You are on page 1of 29

PRESENTASI KASUS

SELULITIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Mengikuti Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kulit dan Kelamin
Di RSUD Panembahan Senopati Bantul

Diajukan Kepada Yth:


dr. Dwi Rini Marganingsih, M.Kes., Sp.KK

Diajukan Oleh :
Muhammad Satya Arrif Zulhani

20120310038 / 20164011033

SMF ILMU KULIT DAN KELAMIN


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
2018

1
LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS

SELULITIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Mengikuti Kepaniteraan Klinik Bagian Bagian Ilmu Kulit dan Kelamin
Di RSUD Panembahan Senopati Bantul

Disusun oleh:
Muhammad Satya Arrif Zulhani

20120310038 / 20164011033

Telah dipresentasikan dan disetujui pada:


Hari, Tanggal :

Mengetahui
Dosen Pembimbing Klinik

dr. Dwi Rini Marganingsih, M.Kes., Sp.KK

2
BAB I
PENDAHULUAN

Penyakit kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus, Streptococcus,


atau oleh keduanya disebut pioderma. Penyebab utamanya ialah
Staphylococcus aureus dan Streptococcus B hemolyticus, sedangkan
Staphylococcus epidermidis merupakan penghuni normal di kulit dan jarang
menyerang infeksi. Faktor predisposisi pioderma adalah higiene yang
kurang, menurunnya daya tahan tubuh, dan telah ada penyakit lain di kulit.
Salah satu bentuk pioderma adalah selulitis yang akan dibahas pada laporan
kasus ini (Djuanda, 2008).

Selulitis adalah peradangan akut terutama menyerang jaringan dermis


dan subkutis. Faktor risiko untuk terjadinya infeksi ini adalah trauma lokal
(robekan kulit), luka terbuka di kulit atau gangguan pembuluh vena maupun
pembuluh getah bening (Fitzpatrick, 2008). Lebih dari 40% penderita
selulitis memiliki penyakit sistemik (Pandaleke, 1997). Penyakit ini biasanya
didahului trauma, karena itu tempat predileksinya biasanya ditungkai bawah.
Gejala prodormal selulitis adalah demam dan malaise, kemudian diikuti
tanda-tanda peradangan yaitu bengkak (tumor), nyeri (dolor), kemerahan
(rubor), dan teraba hangat (kalor) pada area tersebut (Djuanda, 2008).

Prevalensi selulitis di seluruh dunia tidak diketahui secara pasti.


Sebuah studi tahun 2006 melaporkan insidensi selulitis di AS, sebesar 24,6
kasus per 1000 penduduk per tahun dengan insidensi terbesar pada pasien
laki-laki dan usia 45-64 tahun. Secara garis besar, terjadi peningkatan
kunjungan ke pusat kesehatan di Amerika Serikat akibat penyakit infeksi
kulit dan jaringan lunak kulit yaitu dari 32,1 menjadi 48,1 kasus per 1000
populasi dari 1997-2005 dan pada tahun 2005 mencapai 14,2 juta kasus

3
(Morris , 2008). Data rumah sakit di Inggris melaporkan kejadian selulitis
sebanyak 69.576 kasus pada tahun 2004-2005, selulitis di tungkai
menduduki peringkat pertama dengan jumlah 58.824 kasus. Data rumah sakit
di Australia melaporkan insidensi selulitis sebanyak 11,5 per 10.000 populasi
pada tahun 2001-2002. Di Spanyol dilaporkan 8,6% (122 pasien) dalam
periode 5 tahun menderita erysepelas dan selulitis. Banyak penelitian yang
melaporkan kasus terbanyak terjadi pada laki-laki, usia dekade keempat
hingga dekade kelima, dan lokasi tersering di ekstremitas bawah
(Pandaleke,1997).

4
BAB II

PRESENTASI KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Bp. M
No.RM : 62-21-**
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Kasihan Bantul
Usia : 73 Tahun
Pekerjaan : Pensiunan
Agama : Katolik
Pendidikan : SMA

B. ANAMNESA
1. Anamnesis
a. Keluhan Utama:
Nyeri dan bengkak pada luka di tungkai kiri
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poli kulit RSUD PS karena nyeri dan
bengkak pada luka di tungkai kirinya. Nyeri dan bengkak tersebut
juga meluas disekeliling luka tersebut. Awalnya ± 2 bulan yang
lalu pasien terjatuh dari tangga, kemudian tungkai kiri depan
pasien terbentur ujung tangga sehingga berdarah dan terbentuk
luka basah. Setelah itu pasien berobat ke puskesmas ±5 kali
namun keluhan tersebut tidak membaik, namun malah bertambah

5
nyeri, luka tidak kunjung kering, tungkai semakin bengkak dan
tampak kemerahan. Keluhan tersebut disertai dengan demam,
sedikit rasa gatal disekitar luka dan tidak enak badan 1 hari
sebelum datang ke rumah sakit. Keluhan lainnya seperti gatal,
baal, mati rasa, mual, muntah, batuk, pilek, pusing, gangguan
BAB dan BAK disangkal.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


1) Hipertensi (+)
2) Riwayat keluhan serupa disangkal
3) Riwayat alergi disangkal

d. Riwayat Penyakit Keluarga yang diturunkan


1) Riwayat Hipertensi (-)
2) Riwayat Diabetes Mellitus (-)
3) Riwayat penyakit asma disangkal
4) Riwayat penyakit alergi disangkal
5) Keluhan serupa disangkal

e. Data Sosial, Ekonomi, dan Linkungan.


Pasien pensiunan PNS. Tinggal dengan istri, anak, menantu
dan cucunya di rumahnya.

2. Anamnesis Sistem
A. Sistem saraf pusat : Demam (+), penurunan kesadaran (-)
B. Sistem kardiovaskuler : Sesak (-), pucat (-), kaki bengkak (-)
C. Sistem respiratori : Batuk (-), pilek (-), sesak nafas (-),
sering bersin (-)

6
D. Sistem urinaria : BAK normal dengan warna urin jernih
kekuningan tanpa rasa nyeri
E. Sistem gastrointestinal : Frekuensi BAB normal, konsistensi
normal
F. Sistem Anogenital : Genitalia tidak ada kelainan
G. Sistem Integumental : Terdapat luka basah, kemerahan dan
bengkak pada tungkai kaki kiri depan
H. Sistem musculoskeletal : Gerakan bebas aktif, lumpuh (-), nyeri
otot (+).
I. Sistem sensori : Mata memerah (-), mata gatal (-),
gangguan pengelihatan (-)

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kesan Umum
Kesan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah: 140/90 mmHg
Suhu : 37,50C
Nadi : 86x/menit.
Pernafasan : 20x/menit.
2. Pemeriksaan Generalisata: Tampak Baik
3. Pemeriksaan Kulit (foto UUK terlampir)
Pada region Cruris anterior sinistra, terdapat erosi dengan dasar
eritem, sebagian ditutupi krusta, dikelilingi patch eritema dengan
batas tidak tegas, bentuk tidak beraturan, dan edema, pada palpasi
didapatkan perabaan yang hangat, dengan nyeri tekan (+).

D. DIAGNOSIS BANDING

7
Selulitis
Erisepelas

E. DIAGNOSIS KERJA
Selulitis

F. PENATALAKSANAAN
a. Edukasi mengenai penyakit Selulitis dan menghindari faktor pencetus,
yaitu luka atau trauma.
b. Edukasi pasien untuk istirahat, tungkai bawah dan kaki yang terserang
ditinggikan
c. Rujuk ke spesialis kulit dan kelamin, beri tatalaksana awal.
d. Antibiotik untuk mengatasi infeksi bakteri, Cefadroxil 2x500mg
e. Analgesik dan antipiretik untuk mengurangi nyeri dan demam,
Paracetamol 2x500mg
f. Antihistamin untuk mengurangi rasa gatal, cetirizine 2x10 mg
g. Salep gabungan Fusidic Acid 2% 5gr dan gentamicin 5 gr dioleskan 2x
sehari.

8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Selulitis merupakan infeksi bakterial akut pada kulit. Infeksi
yang terjadi menyebar ke dalam hingga ke lapisan dermis dan sub
kutis. Infeksi ini biasanya didahului luka atau trauma dengan
penyebab tersering Streptococcus beta hemolitikus dan
Staphylococcus aureus. Pada anak usia di bawah 2 tahun dapat
disebabkan oleh Haemophilus influenza, keadaan anak akan tampak
sakit berat, sering disertai gangguan pernapasan bagian atas, dapat
pula diikuti bakterimia dan septikemia. Terdapat tanda-tanda
peradangan lokal pada lokasi infeksi seperti eritema, teraba hangat,
dan nyeri serta terjadi limfangitis dan sering bergejala sistemik
seperti demam dan peningkatan hitungan sel darah putih
(Herchline,2011). Selulitis yang mengalami supurasi disebut
flegmon, sedangkan bentuk selulitis superfisial yang mengenai
pembuluh limfe yang disebabkan oleh Streptokokus beta hemolitikus
grup A disebut erisepelas. Tidak ada perbedaan yang bersifat absolut
antara selulitis dan erisepelas yang disebabkan oleh Streptokokus
(Djuanda,2008).
Sebagian besar kasus selulitis dapat sembuh dengan
pengobatan antibiotik. Infeksi dapat menjadi berat dan menyebabkan
infeksi seluruh tubuh jika terlambat dalam memberikan pengobatan
(Morris, 2008).

9
Gambar 1: Anatomy of Skin and Soft Tissues and Different Types of
Skin and Soft-Tissue Infection

B. Epidemiologi
Selulitis dapat terjadi di semua usia, tersering pada usia di
bawah 3 tahun dan usia dekade keempat dan kelima. Insidensi pada
laki-laki lebih besar daripada perempuan dalam beberapa studi
epidemiologi. Insidensi selulitis ekstremitas masih menduduki
peringkat pertama. Terjadi peningkatan resiko selulitis seiring
meningkatnya usia, tetapi tidak ada hubungan dengan jenis kelamin
(Fitzpatrick, 2008)
C. Etiologi
Penyebab selulitis paling sering pada orang dewasa adalah
Staphylococcus aureus dan Streptokokus beta hemolitikus grup A
sedangkan penyebab selulitis pada anak adalah Haemophilus
influenza tipe b (Hib), Streptokokus beta hemolitikus grup A, dan

10
Staphylococcus aureus. Streptococcuss beta hemolitikus group B
adalah penyebab yang jarang pada selulitis. Selulitis pada orang
dewasa imunokompeten banyak disebabkan oleh Streptococcus
pyogenes dan Staphylococcus aureus sedangkan pada ulkus
diabetikum dan ulkus dekubitus biasanya disebabkan oleh organisme
campuran antara kokus gram positif dan gram negatif aerob maupun
anaerob. Bakteri mencapai dermis melalui jalur eksternal maupun
hematogen. Pada imunokompeten perlu ada kerusakan barrier kulit,
sedangkan pada imunokopromais lebih sering melalui aliran darah.
Onset timbulnya penyakit ini pada semua usia (Concheiro, 2009).

11
Tabel 1: Etiologi Soft Tissue Infection (STIs)

12
Gambar 2: Specific Anatomical Variants of Cellulitis and Causes of
Predisposition to the Condition (Concheiro, 2009).

D. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi erisepelas dan selulitis adalah: kaheksia,
diabetes melitus, malnutrisi, disgamaglobulinemia, alkoholisme, dan
keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh terutama bila
diseratai higiene yang jelek. Selulitis umumnya terjadi akibat
komplikasi suatu luka atau ulkus atau lesi kulit yang lain, namun
dapat terjadi secara mendadak pada kulit yang normal terutama pada
pasien dengan kondisi edema limfatik, penyakit ginjal kronik atau
hipostatik (Wolff, 2008).

E. Patofisiologi
Bakteri patogen yang menembus lapisan luar menimbulkan
infeksi pada permukaan kulit atau menimbulkan peradangan.
Penyakit infeksi sering berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi,

13
kejemuan atau orang tua pikun dan pada orang yang menderita
diabetes mellitus yang pengobatannya tidak adekuat (Fitzpatrick,
2008).
Setelah menembus lapisan luar kulit, infeksi akan menyebar
ke jaringan-jaringan dan menghancurkannya, hyaluronidase
memecah substansi polisakarida, fibrinolysin mencerna barrier fibrin,
dan lecithinase menghancurkan membran sel (Fitzpatrick, 2008).

Gambar .Skema patofisiologi

14
F. Gambaran Klinis
Gambaran klinis tergantung akut atau tidaknya infeksi.
Umumnya semua bentuk ditandai dengan kemerahan dengan batas
jelas, nyeri tekan dan bengkak. Penyebaran perluasan kemerahan
dapat timbul secara cepat di sekitar luka atau ulkus disertai dengan
demam dan lesu. Pada keadaan akut, kadang-kadang timbul bula.
Dapat dijumpai limfadenopati limfangitis. Tanpa pengobatan yang
efektif dapat terjadi supurasi lokal (flegmon, nekrosis atau gangren)
(Concheiro, 2009).
Selulitis biasanya didahului oleh gejala sistemik seperti
demam, menggigil, dan malaise. Daerah yang terkena terdapat 4
kardinal peradangan yaitu rubor (eritema), color (hangat), dolor
(nyeri) dan tumor (pembengkakan). Lesi tampak merah gelap, tidak
berbatas tegas pada tepi lesi tidak dapat diraba atau tidak meninggi.
Pada infeksi yang berat dapat ditemukan pula vesikel, bula, pustul,
atau jaringan neurotik. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening
regional dan limfangitis ascenden. Pada pemeriksaan darah tepi
biasanya ditemukan leukositosis (Concheiro, 2009).
Periode inkubasi sekitar beberapa hari, tidak terlalu lama.
Gejala prodormal berupa: malaise anoreksia; demam, menggigil dan
berkembang dengan cepat, sebelum menimbulkan gejala-gejala
khasnya. Pasien imunokompromais rentan mengalami infeksi walau
dengan patogen yang patogenisitas rendah. Terdapat gejala berupa
nyeri yang terlokalisasi dan nyeri tekan. Jika tidak diobati, gejala
akan menjalar ke sekitar lesi terutama ke proksimal. Kalau sering

15
residif di tempat yang sama dapat terjadi elefantiasis (Concheiro,
2009).
Lokasi selulitis pada anak biasanya di kepala dan leher,
sedangkan pada orang dewasa paling sering di ekstremitas karena
berhubungan dengan riwayat seringnya trauma di ekstremitas. Pada
penggunaan salah obat, sering berlokasi di lengan atas. Komplikasi
jarang ditemukan, tetapi termasuk glomerulonefritis akut (jika
disebabkan oleh strain nefritogenik streptococcus, limfadenitis,
endokarditis bakterial subakut). Kerusakan pembuluh limfe dapat
menyebabkan selulitis rekurens (Concheiro, 2009).

16
17
G. Diagnosis
Diagnosis selulitis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan klinis. Pada pemeriksaan klinis selulitis ditemukan
makula eritematous, tepi tidak meninggi, batas tidak jelas, edema,
infiltrat dan teraba panas, dapat disertai limfangitis dan limfadenitis.
Penderita biasanya demam dan dapat menjadi septikemia (Wolff,
2008).
Selulitis yang disebabkan oleh H. Influenza tampak sakit
berat, toksik dan sering disertai gejala infeksi traktus respiratorius
bagian atas bakteriemia dan septikemia (Concheiro, 2009). Lesi kulit
berwarna merah keabu-abuan, merah kebiru-biruan atau merah
keunguan. Lesi kebiru-biruan dapat juga ditemukan pada selulitis
yang disebabkan oleh Streptokokus pneumonia Pada pemeriksaan
darah tepi selulitis terdapat leukositosis (15.000-400.000) dengan
hitung jenis bergeser ke kiri (Wolff, 2008).

Gejala dan tanda Selulitis


Gejala prodormal : Demam, malaise, nyeri sendi dan menggigil
Daerah predileksi : Ekstremitas atas dan bawah, wajah, badan dan
genitalia
Makula eritematous : Eritema cerah
Tepi : Batas tidak tegas
Penonjolan : Tidak terlalu menonjol
Vesikel atau bula : Biasanya disertai dengan vesikel atau bula
Edema : Edema
Hangat : Tidak terlalu hangat
Fluktuasi : Fluktuasi
Tabel 1. Gejala dan tanda selulitis (Concheiro, 2009).
Pemeriksaan laboratorium sebenarnya tidak terlalu
dibutuhkan pada sebagian besar pasien dengan selulitis. Seperti
halnya pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan pencitraan juga tidak
terlalu dibutuhkan. Pada pemeriksaan darah lengkap, ditemukan

18
leukositosis pada selulitis penyerta penyakit berat, leukopenia juga
bisa ditemukan pada toxin-mediated cellulitis. ESR dan C-reactive
protein (CRP) juga sering meningkat terutama penyakit yang
membutuhkan perawatan rumah sakit dalam waktu lama. Pada
banyak kasus, pemeriksaan Gram dan kultur darah tidak terlalu
penting dan efektif (Concheiro, 2009).

H. Diagnosis Banding
Erisepelas, Deep thrombophlebitis, dermatitits statis,
dermatitis kontak, giant urticaria, insect bite (respons
hipersensitifitas), erupsi obat, eritema nodosum, eritema migran
(Lyme borreliosis), perivascular herpes zooster, acute Gout, Wells
syndrome (selulitis eosinofilik), Familial Mediterranean fever-
associated cellulitis like erythema, cutaneous anthrax, pyoderma
gangrenosum, sweet syndrome (acute febrile neutrophilic
dermatosis), Kawasaki disease, carcinoma erysipeloides (Eron,
2008).

I. Penatalaksanaan
Selulitis karena streptokokus diberi penisilin prokain G
600.000-2.000.000 IU IM selama 6 hari atau dengan pengobatan
secara oral dengan penisilin V 500 mg setiap 6 jam, selama 10-14
hari. Pada selulitis karena H. Influenza diberikan Ampicilin untuk
anak (3 bulan sampai 12 tahun) 100-200 mg/kg/d (150-300 mg), >12
tahun seperti dosis dewasa (Kertowigno, 2011).
Pada selulitis yang ternyata penyebabnya bukan
staphylococcus aureus penghasil penisilinase (non SAPP) dapat
diberi penisilin. Pada yang alergi terhadap penisilin, sebagai alternatif

19
digunakan eritromisin (dewasa: 250-500 gram peroral; anak-anak:
30-50 mg/kgbb/hari) tiap 6 jam selama 10 hari. Dapat juga digunakan
klindamisin (dewasa 300-450 mg/hari PO; anak-anak 16-20
mg/kgbb/hari). Pada yang penyebabnya SAPP selain eritromisin dan
klindamisin, juga dapat diberikan dikloksasilin 500 mg/hari secara
oral selama 7-10 hari (Swartz, 2004).

J. Komplikasi
Pada anak dan orang dewasa yang immunocompromised,
penyulit pada selulitis dapat berupa gangren, metastasis, abses dan
sepsis yang berat. Selulitis pada wajah merupakan indikator dini
terjadinya bakteriemia stafilokokus beta hemollitikus grup A, dapat
berakibat fatal karena mengakibatkan trombosis sinus cavernpsum
yang septik. Selulitis pada wajah dapat menyebabkan penyulit
intrakranial berupa meningitis (McNamara, 2007).

K. Prognosis
Perawatan biasanya berlangsung selama 7-10 hari. Selulitis
dapat menjadi parah jika telah kronis dan memiliki potensi mudah
terserang infeksi (immunosuppressed). Namun jika selulitisnya tidak
memiliki komplikasi atau tidak begitu rumit maka prognosisnya baik,
dengan terapi antibiotik memiliki keefektifan lebih dari 90% pada
pasien (Kertowigno, 2011)

20
BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien datang ke poli kulit RSUD PS karena nyeri dan bengkak pada
luka di tungkai kirinya. Nyeri dan bengkak tersebut juga meluas disekeliling
luka tersebut. Awalnya ± 2 bulan yang lalu pasien terjatuh dari tangga,
kemudian tungkai kiri depan pasien terbentur ujung tangga sehingga
berdarah dan terbentuk luka basah. Setelah itu pasien berobat ke puskesmas
±5 kali namun keluhan tersebut tidak membaik, namun malah bertambah
nyeri, luka tidak kunjung kering, tungkai semakin bengkak dan tampak
kemerahan. Keluhan tersebut disertai dengan demam, sedikit rasa gatal
disekitar luka dan tidak enak badan 1 hari sebelum datang ke rumah sakit.
Keluhan lainnya seperti gatal, baal, mati rasa, mual, muntah, batuk, pilek,
pusing, gangguan BAB dan BAK disangkal.
Pasien di diagnosis dengan selulitis, dimana diagnosis tersebut
ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik sesuai dengan karakteristik
khas dari selulitis. Selulitis sendiri diklasifikasikan menjadi beberapa jenis,
antara lain:
a) Selulitis sirkumsripta serous akut:
Selulitis yang terbatas pada daerah tertentu yaitu satu atau dua spasia fasial,
yang tidak jelas batasnya. Infeksi bakteri mengandung serous, konsistensinya
sangat lunak dan spongius. Penamaannya berdasarkan ruang anatomi atau
spasia yang terlibat.
b) Selulitis sirkumskripta supuratif/supurartif akut:
Prosesnya hampir sama denga selulitis sirkumkripta serous akut, hanya
infeksi bakteri tersebut juga mengandung suppurasi yang purulen. Penamaan
berdasarkan spasia yang dikenalnya. Jika terbentuk eksudat yang purulen,

21
mengindikasikan tubuh bertendensi membatasi penyebaran infeksi dan
mekanisme resistensi lokal tubuh dalam mengontrol infeksi.
c) Selulitis difus akut:
Dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu:
 Ludwig’s angina
 Selulitis yang berasal dari inframylohyoid
 Selulitis senator difus peripharingeal
 Selulitis fasialis difus
 Selulitis kronis yaitu suatu proses infeksi yang berjalan lambat karena
terbatasnya virulensi bakteri yang berasal dari fokus gigi
 Biasanya terjadi pada pasien dengan selulitis sirkumskripta yang tidak
mendapat perawatan yang adekuat atau tanpa drainase.
 Selulitis difus yang sering dijumpai adalah phelegmone/angina Ludwig’s.
Angina Ludwig’s merupakan suatu selulitis difus yang mengenai spasia
sublingual, submental dan sumandibular bilateral, kadang-kadang sampai
mengenai spasia pharyngeal (Wolff, 2008).

Selulitis dapat didiagnosis banding dengan erisipelas , namun pada


saat pemeriksaan status dermatologis didapatkan kemerahan berbatas tidak
tegas dan kebanyakan ada pustul ditengah kemerahan, sedangkan pada
erisipelas pada status dermatologis didapatkan eritema yang berwarna merah
cerah, berbatas tegas dan pinggiran meninggi dengan tanda-tanda radang
akut. Adapun perbedaan lain dari selulitis dan erisepelas secara lebih jelas
dapat dilihat pada tabel berikut ini (Griffin, 2016).

22
Gejala dan Tanda Erisipelas Selulitis

Gejala Prodormal Demam, malaise, nyeri sendi dan Demam, malaise, nyeri sendi dan
menggigil menggigil

Daerah Predileksi Ekstrimitas atas dan bawah, Ekstrimitas atas dan bawah, wajah,
wajah, badan dan genitalia badan dan genitalia

Makula eritematous Eritema terang, seperti buah cerry Eritema cerah


“red cerry”

Tepi Batas tegas Batas tidak tegas

Penonjolan Ada penonjolan Tidak terlalu menonjol

Vesikel atau Bula Biasanya disertai dengan vesikel Biasanya disertai dengan vesikel atau
atau bula bula

Edema Edema Edema

Hangat Hangat Tidak terlalu hangat

Fluktuasi - Fluktuasi

Tujuan pengobatan pada pasien ini adalah untuk memperpendek


perjalanan penyakit, mengurangi gejala klinis yang ada serta mencegah
komplikasi yang mungkin bisa saja muncul (Djuanda,2008). Penyakit ini
disebabkan oleh bakteri maka dari itu perlu diterapi dengan obat antibiotik,
salah satunya yaitu cefadroxil per oral, hal ini dimaksudkan untuk menekan
atau menghambat replikasi dari bakteri. Cefadroxil diberikan tiap 12 jam

23
karena pada golongan obat sefalosporin ini memiliki waktu paruh yang
cukup panjang sekitar 12 jam, sehinggan pemberiannya dapat diberikan/12
jam. Cefadroxil adalah antibiotik dengan spektrum luas. Obat ini digunakan
untuk mengatasi sejumlah infeksi akibat bakteri, seperti infeksi pada kulit,
saluran kemih, pernapasan, atau tenggorokan. Cefadroxil bekerja dengan
cara menghambat pembentukan dinding sel bakteri sehingga bakteri tidak
dapat bertahan hidup.
Paracetamol merupakan obat yang digunakan sebagai analgetic
(pereda nyeri) dan antipiretik (penurun panas/demam) yang juga dikenal
dengan nama acetaminophen. Cara kerja obat ini yang diketahui sekarang
adalah dengan cara menghambat kerja enzim cyclooxygenase (COX). Enzim
COX berperan pada pembentukan prostaglandin yaitu senyawa penyebab
nyeri. Dengan dihambatnya kerja enzim ini, maka jumlah prostaglandin pada
sistem saraf pusat menjadi berkurang sehingga respon tubuh terhadap nyeri
berkurang. Paracetamol menurunkan suhu tubuh dengan cara menurunkan
hipotalamus set-point di pusat pengendali suhu tubuh di otak. Dosis pada
dewasa atau anak > 12 tahun yaitu 3 – 4 x sehari 1 tablet.
Cetirizine adalah obat yang termasuk dalam golongan antihistamin,
mekanisme kerjanya adalah menghalangi zat kimia dalam tubuh yang
disebut histamin. Histamin adalah mediator kimia yang sering muncul pada
reaksi peradangan dan alergi, memiliki efek pada tubuh berupa kemerahan
pada kulit, gatal dan pembengkakan. Pada dewasa Cetirizine dapat diberikan
5 – 10 mg secara oral atau diminum sekali sehari.
Fuson Cream adalah sediaan topikal antibiotik yang digunakan untuk
mengobati infeksi kulit dan jaringan lunak yang ringan sampai sedang, salah
satunya untuk selulitis ini. Obat Fuson Cream mengandung zat aktif Fusidic
acid, suatu antibiotik yang efektif untuk mengobati infeksi yang disebabkan
terutama oleh bakteri gram positif seperti Staphylococcus, Streptococcus,

24
Corynebacterium, dan sebagian besar Clostridium. Pemakaian dari fuson
cream ini dapat dioleskan 3-4 x sehari sampai sembuh.

Gentamisin merupakan suatu antibiotika golongan aminoglikosida


yang aktif menghambat kuman-kuman gram-positif maupun kuman gram-
negatif termasuk kuman-kuman yang resisten terhadap antimikroba lain,
seperti Staphylococcus penghasil penisilinase; Pseudomonas aeruginosa;
Proteus; Klebsiella; E.coli. Mekanisme kerja berdasarkan penghambatan
sintesa protein. Gentamisin dalam salep untuk kulit dapat dioleskan pada
kulit yang sakit 3 – 4 kali sehari.
Selain diberikan medikamentosa juga harus diberikan edukasi kepada
pasien, seperti mendidik pasien mengenai kebersihan kulit yang tepat untuk
mencegah selulitis. Selain itu juga harus menghindari adanya trauma yang
dapat memicu selulitis. Setiap terdapat luka terbuka hendaknya pasien
diajarkan untuk mencuci luka tersebut setiap hari dengan air yang mengalir.
Mengingatkan pasien untuk selalu rutin mengoleskan krim atau salep
antibiotik. Beberapa studi menyebutkan ada yang menganjurkan perlunya
menutupi luka dengan perban. Hal ini dapat menjaga kebersihan luka dan
mencegah masuknya bakteri, namun harus mengganti perban secara teratur. Ganti
perban sekurang-kurangnya sehari sekali, atau ganti perban bila sudah kotor
atau basah. Waspada terhadap adanya infeksi awal selulitis. Bila terdapat
nyeri, bengkak dankemerahan, segera control atau periksakan diri ke dokter.

Sebelum terkena selulitis sebenarnya ada upaya pencegahan yang


dapat dilakukan untuk menghindari penyakit ini, anatara lain Penggunaan
stoking dapat membantu dalam selulitis dari ekstremitas bawah. Luka dan
erosi di kulit harus dicuci dan dijaga kebersihannya sementara menunggu
penyembuhan. Pasien dengan selulitis streptococcus berulang dapat dibantu
dengan penisilin G (250mg) atau eritromisin (250 mg). Jika episode berulang

25
selulitis diduga sekunder untuk tinea pedis obati dengan anti jamur topikal
atau sistemik.

Prognosis umumnya baik, bergantung pada kecepatan penanganan


dan kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi. Pada pasien ini prognosis
Quo ad vitam adalah bonam karena penyakit ini tidak mengancam jiwa,
sebab dari pemeriksaan fisik tidak ditemukan tanda-tanda komplikasi.
Prognosis Quo ad functionam adalah bonam karena fungsi bagian tubuh
yang terkena tidak terlalu terganggu. Prognosis Quo ad sanationam adalah
bonam karena dengan perawatan yang teliti dan memperhatikan higiene
memberi prognosis yang baik.

26
DAFTAR PUSTAKA

Concheiro J, Loureiro M, González-Vilas D, et al. 2009. Erysipelas and


cellulitis: a retrospective study of 122 cases. 100(10): 888-94
Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ketujuh. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2008
Eron LJ. 2008. Cellulitis and Soft-Tissue Infections. American College of
Physicians.
Fitzpatrick, Thomas B. Dermatology in General Medicine, seventh edition.
New York: McGrawHill: 2008
Griffin,C;et.al, Rook’s Textbook of Dermatology, Online Edition. New
York: mc Graw-Hil; 2016
Herchline TE. 2011. Cellulitis. Wright State University, Ohio, United State
of America.
Kertowigno S. 2011. 10 Besar Kelompok Penyakit Kulit. Unsri press,
Palembang, Indonesia, hal: 146-149
McNamara DR, Tleyjeh IM, Berbari EF, et al. 2007. Incidence of lower
extremity cellulitis: a population based stud in Olmsted county,
Minnesota. 82(7):817-21
Morris, AD. 2008. Cellulitis and erysipelas. University Hospital of Wales,
Cardiff, UK. 1708
Pandaleke, HEJ. Erisipelas dan selulitis. Fakultas kedokteran Universitas
Samratulangi; Manado. Cermin Dunia Kedokteran No. 117, 1997
Swartz MN. 2004. Cellulitis. New England Journal of Medicine. 350:904-12
Wolff K, Johnson RA, Fitspatricks: color atlas and synopsis of clinically
dermatology. New York: McGrawHill. 2008

27
Lampiran 1 (Bapak M)

28
Lampiran 2 (Resep)

RSUD Panembahan Senopati Bantul

Bantul, 7 Maret 2018


R/Cefadroxil tab mg 500 No XV
S 2 dd tab I
________________________________
R/Paracetamol tab mg 500 No XV
S 2 dd tab I
________________________________
R/Cetirizine tab mg 5 No XV
S 2 dd tab I
________________________________

Fuson cream 2% gr 5
Gentamicin gr 5
Mfla zalf da in pot
S 2 dd ue (pagi malam)
________________________________

Pro: bp. M
Usia: 73 thn

29

You might also like