You are on page 1of 12

Monika Suhayati Pengaturan Sistem Organisasi Advokat dalam Rancangan Undang-Undang 317

PENGATURAN SISTEM ORGANISASI ADVOKAT DALAM RANCANGAN UNDANG-UNDANG


TENTANG PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT

REGULATING BAR ORGANIZATION SYSTEM IN DRAFT LAW ON AMENDEMENTS


OF LAW NO. 18/2003 ON BARRISTER

Monika Suhayati
(Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi/P3DI
Sekretariat Jenderal DPR RI, Nusantara II, Lantai 2, DPR RI,
Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan, Jakarta 10270, Indonesia;
email: monikasuhayati@yahoo.com)

Naskah Diterima: 16 Oktober 2015, direvisi: 30 November 2015,


disetujui: 10 Desember 2015

Abstract
Advocate profession has a close relation with advocate organization as their safe haven. A single bar association system adopted by
the Indonesian Law on advocate produces various problems i.e. on the legality of the instalation and oath of advocate candidates.
These problems sholud be addressed by amending the existing law on, including introducing a stiffer regulation on freedom to create
advocate association. The writer says that the introduction of organization system of a federation of bar association can be best
option in Indonesia for the reason that this system accommodate freedom of association and assemble guaranteed in the state
constitution. This can also contribute to the creation of National Advocate Council as a solution to the currently conflict amongs to
different advocate organizations. As a consequence, the writer argues that there is urgency to immediately pass the amending law to
give law certainty for advocate profession and, eventulaly, for justice seekers.
Keywords: advocate profession, advocate organization, bar association, freedom of organization, Draft Law on Advocate Association,
Law No. 18/2003.

Abstrak
Profesi advokat erat kaitannya dengan organisasi advokat sebagai tempat berlindung para advokat. Sistem single bar association
yang dianut oleh Undang-Undang Advokat menimbulkan berbagai permasalahan, antara lain pengambilan sumpah bagi para calon
advokat. Permasalahan ini hendak diatasi melalui perubahan Undang-Undang Advokat. RUU Advokat memberikan pengaturan yang
lebih tegas mengenai kebebasan untuk mendirikan organisasi advokat. Penulis menilai sistem organisasi federation of bar association
dapat menjadi pilihan terbaik di Indonesia karena sistem ini mengakomodir kebebasan berserikat dan berkumpul yang dijamin dalam
konstitusi negara. Lebih jauh lagi, pembentukan Dewan Advokat Nasional yang diatur dalam RUU Advokat dapat menjadi solusi atas
konflik yang terjadi antarorganisasi advokat saat ini. Oleh karena itu, penulis berkesimpulan, mendesak untuk segera mengesahkan
RUU Advokat demi memberikan kepastian hukum bagi profesi advokat dan pada akhirnya bagi para pencari keadilan.
Kata kunci: profesi advokat, organisasi advokat, kebebasan berserikat, RUU Advokat, UU Nomor 18 Tahun 2003.

I. PENDAHULUAN Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang


A. Latar Belakang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang mengatur, guna
kepentingan pembelaan tersangka atau terdakwa
Sebagai negara hukum berdasarkan Pasal 1
berhak mendapat bantuan hukum dari seorang atau
ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
lebih penasihat hukum selama dalam waktu dan
Indonesia Tahun 1945 (UUD Tahun 1945), Indonesia
pada setiap tingkat pemeriksaan, menurut tata cara
memberikan jaminan kesederajatan bagi setiap
yang ditentukan dalam Undang-Undang ini.
orang di hadapan hukum (equality before the law).
Keberadaan advokat sangat penting bagi
Jaminan ini ditegaskan dalam Pasal 27 ayat (1) UUD
masyarakat dalam membela hak seseorang
Tahun 1945 yang menyatakan bahwa setiap warga
(individu) menghadapi persoalan hukum. Apabila
negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum
seorang individu menghadapi tuntutan pidana
dan pemerintahan dengan tidak ada kecualinya.
dari negara yang mempunyai perangkat polisi,
Salah satu bentuk jaminan kesamaan kedudukan di
jaksa, hakim, dan lembaga pemasyarakatan, jelas
dalam hukum yaitu adanya hak untuk didampingi
diperlukan advokat untuk membela individu yang
penasihat hukum atau advokat dalam menghadapi
berstatus sebagai tersangka atau terdakwa yang
persoalan hukum. Hak ini diatur dalam Pasal 54
sedang menghadapi penyelidikan, penyidikan,
318 Kajian Vol. 20 No. 4 Desember 2015 hal. 317 - 328

penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan. tahun setelah berlakunya UU Advokat. Organisasi
Pembelaan advokat atas tersangka atau terdakwa advokat tersebut berdasarkan Pasal 28 ayat (1) UU
yang berhadapan dengan negara yang mempunyai Advokat merupakan satu-satunya wadah profesi
perangkat lengkap akan menciptakan keseimbangan advokat yang bebas dan mandiri yang dibentuk
dalam proses peradilan sehingga keadilan bagi sesuai dengan ketentuan UU Advokat dengan
semua orang (justice for all) dapat dicapai.1 maksud dan tujuan untuk meningkatkan kualitas
Profesi advokat merupakan profesi yang profesi advokat. Untuk melaksanakan ketentuan
mulia (officium nobile). Advokat mengabdikan UU Advokat tersebut, dibentuklah Perhimpunan
dirinya kepada kepentingan masyarakat dan bukan Advokat Indonesia (Peradi) pada tanggal 7 April
kepada dirinya sendiri, serta berkewajiban untuk 2005 di Balai Sudirman, Jakarta.3 Pendirian Peradi
menegakkan hak asasi manusia. Di samping itu kemudian dituangkan dalam Akta Pernyataan
advokat bebas dalam membela, tidak terikat pada Pendirian Perhimpunan Advokat Indonesia No. 30
perintah, order klien dan tidak pilih bulu siapa lawan tanggal 8 September 2005 dibuat di hadapan Notaris
kliennya, apakah golongan kuat, pejabat, penguasa, Buntario Tigris Darmawa Ng.4 Sejak pendiriannya,
dan sebagainya. Advokat merupakan fasilitator Peradi telah melaksanakan kewenangan sebagai
dalam mencari kebenaran dan menegakkan keadilan organisasi advokat berdasarkan UU Advokat.
untuk membela hak asasi manusia dan memberikan Namun demikian, pada 30 Mei 2008 ribuan
pembelaan hukum yang bersifat bebas dan mandiri advokat se-Indonesia melaksanakan kongres advokat
bagi kliennya. Advokat juga dapat menjadi mediator dan membentuk organisasi advokat baru yaitu Kongres
bagi pihak yang bersengketa, baik berkaitan dengan Advokat Indonesia (KAI), serta mendeklarasikan diri
perkara pidana, perdata, maupun tata usaha negara.2 sebagai satu-satunya wadah advokat di Indonesia.
Profesi advokat saat ini diatur dalam Undang- Alasan penyelenggaraan kongres advokat tersebut
Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat yang karena menganggap pembentukan Peradi tidak sah
disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik dengan tidak melewati kongres para advokat se-
Indonesia (DPR RI) pada 5 April 2003 (UU Advokat). Indonesia. Pada 16 Agustus 2008, KAI mengadakan
Berdasarkan UU Advokat, advokat merupakan orang ujian advokat bagi calon advokat baru serentak di
yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam seluruh Indonesia melewati perwakilan/cabang KAI
maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan di daerah masing-masing yang telah terbentuk.5
berdasarkan ketentuan Undang-Undang ini (Pasal Adanya dua organisasi advokat yang
1 angka 1 UU Advokat). UU Advokat menyatakan mendeklarasikan dirinya sebagai organisasi
status advokat sebagai penegak hukum yang bebas advokat berdasarkan UU Advokat menimbulkan
dan mandiri yang dijamin oleh hukum dan peraturan permasalahan bagi advokat baru yang hendak
perundang-undangan (Pasal 5 ayat (1) UU Advokat). menjalankan profesinya. Pasal 4 ayat (1) UU Advokat
Penegakan hukum dalam suatu negara hukum menyatakan sebelum menjalankan profesinya,
menjadi penentu tercapai tidaknya tujuan kehidupan advokat wajib bersumpah menurut agamanya atau
bersama suatu bangsa. Melalui jasa hukum yang berjanji dengan sungguh-sungguh di sidang terbuka
diberikan, advokat sebagai penegak hukum berfungsi Pengadilan Tinggi di wilayah domisili hukumnya.
membela keadilan, termasuk usaha memberdayakan Sehubungan dengan pengambilan sumpah ini, pada
masyarakat untuk menyadari hak fundamentalnya di 1 Mei 2009, Ketua Mahkamah Agung Harifin A.
hadapan hukum. Advokat menjadi salah satu unsur Tumpa mengeluarkan Keputusan Mahkamah Agung
dalam sistem peradilan yang merupakan salah satu Nomor 052/KMA/V/2009 yang ditujukan kepada
pilar dalam penegakan supremasi hukum dan keadilan para ketua pengadilan tinggi di seluruh Indonesia
yang bebas dan mandiri. dengan inti dari isi Keputusan Mahkamah Agung
Profesi advokat erat kaitannya dengan organisasi tersebut sebagai berikut:
advokat tempat berlindung para advokat. Pasal 32 “Ketua Mahkamah Agung meminta kepada
ayat (4) UU Advokat mengamanatkan terbentuknya ketua Pengadilan Tinggi untuk tidak terlibat
organisasi advokat dalam waktu paling lambat 2 (dua) secara langsung atau tidak langsung terhadap
perselisihan didalam organisasi advokat berarti

1
Frans Hendra Winata, Pro Bono Publico Hak Konstitusional Ketua Pengadilan Tinggi tidak mengambil
Fakir Miskin Untuk Memperoleh Bantuan Hukum, Jakarta:
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2009, hlm. 1-2. 3
PERADI, Kitab Advokat Indonesia, Bandung: PERADI, 2007,

2
Frans Hendra Winarta, Advokat Indonesia Citra, Idealisme hlm. 100.
dan Keprihatinan, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995, 4
H. A. Sukris Sarmadi, Advokat Litigasi & Non Litigasi
hlm. 14 dalam Rahmat Rosyadi dan Sri Hartini, Advokat Pengadilan Menjadi Advokat Indonesia Kini, Bandung: CV
dalam Perspektif Islam & Hukum Positif, Jakarta: Penerbit Mandar Maju, 2009, hlm. 32-38.
Ghalia Indonesia, 2003, hlm. 17-18. 5
Ibid.
Monika Suhayati Pengaturan Sistem Organisasi Advokat dalam Rancangan Undang-Undang 319
sumpah advokat baru sebagaimana yang Lubis mengaku terpaksa menandatangani piagam
ditentukan dalam Pasal 4 UU Nomor 18 Tahun tersebut karena tidak sesuai dengan kesepakatan
2003 tentang Advokat. Walaupun demikian, hasil perundingan terakhir. Hasil kesepakatan Peradi
Advokat yang telah diambil sumpahnya sesuai - KAI yang sebenarnya, menurut Indra Sahnun
Pasal 4 tersebut diatas tidak bisa dihalangi untuk Lubis, adalah pembentukan wadah tunggal secara
beracara di Pengadilan terlepas dari organisasi
bersama, bukan langsung menyepakati wadahnya
manapun ia berasal, apabila ada advokat yang
diambil sumpahnya menyimpang dari ketentuan
adalah Peradi. Lebih lanjut, piagam tersebut tidak
pasal tersebut (bukan oleh Ketua Pengadilan menyebutkan syarat-syarat layaknya sebuah nota
Tinggi) maka sumpahnya dianggap tidak sah kesepahaman atau Memorandum of Understanding
sehingga yang bersangkutan tidak dibenarkan (MoU). Persyaratan yang dimaksud adalah hasil
beracara di Pengadilan…” kesepakatan Peradi - KAI.6
Menurut perwakilan KAI, Rahmat Arta
Pasal 4 ayat (1) UU Advokat tersebut kemudian
Wijaksana, KAI menegaskan organisasi advokat
diajukan judicial review ke Mahkamah Konstitusi.
sebagai satu-satunya wadah profesi advokat
Terhadap permohonan judicial review ini, Mahkamah
seperti diamanatkan Pasal 28 ayat (1) UU Advokat
Konstitusi dalam Putusan Nomor 101/PUU-
sejatinya belum terbentuk hingga saat ini. KAI
VII/2009 tanggal 30 Desember 2009 menegaskan
berpendapat Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
Pasal 4 ayat (1) UU Advokat adalah konstitusional
101/PUU-VII/2009 secara de facto masih mengakui
sepanjang frasa “di sidang terbuka Pengadilan
keberadaan dua organisasi advokat yakni Peradi dan
Tinggi di wilayah domisili hukumnya” harus
KAI, hingga keduanya mengupayakan terwujudnya
dimaknai sebagai kewajiban yang diperintahkan
wadah tunggal. KAI juga tetap menganggap
oleh Undang-Undang untuk dilaksanakan oleh
penandatanganan piagam perdamaian antara Peradi
Pengadilan Tinggi tanpa mengaitkannya dengan
dan KAI di hadapan Ketua MA Harifin A Tumpa pada
adanya dua organisasi advokat yang secara de facto
24 Juni 2010 bukan bentuk upaya pembentukan
ada dan sama-sama mengklaim sebagai organisasi
organisasi advokat yang diamanatkan Pasal 28 ayat
advokat yang sah menurut UU Advokat. Untuk
(1) UU Advokat. Sebab, perdamaian antara Peradi
mendorong terbentuknya organisasi advokat yang
dan KAI yang awalnya bertujuan membentuk wadah
merupakan satu-satunya wadah profesi advokat
tunggal akhirnya tidak sesuai dengan tujuan awal
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 28 ayat (1) UU
dimana KAI “dipaksa” mengakui eksistensi Peradi.7
Advokat, maka kewajiban pengadilan tinggi untuk
mengambil sumpah terhadap para calon advokat
B. Perumusan Masalah
tanpa memperhatikan organisasi advokat yang saat
ini secara de facto ada untuk jangka waktu selama 2 Konstitusi menjamin hak untuk berserikat dan
(dua) tahun sampai terbentuknya organisasi advokat berkumpul sebagai salah satu hak asasi manusia. Pasal
yang merupakan satu-satunya wadah profesi advokat 28 UUD Tahun 1945 menyatakan bahwa kemerdekaan
melalui kongres para advokat yang diselenggarakan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
bersama oleh organisasi advokat yang secara de dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan
facto saat ini ada. Apabila setelah jangka waktu dua dengan undang-undang. Amandemen Ke-II UUD
tahun organisasi advokat sebagaimana dimaksud Tahun 1945 kemudian menambahkan Pasal 28E ayat
Pasal 28 ayat (1) UU Advokat belum juga terbentuk, (3) UUD Tahun 1945 yang menyatakan setiap orang
maka perselisihan tentang organisasi advokat yang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan
sah diselesaikan melalui peradilan umum. mengeluarkan pendapat.
Pada 24 Juni 2010 dilakukan penandatanganan Sistem organisasi yang dianut oleh UU Advokat
Piagam Kesepahaman Peradi – KAI yang menyepakati sebagaimana ditentukan dalam Pasal 28 ayat (1) UU
Peradi sebagai satu-satunya wadah profesi advokat Advokat adalah single bar association. Berdasarkan
sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 28 UU Advokat. definisinya, sistem single bar association merupakan
Piagam Kesepahaman Peradi – KAI ditandatangani sistem yang menentukan hanya ada satu organisasi
oleh petinggi Peradi dan KAI. Pihak Peradi yang advokat dalam bentuk integrated/compulsory bar
menandatangani adalah Ketua Umum Otto Hasibuan 6
Hukumonline, 25 Juni 2010, Inilah Piagam Kesepahaman
dan Sekjen Hasanuddin Nasution. Dari pihak KAI Peradi-KAI, diakses dari <http://www.hukumonline.
diwakili oleh Presiden Indra Sahnun Lubis dan Plt com/berita/baca/lt4c244e8658883/inilah-piagam-
Sekjen Abdul Rahim Hasibuan. Ketua Mahkamah kesepahaman-peradikai> pada 17 September 2015.
7
Hukumonline, 25 Juni 2010, KAI Tegaskan Wadah Tunggal
Agung Harifin A. Tumpa juga ikut membubuhkan tanda Belum Terbentuk, (online), (http://www.hukumonline.
tangan dalam piagam itu. Namun demikian, dalam com/berita/baca/lt55b9a03d2207f/kai-tegaskan-wadah-
kesempatan setelahnya, Presiden KAI Indra Sahnun tunggal-belum-terbentuk, diakses 17 September 2015).
320 Kajian Vol. 20 No. 4 Desember 2015 hal. 317 - 328

yang dapat berdiri pada suatu yurisdiksi. Dengan 8


Pasal 32 ayat (1) dan Pasal 2 ayat (2) UU Advokat adalah
hanya terdapat satu organisasi advokat dalam satu advokat, penasehat hukum, pengacara praktik dan
yurisdiksi maka tidak sesuai dengan kebebasan konsultan hukum yang sebelum diberlakukannya UU
berserikat yang dijamin dalam UUD Tahun 1945. Advokat telah diangkat oleh Ketua Pengadilan Tinggi/
Dalam praktek, pelaksanaan sistem single Mahkamah Agung RI dan oleh organisasi advokat setelah
bar association di Indonesia mengakibatkan diberlakukannya UU Advokat yang dibuktikan dengan
permasalahan antara lain berkaitan dengan surat keputusan Ketua Pengadilan Tinggi/Mahkamah
pengambilan sumpah calon advokat dan adanya Agung dan pimpinan organisasi advokat.
dua organisasi advokat yang menyatakan diri Advokat bertugas menyelesaikan persoalan
sebagai organisasi advokat berdasarkan UU Advokat. hukum kliennya baik secara litigasi maupun
Permasalahan ini menjadi salah satu substansi nonlitigasi. Menurut Frans Hendra Winata,
dalam perubahan UU Advokat. Perubahan UU tugas advokat adalah mengabdikan dirinya pada
Advokat terdapat dalam Program Legislasi Nasional masyarakat sehingga dia dituntut untuk selalu turut
tahun 2009 – 2014 sebagai usul inisiatif DPR RI. serta dalam penegakan hak asasi manusia, dan dalam
Namun, dikarenakan pembahasannya tidak berhasil menjalankan profesinya ia bebas untuk membela
diselesaikan pada periode tersebut, RUU Advokat siapapun, tidak terikat pada perintah (order) klien
kembali masuk dalam Program Legislasi Nasional dan tidak pandang bulu siapa lawan kliennya, apakah
periode berikutnya yaitu tahun 2015 – 2019 dia dari golongan kuat, penguasa, pejabat bahkan
(RUU Advokat). Berkaitan dengan hal ini, Penulis rakyat miskin sekalipun. Salah satu hal lain yang
mengangkat pokok permasalahan bagaimana menarik perhatian adalah peran advokat bukan
pengaturan sistem organisasi advokat dalam RUU hanya sebagai spesialisasi dalam penyelesaian
Advokat sesuai dengan kebebasan berserikat yang pertentangan antara warga.11
dijamin oleh UUD Tahun 1945? Pemberian jasa hukum oleh advokat telah
berlangsung sejak lama. Pemberian jasa hukum
C. Tujuan Penulisan tersebut untuk mencari kebenaran dan menegakkan
Tujuan penulisan ini untuk mengkaji pengaturan keadilan serta menjunjung tinggi supremasi hukum
sistem organisasi advokat dalam RUU Advokat sesuai untuk menjamin terselenggaranya negara hukum
dengan kebebasan berserikat yang dijamin oleh UUD dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada
Tahun 1945. awalnya advokat merupakan moral force yaitu
kekuatan moral yang dilakukan oleh sekelompok
D. Teori/Kerangka Pemikiran orang. Mereka melihat bahwa sering terjadi
perlakukan kesewenang-wenangan dari pihak
1. Profesi Advokat
penguasa kepada sebagian masyarakat. Selalu
Kata “advokat” secara etimologis berasal dari terjadi tindak kezaliman antara warga masyarakat
bahasa Latin advocare yang berarti to defend, to call yang lebih kuat terhadap warga masyarakat lainnya
one, said to vouch or warrant. Dalam bahasa Inggris, yang lemah dari aspek ekonomi, politik, atau hukum.
advocate berarti to speak in favour of or depend by Begitu juga sering berlangsungnya ketidakadilan
argument, to support, indicate, or recommanded terhadap masyarakat pencari keadilan, terutama
publicly.9 KUHAP menyatakan bahwa seorang bagi masyarakat miskin yang tidak mampu secara
penasehat hukum adalah seorang yang memenuhi ekonomis dan tidak mempunyai akses terhadap
syarat yang ditentukan oleh atau berdasarkan undang- bantuan hukum. Marginalisasi terhadap orang
undang untuk memberikan bantuan hukum.10 miskin sudah berlangsung berabad-abad tidak hanya
Advokat berdasarkan Pasal 1 angka 1 UU Advokat di bidang ekonomi, politik, pendidikan, kesempatan
merupakan orang yang berprofesi memberi jasa kerja dalam bidang hukum pun masyarakat miskin
hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan yang selalu menjadi korban ketidakadilan.12
memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan Undang-
Undang ini. Yang berkualifikasi sebagai advokat menurut

11
Ade Irawan Taufik, “Sinergisitas Peran dan Tanggung Jawab

8
Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Advokat dan Negara dalam Pemberian Bantuan Hukum
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Cuma-Cuma”, Jurnal RechtsVinding, Volume 2 Nomor 1,
tentang Advokat, DPR RI, 2013. April 2013, hal. 59.

9
Frans Hendra Winarta, Advokat Indonesia Citra, Idealisme
12
Dardji Darmodihardjo dan Sidharta, Pokok-pokok Filsafat
dan Keprihatinan, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995, Hukum, Jakarta: PT. Gramedia Utama, 2000, hal. 294-295
hal. 19 dalam Rahmat Rosyadi dan Sri Hartini, Advokat dalam Rahmat Rosyadi dan Sri Hartini, Advokat dalam
dalam Perspektif Islam& Hukum Positif, Jakarta: Penerbit Perspektif Islam& Hukum Positif, Jakarta: Penerbit Ghalia
Ghalia Indonesia, 2003, hal. 72. Indonesia, 2003, hal. 18.
10
Pasal 1 butir 13 KUHAP.
Monika Suhayati Pengaturan Sistem Organisasi Advokat dalam Rancangan Undang-Undang 321
Sejalan dengan perkembangan kehidupan profesi yang didirikan berdasarkan Undang-Undang
dan kesadaran masyarakat di berbagai bidang, ini (Pasal 1 angka 4 UU Advokat). Organisasi advokat
jasa hukum melalui advokat berkembang menjadi di Indonesia bermula dari masa kolonialisme. Pada
kekuatan konstitusional. Dengan munculnya masa itu jumlah advokat masih terbatas. Advokat
berbagai organisasi advokat yang dikelola secara hanya ditemukan di kota yang memiliki landraad
profesional, perannya dianggap penting demi (pengadilan negeri) dan raad van justitie (dewan
berjalannya peradilan yang bebas, cepat, dan pengadilan). Para advokat tergabung dalam organisasi
sederhana. Keberadaan advokat makin dibutuhkan advokat yang disebut Balie van Advocaten. Dari
masyarakat dalam membantu mencari keadilan dan penelusuran sejarah, wadah advokat di Indonesia
menegakkan hukum untuk memperoleh haknya baru dibentuk pada 4 Maret 1963 di Jakarta pada saat
kembali yang dirampas.13 diselenggarakan Seminar Hukum Nasional Advokat
Kebebasan profesi (free profession) bagi advokat Indonesia, yaitu Persatuan Advokat Indonesia (PAI).
adalah penting. Tidak sekadar demi profesi advokat Kemudian dalam Musyawarah I/Kongres Advokat
itu sendiri melainkan juga guna mewujudkan yang berlangsung di Solo pada 30 Agustus 1964
kepentingan yang lebih luas, yaitu terciptanya secara aklamasi diresmikan pendirian Persatuan
lembaga peradilan yang bebas; independent judiciary Advokat Indonesia (Peradin), sebagai pengganti
yang merupakan prasyarat dalam menegakkan rule PAI. Keanggotaan Peradin bersifat sukarela dan
of law dan melaksanakan nilai-nilai demokrasi.14 tidak ada paksaan untuk menjadi anggota Peradin.
Pembentukan Peradin diikuti dengan lahirnya wadah
2. Konsep Organisasi Advokat
profesi advokat lainnya di Jakarta, seperti Pusat
Organisasi didefinisikan oleh Greenberg Bantuan dan Pengabdian Hukum (PUSBADHI), Forum
J. and Baron R.A. sebagai “suatu sistem sosial Studi dan Komunikasi Advokat (FOSKO ADVOKAT),
yang terstruktur yang tersusun atas individu dan Himpunan Penasihat Hukum Indonesia (HPHI),
kelompok yang bekerja sama untuk mencapai Bina Bantuan Hukum (BHH), PERNAJA, dan LBH
beberapa tujuan yang telah disepakati bersama”.15 KOSGORO.17
Beberapa unsur pokok yang harus dimiliki oleh Keberadaan Peradin pada waktu itu dirasakan
suatu organisasi, yaitu: a) organisasi merupakan sebagai kekuatan besar dan luar biasa untuk
suatu sistem; b) mengkoordinasi suatu aktifitas mengawasi jalannya pemerintahan dan penegakan
kelompok atau perseorangan; dan c) untuk mencapai hukum di Indonesia. Pada tahun 1980-an, pemerintah
tujuan bersama. Organisasi merupakan presentasi melakukan strategi dengan meleburkan Peradin dan
kehendak dan tujuan yang ingin dicapai para anggota organisasi advokat lainnya ke wadah tunggal yang
organisasi tersebut, dimana para anggota organisasi dikontrol pemerintah. Tepatnya pada tahun 1981,
telah menyerahkan (memandatkan) kehendak dan Ketua Mahkamah Agung Mudjono, Menteri Kehakiman
pencapaian tujuan tersebut kepada organisasi. Dalam Ali Said dan Jaksa Agung Ismael Saleh dalam Kongres
konteks demokrasi, kedaulatan organisasi berada di Peradin di Bandung sepakat mengusulkan bahwa
tangan para anggotanya. Artinya, organisasi didirikan advokat memerlukan satu wadah tunggal.18 Advokat
atas dasar “kesepakatan” bersama dan dalam senior, Adnan Buyung Nasution, dalam sambutan
menentukan arah kebijakan termasuk dalam memilih rakernas Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN) pada
pimpinan organisasi sepenuhnya menjadi hak para tanggal 27 Juni 2012, mengatakan bahwa terdapat
anggota organisasi tersebut melalui suatu sistem yang intervensi pemerintah Orde Baru pada Peradin, yang
berlaku dan disepakati dalam organisasi tersebut.16 menyebabkan Peradin akhirnya pecah.19 Sejak saat itu
Organisasi advokat merupakan organisasi terbentuk beberapa organisasi advokat lainnya.
profesi bagi para advokat. UU Advokat memberikan
pengertian organisasi advokat sebagai organisasi 17
Lasdin Wlas, Cakrawala Advokat Indonesia, Yogyakarta:
Libertyn 1989, hlm. 89-90 dan hlm. 103 dalam V. Harlen

13
Ibid., hal. 19-20. Sinaga, Dasar-dasar Profesi Advokat, Jakarta: Penerbit

14
Frans Hendra Winarta, Advokat Indonesia Citra, Idealisme Erlangga, 2011, hlm. 7-8.
dan Keprihatinan, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995, 18
Binziad Kadafi, Advokat Indonesia Mencari Legitimasi,
hal. 14 dalam Rahmat Rosyadi dan Sri Hartini, Advokat Jakarta: Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia,
dalam Perspektif Islam& Hukum Positif, Jakarta: Penerbit bekerja sama dengan The Asia Foundation, 2001, hlm.
Ghalia Indonesia, 2003, hal. 17-18. 367, dalam V. Harlen Sinaga, Dasar-dasar Profesi Advokat,
15
Greenberg J. and Baron R.A. 1995. Behavior in Jakarta: Penerbit Erlangga, 2011, hlm. 8.
Organizations: Understanding and Managing The Human 19
Albert Aries, 10 September 2014, Quo Vadis RUU
Side of Work. London: Prentice Hall, hal. 11. Advokat, Multi Bar atau Single Bar?, (online), (http://
16
Dharma Sutomo, “Organisasi Advokat Indonesia Menurut www.hukumonline.com/berita/baca/lt54102eeca51bb/
UU RI No 18 Tahun 2003 Peradi Atau KAI”, Varia Advokat, quo-vadis-ruu-advokat--multi-bar-atau-single-bar-broleh--
Volume 05, Agustus 2008, hlm. 24. albert-aries-#_edn2 diakses 28 Agustus 2015).
322 Kajian Vol. 20 No. 4 Desember 2015 hal. 317 - 328

Pada 17 April 2002, Mahkamah Agung bekerja Negara kesatuan (eenheidsstaat/unitaris) adalah
sama dengan Komite Kerja Advokat Indonesia (KKAI) negara yang bersusun tunggal, di mana ada satu
yang merupakan gabungan delapan organisasi pemerintahan yang memegang kekuasaan untuk
advokat yaitu Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN), menjalankan semua urusan wilayah-wilayah. Bersusun
Asosiasi Advokat Indonesia (AAI), Ikatan Penasihat tunggal berarti bahwa dalam negara hanya ada satu
Hukum Indonesia (IPHI) Himpunan Advokat & negara, satu pemerintahan, satu kepala negara, satu
Pengacara Indonesia (HAPI), Serikat Pengacara undang-undang dasar, dan satu lembaga legislatif.
Indonesia (SPI), Asosiasi Konsultan Hukum Indonesia Sedangkan negara federasi (bondstaat/federal/
(AKHI), Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal persatuan/serikat) adalah satu negara besar yang
(HKHPM), dan Asosiasi Pengacara Syariah Indonesia berfungsi sebagai pemerintahan keseluruhan dengan
(APSI), mengadakan ujian secara transparan bagi satu konstitusi federal, yang di dalamnya terdapat
para calon advokat. KKAI pada waktu itu mempunyai sejumlah negara bagian yang masing-masing memiliki
peran cukup strategis di samping elemen masyarakat konstitusinya sendiri-sendiri. Konstitusi federal
lainnya dalam melahirkan UU Advokat. Hal ini mengatur batas-batas kewenangan keseluruhan
dituangkan kesejarahannya dalam Pasal 32 ayat (3) (federal), sedangkan sisanya dianggap sebagai
UU Advokat sebagai berikut: milik komunitas (negara bagian). Federalisme akan
“(3) Untuk sementara tugas dan wewenang mempertegas kedaulatan kelompok-kelompok yang
Organisasi Advokat sebagaimana dimaksud ada, yang berada pada sebuah wadah besar. Hak-hak
dalam Undang-undang ini, dijalankan bersama berserikat juga akan terakomodir dengan baik ketika
oleh Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN), Asosiasi kedaulatan faksi-faksi itu pun diakui.23
Advokat Indonesia (AAI), Ikatan Penasihat
Hukum Indonesia (IPHI), Himpunan Advokat dan 3. Konsep Kebebasan Berserikat dan Berkumpul
Pengacara Indonesia (HAPI), Serikat Pengacara Hak untuk berserikat dan berkumpul merupakan
Indonesia (SPI), Asosiasi Konsultan Hukum salah satu hak asasi manusia yang dijamin di dalam
Indonesia (AKHI), Himpunan Konsultan Hukum UUD Tahun 1945. Pasal 28 UUD Tahun 1945
Pasar Modal (HKHPM) dan Asosiasi Pengacara
menyatakan bahwa kemerdekaan berserikat dan
Syariah Indonesia (APSI).
berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan
Kemudian pada 23 Mei 2003, KKAI mengeluarkan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan
Kode Etik Advokat Indonesia (KEAI) yang masih undang-undang. Amandemen Ke-II UUD Tahun
digunakan sampai dengan saat ini.20 1945 kemudian menambahkan Pasal 28E ayat (3)
Di dunia, dikenal tiga bentuk organisasi advokat. UUD Tahun 1945 yang menyatakan setiap orang
Pertama, Single Bar Association, yaitu hanya ada satu berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan
organisasi advokat dalam suatu yurisdiksi (wilayah mengeluarkan pendapat.
hukum dalam suatu negara). Organisasi lain tetap Menurut Jimly Asshiddiqie, kebebasan berserikat
mungkin ada tapi hanya satu yang diakui negara dan para harus dijamin dalam konstitusi karena merupakan salah
advokat wajib bergabung di dalamnya.21 Kedua, Multi Bar satu bentuk natural rights yang bersifat fundamental dan
Association, yakni terdapat beberapa organisasi advokat melekat dalam peri kehidupan bersama umat manusia.
yang masing-masing tegak berdiri sendiri. Ketiga, Sebabnya ialah bahwa setiap manusia selalu mempunyai
Federation of Bar Associaton, yakni organisasi-organisasi kecenderungan untuk bermasyarakat, dan dalam
advokat yang ada bergabung/bersatu dalam federasi bermasyarakat itu perilaku setiap orang untuk memilih
di tingkat nasional. Dalam hal ini, sifat keanggotaannya teman dalam hubungan-hubungan social merupakan
adalah ganda, pada tingkat lokal dan nasional.22 sesuatu yang alami sifatnya.24
Bentuk organisasi advokat dapat dianalogikan Hak asasi manusia melekat pada manusia
dengan konsep kenegaraan. Bentuk negara secara kodrati sebagai anugrah Tuhan Yang Maha
menyatakan struktur organisasi sebagai suatu Esa. Hak-hak ini tidak dapat diingkari.25 Kebebasan
keseluruhan, yang meliputi semua unsurnya atau untuk berkumpul dan berserikat menyangkut
negara dalam wujudnya sebagai suatu organisasi. kebebasan untuk menentukan pilihan organisasi
dengan atau kemana. Dengan kata lain, seseorang
20
PERADI, Kitab Advokat Indonesia, Bandung: PERADI, 2007, haruslah secara sukarela menentukan sendiri
hlm. 100.
21
Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang
kehendak bebasnya, tidak karena dipaksa ataupun
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003
tentang Advokat, DPR RI, 2013.
23
Ibid.
22
Lentera Timur, 9 Mei 2012, Organisasi Advokat dan
24
Jimly Asshiddiqie, Kemerdekaan Berserikat Pembubaran
Federalisme Indonesia, (online), (http://www.lenteratimur. Partai Politik dan Mahkamah Konstitusi, Jakarta: Konstitusi
com/organisasi-advokat-dan-federalisme-indonesia/ Press, 2006, hlm. 22.
diakses 13 Oktober 2015).
25
Penjelasan Umum UU HAM.
Monika Suhayati Pengaturan Sistem Organisasi Advokat dalam Rancangan Undang-Undang 323
digiring orang lain untuk mengikuti suatu organisasi. 5(d)(ix) the Convention on the Elimination of Racial
Setiap orang berhak untuk mendirikan organisasi Discrimination of 1966. Dalam ketentuan tersebut
dalam rangka mengekspresikan ide dan gagasan dinyatakan secara tegas bahwa the right to freedom
atau mengorganisasikan upaya mewujudkan of peaceful assembly and association menjadi bagian
keyakinannya secara demokratis.26 hak istimewa dari setiap manusia.
Jaminan dalam konstitusi tersebut diatur lebih Kebebasan untuk berserikat dan berkumpul
lanjut dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 merupakan hak asasi yang dapat dikurangi atau dibatasi
tentang Hak Asasi Manusia (UU HAM) dan Undang- dalam kondisi tertentu (derogable rights) berdasarkan
Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Pasal 28J ayat (2) UUD 1945 dan Pasal 70 UU HAM.
Kemasyarakatan. Pasal 24 UU HAM menyatakan: Pasal 28J ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa dalam
(1) Setiap orang berhak untuk berkumpul, berapat, menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib
dan berserikat untuk maksud-maksud damai. tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan
(2) Setiap warga negara atau kelompok masyarakat undang-undang dengan maksud semata-mata untuk
berhak mendirikan partai politik, lembaga menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak
swadaya masyarakat atau organisasi lainnya untuk kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan
berperan serta dalam jalannya pemerintahan dan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai
penyelenggaraan negara sejalan dengan tuntutan agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu
perlindungan, penegakan, dan pemajuan hak masyarakat demokratis.
asasi manusia dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. II. PEMBAHASAN
Di tingkat internasional, jaminan kebebasan UU Advokat menganut sistem single bar
berserikat dan berkumpul dijamin dalam Universal association sebagaimana dinyatakan dalam Pasal
Declaration of Human Rights (UDHR) dan International 28 ayat (1) UU Advokat bahwa Organisasi Advokat
Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR). Article merupakan satu-satunya wadah profesi Advokat
20 (1) UDHR menyatakan, “everyone has the right yang bebas dan mandiri yang dibentuk sesuai
to freedom of peaceful assembly and association” dengan ketentuan UU Advokat dengan maksud dan
(setiap orang memiliki hak atas kebebasan berkumpul tujuan untuk meningkatkan kualitas profesi Advokat.
secara damai dan berserikat). Selanjutnya dalam Sistem single bar association merupakan sistem
Article 20 (2) UDHR menyatakan, “no one may be yang menentukan hanya ada satu organisasi advokat
compelled to belong to an association” (tak seorang dalam bentuk integrated/compulsory bar yang
pun dapat dipaksa untuk dimiliki sebuah asosiasi). dapat berdiri pada suatu yurisdiksi. Padahal dalam
Dalam ICCPR, hak kebebasan berkumpul (the right kenyataannya saat ini terdapat banyak organisasi
of peaceful assembly) diatur dalam Article 21 ICCPR: advokat di Indonesia, antara lain IKADIN, AAI, IPHI,
“The right of peaceful assembly shall be HAPI, SPI, AKHI, HKHPM, dan APSI.
recognized. No restrictions may be placed on the Indonesia sebagai negara hukum menjamin
exercise of this right other than those imposed kebebasan untuk berserikat dan berkumpul
in conformity with the law and which are sebagaimana diatur dalam Pasal 28E ayat (3) UUD
necessary in a democratic society in the interests Tahun 1945 yang kemudian diatur lebih lanjut dalam
of national security or public safety, public order Pasal 24 UU HAM. Perwujudan kebebasan untuk
(ordre public), the protection of public health berserikat dan berkumpul antara lain yaitu kebebasan
or morals or the protection of the rights and
untuk mendirikan organisasi. Negara dan pemerintah
freedoms of others”.
bertanggung jawab untuk menghormati, melindungi,
Sedangkan mengenai kebebasan berserikat membela, dan menjamin hak asasi manusia setiap
(freedom of association) diatur dalam Article 22 (1) warga negara dan penduduknya tanpa diskriminasi.
ICCPR, “Everyone shall have the right to freedom of Hak asasi manusia harus selalu menjadi titik tolak
association with others, including the right to form and dan tujuan dalam penyelenggaraan kehidupan
join trade unions for the protection of his interests” bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(setiap orang berhak atas kebebasan berserikat dengan Kewajiban menghormati hak asasi manusia tersebut,
orang lain, termasuk hak untuk membentuk dan tercermin dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
bergabung dengan serikat pekerja untuk melindungi 1945 yang menjiwai keseluruhan pasal dalam batang
kepentingannya). Pengaturan lebih tegas atas hak tubuhnya, terutama berkaitan dengan kemerdekaan
berserikat dan berkumpul dituangkan dalam Article berserikat dan berkumpul. Kebebasan berserikat
dan berkumpul dijamin pula secara internasional di

26
M. Najib Ibrahim, Legalitas Pembubaran Ormas, Jakarta: dalam UDHR dan ICCPR.
Publica Press, 2014, hal. 23.
324 Kajian Vol. 20 No. 4 Desember 2015 hal. 317 - 328

Dalam Putusan Nomor 112/PUU-XII/2014 dan dapat dengan mudah berpindah ke organisasi lainnya
Nomor 36/PUU-XIII/2015 tanggal 29 September 2015, apabila dikenai sanksi di organisasi asalnya.
Mahkamah Konstitusi berpendapat, meskipun pada Dalam hal ini, penulis berpendapat, bentuk
pertimbangan hukum Mahkamah dalam putusan federation of bar association dapat menjadi pilihan
sebelumnya yaitu Putusan Nomor 101/PUU-VII/2009 terbaik sebagai bentuk organisasi advokat di Indonesia.
pada pokoknya menyatakan bahwa wadah tunggal Sistem federasi dapat mengakomodir kebebasan
organisasi adalah konstitusional, namun hal tersebut berserikat dan berkumpul yang dijamin dalam
esensinya menjadi bagian dari kebijakan hukum yang konstitusi dengan pengaturan persyaratan pendirian
terbuka yang menjadi kewenangan bagi pembentuk organisasi advokat yang diatur dalam undang-undang.
Undang-Undang (Presiden dan DPR) beserta Keanggotaan advokat bersifat ganda di tingkat lokal
pemangku kepentingan (para advokat dan organisasi dan tingkat nasional sehingga advokat wajib menjadi
advokat) untuk menentukan apakah selamanya anggota suatu organisasi advokat lokal sesuai pilihannya
organisasi advokat akan menjadi organisasi tunggal dan menjadi anggota organisasi federasi di tingkat
atau berubah menjadi multi organ. Oleh karenanya, nasional. Federasi organisasi advokat menentukan
masih terdapat upaya hukum lainnya yaitu melalui standar kurikulum pendidikan dan materi ujian advokat,
proses legislative review yang juga menjadi bagian serta standar kelulusan ujian. Pendidikan dan ujian
dari tindakan konstitusional yang dapat dilakukan advokat diselenggarakan oleh masing-masing organisasi
oleh para advokat untuk menentukan solusi yang advokat di tingkat lokal dengan menggunakan standar
terbaik bagi eksistensi organisasi advokat serta untuk yang telah ditentukan oleh federasi organisasi advokat.
menjamin dan melindungi hak-hak konstitusional Hal ini akan mempertahankan kualitas calon advokat
para advokat dalam menjalankan profesinya. yang lulus menjadi advokat. Pengambilan sumpah
Dalam putusan tersebut Mahkamah Konstitusi dilakukan oleh masing-masing organisasi advokat.
kemudian memutuskan Pasal 4 ayat (1) sepanjang Dengan menggunakan bentuk organisasi
frasa “di sidang terbuka Pengadilan Tinggi” UU federasi maka federasi organisasi memiliki
Advokat adalah bertentangan dengan UUD Tahun kewenangan untuk menyusun dan menetapkan kode
1945 sepanjang tidak dimaknai bahwa “Pengadilan etik yang digunakan oleh seluruh organisasi advokat.
Tinggi atas perintah Undang-Undang wajib Kemudian dalam hal menghindarkan adanya praktek
mengambil sumpah bagi para advokat sebelum advokat yang dikenakan sanksi di suatu organisasi
menjalankan profesinya tanpa mengaitkan dengan advokat kemudian berpindah ke organisasi lainnya
keanggotaan Organisasi Advokat yang secara de maka penyelesaian perkara pelanggaran kode
facto ada yaitu Peradi dan KAI”.27 etik dilakukan pada tingkat pertama di organisasi
Berdasarkan pendapat Mahkamah Konstitusi advokat dimana advokat yang bersangkutan menjadi
dalam Putusan Nomor 112/PUU-XII/2014 dan Nomor anggota. Apabila advokat tersebut tidak merasa
36/PUU-XIII/2015, penentuan bentuk organisasi puas maka dapat mengajukan banding. Penyelesaian
advokat merupakan kebijakan hukum yang terbuka perkara pelanggaran kode etik pada tingkat banding
yang menjadi kewenangan pembentuk Undang- dilakukan di federasi organisasi advokat.
Undang (Presiden dan DPR) beserta pemangku Bentuk federation of bar association digunakan
kepentingan (para advokat dan organisasi advokat). di beberapa negara, antara lain Jepang dan Uni Eropa.
Bentuk organisasi advokat menjadi salah satu Organisasi federasi advokat di Jepang yaitu Japan
substansi dalam perubahan UU Advokat. Dalam Federation of Bar Associations/Nihon Bengoshi Rengokai
hal ini menurut Penulis, dengan adanya kebebasan (JFBA) dibentuk pada 1 September 1949 dengan tujuan
untuk berserikat dan berkumpul yang dijamin sebagai sumber pelindungan hak asasi manusia dan
dalam Pasal 28E ayat (3) UUD Tahun 1945 dan Pasal perwujudan keadilan sosial (Pasal 2 Anggaran Dasar
24 UU HAM maka dimungkinkan terdapat lebih JFBA), untuk mempertahankan para advokat (Pasal
dari satu organisasi advokat di Indonesia (multi 8 Attorney Act), dan mengingat maksud keberadaan
bar). Namun, apabila sistem multi bar association dan kewajiban advokat, untuk memutuskan hal-hal
diterapkan di Indonesia maka akan timbul berbagai yang berhubungan dengan pedoman, liaison, serta
permasalahan antara lain tidak terjaminnya kualitas supervisi terhadap semua advokat dan asosiasi-asosiasi
advokat dikarenakan setiap organisasi advokat dapat advokat dalam rangka menjaga martabat mereka serta
menentukan sendiri kurikulum pendidikan advokat memperbaiki dan memajukan profesi mereka. Saat
dan ujian advokat, masing-masing organisasi advokat ini terdapat 52 organisasi advokat lokal dan 30.518
akan memiliki kode etik yang berbeda, dan advokat advokat yang menjadi anggota JFBA.28


27
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 112/PUU-XII/2014
28
Japan Federation of Bar Associations. About the JFBA,
dan Nomor 36/PUU-XIII/2015 tanggal 29 September 2015. (online), (http://www.nichibenren.or.jp/en/about/us/
profile/history.html diakses 4 Desember 2015).
Monika Suhayati Pengaturan Sistem Organisasi Advokat dalam Rancangan Undang-Undang 325
Pembentukan JFBA dilatarbelakangi pengesahan mendirikan organisasi advokat diwujudkan dalam
Konstitusi Jepang pada tahun 1946 yang membawa bentuk persyaratan pendirian organisasi advokat
sebuah transformasi besar dalam hal peran advokat. sebagaimana diatur dalam Pasal 15 RUU Advokat.
Konstitusi ini memberikan pelindungan hak asasi Pasal 15 RUU Advokat menyatakan:
manusia, demokrasi (kedaulatan rakyat), dan (1) Organisasi Advokat harus memenuhi persyaratan
pasifisme. Sebelum Konstitusi berlaku, advokat yang ditetapkan oleh Undang-Undang ini.
berada di bawah Kementerian Hukum (Minister of (2) Persyaratan Organisasi Advokat sebagaimana
Justice). Dalam Konstitusi ini menyatakan bahwa dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:
misi para advokat adalah melindungi hak asasi a. berbadan hukum;
manusia serta mewujudkan keadilan sosial. Attorney b. beranggotakan Advokat;
Act Jepang yang disahkan pada 1949 kemudian c. memiliki program kerja dalam bidang
menetapkan bahwa advokat berada di bawah kendali pemberian Jasa Hukum dan Jasa Hukum
JFBA dan perhimpunan-perhimpunan advokat (bar Secara Cuma-Cuma;
associations).29 d. memiliki kepengurusan 100% (seratus
Federasi organisasi advokat di Uni Eropa yaitu persen) dari jumlah provinsi, paling sedikit
The European Bars Federation/Fédération des 30% (tiga puluh persen) dari jumlah
Barreaux d’Europe (FBE). FBE didirikan di Barcelona kabupaten/kota pada setiap provinsi yang
pada 23 Mei 1992 sebagai penerus Conférence des bersangkutan; dan
Grands Barreaux d’Europe. Kantor pusat FBE berada e. lolos verifikasi yang dilakukan setiap 4
di Strasbourg, Jerman. Keanggotaan FBE terbuka bagi (empat) tahun sekali oleh Menteri.
organisasi advokat nasional dan lokal dalam Council
Pengaturan organisasi advokat dalam RUU
of Europe. Saat ini FBE memiliki 250 organisasi
Advokat mengundang tanggapan dari berbagai
sebagai anggota yang mewakili kurang lebih 800.000
pihak. Menurut DPP KAI, dengan diakuinya lebih dari
advokat. FBE mengadakan kongres dua kali dalam
satu organisasi advokat berdasarkan RUU Advokat
setahun, setiap kali di negara yang berbeda di
memperlihatkan bahwa penggunaan sistem multi bar
negara di Eropa. Kongres ini merupakan untuk
dalam RUU Advokat sesuai dengan nafas demokrasi
membahas permasalahan dan berbagi informasi dan
dan reformasi.31 Adapun kekhawatiran penggunaan
pengalaman.30
sistem organisasi multi bar antara lain sebagaimana
Pembentuk undang-undang melalui RUU
diungkapkan oleh Albert Aries, adalah munculnya
Advokat yang dibahas DPR pada periode tahun 2009
banyak organisasi advokat yang “sah” secara undang-
– 2014 memberikan pengaturan yang lebih tegas
undang, berpotensi untuk membuat penegakan
kebebasan untuk mendirikan organisasi advokat
kode etik advokat menjadi sulit untuk dilaksanakan.
sesuai konstitusi. Hal ini terlihat dari Pasal 16 ayat
Misalnya dalam hal adanya advokat dari organisasi
(1) RUU Advokat yang memungkinkan pendirian
A yang dihukum karena pelanggaran etik, kemudian
organisasi advokat oleh paling sedikit 35 (tiga puluh
advokat tersebut tidak menerima putusan tersebut
lima) orang advokat. Lebih lengkapnya Pasal 16 ayat
dan selanjutnya berpindah ke organisasi advokat
(1) RUU Advokat menyatakan Organisasi Advokat
yang lain. Organisasi advokat yang terpecah belah
didirikan dan dibentuk oleh paling sedikit 35 (tiga
dan pada akhirnya akan merugikan masyarakat
puluh lima) orang advokat dengan akta notaris.
pencari keadilan.32
Adapun kebebasan untuk berserikat dan
Menurut Kepala Kejaksaan Tinggi Daerah
berkumpul merupakan hak asasi yang dapat
Istimewa Yogyakarta, perselisihan antara Peradi dan
dikurangi atau dibatasi dalam kondisi tertentu
KAI menunjukkan bahwa pembentukan single bar
(derogable rights) sebagaimana diatur berdasarkan
association dilakukan dengan setengah hati dan tidak
Pasal 28J ayat (2) UUD 1945 dan Pasal 70 UU HAM.
sesuai dengan aspirasi advokat. Single bar association
Pembatasan tersebut untuk menjamin pengakuan
yang gagal dibentuk menunjukkan perlunya
serta penghormatan atas hak dan kebebasan
reformasi internal organisasi. Adapun melihat
orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil
pada sejarah pembentukan organisasi advokat di
sesuai dengan pertimbangan moral, keamanan,
Indonesia, yang selama ini yang terjadi adalah adanya
dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat
bentuk multi bar association. Demikian pula dunia
demokratis. Pembatasan kebebasan untuk
internasional secara umum menerima bentuk multi
Ibid.
29
31
Pendapat disampaikan DPP KAI pada Rapat Dengar
Fédération des Barreaux d’Europe. Fédération des
30
Pendapat Umum Panitia Khusus Pembahasan RUU Advokat
Barreaux d’Europe, (online), (http://www.fbe.org/en/the- DPR RI, DPR RI, DPR RI, Jakarta, 19 Juni 2014.
federation/presentation/presentation-art950.html diakses 32
Albert Aries, Op.Cit..
8 Desember 2015).
326 Kajian Vol. 20 No. 4 Desember 2015 hal. 317 - 328

bar association, sebagaimana dinyatakan dalam warga negara dan penduduk memperoleh keadilan,
Pasal 17 IBA Standards for the Independence of the kemanfaatan, dan kepastian hukum (Pasal 37 RUU
Legal Profession yang menyatakan: Advokat). Anggota Dewan Advokat Nasional dipilih
There shall be established in each jurisdiction one oleh Dewan Perwakilan Rakyat berdasarkan calon
or more independent self governing associations yang diusulkan oleh Presiden (Pasal 43 RUU Advokat).
of lawyers recognized in law, whose council or Apabila mempelajari tugas dan kewenangan
other executive body shall be freely elected by all Dewan Advokat Nasional sebagaimana dalam
the members without interference of any kind by RUU Advokat maka tugas dan kewenangan Dewan
any other body or person. This shall be without
Advokat Nasional merupakan tugas dan kewenangan
prejudice to their right to form or join in addition
other professional associations of lawyers and suatu federasi organisasi advokat, antara lain
jurists.33 menyusun Kode Etik, menyusun dan menetapkan
standar pendidikan profesi advokat secara nasional,
Lebih lanjut menurut Kepala Kejaksaan Tinggi menetapkan sistem keanggotaan advokat pada
Daerah Istimewa Yogyakarta, solusi terbaik untuk tingkat nasional, menyelesaikan perkara pelanggaran
mengatasi perselisihan mengenai wadah tunggal Kode Etik Advokat pada tingkat banding. Tugas
organisasi advokat adalah dengan mengakui bahwa Dewan Advokat Nasional diatur dalam Pasal 39 RUU
sistem multi bar association adalah tepat untuk Advokat, yaitu:
diterapkan di Indonesia dan tidak memaksakan a. meningkatkan peran profesi Advokat dalam
dibentuk sistem single bar association. Adapun syarat penegakan hukum di Indonesia;
pembentukan organisasi advokat harus diatur dalam b. meningkatkan pengetahuan, kompetensi,
satu ketentuan perundangan tersendiri. Sebagai dan kemahiran Advokat dalam menjalankan
alternatif disamping sistem multi bar association, profesinya;
sistem yang cocok diterapkan di Indonesia adalah c. menyusun Kode Etik;
federation of bar association. Dalam sistem ini, d. menyusun dan mengevaluasi standar pendidikan
organisasi advokat yang ada akan memilih Dewan profesi Advokat secara nasional;
Pengurus Federasi di tingkat pusat untuk menjadi e. mendata keanggotaan Advokat pada tingkat
perwakilan mereka diantaranya dalam hubungan nasional;
internasional dan mempunyai hak wewenang f. menyelesaikan perkara pelanggaran Kode Etik
atas penyelenggaraan Pendidikan Khusus Profesi Advokat pada tingkat banding;
Advokat (PKPA) atau bar examination. Adapun g. memfasilitasi Organisasi Advokat dalam
penyelenggaraan ujian maupun kursus advokat dapat menyusun peraturan di bidang Advokat dan
diselenggarakan oleh suatu lembaga independen meningkatkan kualitas profesi Advokat;
yang khusus ditunjuk untuk itu. Independensi h. menyampaikan laporan pertanggungjawaban
penyelenggara bertujuan agar bar association tidak penerimaan dan pengeluaran keuangan yang
terjebak dalam komersialisasi baik jabatan maupun bersumber dari dana bantuan negara secara
pelaksanaan kursus dan ujian advokat.34 berkala 1 (satu) tahun sekali kepada Pemerintah
RUU Advokat melahirkan suatu lembaga setelah diperiksa oleh Badan Pemeriksa
baru, Dewan Advokat Nasional, sebagai upaya Keuangan; dan
mengembangkan profesi advokat dan meningkatkan i. melakukan tugas lain yang diberikan oleh
penegakan hukum di Indonesia (Pasal 36 ayat (1) undang-undang.
RUU Advokat). Dewan Advokat Nasional bersifat
mandiri dan tidak memiliki hubungan organik dengan Wewenang Dewan Advokat Nasional
lembaga negara dan instansi pemerintahan lainnya, sebagaimana diatur dalam Pasal 40 RUU Advokat,
serta dalam menjalankan tugas dan wewenangnya yaitu:
bebas dari campur tangan kekuasaan lainnya (Pasal a. menetapkan berbagai kebijakan yang dapat
36 ayat (2) RUU Advokat). Pembentukan Dewan meningkatkan peran profesi advokat dalam
Advokat Nasional bertujuan untuk meningkatkan penegakan hukum di Indonesia;
mutu pelayanan advokat di bidang hukum agar setiap b. menetapkan berbagai kebijakan untuk
meningkatkan pengetahuan, kompetensi, dan

33
Pendapat disampaikan Kepala Kejaksaan Tinggi Daerah kemahiran advokat dalam menjalankan profesinya;
Istimewa Yogyakarta pada Kunjungan Kerja Panitia Khusus
c. menetapkan Kode Etik;
Pembahasan RUU Advokat DPR RI, DPR RI, Yogyakarta, 20
Juni 2014. d. menetapkan standar pendidikan profesi Advokat

34
Pendapat disampaikan Kepala Kejaksaan Tinggi Daerah secara nasional;
Istimewa Yogyakarta pada Kunjungan Kerja Panitia Khusus e. menetapkan sistem keanggotaan Advokat pada
Pembahasan RUU Advokat DPR RI, DPR RI, Yogyakarta, 20 tingkat nasional;
Juni 2014.
Monika Suhayati Pengaturan Sistem Organisasi Advokat dalam Rancangan Undang-Undang 327
f. menyelesaikan perkara pelanggaran Kode Etik Dewan Advokat Nasional adalah menetapkan sistem
Advokat pada tingkat banding; keanggotaan advokat pada tingkat nasional (40
g. menetapkan pedoman bagi Organisasi Advokat huruf e RUU Advokat). Namun, ketentuan bahwa
dalam menyusun peraturan di bidang Advokat organisasi advokat yang ada bergabung atau bersatu
dan meningkatkan kualitas profesi Advokat; dan dalam Dewan Advokat Nasional di tingkat nasional,
h. melaksanakan wewenang lain yang diberikan belum diatur dalam RUU Advokat. Hal ini penting
oleh undang-undang. diatur dalam RUU Advokat demi kepastian hukum
hubungan antara federasi organisasi advokat dengan
Adapun berkaitan dengan pendidikan
organisasi advokat yang bernaung didalamnya.
khusus profesi advokat dan ujian advokat
Dengan pengaturan ini diharapkan RUU Advokat
menjadi diselenggarakan oleh organisasi advokat
menjadi solusi atas permasalahan adanya dua
sebagaimana diatur dalam Pasal 10 RUU Advokat.
organisasi advokat yang menyatakan diri sebagai
Pasal 10 RUU Advokat menyatakan:
organisasi advokat berdasarkan UU Advokat.
(1) Pendidikan khusus profesi Advokat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) huruf e
III. PENUTUP
diselenggarakan oleh Organisasi Advokat.
(2) Ujian profesi Advokat sebagaimana dimaksud A. Kesimpulan
dalam Pasal 9 ayat (2) huruf e diselenggarakan Profesi advokat erat kaitannya dengan organisasi
oleh Organisasi Advokat. advokat tempat berlindung para advokat. Bentuk
(3) Standar pendidikan khusus profesi Advokat organisasi yang dianut oleh UU Advokat ditentukan
ditetapkan oleh Dewan Advokat Nasional. dalam Pasal 28 ayat (1) UU Advokat, yaitu single bar
association. Bentuk single bar association yang dianut
Mengenai pengambilan sumpah, RUU Advokat
oleh Undang-Undang Advokat menimbulkan berbagai
mengatur pengambilan sumpah dilakukan dengan
permasalahan, antara lain pengambilan sumpah
dipandu oleh ketua organisasi advokat tempat
bagi para calon advokat dan adanya dua organisasi
advokat tersebut terdaftar dengan dipandu oleh
advokat yang menyatakan diri sebagai organisasi
rohaniwan. Apabila ketentuan ini berlaku maka
advokat berdasarkan UU Advokat. Ketentuan bentuk
pengambilan sumpah tidak lagi dilakukan oleh Ketua
organisasi dalam UU Advokat ini hendak direvisi
Pengadilan Tinggi. Pengambilan sumpah diatur dalam
melalui pengaturan dalam RUU Advokat. RUU Advokat
Pasal 12 ayat (1) RUU Advokat yang menyatakan
memberikan pengaturan yang lebih tegas atas
sebelum menjalankan profesinya, advokat wajib
kebebasan untuk mendirikan organisasi advokat yang
bersumpah atau berjanji menurut agama dan
dijamin dalam konstitusi tersebut melalui Pasal 16
kepercayaannya yang dipimpin oleh ketua Organisasi
ayat (1) RUU Advokat yang memungkinkan pendirian
Advokat tempat advokat tersebut terdaftar dengan
lebih dari satu organisasi advokat.
dipandu oleh rohaniwan.
Sistem organisasi federation of bar association
Mengenai penyelesaian pelanggaran kode etik
dapat menjadi pilihan terbaik sebagai bentuk
diatur dalam Pasal 33 dan Pasal 34 RUU Advokat.
organisasi advokat di Indonesia. Sistem federasi
Pasal 33 RUU Advokat sebagai berikut:
mengakomodir kebebasan berserikat dan berkumpul
(1) Dewan Kehormatan memeriksa dan mengadili
yang dijamin dalam Pasal 28E ayat (3) UUD Tahun
perkara pelanggaran Kode Etik pada tingkat
1945 yang kemudian diatur lebih lanjut dalam Pasal
pertama.
24 UU HAM dengan pembatasan berupa persyaratan
(2) Keputusan Dewan Kehormatan tidak
pendirian organisasi advokat yang diatur dalam Pasal
menghilangkan tanggung jawab pidana jika
15 RUU Advokat.
pelanggaran terhadap Kode Etik mengandung
Federasi organisasi advokat memiliki
unsur pidana.
kewenangan menentukan standar kurikulum
Pasal 34 RUU Advokat menyatakan advokat pendidikan dan materi ujian advokat, serta standar
dapat mengajukan banding atas putusan Dewan kelulusan ujian. Pendidikan dan ujian advokat
Kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ke diselenggarakan oleh masing-masing organisasi
Majelis Kehormatan. advokat di tingkat lokal dengan menggunakan
Salah satu ciri bentuk federation of bar standar yang telah ditentukan oleh federasi
association yaitu organisasi advokat yang ada organisasi advokat. Pengambilan sumpah dilakukan
bergabung/bersatu dalam federasi di tingkat oleh masing-masing organisasi advokat. Federasi
nasional sehingga sifat keanggotaan advokat adalah organisasi memiliki kewenangan untuk menyusun
ganda, pada tingkat lokal dan nasional. RUU Advokat dan menetapkan kode etik yang digunakan oleh
sudah mengatur bahwa salah satu wewenang seluruh organisasi advokat. Penyelesaian perkara
328 Kajian Vol. 20 No. 4 Desember 2015 hal. 317 - 328

pelanggaran kode etik dilakukan pada tingkat Sutomo, Dharma. (2008). Organisasi Advokat Indonesia
pertama di organisasi advokat dimana advokat yang Menurut UU RI No 18 Tahun 2003 Peradi Atau
bersangkutan menjadi anggota dan tingkat banding KAI. Varia Advokat. Volume 05, Agustus.
dilakukan di federasi organisasi advokat.
Dokumen
B. Saran
DPR RI. Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang
Pengaturan mengenai organisasi advokat yang
tentang Advokat, 2013.
menjamin kebebasan berserikat dan berkumpul
telah diberikan dalam RUU Advokat. Demikian DPR RI. Rancangan Undang-Undang tentang Advokat,
pula pembentukan Dewan Advokat Nasional yang 2013.
dimaksudkan sebagai solusi konflik antarorganisasi
advokat yang terjadi saat ini telah diatur dalam RUU Peraturan Perundang-undangan
Advokat. Oleh karena itu pengesahan RUU Advokat
Republik Indonesia. Undang-Undang Dasar Negara
mendesak untuk segera dilakukan demi memberikan
Republik Indonesia Tahun 1945.
kepastian hukum bagi profesi advokat dan pada
akhirnya bagi para pencari keadilan. Adapun, RUU Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 39
Advokat perlu mengatur Dewan Advokat Nasional Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
sebagai suatu federasi organisasi advokat. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 165. Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3886.
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 18
DAFTAR PUSTAKA Tahun 2003 tentang Advokat. Lembaran Negara
Tahun 2003 Nomor 49. Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4288.
Buku
Asshiddiqie, Jimly. (2006). Kemerdekaan Berserikat Website
Pembubaran Partai Politik dan Mahkamah Aries, Albert. (2014). Quo Vadis RUU Advokat,
Konstitusi, Jakarta: Konstitusi Press. Multi Bar atau Single Bar?, (online), (http://
www.hukumonline.com/berita/baca/
Ibrahim, M. Najib. (2014). Legalitas Pembubaran lt54102eeca51bb/quo-vadis-ruu-advokat-
Ormas, Jakarta: Publica Press. -multi-bar-atau-single-bar-broleh--albert-
PERADI, Kitab Advokat Indonesia. (2007). Bandung: aries-#_edn2 diakses 28 Agustus 2015).
PERADI. Hukumonline. (2015). Inilah Piagam Kesepahaman
Rosyadi, Rahmat dan Sri Hartini. (2003). Advokat Peradi-KAI, (online), (http://www.hukumonline.
dalam Perspektif Islam & Hukum Positif. Jakarta: com/berita/baca/lt4c244e8658883/inilah-
Penerbit Ghalia Indonesia. piagam-kesepahaman-peradikai> diakses 17
September 2015).
Sarmadi, H. A. Sukris. (2009). Advokat Litigasi & Non
Litigasi Pengadilan Menjadi Advokat Indonesia Hukumonline. (2015). KAI Tegaskan Wadah
Kini. Bandung: CV Mandar Maju. Tunggal Belum Terbentuk, (online), (http://
www.hukumonline.com/berita/baca/
Sinaga, V. Harlen. (2011). Dasar-dasar Profesi
lt55b9a03d2207f/kai-tegaskan-wadah-tunggal-
Advokat, Jakarta: Penerbit Erlangga.
belum-terbentuk> diakses 17 September 2015).
Winata, Frans Hendra. (2009). Pro Bono Publico Hak
Lentera Timur. (2015). Organisasi Advokat dan
Konstitusional Fakir Miskin Untuk Memperoleh
Federalisme Indonesia, (online), (http://www.
Bantuan Hukum. Jakarta: Penerbit PT Gramedia
lenteratimur.com/organisasi-advokat-dan-
Pustaka Utama.
federalisme-indonesia/> diakses 13 Oktober 2015).

Jurnal
Taufik, Ade Irawan. (2013). Sinergisitas Peran dan
Tanggung Jawab Advokat dan Negara dalam
Pemberian Bantuan Hukum Cuma-Cuma. Jurnal
RechtsVinding. Volume 2 Nomor 1, April.

You might also like