You are on page 1of 29

Konsep dan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan

Muskuloskeletal: Osteoporosis

Dosen
Ade Tika H, S.Kep.,Ners., M.Kep
Disusun Oleh
Anggi Noviyanti (AKX.16.019)
Pratama Wijaya (AKX.16.094)
Selly Rizka Dewi (AKX.16.119)

D III Keperawatan Konsentrasi Anestesi

STIkes Bhakti Kencana Bandung

Jln. Soekarno Hatta No.754

Cibiru Bandung

2016/2017
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita, sehingga kita dapat menyelesaikan
makalah tentang “Konsep dan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Muskuloskeletal: Osteoporosis”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca. Sehingga menambah wawasan para pembaca.

Bandung, 13 Maret 2018

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .................................................................................. ..i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ..ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Masalah ......................................................... ..1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................. ..2
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................... ..3

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengeritan...............................................................................4
2.2 Etiologi...................................................................................5
2.3 Patofisiologis……………………..........................................6
2.4 Tanda dan Gejala……………………………........................7
2.5 Pemeriksaan Penunjang…………………………………......7
2.6 Penatalaksanaan......................................................................8

BAB III: KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Pengkajian..............................................................................9
3.2 Analisa Data..........................................................................13
3.3 Pathway.................................................................................16
3.4 Diagnosa Keperawatan..........................................................16
3.5 Intervensi Keperawatan.........................................................16
3.6 Implementasi..........................................................................23
3.7 Evaluasi..................................................................................23

ii
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................24
3.2 Saran............................................................................24
Daftar Pustaka.............................................................................................25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan progresif padaorganisme
yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibelserta
menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu. Proses alamiyang
disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupunsosial akan
saling berinteraksi satu sama laini. Proses menua yang terjadipada lansia secara
linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu,kelemahan (impairment),
keterbatasan fungsional (functional limitations), ketidakmampuan (disability), dan
keterhambatan (handicap) yang akandialami bersamaan dengan proses
kemunduran.
Dengan bertambahnya usia terdapat peningkatan hilang tulang secaralinear.
Hilang tulang ini lebih nyata pada wanita disbanding pria. Tingkathilang tulang
ini sekitar 0,5 - 1% per tahun dari berat tulang pada wanitapasca menopause dan
pada pria > 80 tahun. Hilang tulang ini lebih mengenai bagian trabekula
disbanding bagian korteks, dan pada pemeriksaan histologik wanita dengan
osteoporosis spinal pasca menopause tinggal mempunyai tulang trabekula <
14% (nilai normal pada lansia 14 - 24% ).
Sepanjang hidup tulang mengalami perusakan (dilaksanakan oleh
selosteoklas) dan pembentukan (dilakukan oleh sel osteoblas) yang
berjalanbersama-sama, sehingga tulang dapat membentuk modelnya seseuai
denganpertumbuhan badan (proses remodelling). Oleh karena itu dapat
dimengerti bahwa proses remodelling ini akan sangat cepat pada usia remaja
(growth spurt). Terdapat berbagai factor yang mempengaruhi pembentukan
danpengrusakan oleh kedua jenis sel tersebut. Apabila hasil akhir perusakan
(resorbsi/destruksi) lebih besar dari pembentukan (formasi) maka akan timbul
osteoporosis.

1
Penyakit tulang dan patah tulang merupakan salah satu dari
sindromgeriatric, dalam arti insidens dan akibatnya pada usia lanjut yang cukup
significant.
Kondisi ini tentu saja sangat mencemaskan siapapun yang peduli, hal ini
terjadi karena ketidaktahuan pasien terhadap osteoporosis dan akibatnya. Beberapa
hambatan dalam penanggulangan dan pencegahan osteoporosis antara lain karena
kurang pengetahuan, kurangnya fasilitas pengobatan, factornutrisi yang
disediakan, serta hambatan-hambatan keuangan. Sehinggadiperluan kerja sama
yang baik antara lembaga-lembaga kesehatan, dokterdan pasien.
Pengertian yang salah tentang perawatan osteoporosis sering terjadi
karena kurangnya pengetahuan. Peran dari petugas kesehatan dalam hal ini adalah
dokter dan perawatsangatlah mutlak untuk dilaksanakan. Karena dengan perannya
akan membantu dalam mengatasi peningkatan angka prevalensi dari osteoporosis.
Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan berperan dalam upaya pendidikan dengan
memberikan penyuluhan tentang pengertian osteoporosis,penyebab dan gejala
osteoporosis serta pengelolaan osteoporosis.
Berperan juga dalam meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan keseh
atan serta peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik pasien serta keluarganya
dalammelaksanakan pengobatan osteoporosis. Peran yang terakhir adalah
peningkatan kerja sama dan system rujukan antar berbagai tingkat fasilitas
pelayanan kesehatan, hal ini akan memberi nilai posistif dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian osteoporosis?
2. Bagaimana etiologi, patofisiologi, komplikasi, pemeriksaan diagnostik, dan
penatalaksanaan medis pada klien osteoporosis?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien osteoporosis?

2
1.3 Tujuan Penulisan

1. Meningkatkan pengetahuan mengenai pengertian, etiologi, patofisiologi,


pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan medis pada klien osteoporosis.
2. Meningkatkan pengetahuan mengenai asuhan keperawatan pada klien
osteoporosis.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
Osteoporosis adalah suatu keadaan pengurangan jaringan tulang per unit
volume, sehingga tidak mampu melindungi atau mencegah terjadinya fraktur
terhadap trauma minimal. Secara histopatologis osteoporosis ditandai oleh
berkurangnya ketebalan korteks disertai dengan berkurangnya jumlah maupun
ukuran trabekula tulang.
Penurunan Massa tulang ini sebagai akibat dari berkurangnya pembentukan,
meningkatnya perusakan (destruksi) atau kombinasi dari keduanya.
Menurut pembagiannya dapat dibedakan atas :
1. Osteoporosis Primer yang terjadi bukan sebagai akibat penyakit yang lain,
yang dibedakan lagi atas :
a. Osteoporosis tipe I (pasca menopause), yang kehilangan tulang terutama
dibagian trabekula
b. Osteoporosis tipe II (senilis), terutama kehilangan Massa tulang daerah
korteks
c. Osteoporosis idiopatik yang terjadi pada usia muda denganpenyebab
yang tidak diketahui
2. Osteoporosis sekunder, yang terjadi pada /akibat penyakit lain, antara lain
hiperparatiroid, gagal ginjal kronis, arthritis rematoid dan lain-lain.

2.2 Etiologi
1. Determinan Massa Tulang
Massa tulang maksimal pada usia dewasa ditentukan oleh berbagai
factor antara lain :
a. Faktor Genetic

4
Perbedaan genetic mempunyai pengaruh terhadap kepadatan tulang.
b. Faktor Mekanik
Beban mekanik berpengaruh terhadap massa tulang, bertambahnya
beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya massa tulang.
Ada hubungan langsung dan nyata antara massa otot dan massa tulang.
Kedua hal tersebut menunjukkan respon terhadap kerja mekanik. Beban
mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan juga
massa tulang yang besar.
c. Faktor Makanan dan Hormon
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup
(protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal
sesuai dengan pengaruh genetic yang bersangkutan
2. Determinan pengurangan Massa Tulang
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penurunan massa tulang
pada usia lanjut yang dapat mengakibatkan fraktur osteoporosis pada
dasarnya sama seperti pada factor-faktor yang mempengaruhi massa tulang.
a. Faktor Genetik
Factor genetik berpengaruh terhadap resiko terjadinya fraktur. Pada
seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat resiko
fraktur dari seseorang denfan tulang yang besar.
b. Faktor Mekanis
Pada umumnya aktifitas fisik akan menurun dengan bertambahnya usia
dan karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanik, massa
tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya usia.
c. Faktor Lain
1) Kalsium
Kalsium merupakan nutrisi yang penting, dengan masukan
kalsium yang rendah dan absorbsinya tidak baik akan mengakibatkan
keseimbangan kalsium yang negatif begitu sebaliknya.

5
2) Protein
Parotein yang berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan
keseimbangan kalsium yang negatif
3) Estrogen
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan
mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium, karena
menurunnya efisiensi absorbsi kalsium dari makanan dan juga
menurunnya konservasi kalsium diginjal.
4) Rokok dan kopi
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung
akan mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai
masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh rokok terhadap
penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat
memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.
5) Alkohol
Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan
masukan kalsium yang rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin
yang meningkat. Mekanisme yang pasti belum diketahui.

2.3 Patofisiologi
Remodeling tulang normal pada orang dewasa akan meningkatkan massa
tulang sampai sekitar usia 35 tahun. Genetik, nutrisi, gaya hidpu (merokok,
minum kopi), dan aktifitas fisik mempengaruhi puncak massa tulang. Kehilangan
karena usia mulai segera setelah tercapai puncaknya massa tulang.
Menghilangnya estrogen pada saat menopause mengakibatkan percepatan
resorbsi tulang dan berlangsung terus selama tahun-tahun pasca menopause.
Faktor nutrisi mempengaruhi pertumbuhan osteoporosis. Vitamin D
penting untuk absorbsi kalsium dan untuk mineralisasi tulang normal. Diet
mengandung kalsium dan vitamin D harus mencukupi untuk mempertahankan

6
remodelling tulang dan fungsi tubuh. Asupan kalsium dan vitamin D yang tidak
mencukupi selama bertahun-tahun mengakibatkan pengurangan massa tulang dan
pertumbuhan osteoporosis.

2.4 Tanda Dan Gejala


1. Nyeri dengan atau tanpa adanya fraktur yang nyata
2. Nyeri timbul secara mendadadak
3. Nyeri dirasakan ringan pada pagi hari (bangun tidur)
4. Nyeri akan bertambah karena melakukan aktifitas atau pekerjaan sehari-hari
atau karena pergerakan yang salah
5. Rasa sakit karena oleh adanya fraktur pada anggota gerak
6. Rasa sakit karena adanya kompresi fraktur paa vertebra
7. Rasa sakit hebat yang terlokalisasi pada daerah vertebra
8. Rasa sakit akan berkurang apabila pasien istirahat di tempat tidur

2.5 Pemeriksaan Penunjang


Osteoporosis teridentifikasi pada pemeriksaan sinar-x rutin bila sudah
terjadi demineralisasi 25% sampai 40%. Tampak radiolusesnsi tulang. Ketika
vertebra kolaps, vertebra torakalis menjadi berbentuk baji dan vertebra lumbalis
menjadi bikonkaf.
Pemeriksaan laboratorium (missal kalsium serum, fosfat, serum, fosfatase
alkalu, ekskresi kalsium urine, ekskresi hidroksi prolin urine, hematokrit, laju
endap darah), dan sinar-x dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
diagnosis medis lain (missal ; osteomalasia, hiperparatiroidisme, dlll) yang juga
menyumbang terjadinya kehilangan tulang.
Absorbsiometri foton-tunggal dapat digunakan untuk memantau massa
tulang pada tulang kortikal pada sendi pergelangan tangan. Absorpsiometri dual-
foton, dual energy x-ray absorpsiometry (DEXA) , dan CT mampu memberikan
informasi menganai massa tulang pada tulang belakang dan panggul. Sangat

7
berguna untuk mengidentifikasi tulang osteoporosis dan mengkaji respon
terhadap terapi.

2.6 Penatalaksanaan
Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi dan seimbang
sepanjang hidup, dengan peningkatan asupan kalsium paa permulaan umur
pertengahan, dapat melindungi terhadap demineralisasi skeletal.
Pada menopause, terapi penggantian hormon dengan estrogen dan
progesterone dapat diresepkan untuk memperlambat kehilangan tulang dan
mencegah terjadinya patah tulang yang diakibatkannya.
Obat-obat yang lain yang dapat diresepkan untuk menanngani
osteoporosis termasuk kalsitonin, natrium florida, dan natrium etidronat.
Kalsitonin secara primer menekan kehilangan tulang dan diberikan secara injeksi
subkutan atau intramuskular. Efek samping (missal : gangguan gastrointestinal,
aliran panas, frekuensi urin), biasanya ringan dan hanya kadang-kadang dialami.
Natrium florida memperbaiki aktifitas osteoblastik dan pembentukan tulang.

8
BAB III

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian Keperawatan


 Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa
medik, alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk
menentukan tindakan selanjutnya.
 Anamnesis
 Riwayat kesehatan. Anamnesis memegang peranan penting pada
evaluasi klien osteoporosis. Kadang keluhan utama (missal fraktur
kolum femoris pada osteoporosis). Factor lain yang perlu diperhatikan
adalah usia, jenis kelamin, ras, status haid, fraktur pada trauma
minimal, imobilisasi lama, penurunan tinggi badan pada orang tua,
kurangnya paparan sinar matahari, kurang asupan kalasium, fosfat dan
vitamin D. obat-obatan yang diminum dalam jangka panjang, alkohol
dan merokok merupakan factor risiko osteoporosis. Penyakit lain yang
juga harus ditanyakan adalah ppenyakit ginjal, saluran cerna, hati,
endokrin dan insufisiensi pancreas. Riwayat haid , usia menarke dan
menopause, penggunaan obat kontrasepsi, serta riwayat keluarga yang
menderita osteoporosis juga perlu dipertanyakan.
 Pengkajian psikososial. Perlu mengkaji konsep diri pasien terutama
citra diri khususnya pada klien dengan kifosis berat. Klien mungkin
membatasi interaksi social karena perubahan yang tampak atau
keterbatasan fisik, misalnya tidak mampu duduk dikursi dan lain-lain.
Perubahan seksual dapat terjadi karena harga diri rendah atau tidak
nyaman selama posisi interkoitus. Osteoporosis menyebabkan fraktur

9
berulang sehingga perawat perlu mengkaji perasaan cemas dan takut
pada pasien.
 Pola aktivitas sehari-hari. Pola aktivitas dan latihan biasanya
berhubungan dengan olahraga, pengisian waktu luang dan rekreasi,
berpakaian, mandi, makan dan toilet. Beberapa perubahan yang terjadi
sehubungan dengan dengan menurunnya gerak dan persendian adalah
agility, stamina menurun, koordinasi menurun, dan dexterity
(kemampuan memanipulasi ketrampilan motorik halus) menurun.
Adapun data subyektif dan obyektif yang bisa didapatkan dari klien
dengan osteoporosis adalah :

 Pemeriksaan fisik
1. Kemunduran musculoskeletal
Indikator primer dari keparahan imobilitas pada system
musculoskeletal adalah penurunan tonus, kekuatan, ukuran, dan
ketahanan otot; rentang gerak sendi; dan kekuatan skeletal. Pengkajian
fungsi secara periodik dapat digunakan untuk memantau perubahan
dan keefektifan intervensi.
2. Kemunduran kardiovaskuler
Tanda dan gejala kardivaskuler tidak memberikan bukti
langsung atau meyaknkan tentang perkembangan komplikasi
imobilitas. Hanya sedikit petunjuk diagnostic yang dapat diandalkan
pada pembentukan trombosis. Tanda-tanda tromboflebitis meliputi
eritema, edema, nyeri tekan dan tanda homans positif. Intoleransi
ortostatik dapat menunjukkan suatu gerakan untuk berdiri tegak seperti
gejala peningkatan denyut jantung, penurunan tekanan darah, pucat,
tremor tangan, berkeringat, kesulitandalam mengikuti perintah dan
sinkop

10
3. Kemunduran Respirasi
Indikasi kemunduran respirasi dibuktikan dari tanda dan gejala
atelektasis dan pneumonia. Tanda-tanda awal meliputi peningkatan
temperature dan denyut jantung. Perubahan-perubahan dalam
pergerakan dada, perkusi, bunyi napas, dan gas arteri mengindikasikan
adanaya perluasan dan beratnya kondisi yang terjadi.
4. Perubahan-perubahan integument
Indikator cedera iskemia terhadap jaringan yang pertama
adalah reaksi inflamasi. Perubahan awal terlihat pada permukaan kulit
sebagai daerah eritema yang tidak teratur dan didefinisikan sangat
buruk di atas tonjolan tulang yang tidak hilang dalam waktu 3 menit
setelah tekanan dihilangkan
5. Perubahan-perubahan fungsi urinaria
Bukti dari perubahan-perubahan fungsi urinaria termasuk
tanda-tanda fisik berupa berkemih sedikit dan sering, distensi
abdomen bagian bawah, dan batas kandung kemih yang dapat diraba.
Gejala-gejala kesulitan miksi termasuk pernyataan ketidakmampuan
untuk berkemih dan tekanan atau nyeri pada abdomen bagian bawah
6. Perubahan-perubahan Gastrointestinal
Sensasi subjektif dari konstipasi termasuk rasa tidak nyaman
pada abdomen bagian bawah, rasa penuh, tekanan. Pengosonganh
rectum yang tidak sempurna, anoreksia, mual gelisah, depresi mental,
iritabilitas, kelemahan, dan sakit kepala.
Pemeriksaan fisik kadang menemukan adanya patah tulang, kifosis
vertebra torakalis atau pemendekan tinggi badan. Masalah mobilitas dan
pernafasan dapat terjadi akibat perubahan postur dan kelemahan otot.
Konstipasi dapat terjadi akibat inaktifitas.

11
 Pemeriksaan diagnostic/penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium (misalnya : kalsium serum, fosfat serum,
fosfatase alkali, eksresi kalsium urine,eksresi hidroksi prolin urine,
LED)
b) Pemeriksaan x-ray
c) Pemeriksaan absorpsiometri
d) Pemeriksaan Computer Tomografi (CT)
e) Pemeriksaan biopsy

12
3.2 Analisa Data
No Data Etiologi Problem
1. DS : Tulang rapuh dan mudah Nyeri berhubungan dengan
o Pasien mengatakan nyeri patah akan menyebabkan dampak sekunder dari
tulang belakang yang fraktur yang akan fraktur, spasme otot,
intensitas serangannya mengakibatkan gangguan deformitas tulang.
meningkat pada malam pada fungsi ekstremitas atas
hari.(skala : 1-10). dan bawah sehingga
o Pasien mengatakan sakit pergerakan fragmen tulang,
hebat dan terlokalisasi spasme otot dan akan
pada vertebra yang menimbulkan masalah
terserang. nyeri
o Pasien mengatakan Nyeri
berkurang pada saat
istirahat di tempat tidur
DO :
o Pasien kelihatan menahan
nyeri.
o Pasien tidak bisa bergerak
bebas
2. DS : Tulang rapuh dan mudah Hambatan mobilitas fisik
o Pasien mengatakan patah akan menyebabkan berhubungan dengan
aktivitasnya terganggu pasien jatuh sehingga disfungsi sekunder akibat
o Pasien mengatakan terjadi deformitas skelet perubahan skeletal
kesulitan dalam bergerak sehingga menyebabkan (kifosis), nyeri sekunder
DO : berkurangnya kemampuan atau fraktur baru.
o Pasien mengalami pergerakan yang akan
kesulitan bergerak tempat menyebabkan masalah

13
tidur hambatan mobilitas fisik.
o Pasien terlihat terbaring
lemah di tempat tidur
3. DS : Osteoporosis akan Resiko terhadap cidera :
- Pasien mengatakan lemas menyebabkan tulang rapuh farktur b.d osteoporosis
Dan kaku dan mudah patah sehingga
DO : pasien mudah
- Pasien tampak lemah jatuh/kecelakaan yang akan
menyebabkan masalah
resiko terhadap cidera

14
3.3 Pathway

Normal

Genetik,gaya hidup,alcohol
Penurunan prod.hormon

Penurunan masa tulang

Osteoporosis (gangguan muskuloskeletal)

Kiposis/Gibbus

Pengaruh pada fisik Pengaruh pada


psikososial

Fungsi tubuh Keterbatasan gerak Konsep diri


menurun
-pembatasan gerak -gambaran body image -Isolasi social
- kemampuan memenuhi ADL - Inefektif koping
individu
- ileus (obstruksi usus)
imobilitas fisik

Kurang pengetahuan
Konstipasi b/d ilues Fraktur spasme otot
b/d proses osteoporosis

Reseptor nyeri
Risiko cedera
b/d imobilitas

Nyeri akut b/d fraktur

15
3.4 Diagnosa Keperawatan Yang Dapat Muncul
1. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi
2. Nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur, spasme otot,
deformitas tulang.
3. Konstipasi b.d imobilitas atau terjadi ileus
4. Resiko terhadap cidera : fraktur b.d osteoporosis
5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat
perubahan skeletal (kifosis), nyeri sekunder atau fraktur baru.

3.5 Intervensi Keperawatan


NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1. Nyeri NOC : NIC:
berhubungan - Pain Level, Pain Pain Management
dengan dampak control, Comfort level  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
sekunder dari Kriteria Hasil : termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
fraktur, spasme  Mampu kualitas dan factor presipitasi.
otot, deformitas mengontrol nyeri (tahu  Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
tulang. penyebab nyeri,  Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
Definisi : mampu menggunakan mengetahui pengalaman nyeri pasien.
Sensori yang tidak tehnik nonfarmakologi  Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri.
menyenangkan dan untuk  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau.
pengalaman mengurang nyeri,  Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain
emosional yang mencari bantuan). tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau.
muncul secara  Melaporkan bahwa  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
actual atau nyeri berkurang dengan menemukan dukungan.
potensial kerusakan menggunakan  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
jaringan atau manajemen nyeri. seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan.

16
menggambarkan  Mampu mengenali  Kurangi faktor presipitasi nyeri.
adanya nyeri (skala,  Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi,
kerusakan (Asosiasi intensitas, frekuensi non farmakologi dan inter personal).
Studi Nyeri dan tanda nyeri).  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
Internasional):  Menyatakan rasa intervensi.
serangan mendadak nyaman setelah nyeri  Ajarkan tentang teknik non farmakologi.
atau pelan berkurang.  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
intensitasnya dari  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri.
ringan sampai berat  Tingkatkan istirahat.
yang dapat
 Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan
diantisipasi dengan
tindakan nyeri tidak berhasil.
akhir yang dapat
 Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
diprediksi dan
dengan durasi
Analgesic Administration
kurang dari 6 bulan.
 Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat
Batasan
nyeri sebelum pemberian obat.
karakteristik :
 Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan
 Laporan secara
frekuensi.
verbal atau non
 Cek riwayat alergi.
verbal. Fakta
 Pilih analgesic
dari observasi.
yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik
 Posisi antalgic
ketika pemberian lebih dari satu.
untuk
 Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe
menghindari
dan beratnya nyeri.
nyeri.
 Tentukan analgesik pilihan,
 Gerakan
rute pemberian, dan dosis optimal.
melindungi.
 Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan
 Tingkah laku

17
berhati-hati. nyeri secara teratur.
 Muka topeng.  Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberia
 Gangguan tidur n analgesik pertama kali.
(mata sayu,  Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri
tampak capek, hebat.
sulit atau  Evaluasi efektivitas analgesik, tanda
gerakan kacau, dan gejala (efek samping).
menyeringai).
 Terfokus pada
diri sendiri.
 Fokus
menyempit
(penurunan
persepsi waktu,
kerusakan
proses berpikir,
penurunan
interaksi dengan
orang dan
lingkungan).
 Tingkah laku
distraksi,
contoh : jalan-
jalan, menemui
orang lain
dan/atau
aktivitas,
aktivitas

18
berulang-
ulang).
 Respon
autonom
(seperti
diaphoresis,
perubahan
tekanan darah,
perubahan
nafas, nadi dan
dilatasi pupil).
 Perubahan
autonomic
dalam tonus
otot (mungkin
dalam rentang
dari lemah ke
kaku).
 Tingkah laku
ekspresif
(contoh :
gelisah,
merintih,
menangis,
waspada,
iritabel, nafas
panjang/berkelu
h kesah).

19
 Perubahan
dalam nafsu
makan dan
minum.
Faktor yang
berhubungan :
Agen injuri
(biologi, kimia,
fisik, psikologis)
2. Kurang NOC : NIC :
pengetahuan - Knowlwdge : disease Teaching : disease Process
mengenai proses process.  Berikan penilaian
osteoporosis dan - Knowledge : health tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses
program terapi Behavior penyakit yang spesifik.
Definisi : Tidak Kriteria Hasil :  Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana
adanya atau  Pasien dan keluarga hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi,
kurangnya menyatakan dengan cara yang tepat.
informasi kognitif pemahaman tentang  Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada
sehubungan dengan penyakit, kondisi, penyakit, dengan cara yang tepat.
topic spesifik. prognosis dan program  Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat.
Batasan pengobatan.  Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara
karakteristik  Pasien dan keluarga yang tepat.
:memverbalisasikan mampu melaksanakan  Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi,
adanya masalah, prosedur yang dengan cara yang tepat.
ketidakakuratan dijelaskan secara benar.  Hindari harapan yang kosong.
mengikuti instruksi,  Pasien dan keluarga  Sediakan bagi
perilaku tidak mampu menjelaskan keluarga informasi tentang kemajuan pasien
sesuai. kembali apa yang dengan cara yang tepat.

20
Faktor yang dijelaskan perawat/tim  Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
berhubungan kesehatan lainnya diperlukan untuk mencegah komplikasi di
:keterbatasan masa yang akan datang dan atau proses
kognitif, pengontrolan penyakit.
interpretasi  Diskusikan pilihan terapi atau penanganan.
terhadap informasi  Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
yang salah, mendapatkan second opinion dengan
kurangnya cara yang tepat atau diindikasikan.
keinginan untuk  Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan,
mencari informasi, dengan cara yang tepat.
tidak mengetahui  Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas
sumber-sumber lokal, dengan cara yang tepat.
informasi.  Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara yang
tepat.
3. Hambatan NOC NIC:
mobilitas fisik  Joint movement: active Exercise theraphy : ambulation
berhubungan  Mobility level  Monitoring vital sign sebelum/sesudah
dengan disfungsi  Self care : ADLs latihan dan lihat respon pasien saat latihan.
sekunder akibat Kriteria hasil :  Konsultasikan dengan terapi fisik tentang
perubahan  Klien meningkat rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan.
skeletal (kifosis), dalam aktifitas fisik  Bantu klien untuk menggunakan tongkat.
nyeri sekunder  Mengerti tujuan dari  Saat berjalan dan cegah terhadap cedera.
atau fraktur baru. peningkatan mobilias  Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan
Defenisi :  Memverbalisasikan Lain tentang teknik ambulasi.
keterbatasan pada perasaan dalam  Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi.
pergerakan fisik

21
Tubuh atau satu  meningkatkan  Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan
atau lebih kekuatan dan ADLs secara mandiri sesuai dengan
ekstremitas secara kemampuan kemampuan.
Mandiri atau  berpindah  Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi.
terarah  Memperagakan  Dan bantu penuhi kebutuhan ADLs pasien.
penggunaan alat bantu  Berikan alat bantu jika klien memerlukan.
untuk mobilisasi
4. Resiko terhadap NOC NIC
cidera : farktur Risk control Environment management (manajemen lingkungan)
b.d osteoporosis Kriteria hasil :  Sediakan lingkungan yang aman untuk
 Klien terbebas dari pasien.
Definisi : beresiko cedera.  Identifikasi kebutuhan keamanan pasien sesuai
mengalami cedera  Klien mampu dengan kondisi fisik dan fungsi
sebagai akibat menjelaskan cara atau  Kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu
kondisi lingkungan metode. pasien.
yang berinteraksi  Untuk mencegah  Menghindari lingkungan yang berbahaya
dengan sumber injury/cedera. (memindahkan perabotan).
adaptif dan sumber  Klien mampu  Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih.
defensive individu. menjelaskan factor  Menganjurkan keluarga pasien untuk menemani
resiko dari pasien
 Lingkungan / perilaku  Memindahkan barang-barang yang dapat
personal membahayakan.
 Mampu memodifikasi
gaya hidup untuk
 Mencegah injury/
cedera
 Menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada

22
 Mampu mengenali
perubahan status
 Kesehatan.

3.6 Implementasi
Selama tahap implementasi, perawat melaksanakan rencana asuhan
keperawatan. Instruksi keperawatan diimplementasikan untuk membantu klien
memenuhi kebutuhan yang telah direncanakan.

3.7 Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
1) Nyeri berkurang.
2) Terpenuhinya kebutuhan mobilitas fisik.
3) Status psikologi yang seimbang.
4) Tidak terjadi cedera.
5) Terpenuhinya kebutuhan, pengetahuan dan informasi

23
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan massa tulang total.


Terdapat perubahan pergantian tulang homeostatis normal, kecepatan resorpsi tulang
lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, menyebabkan penurunan massa
tulang total. Tulang secara progresif mengalami porus, rapuh dan mudah fraktur.
(brunner and suddarth, 2002)

3.2 Saran

Sebagai perawat dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan berperaan


dalam upaya pendidikan dengan memberikan penyuluhan tentang pengertian
osteoporosis, penyebab dan gejala osteoporosis serta pengelolaan osteoporosis.
Berperan juga dalam peninggkatan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan serta
peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik pasien serta keluarganya dalam
melaksanakan pengobatan osteoporosis. Peran teakhir yang adalah peningkatan kerja
sama dan system rujukan antar berbagai tingkat fasilitas pelayanan kesehatan, hal ini
akan member nilai posistif dalam upaya peningkatan dejarat kesehatan masyarakat.

24
Daftar Pustaka

Brunner and Suddart, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 3, EGC,
Jakarta

https://beingagoodnurse.wordpress.com/2014/09/23/makalah-osteoporosis/

https://www.scribd.com/document_downloads/direct/296985300?extension=docx&ft
=1520946565&lt=1520950175&user_id=331035235&uahk=nfINUVkGFcMJOuUPb
Ba3pdbh5VE

25

You might also like