You are on page 1of 11

Medir Pctcmatul Agustus 2005, hlm. 52-62 Vol. 2t No.

2
rssN 0126.0472
Tcrakredit.si SK Dikti No: 26lDtKTl/K.pn005

Kajian Antibakteri Temulawak, Jahe dan Bawang Putih terhadap


Salmonella lyphimuriam serta Pengaruh Bawang Putih terhadap
Performans dan Respon Imun Ayam Pedaging

I( G Wiryewan', S. Suharti'& M. Bintangb


'Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Petemakan IPB
Jl. Agatis Kampus IPB Darmag& Fakultas Peternakarl IPB Bogor 16680
bDepartemen Biokimia, Fakultas Matematika dan llmu Pengetahuan Alam IPB
(Diterima 9-03-2005; disetujui 2 I -07-2005)

ABSTRACT

This research was condrrcted to investigate the antibacterial activity ofpowder oftemulalvalq
ginger and garlic to S.q'phintriunwrngmodified agar well method. heliminary study strowed
ttrat garlic porvder had the best antibacterial activity, thereforc it was fwtlrriest€d in a feeding tial
to e\.aluare the efect on grrowth perfomrmce and immrme rcsponse in broiler chicken challenged
tvith S. typhimtium(SQ. Experimenal rcahents were ananged in Completely Randornized
Design with fourfieatnent andthree replications (Negative contol, positive contol, garlic powder
and tetracycline). Seventy-two Day-Old-Chickens with body weight 46,7 g strain "Hubbard
Wonokoyo" were used in a 28 days experiment. Broiler chickens were fed garlic powder and
tetracycline diets for l0 days and then challenged orally with ST 4,1 x l0rr cfu. Body weight,
feed intake and salmonella colony in faeces were monitored. Blood serum was collected at l8d
after infection. Results indicated that there was no significant effect ofgarlic powder on body
weight and feed intake, but feed intake tended to decr€ase. However, H conversion ratio of
ration with gar{ic pouderwas beter tlranrdiots with tetracyclhe and other teatnenb. Salmon€lla
population in faeces also decreased with addition of grlic powder in diets- Total protein serum
uas innrrncea Uydisease 6[1alenggd" S€runirnmnoglotulin(grnrna$ohlin)wasnotinfluerrced
by disease challenged, but addition garlic powder in diet tended to increase gamma-globulin
concentration. It can be concluded that garlic powder has antibacterial activity to S.typhimuriwr.
Furthermore, this result indicated that some beneficial effect ofdietary garlic powder at 2,5%
supplementation on growth performance and no effect on immune response in the presence of
ST-challenge.

Key words : antibacterial, temulan ak, ginger; garlic, Salmonella, chickcn

PEIIDAHTJLUAI\ (Yelinget al.,2D2). Infeksi Salmonella pada ryam


berumur di atas 3 minggu jarang menimbulkan
Salmonella typhimurium dan Salmone lla geiala klinits dan Aram'mi alwl,manj&i c trier yang

ent e r it i di s adalah dua spesies Salmonella yang dapatmenula*anpen:yakitpadamanusia Infeksi


biasanya menyerang unggas berumur kurang dari Salmonella dapat mengakibatkan ketidak-
10 hari dengan tingkat kematian mencapai 80% seimbanganmihofloradalamuss. Jikamenyerang
SUHARTI ET,{I, Mrdis Pqtcrnakan

manusia gejata klinis yang ditimbulkarmya adalah patogen adalah I I ,25-360 mgrnl. Baheri ters€but
diare. merupakan bakteri yang resisten pada kebanyakan
Antibiotik biasa digunakan untuk mencegah antibiotik. Daya hambat ekstrak bawang putih
infeksi penyakit dan pemacu pertumbuhan pada berkurang seiring dengan waku"
petemakan ayam pdagtry. United Stued of Dn8 Seiring dengan meningkatnya kesadaran
Administration (USDA) menetapkan kadar konsurnen akan panganyang sehat, maka dayatarik
antibiotik yang diperbolehkan unnrk pencegahan masyarakat akan antibakteri alami semakin
sebesar200 g per ton pakaru Parggunaan antibiotik rneningk*.
ini telah menjadi konhoversi sejak beberapatatrun Penelitian ini bertujuan unn* : (l) menguji
karena dapat menimbulkan residu dan resistensi kemampuan temulawak" jatre dan bawang putih
(Hileman & Washingor1 1999). Hasil penelitian serta kombinasinya sebagai anti bakteri, dan (2)
mangungfupkan bahwa sebanyak 85% daging dan muryuji kemungkinmternulilralq jatn dattbawatg
37% hati ayam broiler di Jabotabek mengandung putih sebagai imunostimulan dan pemacu
residu kelompok antibiotik penisilin cukup besar. performans pada ayam pedaging.
Jika daging dan hati ayam itu dikonsumsi dalam
jangka waktu cukup panjurg berisiko munculnya MATERIDANMETODE
berbagai penyakit.
Hasil penelitian menrmjuktan batrwababan Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret
aktif temulawak ( ctmtmin), iahe (gingercI) datt sampai fuustus 200a di Iaboratorium Biokimia
bawang prlih (allicin) mampu menghambat Jurusan Kimia FMIPA IPB, dan laboratorium
pertumbuhan bakteri. Hwang et al. (2002) Lapang Bogor Raya Permai serta Laboratorium
menyatakanbahwatemulawakdapamenghambA Patologi Klinis RSUPNDT. CiptoMangunkusumo,
S.mutans yait\bakteri penyebab penyakit gigi Jakarta.
dargankonsnrasihanbaminirnal (Mc/lfinimurn Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
Inhibitory Concentration) 2 mg/ml dan antaralaintemulawahjatrc,bawangputiil medium
menunjukkan penghambatan sempurna Nutrien Broth (t{B) (Peptoq NaCl, Yeast), Dacro
(Uatterisiaat) paOa konscntrasi 5 mg/ml dahn sant peptone, yeast extract, bacto agar, glukosa,
menit Alzoreky & Nakahara (2003) menyatakan akuades steril, alkohol 70olo, tetrasiklin
bahwa ekstrak jahe dapat menghambat (oksitetrasiklin),kryas,kainkasasuil, alurnunium
pertrmbuhan bakteri B. cereus denganMlc I 65- foil, etanol, kultur bakteri Salmonella
660 mg. Chen et a/. (1985) menyatakan bahwa typhimurium,DOC ayam broiler, bahan pakan
eksrak jahe mempunyai efek antibakteri baik ayam broiler val<sin dan vit{nin
bakteri Gram positifmarryun Gram negeifseperti Alat yang digunakan adalah alat gelas,
Clostridium, Listeria, Enterococcus dan spekrofotometer, eleltroforesis, /azitar airflout,
Staphylococcus tetapi efek ini akan rusak olch shakpr, oven dm uloclave serta kandang dan
pemanirsan. Mehrabian & I'ury-Yazdy (1992) pemlatannya
melaporkan bahwa eksuak bawang putih (l//iurz
sativum) yngblahdiuji dengar menggunakantes Pengolahan Temulawak' Jahe dan
difusi agar, mampu menghambat perffinbuhan 7 BawangPutih
macam bakteri patogen. Balderi tersebut antara
lain E Coli 0124, E.Coli 0lll, S' typhimurium, Sebelum diuji aktivitas antibakterinya,
S. havana, S. para A, Shigella flexneri nd rimpang temulaual jatre dan bawang putih dibuat
Shigella dysentriae. Kadar MC ekstrak bawang dalambentuktepung/sefuft Rimpangtemulawalq
putih yang digunakan untuk melawan bakteri jalre dan bawang putill dibenilrkan dan diperkecil
Vol. 28 No. 2 KAJIAN ANTIBAKTERI TEMULAWAK

ukuranny4 lalu dikering-anginkan selama 3G36 negatif. Kelompok perlakuan yang digunakan
jam pada suhu 45€, kemudian digiling dan disaring adalah sebagai berikut :
sehingga menghasilkan bubuk yang benrkuran 30 Perlakuan I : Pakan standar/ ayam sehat ftontol
mesh. negati|
Perlakuan 2 Pakan standar/ayam terinfeksi
Uii In vitro Salmonella ftontol positif)
Perlakuan 3 Pakan + S1y211g putrh2,So/olayan
Uji iz vitro dilakukan untuk menguji dan terinfeksi Salmonella
mengetahui aktivitas terbaik dari ekstrak air Perlakuan 4 Pakan +Antibiotik/ayam terinfeksi
temulawak, jahe dan bawang putih baik tunggal Salmonella
maupun kombinasinya dalam menghambat Penganahrr dilahrkar selama28 hari dengan
perffinbuhanbakEri Salmonella Padapercobaan parameter yang diukur adalah pertambahan bobot
ini digwnkan 8 perlakuan formulasi yaitu serbuk badan, konsumsi ransum, konversi ransum, dan
temulawak, jalre, &n bawang putih serta 4 macam mortalihs (tingkat kernatian). Selain itujuga diukur
kombinasi dari ketiga bahan tersebut dengan jurnlah koloni bakteri Salmonella pada feses pada
perbandingan 1 : I :l;2:l:l; I :2:l; I :l :2. hari ke 0 (sebelum perlakuan), dan ke-28.
Masing-rnasing perlakuan akan dicobakan Pengujian tingkat imunitas ayam diukur melalui
pada bakteri S. tlphimuriun dengan konsentasi kadar imunoglobulin darah dengan elekfoforesis
larutan l0% ( l0 gram/100 ml aquades). Serbuk agarosa pada hari ke-28.
temulawak, jahe dan bawang putih yang sudah
diperoleh dilarutkan menggunakan aquades steril, HASIL DAI\ PEMBAIIASAI{
lalu di-vorlefrs dan disaring dengan kertas saring.
Filtrat yang diperoleh akan diuji aktivitas Pengolahan Temulawako Jahe dan
antibakterinya terhadap S. typhimurium dengan Bawang Putih
metode agar berlubang/modifikasi metode sumur
(Bintang, 1993). Formulasi perlakuan terbaik Temulawak jahe dan bawang putih dipesan
kemudian diuji lebih lanjut dengan konsentrasi dari Pasar Buahdan Sayw Kemang, Bogor. Flasil
bertingkat y^ittt 2,5o/o: 5%: 7,5% dan l0o/o. identifikasi di HeftarilnnBogoriensemenurjuk*an
Parameter yang diamati adalah diameter zona bahwa bahan yang dipakai termasuk dalam
bening disekitar h$mg png menruf ukkan aktivitas klasifikasi : Curcuma xanthorrhiza Roxb
antibakteri. (Temulawak) Zingiber fficinale Rosce (Jahe)
dan Aliutr sativun Linn (Bawang Putih).
Uji /a lrm peda Ayam Pedaging Selamaproses pengeringaq setie 2 kg batran
segm, ternula$Eknrcnghasilkan 320 g bahan kering;
Penelitian ini menggunakan 72 ekor DOC jalrc menghasilkan 3,16 g bahan kering dan bawang
broiler strain Hubbbard Wonokoyo dengan putihmengtrasilkdr600gbatnnkaing. Tnulavmk
rancangan acak krgkap (RAL) dengan a perlakuan danjahe menglasilkan biomasa bahan kering yang
dan3 kaliulang& Masing-masingunitpercobaan lebih kecil dibanding bawang putih.
menggunakan 6 ekor ayam. Ayam yang digunakan
diinduksi secara oral dengan bakteri ^L
Uji Aktivitas Antibakteri
typhimuriun (oplical density/OD = 0,9) dengan
kadar 0,5 ml yang setara dengan 4,1 x l0tr cfu Hasil pengamatan dan pengukuran diameter
pada hari ke- I 0 kecuali pada kelompok kontrol zona bening yang terbentuk di sekitar lubang

Editi Agustrs 2005 54


SUHARTI ETl'. Media P€tcrnakan

E6
65
!
F+
ocr
N2

JH Kl ro TS
Eksrak air sampel

TL JH = Jahe, BP = Bawang Putih, Kl = TL:JH:BP = l:1 : I


= Temulawak,
K2 = TL:JH:BP = 2:l:1, K3 = TL:JH:BP = 1:2:1' K4 = TL:JH:BP = l:l:2

Gambar l. Histogram aktivitas antibakteri temulawak, jahe dan bawang putih dengan konsentrasi 100/o

menunjukkanbahwaeksrakairserbuktemulawalq Karenahanyabawangputihyangmempunlai
jahe dan bawang putih memprmyai tingkatan aktivitas antibakteri, makabatran ini kemudian diuji
aktivitas antibakteri yang berbeda-beda teiltadap aktivitasnya dengan berbagai konsentrasi yaitu
bakteri S. typhimurium. Semakin luas diameter 2,5Vo: 5%o: 7,5Yo dan l0Vo. Gambar 2
hambatan tersebut menunjukkan semakin besar menrmjukkan bahwa aktivitas antibakteri bawang
daya antibakeri bah,an tersebut. putih pada konsentasi 2,5Vo; 5Vo,7,5o/o dm l0oh
I
Gambar menunjukkan bahwa Pada bertunrt-tr:rut adalah 4,0 mm; 7O mm; 7,5 mm dan
konsentrasi l0lo (10 g/100 rnl aquades) diamaer 8,0mm.
zona hambat serbuk temulawak danjahe adalah 0 Aktivitas antibakteritertinggi diperolehpada
mm. Diameter zona hambat serbuk bawang putih konsentrasi I ff/o @<0,05). Gambar tersebutjuga
kombinasi I , kombinasi 2, kombinasi 3, kombin'asi menrmjukkan bahwa semakin tinggi konsenEasi
4 dan antibiotiktetrasiklin (100 pglml) brturut- bawang putih, maka aktivitasnya cenderung
turut adalah 8,39 mm; 5,69 mm; 3,97 nurn;5,37 meiringkd. Halinidi&gad€ngsrsemakintingginf
mm;5,9mmdan7,23mm. konsentrasi bawang putih maka kandungan baban
Kombinasi temulawak, jahe dan bawang
aktif antibakterinya juga meningkat. Namun
putih juga mempunyai aktivitas antibaheri yang
konsentrasi banangpnihyangmempunyaiaktivitas
ietin renOatr diUanaingkan bawang putih tunggal
yang tidak berbeda nyata (P<0,05) dengan
pada konsentrasi l0%. Hal ini disebabkan
antibiotik tetrasiklin 100 pg/ml adalah pada
iemulawak dan jahe tidak mempunyai aktivitas
konsentrasi 5o% dan 7,5 %. Aktivitas antibakteri
antibakteri terhadap S. typhimurium sehingga
temulawak danjahe ridak dapat berfingsi sebagai
serbuk bawang putih diduga disebabkan oleh
antibakteri terhadap baheri S. 4pftimnium' k€m&ng?fn dialv thiosulfinate yangbiasa disebut
Vol. 2E No. 2 KAJIAN ANTIBAKTERI TEMULAWAK

.o

CI
o
N

5% 75Wo l0% Tetrasiklin


Ibnsentrasi bawang putih (%)

Garnbar 2. Histogram aktivitas antibakteri bawang putih dengan berbagai konsentrasi

d'cnganalisfurAlisintidakditemukan@atarmwr dari 90/o setelafi 40 rnenit pemberiar alisin Namun


utuh tetapi terbentuk oleh aktivitas enzim a//iiz penghambatan ini bersifat sementara dan sintesis
allEl-nlfenateJlnse pada komponen asam amino RNAmaringkdkembali setelahfisepenghflnbafian
non proteinS-a/lylqysreine S-oxiddaliin@eldbg t€nebut Penambabankonsentasialisinberkorelasi
et al.,1998). positiftatradap lamanya fase penghambatan. Fakta
Mekanisme antibakteri dari bawang putih ini menunjukkan bahwa aktivitas antibakteri alisin
masihpedudieliti lebihlanln,narrundidr€adengilr bersifat bakteriostatik.
merusak dinding sel dan menghambat sintesis
protein. Miron et a/- (2000) menyatakan bahwa Suplementasi Bawang Putih pada
alisin mempunyai permeabilitas yang tinggi dalan Ransum Ayam Pedaging
menembus mernbran fosfolipid dinding sel bakteri.
Gugus thiol pada alisin kemudian akan ber€aksi Data penelitian m rz'arc menunjukkan bahwa
dengan auim-enzimyangmengandurg slfthithil temulawak dan jahe tidak mampu menghambat
yang menyusrm nunbran sel. Hal ini didugadapat pertumbuhan bakteri S. typhimurium, makapada
menyebabkan stuknr dinding sel bakteri akan penelitian iz wr.u batran ini tidak diuji lagi. Sehingga
rusak dan mengalami lisis. Studi Feldberg er aL uji in vnr hanya menggunakan baumrg putih untuk
(1998) menunjukkan bahwa alisin dengan disuplementasikan@aransum ayam pedaging.
konsentrasi 49 pglml (0,3 mM larutan) mampu Pada uj i in vivo pendahuluan, konsentrasi
menghambatpertrunbulmtaktar S. tyhilnriun bawang putih yang dipakai sebesar 5% dalam
dalam mediakultn secara lengkap setelah 50 menit rarsum sesuai dengan hasil uji in rzfo. Konsentasi
pemberian alisin. Setelah fase penghambatan tersebut rnenrmjukkan bahwaaktivitas antibakteri
tersebut, laju pertumbuhan bakteri hanya 55% bawang putih sama dengan antibiotik tetasiklin
dibanding kontrol. Studi sintesis maloomolekul dosis pencegalnn. Namu4 nampakryapemberian
menunjuk}an bahwa sintesis RNA dilnrrbat lebih bawang putih sebesar 5%o dalam ransum

Edisi Agustus 2005 56


SUHARTI
M€dia Pelerneken
'T,{'.
Tabel l. P€rtambahan bobot badan, konsumsi ransum dan konversi ransum ayam perlakuan

Pertambahan bobot Konsumsi ransum Konversi ransum


Perlakuan badan (g/ekor) (g/ekor) (Konsumsi/PBB)

Rl (kontrol negatif) 866,sd 1781,89' 2,c6',b


R2 (kontrol positif) 789,S 166!,67"b 2,rf
R3 (BP 2,s%) 823,24b 154E,Od 1,89b

R4 (tetrasiklin 0,02%) M8,21'b 1767,68'b 2,W'

Keterangan: superskrip berbeda menunjukkan berbe& nyata (P<0'05).

menyebabkan palatabilitas r: xtum menurun bobot badan ayam yang terinfeksi S. tlphimwium
sehingga konsumsi ayam berkurang. Selain in+ walaupun tidak berbeda nyata dengan ransum
ransum juga lebih lengket sehingga menyulitkan konhol.
rmtukdikonsrmsi. Berdasarkanhaltelseh4utuk Konsumsirarsurnmasing-masingperlakuan
permbaan in vluo selatiuhy4 konsentasi bawang juga tidak berbeda nyat4 narnun konsurnsi paling
putih yang digunakan adalah 2,5% dengan rendah dicapai pada perlakuan R3 yaitu sebesar
pertimbangsn bahwa nilai tersebut merupakan nilai 1548,0 g, sedangkan konsumsi ransum tertinggi
terendatrdarmasihmempurryai aktivitasantlbakteri dic4ai oleh perlakuan Rl ftontol negtif). Secara
yangorkuptinggi. urnw4 datainimurunjuk*anbahwainfeksi bakteri
S. typhimurium dapat menurunkan nafsu makan
Pengaruh Pemberian Bawang Putih ayam pedaging yang berakibat juga pada
terhadaP Per{ormrm AYam Broiler menurunnyabobot badanyang dicapai.
Konversi ransum yang menunjukkan
Performans rata-rata ayam umur 4 minggu gambaran efisiensi ransum menunjukkan bahwa
dari kelima perlakuan disajikan pada Tabel l. peAalcuannf menryatanransmpngpalingefisien
Setama 28 hari perlakuan, secara umum dengar nilai konversi I ,89 dan tidak be6eda nyata
pertambalnn bobot badan semua perlakuan tidak dengan nilai konversi perlakuan Rl (Kontrol
berbeda secara nyata' Pertambatran bobot badan negatiD dengan nilai konversi 2,06. Konversi
tertinggidicapai olehperlakuarRl ftonrolnegati| ransrntervrdatrterjaAipaaapertatcuanR2 (kontol
yaitu s€besar 866,5 g. Kontol negatifmenrpakan positiDfaitu2"ll yagmenrmjul*anbahwainfeksi
perlakuan ayam yang tidak diinfeksi bakteri S' bakteri S. typhimurium dapat menyebabkan
typhimurium, sedangkan untuk perlakuan ayam tunrnya efisiensi ransum shndar.
yangdiinfeksi S rlpftinlrr'un, pertambatranbobot Secara keseluruhan data ini mengirdikasikan

badmteninggi dicapai oldrR4 (Ransmantibiotik) bahwa pemberian bawang putih sampai 2,5%
yaitusebesarS4S2l I
Perlalnranyargmemprmyai dalam ransum dapat meningkatkan efisiensi
pertambahan bobot badan terendah adalah penggunaan pakan pada ayam yang terinfeksi S.
pulakuar R2 ftontot positif) piat perlakuan ayan typhimurium. Bawang putih diduga juga dapat
yang diinfeksi bakteri.s. typhimurium dan mengoptimalkan fungsi metabolisme bahan
menggunakan ransum standal tanpa bahan makanan sehingga dapat meningkatkan efisiensi
antibakteri dengan bobot 789,89 g. Pemberian penggunaan pakan. Komponen bioaktif yang
bawang putih sebesar 2,5% (R3) sebagai bahan trdaatpadabaurangpr*ih(alisin)mempunlai efek
antibakteri mampu meningkatkan pertambahan finnakologiyangluas. Kemampuanbawangputih
vol. 28 No. 2 KAJIAN ANTIBAKTERI TEMULAWAK

Tabel 2. Persentase karkas, berat organ hati dan limpa

oh Karkas Hati (g) Limpa (g)


Perlakuan

Rl (Kontrol negatif) 68,27 23,30 r,40


R2 (Kontrol positifl 69,91 23,90 t,t7
R.3(BP2.5Vo) 72,34 28,83 r,77
R4 (fetrasiklin 0.027o) 71,54 22,30 I,t7

dalam menghambat pertumbuhan bakteri produksi antibodi pada limpa dan protein plasma
menyebabkan populasi bakteri yang terdapat dalam oleh hati akan lebih banyak sehingga dapat
saluran usus dapat ditekan sehingga mengurangi meningkatkan kekebalan.
pemanfaatan bahan makanan oleh bakteri dan
meningkatkan absorbsi zat makanan dalam usus. Pengaruh Perlakuan terhadap Koloni
Secara keseluruhan data ini menunjukkan bahwa S. typhimurium pada Feses
pemberian serbuk bawang putih menyebabkan
rarurum yarg dikonsumsi lebih sedikit, tetapi Koloni,S. typhimurium pada feses
penver+mnlansringkatmakaakanrnoghasilkat disampling pada hari ke l0 (sesaat sebelum infeksi)
bobot badan yang tinggi. dan pada hari ke 28. Pengukuran koloni
menggunkan metode hitungan cawan Peti. Tabel
Evaluesi Persentase Karkas serta Bobot 3 menunjukkan bahwa koloni S. typhimurium
Organ Hati dan Limpa feses paling rendah dihasilkan pada perlakuan R3.
Hal ini mengindikasikan bahwa bawang putih
Data p€rsentase karkas dan bobot organ mampu menghambat pertambahan bakteri pada
dalam yang meliputi hati dan limpa disajikan pada saluran pencemaan yang lebih baik dibanding
Tabel 2. Secara umum, semua perlakuan penggunaan antibiotikatetrasiklin.
menunjukkan nilai persentase karkas serta bobot Perlakuan Rl (kontrol negatif) juga
hati dan limpa yang tidak berbeda nyata. Namm menunjukkan adanya kolon S. typhhmriumyang
demikian, persenase ka*as t€rtinggi dicapai oleh cukry tinggi @ahal ayan pada perlakuan tersebut
perlakuan R3 sebe st 7?,34Yo,Persentase karkas tidak diinfeksi bakteri secara oral. Hal ini diduga
tererdah diperoleh padapedakuan Rl )'aitu sebesar karena adanya penularan bakleri melalui udara
68,27o/o. walaupun lokasi penelitianuntukperlakuantersebd
Data ini juga mengindikasikan bahwa sudah dipisah dengan perlakuan lainnya. Namun
penarnbatmbawangputihcendenmgmengwangi perularan ini didup tedadi pada minggu terakhir,
pemanfaatan bahan makanan untuk perhrtbuhan sehingga tidak menurunkan performans ayam
bulu, kaki dan kepala aprn dimana bagian tersebut
dihilangfununtukmordapa*anka*as. Pernberian
bawang putih dan tetrasiklin mampu melawan Penganrh Perlakuan terhadap Kadar
infeksi bakteri dan ayam dapat memanfaatkan zat- Imunoglobulin Darah
zat makananuntuk manproduksi otot daging secata
lebihbaik,sehinggadapatmeningkatkanpersentase Sampel darah yang disentrifugasi akan
ka*as Bobdhatidanlimpajugameningkatdengal terpisah menjadi dua fiaksi yaitu sel-sel darah dan
perlakuan bawang putih yang memungkinkan serum darah. Serum darah ini selanjutnya diukur
SUHARTI Medis Pctcrn.kan
'/,I'.
Tabel 3. Koloni S. typhinurium pada feses

Jumlah koloni (cfu)


Perlakuan
Hari ke-10 Hari ke-28

Rl (kontrol negatifl 0 5,1 x ld


R2 (kontrol positif) 0 8,9 x ld
R3 (BP 2,s%) 0 23xtd
R4 (tetrasiklin 0,02%) 0 l,l x 104

kadar protein total, albumin serta globulinnya' antibakteri pada ransumny4 menunjuldon kadar
Gambar 3 menunjukkanbahwakadarp,roteintotal albumin darah yang lebih rwdah dibanding dengan
serum ayam berbeda untuk setiap perlakuan perlakuan pemberian bahan antibakteri. Hal ini
walaupun secara statistik tidak be6eda nyata. terjadi diduga karena perlakuan infeksi
Secsa umurn data ini menunjukkan bahwa infelsi mengakibatkan respon inflamasi. Selama respon
baktqt S. Whimurium cetfrenmgmeningkatkan inflamasi, terjadi ikatan antara sitokin dengan
kandrmgan protein total serum darah. reseptor sitokin pada permukaan hati yang
Tabel 4 menunjukJ<an bahwa kadr albumin menstimulasi pembentukan nuclear factor-
serum darah ayam yang tidak diinfeksi S. interleukin 6 (NF-IL6) sehingga memproduksi
typhimurium sedikit lebih rendah dibandingkan protein fase akut. Pembentukan NF-IL6
perlakuan ayam yang diinfeksi. Kadar albumin menyebabkan pembentukan C/EBP (enhancer
serum tertinggi dihasilkan oleh perlakuan R3 binding protein) yang secara tetap dibentuk oleh
sedangkan perlakuan R2 yang diinfeksi bakteri S. hati untuk memproduksi albumin mengalami
typhimurium tetapi tidak disuplementasi bahan penurunan sehinggakadaralbuminjugm€ngalami

2,6

? 2,5
39
'6'rL
e
Q
Ee 2,3

U 11

2,1
R2 R3
Perlakuan ransum

Gambar 3. Kadar protein total serum ayam perlakuan


Vol. 2t No. 2 KAJIAN ANTIBAKTERI TEMULAWAK

Tabel 4. Kadar albumin dan globulin serum ayam perlakuan

Albumin Globulin
Protein total
Perlakuan gdt
(gdl)
Rl (kontrol negatif) 2,27 t,27 56 r,00 44
R2 (kontrol positif) 2,40 1,30 53 I,l3 47
R3 (BP 2J%) 2,47 1,40 57 I,UI 43
R4 (tetrasiklin 0,02%) 2,57 1,30 5l I,l0 43

penurunan. Pemberian serbuk bawang putih menunjukkan tingginya tingkat peradangan


sebagai bahan antibakteri mampu menstimulasi (mfatnad)ahtatinfelaibaheri. Penrberian sertnrk
peningkatanloddalbuminsenrmdarahayamyang bawang putih dalam ransum dapat menurunkan
terinfdci bakteri. kadar globulin darah dan meredakan respon
Persentase kadar globulin paling rendah poadangan aloba infeksi bakteri.
dihasilkan oleh perlakuan R3, sedangkan kadar Hasil pemisahan serum darah dengan
globulint€rtinggi dfusilkan oldlpefthanPJ. DCa elektroforesis agarosa untuk mengetahui kadar
ini merunjukkan bahwa perlalaran hfeksi bakteri frakd glohlin (alfa I glotuliq alfr 2 globultu\ b€ra
relah meningkatkan kadar globulin darah ayam globulin dan gamma globulin) disajikan pada
perlakuan. Semakin tinggi kadar globulin Gambar 4. Secara statistik, tidak ada perbedaan

o
o
A
rdl
!ct -c:
(!
€b
gE
o
s
o
c'
o.

tr al globulin Q a2 glohilin tr b glohlin tr g glohrlin

Gambar 4. Persentase kadar alfal globulin, alfa2 globulin, beta globulin dan gamma globulin serum
ayam perlakuan

Edisi Agusut 2cf.5 6Q


SUHARTI Media Pcternak.n
'7,,IT.

yang nyata kadar alfa I globulin, alfa 2 globulin, ransum, meningkatkan persentase karkas, serta
beta globulin dan gama globulin senrm ayan setiap menunrnkan koloni bakleri S. tltphimrium dalam
perlakuanranwrn. Namundemikiarl perlakuan R3 fes€s tetapi tidak secan nyala menstimulasi respon
c€nderungmeninglctkanpersentasekadar gamma imun ayam pedaging yang terinfeksi bakteri.
globulin serum ayam yang terinfeksi S. Namun demikian, secara keseluruhan
typhinwiwn. Cranmaglobulin merupakan fraksi bawang putih dapat menjadi altematif sebagai
elobulinyangpalingtanyatmengaUungartibodi srplernenantimiloobapadaranrn ayampedaging
sehingga penambahan bawang putih 2,5o/o ddam
ransumoendenrngdapatmeningkatkankekebalan DAFTARPUSTAKA
ayam pedagingyangterinfeksi S. gpft imwium
Namun demikian, secara umum pernberian Alzoreky, N.S. & K. Nrkahara, 2003.
Antibacterial activity of extracts from some
bawang putih tidak terlalu berpengaruh terhadap
edible plants commonly consumed in Asia. Int.
respon imun ayam pedaging yang terinfeksi S. J. Food Microbiol . E0: 223 -30.
typhimurium. Hal ini diduga karena proses Amegese, H., B.L. Petclch, II. Matsuure, S.
pengolahan bawang putih yang kurang sempunra Kasuga & Y. Itekura. 2001. Intake ofGarlic
sehingga merusak komponen bioaktifyang dapat and its Bioactive Components. J. Nutr. 13l :
meningkatkan sistem imun. Selain itu, besar 955 5-962 S.
Ankri, S. & D. Mirtlngn. 1999. Antimicrobial
kemungkinm enzim alinase yang mengubah aliin properties ofallicin fiom garlic. Microbes and
menjadi alisin mengalami kerusakan pada saat Infection l: 25-129.
melewxi lamhng lrarena pH asam (2"C3,0) pada Chopre, I. & ltt Robcrts 21D1. Tetrarycline
lamhng, &lringgapioduksialisindidalmsalurat antibiotics: Mode of action, applications,
usus relatifsedikit. molecular biology, and Epidemology of
Freeman & Kodera (1995) yang dikutip basterial resistance. Microbiology and
Molecular Biolory Reviews 65:232-260.
Amagase et al. (2001) melakukan simulasi Delves, PJ. & LM. Roitl 2004. The immune
produksi alisin dalam cairan saluran penc€mtum
rystem. Review article, The New England
sampai usus dan menyimpulkan bahwa produksi Joumal of Medicine343 :37 49 .
alisin oleh serbuk bawang yang dikonsumsi secara Feldberg, R. S., S. C. Chrng, A. N. Kotik'
oral sangat sedikit (< 570). Kalenaayamperlakuill M. Nadler, Z Neuwirth, D. C. Sundstmm
diinfeksi bakteri, maka senyawa aktifyang ada
& N. II. Thompson. l9EE. In vito
mechanism of inhibition of bacterial cell
digwrakanuntkmen$nmbatperturnbutunbalded growth by allicin. Antimicrob Agents
dantidakmanpumeningfu&ansisremimlmayam Chemother. 32:. 1763-17 68
tersebut. Hileman, B. & EN. Wrshin$on. 1999. Debate
over health hazards of putting antibiotics in
KESIMPULAI! animal feed heas Up in the USA. Chemical
and Engineering News.
Eodstrd, ll{.S. 1991. Disease of poultry. 8 th
Serbuk Temulawak dan jahe tidak dapat Ed. Iowa UniversitSr Press, Amers, Iowa.
menghambatpertumbutranbal<ten S.4phimwhnn Ilwang, J.IC, J.S. Shim' H.lC Prrlq SN. Kim
sedangkalsetfukbawargputihdapatmenghfinbat & II.J. Ahn. 2002. Xanthorrhizol from
pertumbuhanbakt€riyangsetaradengantetasiklin Curcuma xanthorrhiza as a novel
anticariogenic agent against Streptococcus
100 mg/ml dengan konsennasi 57o.
mutans, Yonsei University, Seoul, South
Pemberian serbuk bawang putih 5% dalam Korea. Laporan Penelitisn.
ransum ayam pedaging dapat menurunkan Kesuga, S. 199E. Recent advances on the nutitional
konsumsiransnn.Pernberian sertnrkbawangprih benefits accompanying the use of garlic as a
2j% dalam ranzum dapat meningkatkan konversi Supplement. Newport Beach, CA.
Vol. 28 No. 2 KAJIAN ANTIBAKTERI TEMULAWAK

Kyo, E. & Itakura. 1998. Recent advances on Salmonella/microsome assay. Cancer


the nutritional benefits accompanying the use Irtt.36:221-33.
of garlic as a supplement. Newport Beach, Philips, I., M. Casewell, T. Cox, B. De Groot,
cA. C. Friss, R. Jones, C. Nightngale, R.
Kyo, E, & Itakura. 1999. Garlic as an Prestor & J. Waddell, 2004. Does the use
immunostimulant. Immunomodulatory agents of antibiotics in food animals pose e risk to
from plants. BirkhAuser Verlag Basel, human health?A critical review ofpublished
Switzerland, pp. 273-288. data. Joumal of Antimicrobial Chemotherapy,
Mehrabian, S. & H. Larry-Yazdy. 1992. 53:28-52.
Antimicrobial Activity of Allium sativum,
Radke, 8.R., M. McFall. & S.M. Radostits,
AIlium cepa, Allium porrum, (Liliaceae)
Against Enteric Pathogens (Entero- 2002. Salmonella infection in a dairy herd.
Can. Vet. J. 43:443-53.
bacteriacea). ISHS Acta Horticulturae 319:
International Symposium on Transplant Roitt, I., J. Brostoff & D. Male. 1996.
Production Systems. Immunology. Ed. Ke 4. Mosby, London.
Miron, T., A. Rabinkov, D. Mirelman, M, Tizerd. 1998. Porgantar Imunologi Veteriner. Edisi
Wilchek & L. Weiner. 2000. The Mode of ke-2. Terjemahan: Masduki Partodirejo.
action ofAllicin: Its ready permeability through Airlangga University Press, Surabaya.
phospholipid membranes May Contribute to Veling, J., H,W. Barkema, J, van der Schans,
Its BiologicalActivity. Biochirn Biophls Acta. F. van Zijderveld & J. Verhoeii.2002.
;1463:20-30. Herd-level diagno sis for Salmonella enterica
Nagabhushan, M., A.J. Amonkar & S.V, Bhide. subsp. enterica serovar Dublin infection in
1987. Mutagenicity of gingerol and shogaol bovine dairy herds. Prw. Vet. Med. 14;53(1-
and antimutagenicity of zingerone in 2):3142.

Edisi Agustus 2005 62

You might also like