Professional Documents
Culture Documents
JKM Kloningmanusia
JKM Kloningmanusia
Kloning Manusia
Article
CITATIONS READS
0 1,913
4 authors, including:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Teresa Liliana Wargasetia on 08 August 2016.
Teresa L. Wargasetia
Bagian Biologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung
Abstrak
Beberapa tahun terakhir, kemajuan yang sangat pesat dalam teknologi kloning dan
pengembangannya ke arah kloning manusia menjadi isu yang hangat. Kloning yang merupakan
proses pembentukan sejumlah individu dengan susunan genetik yang sama dapat dilakukan
melalui metode pemisahan embrio dan transfer nukleus. Kloning manusia dengan metode transfer
nukleus diarahkan pada dua tujuan, yaitu untuk reproduksi dan terapi. Teknologi transgenik
yang relatif baru dapat dikombinasikan dengan teknik kloning untuk menghasilkan klon dengan
gen baru. Namun muncul pro dan kontra terhadap pengembangan penelitian kloning manusia,
terutama kloning untuk tujuan reproduksi. Oleh karena itu perlu diberlakukan masa moratorium
sebelum kloning manusia dilakukan hingga berbagai masalah keamanan dan etika dapat
ditemukan pemecahannya.
Abstract
In the last few years, very rapid progress in the cloning technology and its development
towards human cloning has become a hotly-debated issue. Cloning, which is the process of
formation of a number of individuals with the same genetic structure, can be done by means of
embryo-splitting method and nuclear transfer. Human cloning through the nuclear transfer
method is directed towards two purposes, i.e. reproduction and therapy. The relatively new
transgenic technology can be combined with the cloning technique to produce clones with new
genes. However, pros and cons arise concerning the development of research on human cloning,
particularly cloning for reproductive purposes. Therefore, there is need for a moratorium period
before human cloning can be performed in order that solutions for all kinds of problems related to
safety and ethics can be found.
51
JKM.
Vol. 2, No. 1, Juli 2002
52
Kloning Manusia
(Teresa L. Wargasetia)
53
JKM.
Vol. 2, No. 1, Juli 2002
54
Kloning Manusia
(Teresa L. Wargasetia)
55
JKM.
Vol. 2, No. 1, Juli 2002
Gambar 1 Pembuatan stem cells untuk tujuan terapi (AHRP Presents, 1997).
muda tersebut membelah dan penghancuran dan manipulasi
berkembang hingga menjadi terhadap embrio manusia.
blastosit. Hasil percobaan Terdapat tiga cara lain untuk
menunjukkan bahwa hanya satu terapi dengan menggunakan stem
dari embrio berhasil mencapai cells tanpa adanya destruksi
tahap 6 sel dan kemudian embrio yaitu (Byrne, 2002):
berhenti membelah, namun 1. Penggunaan stem cells tanpa
mereka berhasil merangsang sel kloning
telur manusia untuk berkembang Embryonic stem cells dibuat dari
secara partenogenesis menjadi embrio normal. Masalah yang
blastosit. Mereka berencana muncul adalah sel-sel tersebut
untuk mengisolasi stem cells tidaklah identik secara genetis
manusia dari blastosit untuk dengan pasien dan akan
dijadikan starter stock untuk dibutuhkan obat imunosupresif
menumbuhkan jaringan saraf, yang kuat dengan harga yang
otot dan jaringan lainnya yang mahal, juga menimbulkan rasa
suatu saat dapat digunakan tidak nyaman dan efek
untuk terapi pasien. samping.
Banyak orang mendukung 2. Stem cells dari orang dewasa
penggunaan stem cells dari Stem cells pada orang dewasa
embrio untuk tujuan terapi. terdapat pada sumsum tulang
Namun sebagian orang menolak belakang dan beberapa jaringan
56
Kloning Manusia
(Teresa L. Wargasetia)
57
JKM.
Vol. 2, No. 1, Juli 2002
58
Kloning Manusia
(Teresa L. Wargasetia)
59
JKM.
Vol. 2, No. 1, Juli 2002
60
Kloning Manusia
(Teresa L. Wargasetia)
61
JKM.
Vol. 2, No. 1, Juli 2002
62
Kloning Manusia
(Teresa L. Wargasetia)
63
JKM.
Vol. 2, No. 1, Juli 2002
64
Kloning Manusia
(Teresa L. Wargasetia)
65