You are on page 1of 12

Hasnah dan Nasril (2009) J.

Floratek 4: 29 - 40

EFEKTIVITAS EKSTRAK BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia L.)


TERHADAP MORTALITAS Plutella xylostella L.
PADA TANAMAN SAWI

The Effectiveness of Great Morinda Extract to


Mortality of Plutella Xylostella L. on Green Mustard

Hasnah* dan Nasril

Fakultas Pertanian Unsyiah, Darussalam Banda Aceh

ABSTRACT

One of the pests frequently attacking mustard greens is Plutella xylostella.


Resulted damage can be up to 58-100% if control is not immediately done,
especially in the dry season. The objective of this research was to obtain a
effective concentration of great morinda extracts for controlling P. xylostella on
mustard green. This research was conducted in Experimental Farm and
Laboratory of Plant Pests and Diseases Department at the Faculty of Agriculture
Unsyiah Darussalam Banda Aceh. The results showed that application of great
morinda was effective to control P. xylostella. Mortality of 100% larva was
recorded at 3 days after application of great morinda extract in the concentration
of 150ml L-1 solution and this was equivalent to 1 ml L-1 of methrin delta
solution, and that the percentage of pupa and imago was 0%. The intensity of
damage to plant leaf of mustard greens was only 15.47% in the application of 150
ml L-1 of great morinda. It can be concluded that the concentration of 150ml L-1
solution of great morinda fruit extracts was effective for controlling P. xylostella
and that was equivalent to 1 ml L-1 of methrin delta solution.

Keywords: great morinda extract, P. xylostella and mustard green

PENDAHULUAN masih muda di persemaian sampai


tanaman dewasa di lapangan
1
Tanaman sawi salah satu (Kalshoven, 1981).
tanman dari famili Crucifera, banyak P. xylostella tersebar diseluruh
kendala yang dihadapi petani pada dunia, dari daerah tropis sampai
waktu membudidayakannya antara daerah sub tropis. Tanaman yang
lain serangan hama. Salah satu hama terserang menjadi rusak berat
yang sering kali menyerang tanaman (Pracaya, 2007). Kerusakan yang
dari famili Crucifera ini adalah ditimbulkan oleh hama tersebut dapat
Plutella xylostella atau disebut mencapai 58 – 100 persen apabila
ngengat ”punggung berlian”. Hama tidak segera dilakuan pengendalian,
ini bersifat kosmopolit, larva P. terutama pada musim kemarau
xylostella menyerang tanaman yang (Rukmana, 1994).
Untuk menekan populasi
hama ini berbagai cara pengendalian
*penulis koresponden

29
Hasnah dan Nasril (2009) J. Floratek 4: 29 - 40

telah ditempuh, baik secara kultur Secara umum insektisida nabati


teknis, mekanis, biologis, maupun diartikan sebagai suatu pestisida yang
dengan insektisida sintetik (Pracaya, bahan dasarnya berasal dari tumbuhan
2005). yang mudah dibuat. Jenis insektisida
Deltamethrin merupakan salah ini bersifat mudah terurai di alam
satu insektisida sintetik yang paling sehingga tidak mencemari lingkungan
banyak dipakai dikalangan petani karena residu mudah hilang (Dinas
yang diaplikasi untuk mengendalikan Pertanian & Kehutanan, 2002).
serangga hama, sehingga Penggunaan ekstrak tumbuhan
penggunaannya harus disesuaikan sebagai salah satu sumber insektisida
dengan tujuan dan sasarannya. nabati didasarkan atas pemikiran
Deltamethrin adalah racun kontak dan bahwa terdapat mekanisme
perut, kurang efektif bila diaplikasi pertahanan dari tumbuhan. Salah satu
melalui tanah atau akar, karena ia senyawa yang dihasilkan oleh
harus bersinggungan langsung dengan tumbuhan yaitu senyawa metabolik
kulit serangga sampai terjadi proses sekunder yang bersifat penolak
penetrasi pada lapisan lilin, polifenol (repellent), penghambat makan
dan kotikula (Taniqu, 2008). (antifeedant/feeding deterrent),
Aplikasi insektisida penghambat perkembangan dan
deltametrin dapat dilakukan dengan penghambat peneluran (oviposition
penyemprotan sebagi tindakan repellent/deterrent) dan sebagai
pencegahan (preventif) terutama pada bahan kimia yang mematikan
tanaman holtikultura dan palawija, serangga dengan cepat (Prijono,
karena insektisida kontak biasanya 1999).
dibekali dengan bahan perekat Salah satu tanaman yang
(sticker) dan perata (spreader), sesuai bersifat sebagai insektisida nabati
dengan takaran yang dianjurkan. adalah mengkudu (Morinda citrifolia
Frekuensi aplikasi berikutnya harus L.). Mursito (2005), menyebutkan
berdasarkan hasil pantuan di lapangan bahwa mengkudu mengandung
yakni berdasarkan hubungan minyak atsiri, alkaloid, saponin,
intensitas serangan yang ditimbulkan flavonoid, polifenol dan antrakuinon.
dengan kepadatan hama di lapangan Kandungan lainnya adalah terpenoid,
(Taniqu, 2008). asam askorbat, scolopetin, serotonin,
Pengendalian hama dengan damnacanthal, resin, glikosida,
menggunakan insektisida sintetik eugenol dan proxeronin (Bangun &
secara berlebihan dapat menimbulkan Sarwono, 2005).
beberapa masalah, antara lain, Hasil penelitian Christiana
resurjensi dan resistensi serta ledakan (2006), dengan menggunakan ekstrak
hama kedua, demikian juga terjadinya buah mengkudu pada konsentari 3%
pencemaran lingkungan baik pada menghasilkan mortalitas dari
litosfer, hidrosfer, maupun atmosfer Bactrocera dorsalis sebesar 50%.
(Solichah, et al.,2004). Berdasarkan uraian tersebut di
Oleh karena itu insektisida atas maka perlu diteliti pengaruh
nabati merupakan alternatif untuk ekstrak buah mengkudu terhadap
menggantikan insektisida sintetik, perkembangan dan mortalitas P.
karena insektisida nabati tidak xylostella.
mengakibatkan efek negatif bagi
manusia, ternak maupun lingkungan.

30
Hasnah dan Nasril (2009) J. Floratek 4: 29 - 40

Identifikasi Masalah sejak bulan Juni sampai September


Apakah ekstrak buah 2008.
mengkudu (M. citrifolia L.)
berpengaruh terhadap mortalitas Bahan dan Alat
larva, persentase pupa yang terbentuk, Bahan yang digunakan dalam
persentase imago P. xylostella yang penelitian ini adalah : Larva P.
muncul dan intensitas kerusakan xylostella instar 2, ekstrak buah
daun tanaman sawi. mengkudu, benih sawi, kapas, daun
sawi, plastik transparan polybag 10
Tujuan Penelitian kg, aquades dan cairan madu (10%).
Penelitian ini bertujuan untuk Alat-alat yang digunakan
mendapatkan konsentrasi ekstrak adalah kotak pemeliharaan serangga,
buah mengkudu (M. citrifolia L.) gelas ukur, cawan petri, cangkul,
yang efektif untuk mengendalikan gembor, tudor ukuran 1 liter, kertas
hama P. xylostella pada tanaman merang, kain kasa, kuas, tali, kapas,
sawi. stoples, dan gunting.

METODE PENELITIAN Rancangan yang Digunakan


Dalam penelitian ini
Tempat dan Waktu Penelitian digunakan Rancangan Acak Lengkap
Penelitian ini dilaksanakan di (RAL) non faktorial yang terdiri dari
Laboratorium & Kebun Percobaan 6 perlakuan dengan 4 ulangan,
Jurusan Hama dan Penyakit sehingga terdapat 24 unit percobaan.
Tumbuhan, Fakultas Pertanian Susunan perlakuan dapat dilihat pada
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Tabel 1 di bawah ini.
Banda Aceh. Penelitian ini dimulai

Tabel 1. Susunan Perlakuan


Perlakuan Kosentrasi ml/L Larutan
K1 30 ml Ekstrak buah mengkudu + 970 ml aquades
K2 60 ml Ekstrak buah mengkudu + 940 ml aquades
K3 90 ml Ekstrak buah mengkudu + 910 ml aquades
K4 120 ml Ekstrak buah mengkudu + 880 ml aquades
K5 150 ml Ekstrak buah mengkudu + 850 ml aquades
K6 1 ml Pestisida deltamethrin + 999 ml aquades

Pelaksanaan Penelitian ditandai dengan berkurangnya


aktivitas makan dan gerak, maka
Pembiakan Serangga Uji
larva-larva tersebut dipindahkan ke
Pembiakan serangga uji
dalam kotak pemeliharaan.
dilakukan dengan mengumpulkan
Imago yang muncul diberi
larva P. xylostella dari lapangan dan
makanan berupa larutan madu 10%.
dipelihara di Laboratorium dengan
Imago dibiarkan berkopulasi dan
menggunakan stoples. Makanan
meletakkan telur pada kertas yang
yang diberikan untuk pemeliharaan
telah disediakan sampai kelompok
hama ini adalah daun sawi segar
telur yang diletakkan cukup banyak.
yang diganti setiap hari. Saat larva
Telur-telur tersebut dipindahkan lagi
akan memasuki stadia pupa, yang
kedalam petridish untuk penetasan

31
Hasnah dan Nasril (2009) J. Floratek 4: 29 - 40

larva, kemudian larva dipindahkan Terkecil (BNT) pada taraf 0,05


ke dalam stoples yang diisi dengan (Gamez & Gomez 1995).
daun sawi segar sebagai makanan
larva. Larva-larva tersebut terus Persiapan Tanah/Lahan
dipelihara dengan memberikan Tanah yang digunakan adalah
makanan daun sawi segar hingga tanah lapisan atas (Top soil). Tanah
memasuki instar ke 2. tersebut dicampur dengan pupuk
kandang dengan perbandingan 2:1
Pembuatan Ekstrak Buah kemudian dimasukkan ke dalam
Mengkudu polybag. Pemupukan dilakukan satu
Pembuatan ekstrak buah minggu sebelum penanaman dengan
mengkudu dilakukan di pupuk urea, TSP, dan Kcl dengan
Laboratorium FMIPA. Buah dosis masing-masing 370 kg urea/ha
mengkudu dicuci bersih, kemudian (3,33g/polybag), 85 kg TSP/ha (0,76
dicincang-cincang kecil lalu g/polybag) dan 480 kg Kcl/ha (4,32
ditiriskan sampai kering air, g/polybag) (Suwandi et. al.,1993).
selanjutnya direndam dalam pelarut
metanol selama 48 jam, tiap hari Persemaian dan Penanaman
diaduk sampai merata selama 15 Persemaian benih sawi
menit. Setelah 48 jam rendaman dilakukan pada bedeng berukuran
disaring, ampas dicuci dengan 100 cm x 100 cm, lima hari sebelum
separuh volume metanol, filtrat yang tabur benih bedengan pembibitan
dihasilkan diuapkan dalam rotary ditaburi dengan 3 kg pupuk kandang.
evaporator. Ekstrak yang tertinggal Bagian atas persemaian diberi atap
setelah penguapan berbentuk gel dari daun kelapa agar terlindung dari
(fraksi kasar). sinar matahari dan curah hujan
secara langsung. Setelah bibit
Metode Pengujian berumur 15 hari, dipindahkan
Metode Pengujian dilapangan kedalam polybag yaitu satu
dilakukan untuk mengetahui tanaman/polybag.
efektivitas ekstrak buah mengkudu
terhadap mortalitas larva, persentase Investasi Hama
pupa yang terbentuk, persentase Masing-masing polybag
imago yang muncul dan intentitas langsung disungkup pada saat tanam.
serangan. Kisaran konsentrasi yang Investasi larva dilakukan pada 7 hari
digunakan disusun berdasarkan nilai setelah tanam masing-masing 5 larva
LC50 yang diperoleh yaitu 3,081 instar II/tanaman sampel.
persen. Konsentarsi tersebut
diperluas untuk mendapatkan tingkat Aplikasi Ekstrak
kematian larva uji 10-95 persen yaitu Aplikasi ekstrak dilakukan
30, 60, 90, 120, dan 150 ml. Sebagai dengan cara menyemprot cairan
pembanding positif digunakan 1 ml ekstrak pada masing-masing tanaman
pestisida deltamethrin. Seluruh data sesuai dengan konsentrasi yang diuji.
hasil pengamatan pada setiap peubah Cairan ekstrak disemprot secara
dihitung dengan analisis ragam, jika merata dengan menggunakan hand
terdapat perbedaan antar perlakuan sprayer ukuran satu liter. Aplikasi
dilanjutkan dengan uji Beda Nyata dilakukan pada saat satu jam sesudah
larva diinvestasikan. Penyemprotan

32
Hasnah dan Nasril (2009) J. Floratek 4: 29 - 40

suspensi ekstrak dilakukan pada sore Persentase Imago Muncul


hari sebanyak 50 ml/pot. Persentase imago muncul
dihitung secara kumulatif dari setiap
Pemeliharaan perlakuan sejak satu hari larva
Pemeliharaan tanaman membentuk pupa sampai muncul
meliputi penyiraman dan imago. Persentase imago dihitung
penyiangan. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan rumus :
sebanyak satu kali sehari yaitu pada
pagi hari. Penyiangan gulma Persentase imago yang terbentuk =
dilakukan untuk menghindari Jumlah imago yang muncul
x100%
persaingan gulma dengan tanaman. Jumlah larva awal
Penyiangan dilakukan setiap kali ada
terdapat gulma selama penelitian,
sehingga kondisi tanaman bebas dari Intensitas Kerusakan
gulma. Intensitas serangan diamati
pada saat 28 hari setelah tanam.
Peubah yang Diamati Besarnya intensitas serangan dapat
Mortalitas Larva dihitung dengan menggunakan
Mortalitas larva P. xylostella rumus sebagai berikut :
diamati sejak satu hari setelah
aplikasi sampai semua larva uji
membentuk pupa atau salah satu I
 (nxv) x100% (Abbott, 1925
ZxN
perlakuan telah menunjukkan
dalam Unterstenhofer, 1963)
kematian 100 persen.
Mortalitas larva uji dihitung
Keterangan :
dengan menggunakan rumus:
I = Intensitas serangan
r
P0 = x100% N = Jumlah daun yang terserang
n tiap katagori
V = Nilai numerik pada setiap
Keterangan : katagori serangan
P0 = Mortalitas larva Z = Nilai numerik dari katagori
a = Jumlah larva yang mati intensitas tertinggi
b = Jumlah larva awal N = Jumlah daun yang diamati

Persentase Pupa yang Terbentuk Nilai Skala:


Persentase pupa yang O = Tidak terdapat serangan
terbentuk dihitung secara kumulatif 1 = Serangan 1-25% dari jumlah
dari setiap perlakuan, sejak satu hari daun yang diamati
larva memasuki fase prapupa sampai 2 = Serangan 26-50% dari jumlah
terbentuk pupa. Persentase pupa daun yang diamati
yang terbentuk dihitung dengan 3 = Serangan 51-75% dari jumlah
menggunakan rumus berikut : daun yang diamati
4 = Serangan 76-100% dari jumlah
Persentase pupa yang terbentuk =
daun yang diamati
Jumlah pupa yang terbentuk
x100%
Jumlah larva awal

33
Hasnah dan Nasril (2009) J. Floratek 4: 29 - 40

HASIL DAN PEMBAHASAN nyata terhadap mortalitas larva P.


Xylostella. Rata-rata mortalitas P.
Mortalitas Larva P. Xylostella xylostella setelah aplikasi ekstrak
Hasil analisis ragam buah mengkudu pada berbagai
menunjukkan bahwa aplikasi ekstrak konsentrasi dapat dilihat pada Tabel
buah mengkudu pada berbagai 2.
tingkat konsentrasi berpengaruh

Tabel 2. Rata-rata Mortalitas Larva P. xylostella Setelah Aplikasi Ekstrak Buah


Mengkudu.
Rata-rata Mortalitas Larva P. xylostella pada Pengamatan (%) (Data Asli dan
Perlakuan (mlL-1
Larutan) Transformasi Arcsin x )
1 HSA 2 HAS 3 HAS
30 25,0 a 29,735 45,000 a 42,115 50,000 a 45,000
60 35,000 ab 36,065 55,000 ab 47,885 65,000 b 53,935
90 50,000 bc 45,000 60,000 ab 51,050 70,000 bc 57,100
120 60,000 cd 51,050 70,000 bc 57,100 80,000 c 63,430
150 65,000 cd 53,935 80,000 c 63,430 100,000 d 89,090
1 75,000 d 60,265 95,000 d 82,675 100,000 d 89,090
BNT 10,55 11,86 7,12
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
tidak berbeda nyata pada taraf α 0.05 (uji BNT)

Tabel 2 di atas menunjukkan Semakin tinggi konsentrasi yang


bahwa mortalitas larva P. xylostella diaplikasikan maka mortalitas larva
akibat aplikasi ekstrak buah P. xylostella semakin tinggi. Dari
mengkudu mulai terjadi pada 1 HSA. hasil pengamatan ini dapat dilihat
Mortalitas larva P. xylostella tertinggi bahwa ekstrak buah mengkudu pada
dijumpai pada K5 dengan konsentrasi konsentrasi 150 ml L-1 larutan setara
150 ml L-1 larutan, sebesar 65 persen dengan 1 ml L-1 larutan
dan tidak berbeda nyata dengan deltamethrin, dengan mortalitas 100
kontrol (Deltamethrin) yaitu sebesar persen.
75 persen, serta mortalitas terendah Rosyidah (2007) menyatakan
pada konsentrasi 30 ml L-1 larutan bahwa senyawa flavonoid dan
sebesar 25 persen. Hasil pengamatan saponin dapat menimbulkan
menunjukkan bahwa mortalitas terus kelayuan pada saraf serta kerusakan
meningkat pada setiap konsentrasi pada spirakel yang mengakibatkan
hingga akhir pengamatan (3 HSA). serangga tidak bisa bernafas dan
Hal ini mengindikasikan bahwa akhirnya mati. Saponin bersifat
ekstrak buah mengkudu memiliki sebagai racun dan antifeedant pada
sifat insektisida yang bekerja dengan kutu, larva, kumbang dan berbagai
cepat. Senyawa aktif dari ekstrak serangga lain.
buah mengkudu antara lain saponin , Proses metabolisme tersebut
flavonoid, polifenol yang bersifat membutuhkan banyak energi. Energi
antifeedant. yang digunakan untuk detoksifikasi
Perbedaan tingkat mortalitas diperoleh dari energi yang
larva P. xylostella yang terjadi seharusnya untuk pertumbuhan dan
disebabkan oleh perbedaan tingkat perkembangan, akibatnya
konsentrasi ekstrak mengkudu.

34
Hasnah dan Nasril (2009) J. Floratek 4: 29 - 40

pertumbuhan serangga akan mengalami getaran luar biasa


terganggu (Ferrar et al.,1989). (tremor) yang dapat menyebabkan
Senyawa kimia pertahanan serangga hilang nafsu makan (effect
tumbuhan merupakan metabolik antifeedant). Efek berikutnya
sekunder atau aleleokimia yang serangga memasuki stadium
dihasilkan pada jaringan tumbuhan, kegelisahan (exitasi) ditandai dengan
dan dapat bersifat toksit, pergerakan seperti berlari dan
menurunkan kemampuan serangga terbang yang tidak terarah. Stadium
dalam mencerna makanan dan pada berikutnya adalah kelumpuhan
akhirnya mengganggu pertumbuhan (paralysis) sampai akhirnya
serangga. Senyawa kimia pertahanan memasuki stadium kematian
tumbuhan meliputi saponin, (mortality) (Omar & Zakaria, 1993).
terpenoid dan flavonoid (Ishaaya,
1986; Howe dan Westley, 1988 Persentase Pupa yang Terbentuk
dalam Nursal dan Etti, 2005). Hasil analisis ragam
Masuknya deltamethrin ke menunjukkan bahwa konsentrasi
dalam tubuh serangga melalui sistem ektrak buah mengkudu berpengaruh
sirkulasi haemolymph analisisnya nyata terhadap persentase pupa P.
diketahui mempengaruhi dan xylostella yang terbentuk. Rata-rata
mengikat sistem kerja enzym persentase pupa P. xylostella yang
cholinestrase, sehingga impuls akan terbentuk setelah aplikasi ekstrak
terus menerus memberi informasi buah mengkudu dapat dilihat pada
tanpa dapat dikontrol oleh Tabel 3.
cholinestrase. Akibatnya dapat
dilihat dari luar tubuh, serangga

Tabel 3. Rata-rata Persentase Pupa P. xylostella yang Terbentuk Setelah Aplikasi


Ekstrak Buah Mengkudu
Perlakuan Pupa yang Terbentuk (%)
-1
(ml L larutan) Data Asli Transformasi Arcsin x
30 50,000 d 45,000
60 35,000 c 36,065
90 30,000 bc 32,900
120 20,000 b 26,570
150 0,000 a 0,910
1 0,000 a 0,910
BNT 7,12
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf α 0.05 (uji BNT)

Dari Tabel 3 di atas dapat konsentrasi rendah sudah mampu


dilihat bahwa pada konsentrasi meracuni larva ataupun
ekstrak buah mengkudu terendah 30 menyebabkan pupa yang terbentuk
ml L-1 larutan sudah mampu tidak normal. Pupa yang terbentuk
menghambat perkembangan pupa. pada konsentrasi tersebut mencapai
Hal ini mengindikasikan bahwa 50 persen dan berbeda nyata dengan
ekstrak buah mengkudu pada konsentrasi 60 ml L-1 larutan.

35
Hasnah dan Nasril (2009) J. Floratek 4: 29 - 40

Persentase pupa yang terbentuk Metabolisme senyawa aktif tersebut


paling rendah dijumpai pada terdiri dari dua tahap. Tahap pertama
konsentrasi 150 ml L-1 larutan. Hal melibatkan reaksi oksidasi,
ini berkaitan langsung dengan tinggi hidrolisis, reduksi dan reaksi
rendahnya jumlah larva yang mati enzimatik lain yang menghasilkan
dan populasi hama pada tanaman senyawa polar. Pada tahap kedua,
tersebut. sebagian hasil reaksi pertama akan
Konsentrasi tinggi yang diikat oleh senyawa polar tertentu
diberikan menyebabkan larva tidak yang terdapat dalam tubuh yang
dapat berkembang dengan sempurna, membentuk konjugat yang larut
akibat keracunan yang disebabkan dalam air. Konjugat ini lalu
oleh senyawa-senyawa toksik pada dikeluarkan dari tubuh bersama-sama
ekstrak buah mengkudu yang dengan kotoran serangga (Duffe and
merusak jaringan saraf, seperti Stout, 1996). Insektisida dengan
senyawa alkaloid sehingga bahan aktif deltamethrin bersifat non
menghambat proses larva menjadi sistemik. Cara kerja insektisida ini
pupa. Stadia pupa merupakan masa berspektrum luas, racun kontak dan
yang tidak aktif, namun proses pencernaan. Insektisida ini masuk ke
metamorfosis pupa tetap berjalan. dalam tubuh serangga melalui cairan
Dengan demikian untuk membentuk tubuh sebagai pembawa yang
pupa sangat tergantung pada selanjutnya ditranslokasikan dan
makanan yang dikonsumsi pada didistribusikan keseluruh jaringan
waktu stadia larva (Subiakto, 2002). tubuh hingga sampai ke terminal
Apabila serangga memakan synaps disusunan saraf. Apabila
senyawa aktif yang bersifat racun, bahan aktif ini masuk ke dalam
bagi serangga yang tidak tahan akan jaringan tubuh serangga pada masa
mengalami kematian, sebaliknya pra pupa (stadia larva atau pupa)
serangga yang toleran akan tetap akan mempengaruhi sistem
bertahan sampai memasuki stadia pergantian kulit (effect chitin
berikutnya menjadi pupa atau imago. inhibitor) sehingga serangga tidak
Serangga yang peka terhadap dapat menyelesaikan siklus hidupnya
senyawa aktif tersebut tidak (Omar dan Zakaria, 1993).
langsung mati, tetapi serangga dapat
bertahan dengan cara Persentase Imago P. xylostella
memaksimumkan pemanfaatan yang Muncul
sumber energi di dalam tubuhnya. Hasil analisis ragam
Konsekuensi dari keadaan ini larva menunjukkan bahwa aplikasi ekstrak
akan mengalami hambatan dalam buah mengkudu pada berbagai
perkembangan dan pertumbuhannya. konsentrasi berpengaruh nyata
Pada serangga yang toleran, senyawa terhadap persentase imago P.
asing yang masuk kedalam tubuhnya xylostella yang muncul. Rata-rata
dapat dinetralkan menjadi tidak aktif, persentase imago P. xylostella yang
sehingga serangga dapat beradaptasi muncul dapat dilihat pada Tabel 4.
dengan senyawa tersebut.

36
Hasnah dan Nasril (2009) J. Floratek 4: 29 - 40

Tabel 4. Rata-rata Persentase Imago P. xylostella yang Terbentuk Setelah


Aplikasi Ekstrak Buah Mengkudu

Perlakuan Pupa yang Terbentuk (%)


-1
(ml L larutan) Data Asli Transformasi Arcsin x
30 25,00 b 29,735
60 20,00 b 26,570
90 20,00 b 26,570
120 0,000 a 0,910
150 0,000 a 0,910
1 0,000 a 0,910
BNT 3,84
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf α 0.05 (uji BNT)

Pada Tabel 4 dapat dilihat yang mengatur perkembangan dan


bahwa persentase imago P. xylostella metamorfosis serangga.
yang muncul pada konsentrasi 120 Sebagaimana diketahui
ml L-1 dan 150 ml L-1 ekstrak buah bahwa mengkudu mengandung
mengkudu, tidak dijumpai imago P. senyawa kimia seperti saponin,
xylostella setara dengan konsentrasi terpenoid dan flavonoid. Pertahanan
1 ml L-1 larutan deltamethrin, tumbuhan merupakan metabolik
sedangkan imago yang muncul sekunder yang dihasilkan pada
paling tinggi dijumpai pada jaringan tumbuhan, dan dapat
-1
konsentrasi 30 ml L larutan sebesar bersifat toksik menurunkan
25 persen. kemampuan serangga dalam
Secara umum dapat dilihat mencerna makanan dan pada
bahwa pada semua konsentrasi akhirnya mengganggu pertumbuhan
ekstrak yang digunakan tidak semua serangga (Ishaaya, 1986; Howe &
pupa yang terbentuk dapat berhasil Westley, 1988 dalam Nursal & Etti,
berkembang menjadi imago. 2005).
Konsentrasi ekstrak yang lebih tinggi Hasil pengamatan secara
mengandung senyawa aktif yang visual terlihat adanya keadaan
lebih banyak, sehingga keberhasilan pembentukan pupa yang abnormal
terbentuknya pupa dan imago lebih (cacat atau berukuran kecil) sehingga
sedikit. imago yang muncul dalam keadaan
Sistem kerja senyawa yang cacat seperti pembentukan sayap
terkandung dalam buah mengkudu yang tidak sempurna.
mengakibatkan gangguan Efek dari deltamethrin dapat
perkembangan serangga sehingga menyebabkan antifeedant. Efek
terjadi kematian pada masa pupa berikutnya serangga memasuki
sebelum menjadi imago. Oka (1995) stadium kegelisahan (exitasi)
menyatakan bahwa hambatan dari ditandai dengan pergerakan seperti
senyawa-senyawa yang bersifat berlari dan terbang yang tidak
toksik yang berasal dari tumbuh- terarah. Stadium berikutnya adalah
tumbuhan terjadi pada sistem kerja kelumpuhan (paralysis) sampai
akhirnya memasuki stadium

37
Hasnah dan Nasril (2009) J. Floratek 4: 29 - 40

kematian (mortality). Apabila bahan Intensitas Kerusakan Daun


aktif ini masuk kedalam jaringan Hasil analisis ragam
tubuh serangga pada masa pra pupa menunjukkan bahwa konsentrasi
(stadia larva atau pupa) akan ekstrak buah mengkudu berpengaruh
mempengaruhi sistem pergantian nyata terhadap intensitas kerusakan
kulit (effect chitin inhibitor) daun. Rata-rata intensitas kerusakan
sehingga serangga tidak dapat daun yang ditimbulkan oleh larva P.
menyelesaikan siklus hidupnya xylostella setelah aplikasi ekstrak
(Omar dan Zakaria, 1993). buah mengkudu dapat dilihat pada
Tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata Intensitas Kerusakan Daun Setelah Aplikasi Ekstrak Buah


Mengkudu
Perlakuan Intensitas Keusakan Daun (%)
(ml L-1 larutan) Data Asli Transformasi Arcsin x
30 63,69 d 52,990
60 44,40 c 41,785
90 35,71 c 36,650
120 26,19 b 29,928
150 17,85 ab 24,868
1 15,47 a 23,118
BNT 5,23
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf α 0.05 (uji BNT)

Pada Tabel 5 di atas dapat sawi semakin tinggi begitu juga


dilihat bahwa intensitas kerusakan sebaliknya. Hasil pengamatan
daun yang ditimbulkan oleh larva P. menunjukkan bahwa intensitas
xylostella berpengaruh nyata. kerusakan daun sangat erat kaitannya
Intensitas kerusakan paling rendah terhadap jumlah larva P. xylostella
dijumpai pada konsentrasi 150 ml L - yang masih hidup. Seperti
1
larutan yaitu 17,85 persen dan pernyataan (Nasir et. al., 1994 dalam
intensitas kerusakan tertinggi pada Surianyah, 2007) bahwa salah satu
konsentrasi 30 ml L-1 larutan yaitu faktor penentu tingkat serangan
63, 69 persen, sedangkan 1 ml L-1 hama adalah jumlah hama tersebut.
larutan deltamethrin sebagai kontrol Tingkat populasi hama yang tinggi
kerusakan hanya 15,47 persen. akan mengakibatkan kerusakan yang
Perbedaan tingkat kerusakan ditimbulkan tinggi.
pada tanaman sawi oleh larva P.
xylostella disebabkan perbedaan
tingkat konsentrasi dari ekstrak buah KESIMPULAN DAN SARAN
mengkudu yang diaplikasikan.
Intensitas kerusakan ini sangat erat Kesimpulan
kaitannya dengan jumlah larva P. 1. Ekstrak buah mengkudu
xylostella yang ada pada perlakuan cukup efektif untuk
tersebut, semakin tinggi jumlah larva mengendalikan P. xylostella,
maka tingkat kerusakan tanaman dan hampir sama efektifnya

38
Hasnah dan Nasril (2009) J. Floratek 4: 29 - 40

dengan insektisida Dinas Pertanian & Kehutanan DKI.


pembanding deltamethrin 2002. Pestisida Nabati.
pada konsentrasi 1 ml L-1 Dinas Pertanian &
larutan. Semakin tinggi Kehutanan. Jakarta.
konsentrasi yang Duffe, S. S. & Stout M. J. 1996.
diaplikasikan semakin tinggi Antinutritive and toxic
mortalitas larva P. xylostella, component of plant defence
yang mengalami kematian against. Arch Insect Biochem
dan semakin rendah intensitas Physiol 32 : 3-37.
kerusakan daun sawi yang Farrar, R. R, Barbour J. D, Kennedy.
ditimbulkan. G, G. 1989. Quantifying food
2. Mortalitas hama tertinggi dan comsumption and growth in
intensitas kerusakan daun insects. Entomol Soc Amer
terendah terjadi pada 89 : 593-598.
perlakuan ekstrak buah Gomez, K.A & A.A Gomez. 1995.
mengkudu pada konsentrasi Prosedur Statistik Untuk
120 ml L-1 dan 150 ml L-1 Penelitian Pertanian. Ahli
larutan. Bahasa E. Sjamsuddin & J.S.
Baharsjah. Universitas
Saran Indonesia Press. Jakarta.
1. Perlu dilakukan pengujian Kalshoven, L.G.E. 1981. Pest of
pada tanaman brokoli dan kol Crops in Indonesia. Revised
dengan konsentrasi ekstrak and Translated by Van der
buah mengkudu yang lebih Laan. PT. Ichtiar Baru Van
tinggi. Hoeve. Jakarta
Nursal & Etti, S. S. 2005.
Kandungan Senyawa Ekstrak
Lengkuas (Loctuca Indica
L.), Toksisitas & Pengaruh
DAFTAR PUSTAKA Subletalnya Terhadap
Mortalitas Larva Nyamuk
Bangun, A. P & Sarwono, B. 2005. Aedes Aegypti L. (Laporan
Khasiat & Manfaat Hasil Penelitian Dosen
Mengkudu. Agromedia Muda) http://library. usu.
Pustaka. Tanggerang. ac.id/download/fmipa/060004
Christiana, N. 2006. Uji Aktivitas 49.pdf. (Diaskses 06 Mai
Ekstrak Buah Mengkudu 2008)
(Morinda citrifolia Lin) Oka, I. N. 1995. Pengendalian Hama
Sebagai Biopestisida Terpadu & Implementasinya
terhadap Hama Bactrocera di Indonesia. Gadjah Mada
dorsalis Hend. Arsip University Press. Yogyakarta.
Metadata Perpustakaan Omar & Zakaria. 1993 Effect of
Universitas Pendidikan droplet spectra from cone
Indonesia. Http//www. nozzle on the effectiveness of
Digilib cypermethrin & deltamethrin
.upi.edu/pasca/Available./etd. dalam International jurnal of
0627106-135957. htm [di Pest Management. 39 No 1.
akses 05 Februari 2008]. Prijono, D. 1999. Prospek dan
Strategi Pemanfaatan

39
Hasnah dan Nasril (2009) J. Floratek 4: 29 - 40

Insektisida Alami. Hal 1-7 [Skripsi]. Jurusan Hama &


Dalam : Dandang, B. W. Penyakit Tumbuhan,
Nugroho, & D. Prijono. Universitas Syiah Kuala.
(Penyunting). Bahan Banda Aceh. (Tidak
Pelatihan Pengembangan dan dipublikasikan).
Pemanfaatan Insektisida Suwandi, Y. Himan & N. Nartika.
Alami. Pusat Kajian 1993. Budidaya Tanaman
Pengendalian Hama Terpadu. Kubis. Hal: 23-28 dalam:
Institut Pertanian Bogor, A.H. Permadi & S.
Bogor, 9-13 Agustus 1999. Sastrosiswojo (Penyunting).
Rosyidah, A. 2007. Pengaruh Kubis. Badan Penelitian &
Ekstrak Biji Mahoni Pengembangan Pertanian.
(Swietenia macrophylla Balai Penelitian Tanaman
King) Terhadap Mortalitas Hortikultura. Lembang.
Ulat Grayak (Spodoptera Taniqu, 2008. Performa Produk
litura F.) Program Studi Decis 2,5 EC insektisida non
Pendidikan Biologi, Jurusan sistemik isomer murni D-CIS
Pendidikan MIPA Fakultas (Deltamethrin) Golongan
Keguruan & Ilmu Pendidikan Pyrethroid dalam
Universitas Jember. Peningkatan Hasil,
Sastroutomo, S. S. 1992. Pestisida, Peringatan Bahaya Racun &
Dasar-dasar & Dampak Tingkat Keamanan.
Penggunaannya. Penerbit Unterstenhofer, G Leverkusen, 1963.
Gramedia Pustaka Utama. The Basic Principles of Crop
Jakarta. Protection Field Trials.
Solichah, C., Witjaksono dan Edhi, Pelanzenschutz-Nachriten.
M. 2004. Ketertarikan Biological Institut of
Plutella xylostella L Farbenfabriken Bayer.
Terhadap Beberapa Ekstrak Leverkusen
Daun Cruciferae. Agrosains
6 (2) : 80-84.
Http://pertanian.uns.
ac.id/~agronomi/agrosains/V
ol%2062/Ketertarikan%20Pl
utella%20Xylostella%20L%2
0terhadap%20Beberapa%20
Macam%20Ekstrak%20Daun
%20%20Cruciferae. pdf.
[diakses 12 Februari 2008].
Subiakto, S. 2002. Pestisida Nabati.
Pembuatan & Pemanfaatan.
Balai Penelitian Tanaman
Hortikultura. Lembang.
Suriansyah, E.A. 2007. Efektivitas
Ekstrak Umbi Bawang Putih
(allium sativum) Terhadap
Perkembangan dan Mortalitas
Crocidolomia pavonana F
Pada Tanaman Sawi.

40

You might also like