You are on page 1of 5

BIODIVERSITAS ISSN: 1412-033X

Volume 1, Nomor 2 Juli 2000


Halaman: 54 - 58 DOI: 10.13057/biodiv/d010203

Kantung Semar (Nepenthes sp.) di Lereng Gunung Merbabu


Insectivore Plants Nepenthes sp. at Mount Merbabu

HERY MULYANTO, DEWI CAHYUNINGDARI, AHMAD DWI SETYAWAN


Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta

Diterima: 2 Juni 2000. Disetujui: 24 Juni 2000

ABSTRACT

The aims of the research were to know the existence of the Nepenthes at mount Merbabu, variations of its
morphology, associated plants, and ecological conditions. Nepenthes are one of plants that were categorized as
conserved plant by Indonesian government as indicated in PPRI No. 7/1999. Many researchers attracted to study
this unique plant since it’s distinct feature and the way to get nutrient by trapping insects at its sac. Samples were
taken randomly along the path for climbing from Selo, Boyolali to the top of the mountain between April to May 2000.
The results show that the plants were found at the altitude of around 1500 to 2000 tsl. There were two forms of the
sacs, long and short at the same individual plants. The plants grow coiling on Myristica trees and shrubs of
Thunbergia fragrans Roxb., and also could grow at the stoned-soil.

© 2000 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta

Key words: Nepenthes, morphology, ecology.

PENDAHULUAN Genus Nepenthes memiliki anggota sekitar


60 spesies. Kawasan utama penyebarannya
Semua tumbuhan penangkap serangga di Indonesia dan Malaysia. Beberapa spesies
ordo Sarraceniales, memiliki daun tunggal tumbuh di Madagaskar, Australia dan
yang duduknya tersebar, sebagian atau Kaledonia. Spesies yang sering ditemukan
seluruhnya mengalami modifikasi menjadi alat adalah N. ampullaria, N.tubaica, N. rafflesiana
penangkap serangga (Tjitrosoepomo, 1989). dan N. maxima, semua dikenal dengan nama
Ordo Sarraceniales mempunyai tiga familia daerah "kantong (kantung) semar"
yaitu Sarraceniaceae, Draseraceae dan (Tjitrosoepomo, 1989). Nama kantung
Nepenthaceae. Familia terakhir hanya terdiri diberikan karena adanya struktur unik
dari satu genus Nepenthes (kantung semar) menyerupai kantung yang merupakan jebakan
dan memiliki karakter biologi sangat unik mematikan bagi serangga. Nepenthes
yakni mampu mengabsorbsi unsur N dari merupakan tumbuhan karnivora (Kinnaird,
tubuh serangga yang terjebak di kantungnya 1997), berhabitus herba atau epifit, seringkali
(Bhattacharyya dan Jahri, 1998; Kinnaird, 1997). tumbuh memanjat dengan menggunakan
Klasifikasi kantung semar sebagai berikut sulur, berupa ujung daun yang menyempit
(Tjitrosoepomo, 1989): (Tjitrosoepomo, 1989). Oleh karenanya
Divisi : Spermatophyta Nepenthes memerlukan tumbuhan lain
Sub Divisilo: Angiospermae sebagai pendukung.
Kelas : Dicotyledoneae Nepenthes dapat tumbuh di berbagai
SubKleas : Dialypetalae karakter ekologi, mulai dari ketinggian 0-3500
Ordo : Sarraceniales m dpl (Lloyd, 1942), sejak dari rawa-rawa air
Familia : Nepenthaceae tawar di pantai hingga pegunungan tinggi.
Genus : Nepenthes Kantung semar cenderung tumbuh di tempat-
MULYONO dkk. – Nephentes di Gunung Merbabu 55

tempat yang miskin zat hara, pH rendah dan terhadap faktor-faktor tersebut (Ewusie, 1990;
miskin nitrogen (Kinnaird, 1997; Metthews dan Rost dkk., 1989; Krebs, 1978).
Kitching, 1994). Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan
Nepenthes umumnya tumbuh secara paling penting yang membatasi pertumbuhan
spatial yang kemudian berkembang dalam vegetasi (Gibbs, 1950). Kelembaban di
jumlah besar hampir di setiap tipe vegetasi, pegunungan naik sejalan dengan bertambah-
terutama tanah yang tidak subur, misalnya nya ketinggian. Liputan awan dan gerimis
tanah pedzolik putih, tanah gambut atau tanah yang terus menerus mencegah kelembaban
vulkanis yang tercuci berat. Sering berada di turun (Ewusie, 1990). Daya adaptasi
sepanjang sungai, puncak bukit berbatu yang tumbuhan terhadap suhu, berbeda-beda,
terbuka atau hutan lumut basah (Trihandayani tergantung kepekaan ekologinya. Penurunan
dan Syamsudin, 1998). suhu akan menyebabkan terbentuknya zona-
Di Indonesia, semua tumbuhan yang zona yang masing-masing hanya cocok untuk
termasuk dalam genus Nepenthes dilindungi tumbuhan tertentu. Zonasi vertikal yang
berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik terbentuk karena bertambahnya ketinggian ini
Indonesia Nomor 7 Tahun 1999, Tanggal 27 serupa dengan zonasi horizontal yang
Januari 1999, tentang Jenis-jenis Tumbuhan terbentuk karena perbedaan garis lintang, dari
dan Satwa yang Dilindungi, sehingga setiap katulistiwa ke kutub (Steenis, 1972).
aktivitas yang dapat mengganggu kelestarian
anggota genus ini harus dihindari. BAHAN DAN METODE

Gunung Merbabu Lokasi dan waktu penelitian


Gunung Merbabu mempunyai ketinggian Penelitian ini dilakukan di lereng selatan
3142 m dpl. Gunung ini tidak lagi aktif, Gunung Merbabu, sepanjang jalan setapak
tergolong gunung api tua, berbentuk dataran menuju puncak dari pos pendakian Kec. Selo,
tinggi yang lebar dengan beberapa puncak Kab. Boyolali. Ketinggian lokasi penelitian
yang terpisah-pisah oleh erosi, serta hampir 1500-3142 m dpl. Penelitian dilakukan pada
kehilangan hutan alamnya. Pendakian menuju bulan April-Mei 2000.
puncak gunung Merbabu dapat dilakukan
melalui dua jalur yaitu dari arah utara, Alat dan Bahan
Kopeng-Salatiga, yang hanya menuju ke Pengambilan sampel di lapangan
Gunung Merbabu dan dari arah selatan, Selo- Alat yang digunakan adalah: tas/kantung
Boyolali, yang dapat menuju ke Gunung plastik, gunting tumbuhan, pisau/kater, sekop,
Merbabu maupun Gunung Merapi (Shigero etiket gantung, alat tulis, buku lapangan,
dan Puriadi, 1992). kamera, altimeter, kompas dan teropong.

Ekologi pegunungan Pembuatan herbarium


Hukum Beyerinck menyatakan bahwa Alat yang digunakan adalah: sasak, kertas
penyebaran setiap makhluk hidup ditentukan koran, kertas kardus, tali, gunting dan silet.
oleh faktor lingkungan (Pijl, 1982), demikian Bahan yang digunakan pada pembuatan
pula tumbuhan. Keberadaan tumbuhan di herbarium kering adalah: kertas, label,
suatu habitat dipengaruhi oleh faktor ekologi, amplop, etiket herbarium, lem dan selotip
berupa iklim dan faktor biotik. Faktor iklim transparan, sedang pada pembuatan
meliputi suhu, intensitas sinar matahari, curah herbarium basah diperlukan pula botol bening
hujan, kecepatan angin, kelembaban udara, dan alkohol 70%.
keseimbangan energi, topografi, fisiografi,
edafit (tanah), geologi dan lain-lain. Sedang Pengamatan vegetasi di lapangan
faktor biotik yang meliputi segenap tumbuhan Alat yang dipakai adalah: meteran, tali
dan hewan, interaksi antara organisme, plastik/rafia, patok, palu, gunting, pisau, pH-
pemangsaan, dekomposer, simbiosis, meter, barometer dan lux-meter.
parasitisme, manusia dan lain-lain. Kesemua
faktor tersebut secara sendiri-sendiri atau Pengamatan di laboratorium
bersama-sama mempengaruhi distribusi dan Alat yang digunakan adalah: mikroskop
kemelimpahan tumbuhan. Setiap spesies bedah, lampu, lup, cawan petri, jarum
memiliki tingkat toleransi yang berbeda-beda pemisah, pisau, silet dan pinset.
56 BIODIVERSITAS Vol. 1, No. 2, Juli 2000, hal. 54-58

Cara Kerja Bibir kantung bergerigi dan licin berlilin.


Panjang kantung 5 –10 cm (Lloyd, 1942).
Koleksi spesimen Infloresensi racemose, menuju bentuk
Koleksi dilakukan secara acak (random), di panicula, uniseksual, aktinomorf, hypogen dan
sepanjang jalur pendakian, dengan masuk monochlamydeous. Sepala 3-4 filamen
sejauh sekitar 25 m ke arah kanan dan kiri monodelphous sampai bentuk kolom. Bunga
jalan setapak. Spesimen voucer diawetkan betina dengan pistilum tunggal, gynoecium
dengan teknik herbarium kering dan syncarp dengan karpela 3-4, ovarium superior
herbarium basah (Lawrence, 1951; 1955). dengan 3-4 ruangan. Buah berbentuk kapsul
Tumbuhan segar dipotret dan diamati sifat- loculicidal. Biji panjang mempunyai
sifat morfologinya secara langsung endosperm dan lembaga yang panjang
dilapangan dan dicatat dalam buku koleksi (Bhattacharyya dan Jahri, 1998).
antara lain: panjang dan lebar daun kelima Kantung berfungsi untuk menangkap
dari pucuk tunas, serta variasi bentuk, serangga. Kantung ini mempunyai warna
panjang dan diameter kantung. Pengamatan sangat menarik yaitu: hijau dengan bercak
dilanjutkan dengan pembuatan herbarium di merah. Menurut Lloyd (1942) dan Leach
laboratorium. Tumbuhan diidentifikasi dengan (1940), kantung dapat pula berwarna ungu,
pustaka-pustaka: Backer dan Bakhuizen van kuning, hijau dan putih. Serangga yang
den Brink (1968) dan Steenis (1972; 1978). tertarik oleh warna, lebih jauh dipikat dengan
nektar dan bau-bauan yang dihasilkan oleh
Analisis vegetasi kelenjar di bagian bawah bibir yang berlekuk-
Analisis vegetasi dilakukan dengan lekuk dan menjorok ke dalam rongga kantung.
menghitung nilai penutupan Nepenthes pada Serangga seringkali terpeleset dari bibir yang
kuadrat seluas 1 m2 (Oosting, 1959). Faktor licin berlilin dan tercebur ke dalam cairan di
abiotik yang diamati adalah jenis dan tekstur dalam kantung. Cairan ini berisi bermacam-
lahan, derajat keasaman, kelembaban serta macam enzim pencernaan yang dihasilkan
intensitas cahaya matahari. Sedang faktor kelenjar di pangkal kantung. Lilin di
biotik yang dicatat adalah tumbuhan yang permukaan dalam kantung tidak memung-
secara dominan berasosiasi, khususnya yang kinan serangga yang terjebak untuk keluar. Di
mendukung/dirambati tumbuhan ini. dasar kantung hidup larva nyamuk, tungau
beberapa organisme lain yang tahan terhadap
enzim pencernaan. Organisme ini berperan
untuk memakan sisa-sisa bangkai serangga,
HASIL DAN PEMBAHASAN sehingga kebersihan kantung tetap terjaga
(Kinnaird, 1997; Lloyd, 1942; Gibbs, 1950).
Dari penelitian lapangan di sekitar jalan
setapak menuju puncak Gunung Merbabu Keanekaragaman bentuk kantung
melalui jalur pendakian Selo, Boyolali Dalam penelitian ini ditemukan dua variasi
diketahui bahwa Nepenthes hanya tumbuh bentuk morfologi kantung dari tumbuhan
pada kisaran ketinggian 1500-2000 m dpl, Nepenthes yang sama. Kantung pertama
dengan luas penutupan hanya sekitar 5-10% memiliki panjang 5-20 cm dengan garis
dan letaknya sangat terpencar-pencar. tengah 1-5 cm. Kantung ini berwarna hijau
dengan bintik-bintik merah dan memiliki bulu-
Morfologi Nepenthes bulu yang teratur pada dua deret. Bentuk
Nepenthes termasuk herba atau terna. kantung ini banyak ditemukan pada daerah
Batang herbaseus. Daun tunggal tersebar gelap dengan kanopi yang banyak. Kantung
dengan rumus duduk daun pada batang 2/5, kedua memiliki panjang 5-30 cm dengan garis
helai daun memeluk batang, ujung daun tengah 1-5 cm. Kantung ini berwarna hijau
menyempit dan memanjang membentuk sulur polos, tanpa bulu-bulu pada permukaan
pembelit, berguna untuk memanjat pada luarnya. Bentuk kantung ini banyak ditemukan
tumbuhan lain. Ujung sulur kadang-kadang pada tempat-tempat terbuka dengan sedikit
termodifikasi menjadi badan yang mirip kanopi.
kantung (piala) dengan tutup pada bagian Menurut Kinnaird (1997), satu tumbuhan
mulutnya. Penutup dan kanton dihubungkan Nepenthes dapat memiliki dua atau tiga
semacam engsel di bagian dorsal kantung. bentuk kantung yang berbeda-beda, dari yang
MULYONO dkk. – Nephentes di Gunung Merbabu 57

Intensitas cahaya di lantai hutan tempat


ditemukannya Nepenthes berkisar antara 10%
(tempat ternaung kanopi) hingga 15-25%
(tempat terbuka). Intensitas cahaya tidak
banyak berpengaruh terhadap pertumbuhan
Nepenthes dilihat dari variasi bentuk daun.
Pada lokasi terbuka, daun kelima dari ujung
tunas mempunyai rata-rata panjang 23 cm
dan lebar daun 6 cm, sedangkan pada tempat
teduh mempunyai rata-rata panjang 24 cm
dan lebar 6,5 cm. Pengukuran derajat
keasaman tanah menunjukkan Nepenthes
umumnya hidup pada tanah dengan pH asam.

Faktor biotik
Tumbuhan lain yang hidup di sekitar
rumpun Nepenthes ikut mendukung atau
menyokong kehidupan genus ini, sehingga
terbentuk simbiose baik mutualisme maupun
komensalisme. Dalam penelitian ini ditemukan
dua jenis tumbuhan yang disuluri oleh
Nepenthes. Dua tumbuhan tersebut adalah:
Myristica (sejenis pala) dan Thunbergia
fragrans Roxb. (poncosudo).
Gambar 1. Keanekaragaman bentuk morfologi kantung
semar pada satu individu tumbuhan Nepenthes (kantung Myristica (Familia Myristicaceae)
semar). Habitus pohon, tinggi 5-18 m. Daun
tersebar atau berseling, tunggal, tanpa daun
berbentuk bulat di pangkal batang, hingga penumpu, berbentuk bulat telur atau elips
yang berbentuk corong memanjang di ujung memanjang, pangkal runcing, ujung
batang. Keanekaragaman bentuk kantung ini meruncing, sisi bawah hijau kebiruan pucat,
mencegangkan dan membingungkan para ahli sisi atas hijau tua, 5-15 kali 3-7 cm, apabila
botani dalam identifikasi, sehingga jumlah diremas berbau harum. Bunga beraturan,
jenis tumbuhan ini hingga kini belum diketahui kebanyakan berkelamin 1, berumah 2. Tenda
dengan pasti. bunga bersatu, tunggal dengan 3 taju, jarang
2 atau 4, waktu kuncup bersambung secara
Faktor abiotik katup. Bunga jantan bentuk periuk, panjang 7-
Lereng selatan Merbabu, lokasi tempat 9 mm, dengan taju yang segitiga. Bunga
tumbuhnya Nepenthes memiliki kelembaban betina lebih besar. Buah berdaging atau
udara relatif tinggi. Di tempat ini Nepenthes keras, membuka dengan 2, jarang dengan 4
banyak ditemukan pada tanah yang katup, berbentuk buah peer, lebar 4-6 kali 3-
mengandung cukup humus, sebagai hancuran 5,5 cm, gundul, kuning kecoklatan-oranye. Biji
serasah daun dan ranting-ranting pohon, bergaris-garis, berbau harum, keseluruhan
namun banyak pula yang tumbuh di tempat dibungkus oleh selubung biji merah yang
berbatu-batu dengan lapisan humus tipis. terbagi dalam taju-taju yang banyak.
Kelembaban yang tinggi di lereng selatan Keberadaan tumbuhan ini di lereng
bagian bawah, ketinggian 1500-2000 m dpl., Gunung Merbabu relatif merata sampai
dikarenakan curah hujan yang tinggi. ketinggian sekitar 2500 m dpl, tumbuh pada
Penyebab keadaan ini ialah udara panas dari berbagai jenis tanah. Tumbuhan ini selain
daratan rendah yang terbawa oleh angin menjadi sarana menjalarnya sulur-sulur
tenggara menjadi dingin pada waktu dipaksa Nepenthes, juga memiliki kanopi yang cukup
naik mengikuti lereng pegunungan. Akibatnya luas, sehingga dapat menjaga kelembaban
daya tambat air oleh udara berkurang, dan menyediakan humus melalui serasah
sehingga terbentuk awan yang menyebabkan daun yang membusuk.
hujan.
58 BIODIVERSITAS Vol. 1, No. 2, Juli 2000, hal. 54-58

Thunbergia fragrans Roxb (Poncosudo) Bhattacharyya, B dan B.M. Jahri. 1998. Flowering Plants
Tumbuhan ini berupa semak, sering Taxonomy and Phylogeny. New Delhi: Narosa
bercabang banyak, hidup lama, tinggi 1-3 m. Publishing House.
Daun majemuk menjari beranak daun enam Ewusie, J.Y. 1990. Ekologi Tropika. Penerjemah:
(heksafolialatus), tidak berupih, pangkal A.Tanuwidjaya. Bandung: ITB.
tangkai daun membengkak (pulvinus). Gibbs, R.D. 1950. Botany, An Evalutionary Approach.
Tumbuhan ini jarang ditemukan, biasanya Toronto: The Blakiston Company.
hidup pada ketinggian 0-900 m. Bila dilihat Kinnaird, M.F. 1997. Sulawesi Utara, Sebuah Panduan
dari morfologinya, maka tumbuhan ini mudah Sejarah Alam. Jakarta: Yayasan Pengembangan
disuluri oleh Nepenthes, karena mempunyai Wallacea.
batang yang tidak terlalu besar, berupa semak Krebs, C.G. 1978. Ecology, The Experimental Analysis
dan bercabang banyak. of Distribution and Abundance. New York: Harper
and Row Publishing.
Pemencaran biji Leach, C.G. 1940. Insect Transmition of Plant Disease.
Biji Nepenthes memiliki bentuk seperti New York: Mc Grow Hill Book Company.
serbuk (debu), sehingga dapat disebarkan Lloyd, F.E. 1942. The Carnivoruos Plant. New York: The
angin (anemokori) pada lokasi yang sangat Rolland Press Company.
luas dan tumbuh terpencar-pencar. Biji dapat Lawrence, G.H.M. 1951. Taxonomy of Vascular Plant.
pula terbawa aliran air hujan. Namun New York: John Wiley and Sons.
pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa Lawrence, G.H.M. 1955. An Introduction to Plant
tumbuhan ini hanya ditemukan pada kisaran Taxonomy. New York: The Macmillan Company.
yang sangat terbatas, pada ketinggian 1500- Metthews, E. G. and R.C. Kitching. 1994. Insect
2000 m dpl. Hal ini menunjukkan bahwa biji Ecology. Queensland: University of Queensland
memerlukan substrat yang sesuai untuk dapat Press.
tumbuh, khususnya kelembaban, pH tanah Oosting, H.J. 1959. The Study of Plant Communities. An
dan suhu. Tanggapan biji terhadap faktor Introduction to Plant Ecology. Second edition. San
lingkungan ini tergantung spesiesnya. Oleh Fransisco: W.H. Freeman and Company
karena itu pertumbuhan dan penyebarannya Pijl, L.V.D. 1982. Asas-asas Pemencaran pada
bersifat spatial, terbatas pada tempat-tempat Tumbuhan Tinggi. Penerjemah: G.Tjitrosoepomo.
tertentu dan jarang tumbuh dalam jumlah besar. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 1999, Tanggal 27 Januari 1999, tentang
KESIMPULAN Jenis-jenis Tumbuhan dan satwa yang Dilindungi.
Rost, T.L., M.G. Barbour, R.M. Thornton, W.E. Weier
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di dan C.R. Stocking. 1989. Botany, A Brief
daerah pendakian Selo, Nepenthes ditemukan Introduction to Plant Biology, Second edition, New
pada ketinggian sekitar 1500-2000 m dpl., York, John Wiley and Sons.
terdapat dua variasi bentuk morfologi kantung Shigero, K and J. G. Puriadi. 1992. Mari Mendaki
(panjang dan pendek), tumbuh merambat Gunung di Jawa. Surabaya: CV. Bumi Equator
terutama pada pohon Myristica dan semak- Nusantara.
semak Thunbergia fragrans Roxb. serta dapat Steenis, C.G.G.J. van. 1972.The Mountain Flora of
tumbuh pada tanah yang berbatu-batu. Java. Leiden: E.J. Brill
Steenis, C.G.G.J. van. 1978. Flora untuk Sekolah di
Indonesia. Jakarta Pusat: PT. Pradya Pramitha.
DAFTAR PUSTAKA Tjitrosoepomo, G. 1989. Taksonomi Tumbuhan
(Spermatophyta). Yogyakarta: Gadjah Mada
Backer, C.A. dan R.C. Bakhuizen van den Brink Jr. University.
1968. Flora of Java. Volome III. Groningen: Wolters- Trihandayani, T dan Syamsudin. 1998. Warta Kebun
Noordhoff Raya 2 (3): 1-3.

You might also like