diagram 4.2 Distribusi Frekuensi


Responden Berdasarkan Pendidikan

70

22
7
0
SD/Sederajat SMP/sederajat SMA/Sederajat Perguruan Tinggi

Berdasarkan tabel 4.3 dan diagram 4.2 menunjukkan bahwa umumnya


responden berpendidikan terakhir SM/A sederajat yaitu sebanyak 13 orang
(68,42%), dan tidak ada responden yang berpendidikan terakhir perguruan tinggi.

24
4.2.2 Gambaran tingkat pengetahuan masyarakat tentang perilaku hidup
bersih dan sehat sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan
Gambaran distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat
pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat sebelum dan sesudah
diberikan penyuluhan dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pengetahuan
tentang perilaku hidup bersih dan sehat sebelum dan sesudah diberikan
penyuluhan

Kategori Tingkat pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan


sehat
Sebelum Persentase Setelah Persentase
penyuluhan (%) penyuluhan (%)
Baik (76%- 5 18,52 17 62,96
100%)

Cukup 10 37,04 6 22,22


(60%-75%)

Kurang 12 44,44 3 14,81


(<60%)

Total 27 100 27 100

25
Grafik 4.1 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Sebelum Dan Sesudah Penyuluhan
Baik Cukup Kurang
62.96

44.44
37.04

22.22
18.52
14.81

Berdasarkan tabel 4.5 dan grafik 4.1 menunjukkan bahwa adanya


perubahan tingkat pengetahuan masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan
sehat sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan. Berdasarkan tabel 4.5
menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat tentang tentang perilaku
hidup bersih dan sehat sebelum diberikan penyuluhan sebanyak 5 orang (18,52%)
berada pada kategori baik, 10 orang (37,04%) berada pada kategori cukup dan 12
orang (44,44%) berada pada kategori kurang.
Setelah diberikan penyuluhan terdapat perubahan yang signifikan
terhadap pengetahuan masyarakat yaitu, sebanyak 17 orang (62,96%) berada pada
kategori baik, sisanya 6 orang (22,22%) pada kategori cukup, 3 orang (14,81%)
pada kategori kurang. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
masyarakat mengalami peningkatan menjadi lebih baik setelah diberikan
penyuluhan.

26
BAB V
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian, jumlah responden yang mengikuti penelitian


ini sebanyak 27 orang. Sebagian Sebagian besar responden berusia 20-35 tahun,
dengan tingkat pendidikan terbanyak adalah SD. Karakteristik responden yang
mencakup umur dan pendidikan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan dan
proses perubahan perilaku. Responden dalam penelitian ini rata-rata masih dalam
usia produktif yang memungkinkan responden untuk memiliki tingkat
kematangan yang baik dalam proses berpikir. Pada usia 20-35 tahun cara dan
proses berpikir seseorang masih optimal sehingga pengetahuan yang diberikan
mengenai perilaku hidup bersih dan sehat ini akan mudah diserap sehingga benar-
benar menjadi pengetahuan yang bermanfat, sedangkan pada usia yang tidak
produktif (terlalu muda atau terlalu tua) pengetahuan yang diserap tidak akan
optimal, karena kemampuan memahami informasi yang tidak optimal akibat dari
kurangnya pengalaman atau keterbatasan fisik akibat usia yang sudah tua. Tingkat
pendidikan juga mempengaruhi pengetahuan, semakin tinggi pendidikan
seseorang maka semakin tinggi tingkat pengetahuan yang dimiliki. Menurut
Notoadtmojo, pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setalah
seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Selain itu, respon
yang diteliti sebagian besar dalam usia produktif dan memiliki tingkat pendidikan
yang cukup, sehingga informasi yang didapatkan dapat diserap dengan baik.
Berdasarkan hasil penelitian, tingkat pengetahuan masyarakat tentang
perilaku hidup bersih dan sehat sebelum diberikan penyuluhan sebanyak 5 orang
(18,52%) berada pada kategori baik, 10 orang (37,04%) berada pada kategori
cukup dan 12 orang (44,44%) berada pada kategori kurang. Setelah diberikan
penyuluhan terdapat perubahan yang signifikan terhadap pengetahuan masyarakat
yaitu, sebanyak 17 orang (62,96%) berada pada kategori baik, sisanya 6 orang
(22,22%) pada kategori cukup, 3 orang (14,81%) pada kategori kurang. Hal ini
menunjukkan terdapat pengaruh penyuluhan tentang perilaku hidup bersih dan
sehat terhadap tingkat pengetahuan, karena meningkatnya jumlah responden yang
memiliki tingkat pengetahuan kategori baik, meskipun masih ada yang memiliki

27
tingkat pengetahuan kurang setelah diberikan penyuluhan. Adanya peningkatan
tingkat pengetahuan ibu tentang perilaku hidup bersih dan sehat selaras dengan
tujuan penelitian ini. Terdapatnya peningkatan tingkat pengetahuan ini,
diharapakan masyarakat dapat mengambil manfaat dan mengaplikasikan perilaku
hidup bersih dan sehat ditatanan rumah tangga berdasarkan 10 indikator perilaku
hidup bersih dan sehat ditatanan rumah tangga.

28
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpukan
bahwa:
1. Penyuluhan tentang perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat
diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam
mengambil manfaat dan mengaplikasikan perilaku hidup bersih dan sehat
dalam rumah tangga berdasarkan 10 indikator perilaku hidup bersih dan
sehat ditatanan rumah tangga.
2. Berdasarkan karakteristik responden, umur responden terbanyak rentang
usia 20-35 tahun yaitu sebanyak 18 orang (67%), tingkat pendidikan
umumnya tamatan SD/ sederajat yaitu sebanyak 19 orang (70%).
3. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat
dalam rumah tangga sebelum diberikan penyuluhan pada umumnya sudah
memadai yaitu sebanyak 5 orang (18,52%) berada pada kategori baik, 10
orang (37,04%) berada pada kategori cukup dan 12 orang (44,44%)
berada pada kategori kurang. Setelah diberikan penyuluhan tentang
perilaku hidup bersih dan sehat, terdapat peningkatan pengetahuan yaitu
sebanyak 17 orang (62,96%) berada pada kategori baik, sisanya 6 orang
(22,22%) pada kategori cukup, 3 orang (14,81%) pada kategori kurang.
Hal ini menunjukkan terdapat peningkatan tingkat pengetahuan
masyarakat tentang tentang perilaku hidup bersih dan sehat dalam rumah
tangga di pemukiman Jalan Pipa Kelurahan Perawang Kec Tualang.

6.2 Saran.
1. Diharapkan bagi petugas puskesmas bagian pemegang program perilaku
hidup bersih dan sehat untuk dapat memberikan penyuluhan secara berkala
kepada masyarakat perawang dalam upaya meningkatkan pengetahuan
tentang perilaku hidup bersih dan sehat dalam rumah tangga.

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Notoatmodjo S. Prinsip-prinsip Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cetakan Kedua.


Jakarta: Rineka Cipta. 2003
2. Profil UPTD Puskesmas Perawang KM 10
3. Departemen Kesehatan RI Pusat Promosi Kesehatan (2007), Pedoman
Pembinaan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Tatanan Rumah
Tangga, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. (2010), Rencana Strategis
Kementerian
4. Kesehatan 2010-2014, Depkes RI, Jakarta. Dinkes Aceh, Profil Kesehatan
Provinsi Aceh ((2009), diambil pada tanggal 18 Mai 2012 17:15 wib dari
www.dinkes.Aceh.com
5. Lemezhow, Stanley, Dkk (1997), Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
6. Notoatmodjo, Soekidjo (2003), Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka
Cipta, Jakarta.
7. Rachman, Eileen & Sylvitri (2010), Motivasi Sumber Energi Saat Bekerja,
http:// famale.kompas.com/read.
8. Cahyono, Sigit. 2010. Indonesia Menuju Mdgs 2015, Jakarta
9. Dinkes.2010. Pedoman Program Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat. Semarang
10. Depkominfo. 2009. Kesadaran Masyarakat Untuk Mencuci Tangan Masih
Kurang. http://www.depkominfo.go.id
11. Harry. 2012. Aktifitas Fisik. http://klikharry.com/2012/07/26/phbs-no-9-
melakukan-aktivitas-fisik-setiap-hari/ diakses pada tanggal 18 Desember 2012
pukul 10.04.
12. Heryawan.2011. Jamban Sehat keluarga. http://iwanheryawan.wordpress.com
/2011/07/16/jamban-keluarga/ diakes pada tanggal 18 desember 2012 pukul
10.08.
13. Proverawati, atikah. 2012. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat. Yogyakarta :
Nuha media

30
14. Profil Semarang. 2007. Profil Kesehatan Kota Semarang, http://dinkeslebong.
netwp-contentuploadspdf_filescapaian_mdgs _bidang _kesehatan.pdf diakses
pada tanggal 26 november 2012 jam 20.22
15. Profil semarang.2011. Profil Kesehatan Kota Semarang 2011,
httpdinkeskotasemarang. files.wordpress.com. Diakses pada tanggal 27
november 2012 pukul 13.40
16. Profil jateng. 2008. Profil Kesehatan Jawa Tengah. www.jateng.com. Diakses
pada tanggal 26 november 2012 pukul 19.27
17. Riskesdas. 2010. Presentase rumah tangga ber PHBS,
http://www.litbang.depkes.go.id. Sitesdownloadbukulaporanlapnas
riskesdas2010Laporanriskesdas2010.pd.pdf. diakses pada tanggal 26
november 2012 pukul 21.24
18. Sekretariat negara RI. 2010. Indonesia sehat 2010, httpdinkes-sulsel.go.id.
diakses pada tanggal 26 november 2012 pukul 21.15.
19. Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
20. Anik, Maryunani. 2013. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.DKI Jakarta:CV.
Trans Info Media.
21. Blum, Hendrik L. 1974. Planning for Health, Development and Aplication of
Social Changes Theory. New York: Human Sciences Press.
22. Ritzer, George. 2010. Teori Sosial Postmodern. Yogyakarta : Juxtapose
Research And Publication Study Club Bekerja Sama Dengan Kreasi Wacana.
23. Ritzer, George dan Goodman, Douglas J. 2004. Teori Sosiologi Modern.
Cetakan ke1. Jakarta : Prenada Media. . 2007. Teori Sosiologi Modern.
Cetakan ke4. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
24. Johnson, Doyle Paul. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern Jilid I. Jakarta:
PT. Gramedia.
25. Manuaba, I.G.B. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. EGC.
Jakarta
26. Moleong, L.J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
27. Singarimbun, Masri. 1983. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.

31
28. Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafmdo
Persada.
29. Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial. Jakarta:
Prenada Media.
30. Sumber Skripsi: Mira Dianingsi, 2013. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Di
Desa Sumpu Kecamatan Hulu Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi.
Pekanbaru: Universitas Riau.
31. Sumber Internet: Kemenkes, RI (2011). Peraturan Mentri Kesehatan Republik
Indonesia nomor : 2269/MENKES/PER/XI/2011 – Pedoman Pembinaan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jakarta:
32. Kementrian Kesehatan RI. http://www.promosikesehatan.com ( Diakses pada
tanggal 7 Desember 2013 pukul 10 WIB )
33. Departemen Kesehatan RI. Undang-Undang Kesehatan RI No 23 Tahun 1992
Tentang Kesehatan. http://www.promosikesehatan.com (Diakses pada tanggal
7 Desember 2013 pukul 10.30 WIB)
34. Undang-Undang Republik Indonesia No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
http://www.promosikesehatan.com (Diakses pada tanggal 9 Desember 2013
pukul 11.00 WIB )
35. Undang-Undang No 9 Tahun 1960 Tentang Pokok-Pokok Kesehatan.
http://www.promosikesehatan.com (Diakses pada tanggal 20 Desember 20
36. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Nomor
2269/MENKES/PER/XI/2011 tentang Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup
Bersih Dan Sehat(PHBS). http://www.promosikesehatan.com (Diakses pada
tanggal 5 Januari 2014 pukul 08.00 WIB )
37. Depkes RI.1999. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat
2010. Jakarta:Depkes RI. http://www.promosikesehatan.com (Diakses tanggal
5 Januari 2014 pukul 10.00 WIB)
38. Depkes RI. 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta:
39. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
http://www.promosikesehatan.com (Diakses pada tanggal 5 Januari 2014
pukul 11.00 WIB)

32
40. Depkes RI. 2007. Pusat Promosi Kesehatan Pencapaian PHBS.
http://www.promosikesehatan.com ( Diakses pada tanggal 8 Januari 2014
pukul 11.30 WIB)
41. Depkes RI. 2011. Pusat Promosi Kesehatan Pencapaian PHBS.
http://www.promosikesehatan.com (Diakses pada tanggal 5 Januari 2014
pukul 11.45 WIB)
42. Depkes RI. 2012. Pusat Promosi Kesehatan Pencapaian PHBS.
http://www.promosikesehatan.com (Diakses pada tanggal 5 Januari 2014
pukul 11.45 WIB)
43. Depkes RI. 2013. Pusat Promosi Kesehatan Pencapaian PHBS.
http://www.promosikesehatan.com (Diakses pada tanggal 5 Januari 2014
pukul 14.00 WIB)
44. Kemenkes RI. 2013. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun 2010-
2014. Jakarta. http://www.promosikesehatan.com (Diakses pada tanggal 5
Januari 2014 pukul 14.20 WIB)
45. Dinas Kesehatan Provinsi Riau. 2006. Profil Kesehatan Provinsi Riau Tahun
2006. Dinas Kesehatan Provinsi Riau. Riau
http://www.promosikesehatan.com (Diakses pada tanggal 20 Januari 2014
pukul 15.00 WIB)
46. Dinas Kesehatan Provinsi Riau. 2007. Profil Kesehatan Provinsi Riau Tahun
2007. Dinas Kesehatan Provinsi Riau. Riau
http://www.promosikesehatan.com (Diakses Jom FISIP Volume 1 No. 2 –
Oktober 2014 15 pada tanggal 20 Januari 2014 pukul 15.20 WIB)
47. Dinas Kesehatan Provinsi Riau. 2008. Profil Kesehatan Provinsi Riau Tahun
2008. Dinas Kesehatan Provinsi Riau. Riau
http://www.promosikesehatan.com (Diakses pada tanggal 20 Januari 2014
pukul 16.00 WIB)
48. Dinas Kesehatan Provinsi Riau. 2009. Profil Kesehatan Provinsi Riau Tahun
2009. Dinas Kesehatan Provinsi Riau. Riau
http://www.promosikesehatan.com (Diakses pada tanggal 20 Januari 2014
pukul 16.10 WIB)

33
49. Dinas Kesehatan Provinsi Riau. 2010. Profil Kesehatan Provinsi Riau Tahun
2010. Dinas Kesehatan Provinsi Riau. Riau
http://www.promosikesehatan.com (Diakses pada tanggal 20 Januari 2014
pukul 17.00 WIB)
50. Dinas Kesehatan Provinsi Riau. 2011. Profil Kesehatan Provinsi Riau Tahun
2011. Dinas Kesehatan Provinsi Riau. Riau
http://www.promosikesehatan.com (Diakses pada tanggal 20 Januari 2014
pukul 17.10 WIB)
51. Dinas Kesehatan Provinsi Riau. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Riau Tahun
2012. Dinas Kesehatan Provinsi Riau. Riau
http://www.promosikesehatan.com (Diakses pada tanggal 20 Januari 2014
pukul 17.30 WIB)
52. Dinas Kesehatan Provinsi Riau. 2013. Profil Kesehatan Provinsi Riau Tahun
2013. Dinas Kesehatan Provinsi Riau. Riau
http://www.promosikesehatan.com(Diakses pada tanggal 20 Januari 2014
pukul 17.45

34
Lampiran Tabel karakteristik responden

Tabel 1 Data karakteristik responden

No Nama Usia Tingkat pendidikan


1. N1 24 SD
2. N2 37 SMP
3. N3 25 SD
4. N4 26 SD
5. N5 27 SMA
6. N6 19 SD
7. N7 33 SD
8. N8 25 SMA
9. N9 26 SD
10. N10 28 SMP
11. N11 25 SD
12. N12 18 SD
13. N13 38 SMP
14. N14 28 SMP
15. N15 36 SD
16. N16 28 SD
17. N17 38 SMP
18. N18 26 SD
19. N19 35 SD
20. N20 22 SMP
21. N21 40 SD
22. N22 29 SD
23. N23 27 SD
24. N24 36 SD
25. N25 23 SD
26. N26 38 SD
27. N27 22 SD

35
Lampiran Tabel tingkat pengetahuan responden sebelum dan sesudah
penyuluhan

Data Tabel tingkat pengetahuan responden sebelum dan sesudah penyuluhan


No Nama Sebelum Kategori Sesudah Kategori
1. A1 77 Baik 86 Baik
2. A2 77 Baik 86 Baik
3. A3 73 Cukup 91 Baik
4. A4 50 Kurang 50 Kurang
5. A5 77 Baik 91 Baik
6. A6 55 Kurang 68 Cukup
7. A7 68 Cukup 86 Baik
8. A8 77 Baik 91 Baik
9. A9 60 Cukup 95 Baik

36
10. A10 64 Cukup 73 Cukup
11. A11 82 Baik 100 Baik
12. A12 23 Kurang 36 Kurang
13. A13 68 Cukup 86 Baik
14. A14 32 Kurang 68 Cukup
15. A15 77 Cukup 95 Baik
16. A16 32 Kurang 60 Cukup
17. A17 50 Kurang 82 Baik
18. A18 36 Kurang 64 Cukup
19. A19 73 Cukup 82 Baik

37

You might also like