You are on page 1of 13

SEGMENTASI CITRA DAUN TEMBAKAU BERBASIS

DETEKSI TEPI MENGGUNAKAN ALGORITMA CANNY

Mazid kamal, Ruri Suko Basuki, M.Kom


Teknik Informatika, Universitas Dian Nuswantoro Semarang

ABSTRAK
Tobacco quality has an important role in determining the quality of cigarette production. Tobacco consisting of various
grades or grade raw material that is blended to make cigarettes. The classification of tobacco leaves by a grader in charge of
measuring and analyzing the quality of tobacco that can be grouped into a certain grade. but a human characteristic grader
who frequently make mistakes caused by fatigue, emotional state, vision and lighting. Because of these factors is carried
tobacco leaf image segmentation based edge detection using tobacco Canny.Citra method originally performed pre-
processing to perform image segmentation to gain the edge of the veins. The next will be in its extraction to be recognized
based on the size, shape and texture to be classified and made application to determine the grade of tobacco leaf. Grade
classification generally starts from the process of data acquisition, pre-processing and post-processing. Canny edge
detection can detect the actual edges with minimum error rate, resulting in optimal image edges.

Keywords: tobacco leaf images, graders, segmentation, edge detection, Canny.

1. PENDAHULUAN grader yang tajam merupakan salah satu


1.1. Latar Belakang human characteristis yang dimilikinya, namun
Tembakau merupakan salah satu sifat manusiawi (seperti emosi, kelelahan, dll)
komoditas perdagangan penting di dunia yang dimilikinya juga dapat mempengaruhi
termasuk Indonesia. Produk utama yang kualitas pengklasifikasian[3], yang mana dapat
diperdagangkan adalah daun tembakau dan mengakibatkan efisiensi pengklasifikasian dan
rokok yang merupakan produk bernilai tinggi stabilitas grade tembakau tidak dapat dicapai.
dan berperan dalam perekonomian nasional, Secara konvensional, pengklasifikasian
yaitu salah satu sumber devisa, sumber kualitas grade tembakau dapat dilakukan
penerimaan pemerintah dan pajak (cukai), dengan dua faktor pendekatan, yaitu faktor
sumber pendapatan petani dan lapangan kerja internal dan eksternal [4]. Faktor internal yaitu
masyarakat (usaha tani dan pengelolahan human sensory (lebih pada penciuman),
rokok) [1]. pengujian dengan test merokok, analisis kimia.
Tembakau lokal yang dibudidayakan Sedangkan faktor eksternal yaitu penglihatan
oleh rakyat maupun perkebunan perusahaan grader yang dimana penentuannya didasarkan
rokok di indonesia digolongkan menjadi 5 dari warna, kematangan, tekstur dari
jenis yaitu [2] ; 1). Tembakau Cerutu, 2). permukaan, ukuran dan bentuk dari daun
Tembakau Pipa, 3). Tembakau Sigaret, 4). tembakau.
Tembakau Asli / Rejangan, dan 5). Tembakau Dalam penelitian ini, faktor eksternal
Asepan. akan kami gunakan untuk mengklasifikasikan
Di Indonesia, Tembakau banyak di grade tembakau dengan mengkombinasikan
produksi dan digunakan oleh perusahaan rokok dengan teknologi pengolahan citra. Tahapan
yang sebagian besar adalah produsen rokok untuk melakukan pengklasifikasian grade
sigaret. Oleh karena itu, kualitas tembakau dimulai dari proses akuisisi data, pre-
menjadi faktor utama dalam pembuatan jenis processing dan post processing. Deteksi tepi
rokok sigaret. Tembakau terdiri dari berbagai yang merupakan salah satu tekhnik pre-
kelas atau grade. Pengklasifikasian kelas ini processing dalam pengolahan citra dibutuhkan
merupakan aspek penting untuk menunjang untuk analisis citra daun. Proses tersebut
stabilnya kualitas dan citarasa rokok sigaret bertujuan untuk meningkatkan penampakan
yang akan dihasilkan sebelum proses produksi. garis pada citra sehingga prosesnya
Pengklasifikasian daun tembakau mempunyai sifat differensiasi atau
dilakukan oleh seorang ahli tembakau yang memperkuat komponen frekuensi tinggi.
biasa disebut grader yang bertugas mengukur Dengan adanya tepi, dapat dikenali bentuk
dan menganalisa kualitas tembakau agar dapat dasar suatu objek. Dalam pendeteksian tepi
dikelompokkan menjadi grade tertentu. terdapat beberapa teknik yang dipakai.
Kemampuan penciuman dan penglihatan Masing-masing teknik memiliki tingkat akurasi
yang disesuaikan dengan algoritma yang 2. Tembakau Temanggung, penghasil
digunakan. Dalam tugas akhir ini akan tembakau rajangan untuk sigaret.
diterapkan teknik pendeteksian tepi daun 3. Tembakau Vorstenlanden (Yogya-Klaten-
tembakau dalam proses pre-processing Solo), penghasil tembakau untuk cerutu.
dengan menggunakan algoritma Canny. 4. Tembakau Besuki, penghasil tembakau
srintil untuk sigaret.
1.2. Rumusan Masalah 5. Tembakau Madura, penghasil tembakau
Berawal dari uraian di atas, untuk sigaret.
permasalahan penelitian dapat dirumuskan 6. Tembakau Jember, penghasil tembakau
sebagai berikut : kasturi untuk sigaret.
1. Gambar citra daun tembakau asli hasil 7. Tembakau Bojonegoro, penghasil tembakau
aquisi belum dapat digunakan langsung sigaret.
untuk keperluan proses klasifikasi. 8. Tembakau Lombok Timur, penghasil
2. Proses segmentasi diperlukan untuk tembakau untuk sigaret.
mempersiapkan data agar proses
klasifikasi dapat tercapai akurasinya Tanaman tembakau memiliki letak-
secara keseluruhan. letak daun yang menunjukkan grade atau kelas
3. Untuk melakukan separasi daun tembakau daun tembakau [7]. Daun yang terbaik berada
digunakan deteksi tepi “Canny” sehingga di bagian atas pohon atau daun muda. Daun
ditentukan bentuk daun tembakau. paling bawah atau biasa disebut daun tanah
atau daun koseran atau flying (X) adalah daun
1.3. Tujuan Penelitian dengan grade kelas C. Daun kaki atau lug atau
Berdasarkan perumusan masalah dan cutter (C) adalah daun dengan grade kelas B.
pembatasan masalah, maka dapat Daun dengan grade kelas A yaitu kelas terbaik
dideskripsikan tujuan dari penulisan skripsi ada di 2 posisi yaitu posisi daun tengah atau
yaitu : leaf (B) dan posisi daun pucuk atau tips (T).
1. Melakukan pre-processing citra asli daun Daun tembakau memiliki 4 warna
tembakau yang akan digunakan untuk utama yaitu kekuningan (L), coklat (F), merah
proses pengklasifikasian. (R) dan kehijauan (V). Setiap grade daun
2. Pre-processing dilakukan dengan cara tembakau masih dibedakan lagi melalui
segmentasi citra daun tembakau agar tingkatan kualitas dengan nilai paling baik
diketahui bentuk dan daun tembakau yang adalah 1 sampai nilai 5 yaitu kualitas kurang
sebenarnya. yang didasarkan dari keseragaman warna pada
3. Proses segmentasi dilakukan dengan seluruh daun, ukuran, bentuk, dan tekstur
metode deteksi tepi “Canny” permukaannya. Berikut adalah gambar
tanaman tembakau dan pembagian tiap-tiap
2. TINJAUAN PUSTAKA grade atau kelasnya:
2.1. Tembakau
Tembakau merupakan salah satu
komoditas perkebunan penting di Indonesia
yang berasal dari Amerika Selatan. Tanaman
ini ditemukan di Indonesia sekitar abad ke-16
yang dibawa oleh bangsa Portugis dan
Spanyol. Pertama kali tanaman tembakau di
tanam di pulau Jawa tahun 1609, kemudian
mulai menyebar ke pulau-pulau lainnya[5].
Di indonesia, hanya terdapat di daerah-
daerah tertentu saja yang memiliki kualitas
tembakau yang baik dan komersial. Lokasi
penanaman dan pengolahan pasca panen
sangat menentukan hasil kualitas tembakau
tersebut.. Berikut adalah jenis-jenis tembakau
berdasarkan tempat penghasilnya[6];
1. Tembakau Deli, penghasil tembakau cerutu. Gambar 2.1: Tanaman Tembakau
Tembakau sebagai bahan baku rokok 2. Mengolah informasi yang terdapat pada
ini memerlukan proses pemetikan daun yang suatu gambar untuk keperluan pengenalan
benar dan tepat, baik tepat waktu, cara dan objek secara otomatis.
kriteria kematangan daun yang dipanen.
Tembakau memiliki daun sebanyak 26 sampai Proses
Citra pengolahan Enhance
32 helai. Pemilihan daun tembakau yang baik Asli Citra
citra
atau sempurna bisa dilakukan melalui tes
aroma, kematangan berdasarkan warna,
kesempurnaan bentuk dan teksturnya[8]. Gambar 2.2 : Proses Pengolahan Citra
Dalam penelitian ini pemilihan daun tembakau
difokuskan pada bentuk daunnya. 2.4. Segmentasi Citra
Sebelum ekstraksi fitur bentuk, data Segmentasi merupakan tahapan pada
mengenai tepi daun tembakau harus diperoleh proses analisis citra yang bertujuan untuk
terlebih dahulu. Penelitian tentang deteksi tepi memperoleh informasi yang ada dalam citra
sangat popular dalam computer vision. tersebut dengan membagi ke dalam daerah –
Beberapa deteksi tepi yang telah daerah terpisah dimana setiap daerah adalah
dikembangkan yaitu operator Sobel, operator homogen dan mengacu pada sebuah kriteria
Prewitt, operator Robert, operator Canny, dan keseragaman yang jelas dan harus tepat agar
lain-lain. Di dalam penelitian ini lebih informasi yang terkandung didalamnya dapat
ditekankan pada penggunakan operator Canny diterjemahkan dengan baik. Segmentasi harus
dimana operator tersebut memberikan hasil diberhentikan apabila masing-masing obyek
yang lebih baik, karena dengan operator Canny telah terisolasi atau terlihat dengan jelas.
dihasilkan dari jarak yang minimum antara tepi Tingkat keakurasiannya tergantung pada
yang dideteksi dengan tepi yang asli, sekaligus tingkat keberhasilan prosedur analisis yang
juga memberikan fleksibilitas yang sangat dilakukan dan diharapkan proses segmentasi
tinggi dalam hal menentukan tingkat deteksi memiliki tingkat keakuratan yang tinggi[13].
ketebalan tepi sesuai yang diinginkan[9].
2.5. Konvolusi
2.2. Citra Digital Konvolusi adalah salah satu proses
Citra (image) adalah gambar pada filtering image yang sering dilakukan pada
bidang dua dimensi. Dalam tinjauan proses pengolahan gambar. Pada MATLAB
matematis, citra merupakan fungsi kontinu dari terdapat banyak sekali cara yang dapat
intensitas cahaya pada bidang dua dimensi. dilakukan untuk melakukan proses konvolusi.
Ketika sumber cahaya menerangi objek, objek Proses konvolusi dilakukan dengan
memantulkan kembali sebagian cahaya menggunakan matriks yang biasa disebut mask
tersebut. Pantulan ini ditangkap oleh alat-alat yaitu matriks yang berjalan sepanjang proses
pengindera optik, misalnya mata manusia, dan digunakan untuk menghitung nilai
kamera, scanner dan sebagainya. Bayangan representasi lokal dari beberapa piksel pada
objek tersebut akan terekam sesuai intensitas image[13].
pantulan cahaya. Ketika alat optik yang
merekam pantulan cahaya itu merupakan 2.6. Deteksi Tepi Canny
mesin digital, misalnya kamera digital, maka Pendeteksian tepi merupakan langkah
citra yang dihasilkan merupakan citra digital. pertama untuk melingkupi informasi di dalam
Pada citra digital, kontinuitas intensitas cahaya citra. Tepi mencirikan batas-batas objek dan
dikuantisasi sesuai resolusi alat perekam[10]. karena itu tepi berguna untuk proses
segmentasi dan identifikasi di dalam citra.
2.3. Pengolahan Citra Digital Tujuan pendeteksian tepi adalah untuk
Pengolahan citra digital merupakan meningkatkan penampakan garis batas suatu
proses yang bertujuan untuk memanipulasi dan daerah atau objek di dalam citra. Yang
menganalisis citra dengan bantuan komputer. dimaksudkan dengan tepi (edge) adalah
Pengolahan citra digital dapat dikelompokkan perubahan nilai intensitas derajat keabuan yang
dalam dua jenis kegiatan: mendadak (besar) dalam jarak yang singkat.
1. Memperbaiki kualitas suatu gambar, Metode canny merupakan salah satu
sehingga dapat lebih mudah diinterpretasi algoritma deteksi tepi. Deteksi tepi Canny
oleh mata manusia. ditemukan oleh Marr dan Hildreth yang
meneliti pemodelan persepsi visual manusia. 3. Menentukan arah tepian yang ditemukan
Dalam memodelkan pendeteksi tepi, dia dengan menggunakan rumus sebagai
menggunakan ideal step edge, yang berikut.
direpresentasikan dengan fungsi Sign satu 𝐺𝑦
𝜃 = arctan
dimensi. Pendekatan algoritma Canny 𝐺𝑥
dilakukan dengan konvolusi fungsi image Selanjutnya membagi kedalam 4 warna
dengan operator gaussian dan turunan- sehingga garis dengan arah berbeda dan
turunannya [15]. memiliki warna yang berbeda.
Pembagiannya adalah 0 – 22.5 dan 157,5 –
Ada beberapa kriteria pendeteksi 180 derajat berwarna kuning, 22,5 – 67,5
tepian paling optimum yang dapat dipenuhi berwara hijau, dan derajat 67,5 – 157,5
oleh algoritma Canny [16]: berwarna merah.
1. Mendeteksi dengan baik (kriteria deteksi) 4. Memperkecil garis tepi yang muncul
Kemampuan untuk meletakkan dan dengan menerapkan nonmaximum
menandai semua tepi yang ada sesuai suppression sehingga menghasilkan garis
dengan pemilihan parameter-parameter tepian yang lebih ramping.
konvolusi yang dilakukan. Sekaligus juga 5. Langkah terakhir adaah binerisasi dengan
memberikan fleksibilitas yang sangat tinggi menerapkan dua buah tresholding. Gambar
dalam hal menentukan tingkat deteksi berikut ini akan menunjukkan bentuk citra
ketebalan tepi sesuai yang diinginkan. sebelum pemprosesan (a) dan sesudah
2. Melokalisasi dengan baik (kriteria pemprosesan (b). Citra yang digunakan
lokalisasi) adalah citra grayscale dengan nilai treshold
Dengan Canny dimungkinkan dihasilkan 0.05.
jarak yang minimum antara tepi yang
dideteksi dengan tepi yang asli.
3. Respon yang jelas (kriteria respon)
Hanya ada satu respon untuk tiap tepi.
Sehingga mudah dideteksi dan tidak
menimbulkan kerancuan pada pengolahan
citra selanjutnya.

Langkah-langkah dalam melakukan deteksi (a)


tepi canny [17]:
1. Menghilangkan derau yang ada pada citra (b)
dengan mengimplementasikan tapis
Gaussian. Proses ini akan menghasilkan Gambar 2.3 : Deteksi tepi Canny (a) Citra
citra yang tampak sedikit buram. Hal ini awal (b) Citra hasil
dimaksudkan untuk mendapatkan tepian
citra yang sebenarnya. Bila tidak dilakukan
maka garis-garis halus juga akan dideteksi 3. METODE PENELITIAN
sebagai tepian. Berikut ini adalah salah satu 3.1. Diagram Alur Penelitian
contoh tapis Gaussian dengan 𝜎 = 1.4. Tahapan penelitian segmentasi citra pada daun
tembakau menggunakan deteksi tepi canny
2 4 5 4 2 dapat dijabarkan dalam bagan sebagai berikut :
1 4 9 12 9 4
5 12 15 12 5
159 4 9 12 9 4
2 4 5 4 2

2. Melakukan deteksi tepi dengan salah satu


operator deteksi tepi seperti Roberts,
Prewitt, atau Sobel dengan melakukan
pencarian secara horisontal (Gx) dan secara
vertikal (Gy).
4. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
4.1. Akuisisi Data
Proses akuisisi bertujuan untuk
memperoleh citra daun tembakau. Akusisi data
dilakukan dengan memotret daun tembakau
menggunakan kamera digital. Data yang telah
diperoleh akan diolah untuk proses segmentasi
deteksi tepi.
Proses akuisisi citra daun tembakau
dilakukan dengan alat serta pengaturan
standartnya sebagai berikut :
1. Kamera
kamera yang digunakan dalam pemotretan
adalah kamera DSLR Canon EOS. Mode
Pengaturan : Manual, ISO Speed : 800.
2. Tripod
Tripod digunakan sebagai penopang
kamera dalam pemotretan
3. Kain warna merah
Kain warna merah digunakan sebagai
alas/background dalam proses pemotretan
citra daun tembakau.
4. Sudut kemiringan / Angle Shot
Proses pengambilan citra tembakau
dilakukan dengan sudut kemiringan/angle
shot : 20o.
Gambar 3.1 : Diagram Proses Segmentasi Citra
5. Jarak pengambilan gambar
Daun Tembakau
Proses pengambilan citra tembakau
dilakukan dengan jarak antara kamera
3.2. Teknik Analisis Data
dengan objek(daun tembakau) : 70 cm.
Dalam penelitian ini, analisa bersifat
Citra daun disini adalah foto daun
kuantitatif yaitu melakukan pengujian
tembakau yang diambil minimal dari 10
menggunakan Mean Squared Error (MSE)
sempel daun yang telah diberi label.
untuk mengetahui rata-rata kuadrat nilai
Berikut adalah data citra daun
kesalahan antara citra asli dengan citra hasil
tembakau yang telah diperoleh :
segmentasi. Secara matematis MSE dapat
dirumuskan :
1 𝑀 𝑁
MSE = 𝑀𝑁 𝑥=1 𝑦=1[𝑓 𝑥, 𝑦 − 𝑔 𝑥, 𝑦 ]2

Dimana :
f(x, y) = nilai piksel citra asli.
g(x, y) = nilai piksil citra hasil segmentasi.
M, N = dimensi citra = dimensi citra

(a) (b)
Gambar 4.1 : (a,b) Citra Asli Daun Tembakau
dan pixelnya
4.2. Pemisahan Background
Data yang telah diperoleh, selanjutnya
akan diproses guna memisahkan antara
foreground(daun tembakau) dan background-
nya (kain berwarna merah). Pemisahan
background dilakukan supaya mempermudah
proses segmentasi.Dalam hal ini kain merah
dilakukan dengan mengganti nilai piksel
dimana piksel yang memiliki nilai warna
merah lebih besar dari nilai warna hijau dan
biru (Citra RGB) akan dirubah menjadi hitam
atau nilainya piksel-nya menjadi 0 untuk nilai
tiap warna, sedangkan piksel yang memiliki
nilai warna merah lebih kecil dari nilai warna
hijau dan biru nilai pikselnya tidak
berubah/tetap.

(b)
Gambar 4.3 : (a,b) Image Tembakau Setelah
Grayscale Beserta Matrik pixelnya

4.4. Gaussian Filter


Tidak dapat dipungkiri bahwa citra
yang diambil dari sebuah kamera akan
(a) (b) mengandung beberapa noise. Untuk
Gambar 4.2 : (a,b) Image Tembakau setelah mencegah kesalahan deteksi tepi karena
pemisahan Background noise, maka noise tersebut harus dikurangi. Hal
ini dapat dilakukan dengan proses
smoothing atau juga disebut filtering. Oleh
4.3. Konversi Grayscale karena itu pertama kali harus dilakukan
Setelah dilakukan pemisahan smoothing pada citra. Biasanya teknik yang
background, citra gambar yang berupa citra digunakan pada tahap ini adalah filter
warna (RGB) akan akan diubah menjadi citra Gaussian. Contoh hasil smoothing
aras keabuan / grayscale. Proses konversi citra menggunakan filter Gaussian dengan standart
daun tembakau (RGB) ke grayscale dilakukan deviasi=1.4 ditunjukkan pada Gambar 4.5.
dengan menggunakan fungsi rgb2gray yang
sudah ada pada MATLAB. Tabel 4.1 : Kernel Gaussian
2 4 5 4 2
𝟏 4 9 12 9 4
5 12 15 12 5
𝟏𝟓𝟗
4 9 12 9 4
2 4 5 4 2

. (a)
Sx = (a2 + ca3 + a4) – (a0 + ca7 + a6), dengan
c sebagai konstanta = 2.
Atau dalam mask/kernel

2. Menghitung nilai dari y-gradien


Sy = (a0 + ca1 + a2) – (a6+ ca5 + a4), dengan
c sebagai konstanta = 2..
Atau dalam mask/kernel
(a)

3. Menghitung nilai gradient magnitude


|S| = 𝑆𝑥 2 + 𝑆𝑦 2

Diambil satu sampel objek daun


tembakau untuk dilakukan penghitungan
matrik dengan menggunakan kernel metode
sobel 3 X 3. Disini dilakukan pengambilan
data matrik 10 X 10 dari image gaussian filter
yang dimulai dari pixel (151, 135) 90

(b)
Gambar 4.4 : (a,b) Image Tembakau Setelah
Gaussian Filter Beserta Matrik Pixelnya

4.5. Deteksi Tepi Sobel


Metode sobel menggunakan matrik 3 x
3 dan susunan piksel-pikselnya disekitar piksel
(x, y) seperti bagan berikut :

Dari diagram alir yang telah dijabarkan (a)


sebelumnya, maka dapat dijelaskan proses
deteksi tepi dengan metode sobel adalah
sebagai berikut :
1. Menghitung nilai dari x-gradien
Gambar 4.6 : Pembagian Sudut Gradien
Penentu Arah
Selanjutnya menentukan sudut gradien
(b) dengan cara membagi kedalam 4 arah,
Gambar 4.5 : (a,b) Image Tembakau Setelah pembagiannya adalah :
Proses Deteksi Tepi Sobel dan pixelnya a) Jika theta > 0 dan theta < 22.5 atau
theta > 157.5 dan theta < -157.5 maka
4.6. Menghitung Arah Tepian (theta/ θ) 0
Menghitung arah tepian dengan b) Jika theta > 22.5 dan theta < 67.5 atau
memanfaatkan dua buah template edge arah theta > -157.5 dan theta < -112.5 maka
horizontal(Sx) dan vertikal(Sy) pada operator 45
sobel. Proses tersebut gambar terlihat telah c) Jika theta > 67.5 dan theta < 112.5 atau
menunjukkan tepinya dengan cukup jelas, theta > -112.5 dan theta < -67.5 maka
namun demikian, tepi-tepinya terlalu lebar 90
sehingga tidak menunjukkan dimana Jika theta > 112.5 dan theta < 157.5 atau
tepatnya tepi-tepinya. Untuk mengatasi hal theta > -67.5 dan theta < -22.5 maka 135
tersebut, arah tepi harus ditentukan dengan
menggunakan persamaan: Tabel 4.3 : Hasil Penentuan Sudut Dari
𝑆𝑦 Perhitungan Arctangen
θ= tan-1
𝑆𝑥
hasil perhitungan arah tepian dijabarkan dalam
table berikut :

Tabel 4.2 : Hasil Perhitungan Arah Tepian


4.7. Non-Maximum Supression 4.8. Hysteresis Thresholding
Langkah selanjutnya adalah Hasil dari langkah non-maximum
membuang potensi gradien di suatu piksel dari suppression adalah citra yang berisi kandidat
kandidat edge, jika piksel tersebut bukan edge serta intensitas dari kekuatan edge di
merupakan maksimal lokal pada arah edge posisi piksel tersebut. Langkah terakhir adalah
di posisi piksel tersebut (disinilah arah thresholding atau klasifikasi tiap piksel apakah
gradien diperlukan). Tujuan dari langkah ini termasuk dalam kategori piksel tepi atau
adalah untuk mengubah tepi yang “kabur” bukan.
pada citra gradien menjadi tepi yang “tajam”. Sederhananya hysteresis thresholding
lalu menetukan arah gradien terdekat sesuai bertujuan untuk klasifikasi dua buah nilai
dengan arah 8 ketetanggaan. Selanjutnya High-threshold dan Low-Threshold. suatu
besar gradien piksel (x,y) dengan besar piksel untuk disahkan atau tidak sebagai piksel
piksel pada titik dari dua arah yg tepi jika nilainya lebih besar atau sama dengan
ditentukan pada langkah sebelumnya. Jika ambang batas tersebut. thresholding tidak
besar gradien piksel (x,y) lebih besar dari dilakukan secara langsung berdasarkan besar
kedua titik tadi,maka piksel tersebut gradien piksel. Standarisasi lokal tiap-tiap
dipertahankan. Tetapi jika gradiennya lebih piksel dengan arah 8 ketetanggaan dilakukan
kecil dari salah satu saja dari kedua titik tadi, sebelum thresholding. Selanjutnya penentuan
maka piksel tersebut diubah menjadi 0. tepi dilakukan dengan cara mengganti pixel
angka 0 atau 1 jika telah melewati syarat
ambang batas yang ditentukan. Dalam hal ini
penulis menentukan ambang batas atas(th) =
0.2, dan ambang batas bawah (tl)= 0.1, dengan
Perhitungannya sebagai berikut :
a. Jika pixel > th maka 0
b. Jika pixel >= tl dan pixel <= th maka 1
c. Jika pixel < tl maka 0
Pada proses ini juga dilakukan
pengecekan pada pixel dari 8 arah tetangganya.
Sehingga pixel image hanya sebagai 0 atau 1.

(a)

(a)

(b)
Gambar 4.7 : (a,b) Image setelah Proses Non-
maximum Supression dan pixelnya
4

(b)

Gambar 4.8 : (a,b) Image setelah Proses 6


Hysteresis Thresholding
Dan Hasil Canny

Tabel 4.4 : Hasil Hasil Deteksi Tepi Canny

No Citra Asli Citra Hasil Deteksi


Tepi Canny
1
7

2
8

3
9
10 Tabel 4.5 : Tabel Nilai MSE
No Image Nilai MSE
1 tembakau1 0.1174
2 tembakau2 0.1194
3 tembakau3 0.1186
4 tembakau4 0.1023
5 tembakau5 0.1094
6 tembakau6 0.1294
7 tembakau7 0.1115
8 tembakau8 0.1115
4.9. Tahap Evaluasi 9 tembakau9 0.1102
Tahap Evaluasi dilakukan dengan 10 tembakau10 0.0800
pengujian untuk menilai tingkat akurasi
metode yang dipilih untuk proses segmentasi
citra daun tembakau.
a. Mean Squared Error (MSE)
Pengujian dilakukan dengan
menggunakan Mean Squared Error
(MSE) untuk mengetahui rata-rata
kuadrat nilai kesalahan antara citra
sebelum segmentasi dengan citra hasil
segmentasi. Secara matematis MSE
dapat dirumuskan :

1 𝑀 𝑁 Gambar 4.9 : Pengukuran Nilai MSE


MSE = 𝑀 𝑁 𝑥=1 𝑦=1[𝑓 𝑥, 𝑦 − 𝑔 𝑥, 𝑦 ]2
b. Waktu Proses
Dimana :
Selain melakukan pengukuran terhadap
f(x, y) = nilai piksel citra referensi. tingkat akurasi image, waktu proses
g(x, y) = nilai piksil citra hasil
deteksi tepi juga di ukur dengan 3 kali
segmentasi.
iterasi. Hasil pengukuran ditunjukkan
M, N = dimensi citra.
dalam tabel dan grafik dibawah ini:
Proses perhitungan Mean Squared Error Tabel 4.6 : Tabel Waktu Proses Deteksi Tepi
(MSE) :
1. Menghitung selisih nilai piksel citra No Image Masukan Waktu Proses
referensi dengan nilai piksel citra 1 tembakau1.jpg 2.0646
hasil segmentasi kemudian 2 tembakau2.jpg 2.0916
dikuadratkan untuk setiap piksel. 3 tembakau3.jpg 2.0671
2. Menjumlakan hasil dari 4 tembakau4.jpg 2.0725
5 tembakau5.jpg 2.0769
perhitungan diatas.
6 tembakau6.jpg 2.0842
3. Menghitung dimensi citra. 7 tembakau7.jpg 2.0731
4. Hasil perhitungan pada no.2 8 tembakau8.jpg 2.0808
kemudian dibagi dengan jumlah 9 tembakau9.jpg 2.0955
dimensi no.3, maka akan dihasilkan 10 tembakau10.jpg 2.0773
nilai MSE
Hasil pengukuran ditunjukkan
dalam tabel 4.5 dan grafik pada gambar
4.9
2. Agar dalam proses pendeteksi tepi daun
lebih mudah dilakukan, maka proses
akuisisi citra daun tembakau sebaiknya
menggunakan warna background yang
berbeda dengan warna daun sehingga
pengedentifikasian daun lebih mudah
dikenali pendeteksi tepi.

Gambar 4.10 : Rata-rata Waktu Proses DAFTAR PUSTAKA


Deteksi Tepi Canny.
[1] Budiman A & Onghokham,”Rokok
5. PENUTUP Kretek dan Lintasan Sejarah dan
Dari hasil yang telah dicapai dalam
Artinya Bagi Pembangunan bangsa
pembuatan aplikasi sistem pakar ini, maka
dan Negara,” PT Djarum: Kudus,
penulis mencoba untuk memberikan
1997.
kesimpulan dan saran terhadap pengembangan
[2] Bambang Cahyono,”Tembakau
sistem pakar selanjutnya
Budidaya dan Analisis Usaha Tani,”
Yogyakarta: Kanisius, 1998.
5.1. Kesimpulan [3] Xinhong Zhang and Fan Zhang,
Berdasarkan hasil dari penelitian
"Images Features Extraction of
dalam pengerjaan Laporan Tugas Akhir ini,
Tobacco Leaves," IEEE Computer
dapat disimpulkan sebagai berikut :
Society, 2008.
1. Penggunaan metode canny pada deteksi tepi
[4] Fan Zhang and Xinhong Zhang,
daun tembakau merupakan langkah tepat,
"Classification and Quality Evaluation
karena pendeteksi tepi ini sangat optimum
of Tobacco Leaves Based on Image
dan menghasilkan pixel tepi minimum yang
Processing and Fuzzy Comprehensive
mendekati tepi sesungguhnya. Fiturnya
Evaluation," Computers and
dapat dikenali berdasarkan ukuran, bentuk
Electronics in Agriculture, February
dan tekstur maka hasilnya dapat dijadikan
2011.
dasar klasifikasi untuk dibuat aplikasi
[5] M. A. Shahin, E. W. Tollner, and R.
dalam menentukan grade daun tembakau.
W. McClendon, "Artificial Intelligence
2. Hasil percobaan dari penelitian 10 citra
Classifers for sorting Apples based on
masukkan yaitu citra tembakau memiliki
Watercore," 2001.
nilai MSE yang berbeda karenakan masing–
[6] Bambang Cahyono,”Tembakau
masing image masukan memiliki nilai pixel
Budidaya dan Analisis Usaha Tani,”
yang berbeda.
Yogyakarta: Kanisius, 1998.
3. Image masukkan (tembakau) memiliki nilai
[7] Tim Kim, Michael T Manry, and
rata-rata waktu proses yang berbeda,
Javier Maldonado, "New Learning
semakin besar pixel suatu image maka
Factor and Testing Methods for
semakin lama waktu proses yang diperoleh.
Conjugate Gradient Training
Namun apabila seluruh image terlebih
Algorithm" IEEE, pp. 2011-2016,
dahulu diresize dengan nilai tertentu
2003.
misalkan 256 X 256, maka hasil waktu rata-
[8] Abu Umar Basyir,”Mengapa Ragu
rata hampir mendekati kesamaan. Tinggalkan Rokok?,”Jakarta: Pustaka
5.2. Saran At-Tazkia, 2006.
Dalam penelitian ini masih terdapat [9] Edy Winarno,” Aplikasi Deteksi Tepi
banyak kekurangan, oleh karena itu beberapa pada Realtime Video menggunakan
saran yang dapat diberikan : Algoritma Canny Detection,” Jurnal
1. Proses akuisisi citra perlu direncanakan Tekhnologi Informasi Dinamik.
dengan baik, sebab hasil deteksi tepi sangat Universitas Stikubank,
dipengaruhi oleh kualitas citra akuisisi. Vol:16,No:1,Januari 2011.
[10] Rinaldi Munir,”Pengolahan Citra [14] Eri Prasetyo W,”Pengolahan Citra,”
Digital dengan Pendekatan Pusat Studi Mikroelektronika &
Algoritmik,” Informatika: Pengolahan Citra Universitas
Bandung,2004.. Gunadarma Jakarta, Juni 2008.
[11] Marvin Chandra Wijaya,”Pengolahan [15] Zhulian Lesmana,”, Analisis Suatu
Citra Digital Menggunakan Matlab Objek Wajah Dengan Sivp
Image Processing Toolbox,” Menggunakan Program Scilab”
Informatika: Bandung,2007. Universitas Gunadarma, 2011.
[12] Sutoyo, T,dkk,” Teori Pengolahan [16] Rinaldi Munir,”Pengolahan Citra
Citra Digital,” Penerbit Andi: Digital dengan Pendekatan
Yogyakarta,2009. Algoritmik,” Informatika:
[13] Darma Putra,”Pengolahan Citra Bandung,2004.
Digital,”Yogyakarta: Andi
Offset,2010.

You might also like