You are on page 1of 9

EFEK LAKSATIF PERASAN BUAH MENGKUDU (Morinda

citrifolia L) PADA MENCIT JANTAN PUTIH GALUR SWISS


WEBSTER YANG DIINDUKSI GAMBIR DENGAN METODE
TRANSIT INTESTINAL

ARTIKEL

Diajukan sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Oleh :
BAIQ SITI RAUDLATUL HIKMAH
051313a003

PROGRAM STUDI FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
FEBRUARI, 2016
THE LAXATIVE EFFECT OF NONI FRUIT JUICE (Morinda citrifolia L) IN
MALE MICE OF SWISS WEBSTER STRAIN INDUCED BY GAMBIR
USING INTESTINAL TRANSIT METHOD
Baiq Siti Raudlatul Hikmah, Dian Oktianti, Richa Yuswantina

baiqsitiraudlatulhikmah@rocketmail.com

ABSTRACT

Background : Mengkudu fruit (Morinda citrifolia L) often called as pace or noni is a


native plant from Indonesia long been known empirically as a laxantia containing
anthraquinone compounds. Objectives : The aim of this study is to determine the
laxative effect of noni juice in male mice of swiss webster strain induced by gambir
using intestinal transit method.
Method : Type of study design was pure experiment with post test only control group
design using a completely randomized design (CRD) consisting of a negative control
group (aguadest+CMC Na 1%), a positive control group (Bisacodil), and 3 treatment
groups of noni fruit juice (Morinda citrifolia L) with the concentration of 20% v/v;
30%v/v; and 40% v/v. The data were obtained in the form of data % ratio of the
distance of marker passed by norit with the entire length of the colon. The data were
analyzed by using SPSS 17.0 for Windows with 95% confidence level.
Results : The analysis showed that the treatment group of noni fruit juice (Morinda
citrifolia L) concentration of 20% v/v; 30%v/v; and 40% v/v have a laxative effect,
but not comparable bisacodil, and laxantia activity of noni fruit juice (Morinda
citrifolia L) with the concentration of 20% v/v by 37,72%; 30% v/v by 56,32% and
40% v/v by 64,96% views % ratio of the distance of marker passed by norit.
Conclusion : noni fruit juice (Morinda citrifolia L) concentration of 20% v/v;
30%v/v; and 40% v/v have a laxative effect, but not comparable bisacodil

Keywords : Noni fruit (Morinda citrifolia L), laxative, transit intestinal


method, anthraquinone
EFEK LAKSATIF PERASAN BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia L)
PADA MENCIT JANTAN PUTIH GALUR SWISS WEBSTER YANG
DIINDUKSI GAMBIR DENGAN METODE TRANSIT INTESTINAL
Baiq Siti Raudlatul Hikmah, Dian Oktianti, Richa Yuswantina

baiqsitiraudlatulhikmah@rocketmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang : Buah mengkudu (Morinda citrifolia L) atau yang disebut pace
maupun noni merupakan tumbuhan asli Indonesia yang sudah dikenal lama oleh
penduduk secara empiris berkhasiat sebagai laksansia yang mengandung senyawa
antrakuinon. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek laksatif
perasan buah mengkudu (Morinda citrifolia L) pada mencit jantan putih galur swiss
webster yang diinduksi gambir dengan metode transit intestinal.
Metode : Jenis rancangan penelitian ini bersifat eksperimental murni dengan post test
only control group design dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari
Kelompok I kontrol negatif (aquadest+CMC Na 1%), Kelompok II kontrol positif
(suspensi Bisakodil). Dan 3 kelompok perlakuan perasan buah mengkudu
konsentrasi 20% v/v; 30% v/v; 40% v/v. Data yang didapat berupa data % Rasio
jarak marker yang dilalui norit terhadap panjang usus keseluruhan. Data dianalisis
menggunakan SPSS 17,0 for Windows dengan taraf kepercayaan 95% .
Hasil : Hasil analisis menunjukkan bahwa kelompok perlakuan perasan buah
mengkudu konsentrasi 20% v/v, 30% v/v dan 40% v/v memiliki efek laksatif tetapi
tidak sebanding bisakodil, dan aktivitas laksansia perasan buah mengkudu (Morinda
citrifolia L) konsentrasi 20% v/v sebesar 37,72%; 30% v/v sebesar 56,32% dan 40%
v/v 64,96% dilihat dari nilai % rasio jarak marker yang dilalui norit.
Simpulan : perasan buah mengkudu konsentrasi 20% v/v, 30% v/v dan 40% v/v
memiliki efek laksatif tetapi tidak sebanding bisakodil

Kata kunci : Buah mengkudu (Morinda citrifolia L), laksansia, metode transit
intestinal, antrakuinon

PENDAHULUAN
Konstipasi adalah gangguan buang air besar berupa berkurangnya frekuensi
defekasi, sensasi tidak puas, terdapat rasa sakit, perlu ekstra mengejan dan feses yang
keras. Proses defekasi dapat terjadi kurang dari 3 kali seminggu atau lebih dari 3 hari
tidak defekasi (Djojoningrat, 2006 dalam Sudoyo dkk, 2006).
Banyak hal yang dapat menyebabkan konstipasi, tetapi pada umumnya
gangguan konstipasi yang banyak dialami orang disebabkan oleh banyak hal
diantaranya kurang mengkonsumsi makanan berserat seperti sayur dan buah, kurang
minum, kurang berolahraga, stress dan kebiasaan mengkonsumsi obat-obat pencahar
untuk membantu buang air besar sehingga jika tidak mengkonsumsi merasa sulit
buang air besar (Djunarko dan Hendrawati, 2011)
Obat pencahar atau laksansia adalah zat-zat yang dapat menstimulasi gerakan
peristaltik usus sebagai reflek dari rangsangan langsung terhadap dinding usus dan
dengan demikian menyebabkan atau mempermudah buang air besar (defekasi) dan
meredakan sembelit (Tjay dan Raharja, 2008).
Banyak obat yang mengandung bahan kimia yang dapat mengatasi konstipasi,
namun karena efek samping dari obat tersebut berupa efek samping langsung maupun
tidak langsung atau terakumulasi. Jika penggunaan jangka panjang dapat
menyebabkan diare dan efek terkait seperti hipokalemia. Hal ini dapat terjadi karena
bahan kimia bersifat anorganik dan murni, sementara tubuh bersifat organik dan
kompleks. Pengobatan menggunakan bahan-bahan alami saat ini menjadi alternatif
dalam penyembuhan berbagai penyakit dengan efek samping minimal dibandingkan
obat-obatan kimia (Wikanjati, 2010).
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efek laksatif dari perasan buah
mengkudu (Morinda citrifolia L) pada mencit jantan putih Swiss Webster.
METODE PENELITIAN
ALAT DAN BAHAN
1. Alat
Kandang mencit, timbangan mencit, spuit oral, spuit injeksi,
timbangan analitik, mistar (penggaris), gelas ukur, beker glas, scalpel, spidol,
juicer, labu takar, pipet tetes, pinset, gunting bedah.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah mengkudu
(Morinda citrifolia L), Mencit jantan sebanyak 25 ekor, Aquadest, Norit,
Bahan pembanding Bisakodil, Gambir , Bahan kimia untuk identifikasi, CMC
Na 1%
CARA PENELITIAN
1. Determinasi Tanaman
Determinasi dilakukan di Laboratorium Ekologi dan Biosistematik
Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Diponegoro Semarang.
2. Penyiapan bahan dan pembuatan perasan
Buah mengkudu (Morinda citrifolia L) yang digunakan adalah buah
mengkudu (Morinda citrifolia L) yang sudah matang dipohon. Untuk
pembuatan perasan dapat dilakukan dengan memeras buah mengkudu
(Morinda citrifolia L )menggunakan juicer Buah mengkudu (Morinda
citrifolia L) yang telah dicuci bersih dimasukkan kedalam juicer
3. Identifikasi antrakuinon’
1 ml filtrat dimasukkan dalam tabung reaksi kemudian tambahkan
larutan 10% KOH dalam methanol. Warna filtrat berubah menjadi kuning
coklat (Anonim 1987)
4. Pemberian perlakuan hewan uji
Pada uji ini mencit dikelompokkan menjadi 5 kelompok perlakuan
yang berisi 5 ekor mencit. Masing-masing hewan uji diberi perlakuan sebagai
berikut:
a. Kelompok I sebagai kontrol negatif diberi aquadest 0,5ml/20 g BB secara
peroral.
b. Kelompok II sebagai kontrol positif diberi bisakodil dengan dosis 0,0364
mg/20 g BB secara peroral.
c. Kelompok III diberi perasan buah mengkudu dengan konsentrasi 20% v/v
secara peroral.
d. Kelompok IV diberi perasan buah mengkudu dengan konsentrasi 30% v/v
secara peroral.
e. Kelompok V diberi perasan bauh mengkudu dengan konsentrasi 40% v/v
secara peroral.
5. Analisa data
Data yang diperoleh berupa persen rasio jarak marker terhadap
panjang usus keseluruhan. Data dianalisa secara statistik parametrik dan non
parametrik yang didasarkan pada hasil normalitas dan homogenitas kemudian
dilanjutkan dengan menggunakan kruskal wallis dan mann whitney
menggunakan SPSS 17,0 for windows dengan taraf kepercayaan 95%.
HASIL
Hasil determinasi
1b-2b-3b-4b-6b-7b-9b-10b-11b-12b-13b-14b-16a-(Golongan 10.Daun tunggal, Letak
berhadapan) -239b-243b-244a-245b-246b-248b-249b-250a-251a-252b- (Fam
116. Rubiaceae) -1b-3b-4b-5a-(Genus: Morinda)-(Species: Morinda citrifolia)
(Steenis, 1992)
Hasil Identifikasi senyawa antrakuinon
Tabel 1. Identifikasi Senyawa Antrakuinon
Senyawa Prosedur Hasil Pustaka
Antrakuinon 1 ml perasan + 10% Larutan berubah
KOH dalam methanol warna menjadi
kuning cokelat
(Anonim 1987)

Larutan berubah
menjadi kuning
cokelat
PEMBAHASAN
Hewan uji diadaptasikan terlebih dahulu untuk membiasakan diri terhadap
lingkungan, perlakuan baru yang akan diberikan dan untuk menghindari stres pada
saat dilakukan penelitian. Dua puluh lima mencit putih jantan yang telah memenuhi
kriteria dibagi kedalam 5 kelompok secara acak. Semua hewan uji dipelihara dalam
kondisi yang sama. Sebelum dilakukan pengujian, mencit dibuat sembelit dengan
cara memberikan induksi gambir selama 2 hari yang diberikan secara oral.
Dipuasakan 18 jam dengan hanya diberi minum kemudian diberikan bahan uji.
Didiamkan selama 45 menit Seluruh tikus diberi suspensi norit untuk marker. Dua
puluh menit setelah pemberian norit mencit dikorbankan (dibedah) dan usus
dikeluarkan, dipotong secara hati-hati mulai dari pylorus sampai ke rektum, lalu
direnggangkan dan diukur panjang usus seluruhnya dan panjang usus yang dilalui
norit. Evaluasi dengan cara membandingkan % rasio jarak marker dan panjang usus
antara kelompok bahan uji dan kelompok pembanding.
Metode pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara
transit intestinal, karena metode ini dapat digunakan untuk mengevaluasi aktivitas
obat antidiare, laksansia, antispasmodik, berdasarkan pengaruhnya pada rasio jarak
usus yang ditempuh oleh suatu marker dalam waktu tertentu terhadap panjang usus
keseluruhan pada hewan percobaan mencit atau tikus. Obat laksansia akan
memperbesar rasio jarak marker terhadap panjang usus keseluruhan dibandingkan
rasio jarak marker pada hewan yang tidak diberi laksansia.
Parameter yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menghitung rasio jarak
usus yang ditempuh oleh suatu marker (norit) dalam waktu tertentu terhadap panjang
usus keseluruhan. Data hasil perhitungan rasio jarak marker terhadap panjang usus
setelah perlakuan dapat dilihat pada tabel 2
Tabel 2. Perhitungan % rasio jarak marker terhadap panjang usus
Kelompok perlakuan Pengulang PM (cm) U (cm) R (%) Rata-rata ± SD
an
1 12 55,4 21,66
Kontrol Negatif 2 10 60 16,67
(Aquadest+CMC Na 3 9 57,3 15,70 18,77 ± 3,00
1%) 4 10 57 17,54
5 13 58,3 22,29
1 42 60 70
Kontrol Positif 2 44 63 69,84
(Bisakodil 0,0364 3 46,3 65 71,23 70,36 ± 0,60
mg/20g BB+CMC Na 4 46 65 70,76
1%) 5 42 60 70
1 25 65 38,46
I (perasan Buah 2 23,4 63,2 37,02
Mengkudu 20% 3 24,6 63,7 38,61 37,72 ±0,77
v/v+CMC Na 1%) 4 24 64 37,50
5 23,7 64 37,03
1 32,1 57 56,31
II ( perasan Buah 2 32,4 58 55,86
Mengkudu 30% 3 33 58 56,89 56,32± 0,47
v/v+CMC Na 1%) 4 33 58,2 56,70
5 32 57,3 55,84
1 39 60,2 64,78
III ( Perasan Buah 2 39,4 60,4 65,23
Mengkudu 40% 3 43 66 65,15 64,96± 0,24
v/v+CMC Na 1%) 4 39 60 65,00
5 43 66,5 64,66
Keterangan :
PM : Panjang marker norit
U : Panjang usus seluruhnya
R : Rasio persentase lintasan marker
Hasil perlakuan (tabel 4.2) menunjukkan bahwa nilai rata-rata % rasio jarak
marker yang dilalui norit terhadap panjang usus keseluruhan kelompok perlakuan
kontrol negatif (aquadest+CMC Na 1%), kontrol positif (Bisakodil+CMC Na 1%),
konsentrasi 20% v/v, 30% v/v dan 40% v/v masing-masing adalah 18,77%; 70,36%;
37,72%; 56,32% dan 64,96%.
Data % rasio jarak marker terhadap panjang usus keseluruhan, dianalisis
dengan menggunakan uji statistik Shapiro-Wilk. Berdasarkan test normal Shapiro-
Wilk diperoleh nilai signifikansi dari setiap perlakuan kontrol negatif, kontrol positif,
konsentrasi 20% v/v, konsentrasi 30% v/v dan konsentrasi 40% v/v masing-masing
adalah 0,243; 0,187; 0,151; 0,357 dan 0,673 terdistribusi normal. Kemudian analisis
data dilanjutkan dengan uji Levene’s test (homogenitas variansi) hasil uji statistik
homogenitas variansi diketahui bahwa nilai signifikansi 0,000 < 0,05 ini
menunjukkan bahwa data tidak homogeny. Data yang diperoleh memiliki distribusi
normal (p>0,05) dan varian yang tidak homogen (p<0,05), maka data dianalisis
dengan statistik non parametrik menggunakan uji Kruskal-Wallis test. Hasil uji
Kruskal Wallis diperoleh nilai signifikansi 0,000 < 0,05 dan dilanjutkan dengan uji
Mann Whitney. Hasil uji Mann Whitney diperoleh nilai sig. 0,009 (P<0,05) yang
menunjukkan berbeda bermakna artinya efek laksatif berbeda pada masing-,masing
konsentrasi tidak ada yang mempunyai efek sebanding dengan kontrol positif.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
1. Perasan buah mengkudu yang diberikan secara per oral memiliki aktivitas
laksansia pada mencit jantan yang diinduksi gambir dengan metode transit
intestinal.
2. Aktivitas laksansia perasan buah mengkudu (Morinda citrifolia L)
konsentrasi 20% sebesar 37,72%; konsentrasi 30% sebesar 56,32%; dan
konsentrasi 40% v/v sebesar 64,96%
Saran
1. Perlu dilakukan uji toksisitas perasan buah mengkudu pada hewan uji agar
penggunaannya lebih efektif dan aman.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efek laksatif perasan buah
mengkudu (Morinda citrifolia L) terhadap mencit putih swiss webster dengan
konsentrasi yang lebih besar.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1987. Analisis Obat Tradisional. Jilid I. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Hlm 46.
Djojoningrat Dharmika. (2006). Pendekatan Klinis Penyakit Gastroenterologi. In:
Sudoyo W. Aru, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Internal
Publishing, Hal: 444-445.

Tjay, T. H dan K, Rahardja. (2008), Obat-Obat Penting. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.

Wikanjati, A. (2010). Jamu godhog ces pleng. Yogyakarta: Media Pressindo.

Djunarko dan Hendrawati. (2011). Swamedikasi yang baik dan benar. Klaten:
PT.Citra Aji Parama

You might also like