You are on page 1of 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bermain merupakan kebutuhan anak seperti halnya kasih sayang,
makanan, perawatan, dan lain-lainnya, karena dapat memberi kesenangan dan
pengalaman hidup yang nyata. Bermain juga merupakan unsur penting untuk
perkembangan anak baik fisik, emosi, mental, sosial, kreativitas serta
intelektual. Oleh karena itu bermain merupakan stimulasi untuk tumbuh
kembang anak (Hidayat, 2008).
Terapi bermain adalah suatu bentuk permainan yang direncanakan untuk
membantu anak mengungkapkan perasaannya dalam menghadapi kecemasan
dan ketakutan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan baginya. Bermain
pada masa pra sekolah adalah kegiatan serius, yang merupakan bagian
penting dalam perkembangan tahun-tahun pertama masa kanak-kanak.
Hampir sebagian besar dari waktu mereka dihabiskan untuk bermain
(Elizabeth B Hurlock, 2000). Dalam bermain di rumah sakit mempunyai
fungsi penting yaitu menghilangkan kecemasan, dimana lingkungan rumah
sakit membangkitkan ketakutan yang tidak dapat dihindarkan (Sacharin,
2010).
Hospitalisasi biasanya memberikan pengalaman yang menakutkan bagi
anak. Semakin muda usia anak, semakin kurang kemampuannya beradaptasi,
sehingga timbul hal yang menakutkan. Semakin muda usia anak dan semakin
lama anak mengalami hospitalisasi maka dampak psikologis yang terjadi
salah satunya adalah peningkatan kecemasan yanng berhubungan erat dengan
perpisahan dengan saudara atau teman-temannya dan akibat pemindahan dari
lingkungan yang sudah akrab dan sesuai dengannya (Whaley and Wong,
2009).
Anak-anak dapat merasakan tekanan (stress) pada saat sebelum
hospitalisasi, selama hospitalisasi, bahkan setelah hospitalisasi, karena tidak
dapat melakukan kebiasaannya bermain bersama teman-temannnya,
lingkungan dan orang-orang yang asing baginya serta perawatan dengan
berbagai prosedur yang harus dijalaninya terutama bagi anak yang baru
pertama kali di rawat menjadi sumber utama stress dan kecemasan /

1
ketakutan. Hospitalisasi merupakan masalah yang dapat menyebabkan
terjadinya kecemasan bagi anak. Dengan demikian berarti menambah
permasalahan baru yang bila tidak ditanggulangi akan menghambat
pelaksanaan terapi di rumah sakit (Carson, dkk, 2012).
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan
anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit,
aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan
kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami
berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut,
cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari
hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang
ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak
akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan
melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada
permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan
permainan.
Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat
melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal,
mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap
stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan
anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga
terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Salah satu terapi bermain pada anak yaitu mewarni. Bermain dengan
mewarnai gambar menjadi alernatif untuk mengembangkan kreatifias anak
dan dapat menurunkan tingkat kecemasan pada anak selama dirawat.
Mewarnai gambar dapat menjadi salah satu media bagi perawat untuk mampu
mengenali tingkat perkembangan anak. Dinamika secara psikologis
menggambarkan bahwa selama anak bermain dengan sesuatu yang
menggunakan alat mewarnai seperti crayon atau pensil warna akan membantu
anak untuk menggunakan tangannya secara aktif sehingga merangsang
motorik halusnya. Oleh karena sangat pentingnya kegiatan bermain terhadap
tumbuh kembang anak dan untuk mengurangi kecemasan akibat hospitalisai,

2
maka akan dilaksanakan terapi bermain pada anak usia toddler dengan cara
mewarnai gambar.
Ruang Azzahra RSI Ibnu Sina (Yarsi) Payakumbuh merupakan ruang
perawatan anak, dimana pasien yang dirawat merupakan pasien pada usia
anak yang masih dalam masa pertumnbuhan dan perkembangan. Sebagian
besar anak yang dirawat mengalami tingkat kecemasan yang tinggi akibat
tindakan medis yang dilakukan dan lingkungan baru yang belum dikenal,
sehingga anak menangis atau menolak terhadap tindakan medis. Dalam
kondisi seperti ini anak membutuhkan suatu hiburan dalam bentuk permainan
dimana anak bisa mewarnai gambar yang telah disediakan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan terapi bermain mewarnai selama 40 menit,
diharapkan kreativitas anak-anak berkembang baik, anak merasa tenang
dan senang selama berada di Ruang Azzahra RSI Ibnu Sina (Yarsi)
Payakumbuh, dapat bersosialisasi dengan teman sebaya sesuai tumbuh
kembang anak dan dapat membantu mengurangi tingkat kecemasan atau
ketakutan yang dirasakan oleh anak-anak akibat hospitalisasi.
2. Tujuan khusus
Setelah mendapatkan terapi bermain melipat dan mengenal bentuk
origami diharapkan :
a. Mengurangi kecemasan pada anak selama dirawat di rumah sakit
b. Memfasilitasi anak untuk mengekspresikan perasaannya
c. Meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan anak
d. Mengembangkan imajinasi pada anak

C. Sasaran
Anak-anak yang berada di ruang rawat anak Azzahra RSI Ibnu Sina Yarsi
Payakumbuh yang berumur 1 - 5 tahun.

BAB II
DESKRIPSI KASUS

A. Karakteristik Sasaran
Peserta yang mengikuti terapi bermain ini adalah anak usia 1-5 tahun
yang sedang menjalani perawatan di ruang rawatan anak Azzahra RSI Ibnu

3
Sina (Yarsi) Payakumbuh. dengan kesadaran compos mentis, kooperatif, dan
keadaan umum baik.

B. Prinsip bermain
1. Tidak banyak mengeluarkan energi, singkat dan sederhana
2. Mempertimbangkan keamanan
3. Kelompok umur yang sama
4. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak
5. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak
6. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat
keterampilan tangan lebih majemuk.
7. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain
8. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit

C. Karekteristik permainan
1. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa
orang lain yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita
Todler.
2. Paralel play
Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing
mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak
ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak
preschool Contoh : bermain balok
3. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktifitas yang
sama tetapi belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas,
anak bermain sesukanya.
4. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang
terorganisasi dan terencana dan ada aturan tertentu. Biasanya dilakukan
oleh anak usia sekolah Adolesen.

D. Fungsi bermain
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-
motorik, perkembangan sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan
kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi (Wong,
2009).
1. Perkembangan Sensoris-motorik

4
Pada saat melakukan permainan aktivitas sensoris-motoris merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak sehingga kemampuan
penginderaan anak dimulai meningkat dengan adanya stimulasi-stimulasi
yang diterima anak seperti: stimulasi visual, stimulasi pendengaran,
stimulasi taktil (sentuhan) dan stimulasi kinetik.
2. Perkembangan Intelektual (Kognitif)
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan memanipulasi
segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal
warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek.
3. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan
menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk
mengembangkan hubungan sosial dan belajar memecahkan masalah dari
hubungan tersebut.
4. Perkembangan Kreativitas
Dimana melalui kegiatan bermain anak akan belajar mengembangkan
kemampuannya dan mencoba merealisasikan ide-idenya.
5. Perkembangan Kesadaran diri
Melalui bermain anak akan mengembangkan kemampuannya dan
membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya
dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah
lakunya terhadap orang lain.
6. Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai yang benar dan salah dari lingkungan,
terutama dari orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain,
anak akan mendapat kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut
sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri
dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya.
7. Bermain sebagai Terapi
Pada saat anak dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai
perasaan yang sangat tidak menyenangkan seperti : marah, takut, cemas,

5
sedih dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi
yang dialami anak karena menghadapi beberapa stresor yang ada di
lingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak
akan terlepas dari ketegangan dan stres yang dialaminya karena dengan
melakukan permainan, anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada
permainannya (distraksi).

E. Kategori bermain
1. Bermain aktif
Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang dilakukan anak,
apakah dalam bentuk kesenangan bermain alat misalnya mewarnai
gambar, melipat kertas origami, puzzle, mobil-mobilan dan menempel
gambar. Bermain aktif juga dapat dilakukan dengan bermain peran
misalnya bermain dokter-dokteran dan bermain dengan menebak kata
(Hurlock, 2008).
2. Bermain pasif
Dalam bermain pasif, hiburan atau kesenangan diperoleh dari kegiatan
orang lain. Pemain menghabiskan sedikit energi, anak hanya menikmati
temannya bermain atau menonton televisi dan membaca buku. Bermain
tanpa mengeluarkan banyak tenaga, tetapi kesenangannya hampir sama
dengan bermain aktif (Hurlock, 2008).

BAB III
METODOLOGI BERMAIN

A. Deskripsi bermain
Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah
satu alat paling penting untuk menatalaksanakan stres karena hospitalisasi
menimbulkan krisis dalam kehidupan anak, dan karena situasi tersebut sering
disertai stress berlebihan, maka anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan
rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam
menghadapi stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan
kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain

6
tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong,
2009).
Mewarnai adalah proses memberi warna pada suatu media. Mewarnai
gambar diartikan sebagai proses memberi warna pada media yang sudah
bergambar. Mewarnai gambar merupakan terapi permainan yang kreatif untuk
mengurangi stress dan kecemasan serta meningkatkan komunikasi pada anak.

B. Manfaat

1. Memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi dan


sangat terapeutik (sebagai permainan penyembuh/therapeutic play).
2. Dengan bereksplorasi menggunakan gambar, anak dapat membentuk,
mengembangkan imajinasi dan bereksplorasi dengan ketrampilan
motorik halus.
3. Mewarnai gambar juga aman untuk anak usia toddler, karena
menggunakan media kertas gambar dan crayon.
4. Anak dapat mengeskpresikan perasaannya atau memberikan pada
anak suatu cara untuk berkomunikasi, tanpa menggunakan kata.
5. Sebagai terapi kognitif, pada anak menghadapi kecemasan karena
proses hospitalisasi, karena pada keadaan cemas dan stress,
kognitifnya tidak akurat dan negative.
6. Bermain mewarnai gambar dapat memberikan peluang untuk
meningkatkan ekspresi emosinal anak, termasuk pelepasan yang aman
dari rasa marah dan benci.
7. Dapat digunakan sebagai terapi permainan kreatif yang merupakan
metode penyuluhan kesehatan untuk merubah perilaku anak selama
dirawat di rumah sakit.

C. Metode pelaksanaan
Metode pelaksanaan yaitu dengan praktik bermain langsung dengan
rancangan permainan mewarnai gambar. Setiap anak diberikan 1-3 kertas
bergambar yang belum diwarnai, kemudian leader dan co leader memimpin
jalannya permainan dengan menginstruksikan pada anak anak untuk
mewarnai gambar sesuai yang diinginkan. Fasilitator ikut berperan dalam

7
pendampingan anak ketika mulai bermain, kemudian observer menilai
jalannya permainan.

D. Hasil yang Diharapkan


1. Anak mampu meningkatkan perkembangan yang normal pada saat
sakit melalui terapi bermain (mewarnai gambar).
2. Anak mampu menghilangkan dan mengurangi stresor kecemasan
selama hospitalisasi.
3. Anak mampu mengembangkan kemampuan dan kreativitas yang
dimilikinya.
4. Anak mampu mengekspresikan perasaan, keinginan serta ide-idenya
melalui permainan origami.
Sasaran utama peserta pada permainan ini adalah anak usia 1-5 tahun
yang menjalani perawatan di ruang rawatan anak Azzahra RSI Ibnu Sina
(Yarsi) Payakumbuh. Permainan ini dapat melatih kognitif anak dalam
bermain dan melatih kemampuan motorik halus, kegiatan ini juga
membuat anak lebih aktif. Selain itu permainan ini tidak menguras
banyak energi selama anak bermain dan dapat memberikan kesenangan
tersendiri sehingga mengurangi kejenuhan anak selama hospitalisasi.

E. Alat bermain
1. Crayon
2. Tissue
3. Kertas bergambar

F. Proses bermain
No. Terapis Waktu Subjek terapi
1. Persiapan 5 menit Ruangan, alat, anak
a. Menyiapkan ruangan
b. Menyiapkan alat-alat
c. Menyiapkan anak
2. Proses
a. Membuka terapi dengan 20 menit Menjawab salam,
mengucapkan salam dan Memperkenalkan diri
memperkenalkan diri
b. Menjelaskan pada orang Memperhatikan
tua anak dan anak tentang
tujuan dan manfaat
bermain Bermain bersama
c. Mengajak anak bermain dengan antusias dan

8
d. Kalau ingin bertanya atau mengungkapkan
menjawab angkat tangan perasaannya
terlebih dahulu baru
berbicara
e. Mengikuti kegiatan dari
awal sampai akhir
f. Mengevaluasi respon
anak
3. Penutup
a. Istirahat 15 menit Memperhatikan dan
b. Evaluasi kegiatan menjawab salam
c. Meminta anak
menceritakan kegiatan
bermain

G. Waktu Pelaksanaan
Pokok Bahasan : Terapi Bermain Pada anak di Ruangan
Rawat Anak Azzahra RSI Ibnu Sina Yarsi
Payakumbuh
Judul : Terapi bermain mewarnai gambar
Hari/Tanggal : Rabu, 21 Februari 2018
Waktu : 09.00 - 09.45 WIB
Tempat Pelaksanaan : Ruangan Azzahra RSI Ibnu Sina Yarsi
Payakumbuh
Sasaran : Keluarga dan pasien di ruangan Azzahra
RSI Ibnu Sina Yarsi Payakumbuh

H. Hal- hal yang Perlu di Waspadai


1. Kejenuhan anak dalam menyelesaikan permainan
2. Anak lelah
3. Anak tidak mau mengikuti permainan

I. Antisipasi untuk meminimalkan hambatan


1. Mengajak atau melibatkan orang tua
2. Berkomunikasi dengan baik pada anak

J. Pengorganisasian
1. Tim terapi
a. Leader : Sarkum
Tugas
Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi bermain
sebelum kegiatan dimulai. Menjelaskan Kegiatan, mampu memotivasi
anggota untuk aktif dalam proses kegiatan bermain. Mampu

9
memimpin Terapi bermain dengan baik dan tertib, serta menetralisir
bila ada masalah yang timbul dalam kelompok.
b. Co. Leader : Miza Seprina
Tugas
Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas
anak dan mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang.
c. Fasilitator : Feni Fadila, Ella Herliana, Ismawati, Edvina Novriani,
Ilhanda Putri, Rika Aprianti, Sahmidar, Jeri Ariyadi
Tugas
Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung, memotivasi
anak yang kurang aktif, membantu leader memfasilitasi peserta
untuk berperan aktif dan memfasilitasi peserta.
d. Observer : Deswa Fani Senya Putri & Leli Kurniawati
Tugas
Mengobservasi jalannya proses kegiatan, mencatat perilaku verbal
dan non verbal anak selama kegiatan berlangsung

K. Sistem evaluasi
Peserta terapi bermain mampu :
1. Peserta aktif dalam permainan
2. Peserta dapat mengikuti permainan dari awal sampai akhir
3. Peserta dapat mengepspresikan perasaanya
4. Peserta dapat mempraktekkan tata cara permainan

L. Setting tempat
Tempat yang akan dilaksanakan di ruang rawatan anak Azzahra RSI
Ibnu Sina (Yarsi) Payakumbuh.

: Pasien
: Orang Tua
: Fasilitator
: Leader
: Co-Leader

BAB IV
PENUTUP

10
A. Kesimpulan
Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan kesejahteraan anak
seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti
pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Bermain memiliki beberapa fungsi yaitu, meningkatkan perkembangan
sensoris-motorik, sebagai terapi, meningkatkan perkembangan sosial,
perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan
moral, dan perkembangan intelektual (kognitif).
Berdasarkan kategori bermain jenis permainan mewarnai ini merupakan
bermain aktif. Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang
dilakukan anak, apakah dalam bentuk kesenangan. Bermain aktif juga dapat
dilakukan dengan bermain peran misalnya bermain alat misalnya mewarnai
gambar, melipat kertas origami, puzzle, mobil-mobilan, menempel gambar,
bermain dokter-dokteran dan bermain dengan menebak kata (Hurlock, 2008).
Setelah dilakukan tindakan terapi bermaian ini diharapkan anak dapat
melanjutkan tumbuh kembang yang mormal pada saat sakit, mengekspresikan
perasaan, keinginan dan fantasi serta ide-idenya, mengembangkan kreativitas
dan kemampuan memecahkan masalah, dapat beradaptasi secara efektif
terhadap stress karena sakit dan di rawat di RS, serta mengurangi tingkat
kecemasan atau ketakutan yang dirasakan oleh anak-anak akibat hospitalisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Carson, dkk. (2012). The miracle of endorphin. Bandung: PT Mizan Pustaka.


Hidayat. (2008). Pengaruh Permainan pada Perkembangan Anak. Terdapat pada :
http://info. balitacerdas.com. Diakses pada tanggal 21 Desember 2009
Hurlock, Elizabeth B. (2008). Perkembangan Anak jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Sacharin, (2010).Tumbuh Kembang Anak, EGC : Jakarta

11
Wong, Whaley, Donna, L. (2009). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.
Jakarta: EGC

12

You might also like