Professional Documents
Culture Documents
PREEKLAMPSIA
oleh:
Pendamping:
MEI 2015
0
PREEKLAMPSIA
Definisi
Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan
tubuh, dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki,
jari tangan, dan muka. Edema pretibial yang ringan sering ditemukan pada kehamilan
biasa, sehingga tidak seberapa berarti untuk penentuan diagnosis pre-eklampsia.
Kenaikan berat badan ½ kg setiap minggu dalam kehamilan masih dapat dianggap
normal, tetapi bila kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali, hal ini perlu menimbulkan
kewaspadaan terhadap timbulnya pre-eklampsia.
Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam air kencing yang melebihi 0,3 g/liter
dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan +1 atau +2 atau 1
g/liter atau lebih dalam air kencing yang dikeluarkan dengan kateter atau midstream yang
diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam. Biasanya proteinuria timbul lebih
lambat daripada hipertensi dan kenaikan berat badan; karena itu harus dianggap sebagai
tanda yang cukup serius.
1
2) Proteinuria 5 g atau lebih dalam 24 jam; +3 atau +4 pada pemeriksaan kualitatif;
3) Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam;
4) Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium;
5) Edema paru-paru atau sianosis.
Etiologi
Apa yang menjadi penyebab pre-eklampsia sampai sekarang belum diketahui.
Telah terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan penyebab penyakit tersebut,
akan tetapi tidak ada yang dapat memberi jawaban yang memuaskan. Teori yang dewasa
ini banyak dikemukakan sebagai penyebab pre-eklampsia ialah iskemia plasenta. Akan
tetapi, dengan terori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang bertalian dengan penyakit
ini.
Perubahan anatomi-patologik
Plasenta. Pada pre-eklampsia terdapat spasmus arteriola spiralis desidua dengan
akibat menurunnya aliran darah ke plasenta. Perubahan plasenta normal sebagai akibat
tuanya kehamilan, seperti menipisnya sinsitium, menebalnya dinding pembuluh darah
dalam villi karena fibrosis, dan konversi mesoderm menjadi jaringan fibrotik, dipercepat
prosesnya pada pre-eklampsia dan hipertensi. Pada pre-eklampsia yang jelas ialah atrofi
sinsitium, sedangkan pada hipertensi menahun terdapat terutama perubahan pada
pembuluh darah dan stroma. Arteria spiralis mengalami konstriksi dan penyempitan,
akibat aterosis akut disertai necrotizing anteriopathy.
Ginjal. Alat ini besarnya normal atau dapat membengkak. Pada simpai ginjal dan
pada pemotongan mungkin ditemukan perdarahan-perdarahan kecil.
2
mesangial; c) sel-sel kapiler membengkak dan lumen menyempit atau tidak ada; d)
penimbunan zat protein berupa serabut ditemukan dalam kapsel Bowman.
Hati. Alat ini besarnya normal, pada permukaan dan pembelahan tampak tempat-
tempat perdarahan yang tidak teratur.
Otak. Pada penyakit yang belum lanjut hanya ditemukan edema dan anemia pada
korteks serebri; pada keadaan lanjut dapat ditemukan perdarahan.
Retina. Kelainan yanag sering ditemukan pada retina ialah spasmus pada
arteriola-arteriola, terutama yang dekat pada diskus optikus. Vena tampak lekuk pada
persimpangan dengan arteriola. Dapat terlihat edema pada diskus optikus dan retina.
Ablasio retina juga dapat terjadi, tetapi komplikasi ini prognosisnya baik, karena
retina akan melekat lagi beberapa minggu postpartum. Perdarahan dan eksudat jarang
ditemukan pada pre-eklampsia; biasanya kelainan tersebut menunjukkan adanya
hipertensi menahun.
Jantung. Pada sebagian besar penderita yang mati karena eklampsia jantung
biasanya mengalami perubahan degeneratif pada miokardium. Sering ditemukan
3
degenerasi lemak dan cloudy swelling serta nekrosis dan perdarahan. Sheehan (1958)
menggambarkan perdarahan subendokardial di sebelah kiri septum interventrikulare pada
kira-kira dua pertiga penderita eklampsia yang meninggal dalam 2 hari pertama setelah
timbulnya penyakit.
Perubahan pada ginjal. Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah ke
dalam ginjal menurun, sehingga menyebabkan filtrasi glomerulus mengurang. Kelainan
pada ginjal yang penting ialah dalam hubungan dengan proteinuria dan mungkin sekali
juga dengan retensi garam dan air. Mekanisme retensi garam dan air belum diketahui
benar, tetapi disangka akibat perubahan dalam perbandingan antara tingkat filtrasi
4
glomelurus dan tingkat penyerapan kembali oleh tubulus. Pada kehamilan normal
penyerapan ini meningkat sesuai dengan kenaikan filtrasi glomerulus. Penurunan filtrasi
glomelurus akibat spasmus arteriolus ginjal menyebabkan filtrasi natrium melalui
glomerulus menurun, yang menyebabkan retensi garam dan air.
Fungsi ginjal pada pre-eklampsia tampaknya agak menurun bila dilihat dari
clearance asam urik. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal, sehingga
menyebabkan diuresis turun; pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria atau anuria.
5
mengurang, viskositas darah meningkat, waktu peredaran darah tepi lebih lama. Karena
itu, aliran darah ke jaringan diberbagai bagian tubuh mengurang, dengan akibat hipoksia.
Dengan perbaikan keadaan, hemokonsentrasi berkurang, sehingga turunnya hematokrit
dapat dipakai sebagai ukuran tentang perbaikan keadaan penyakit dan tentang berhasilnya
pengobatan.
Jumlah air dan natrium dalam badan lebih banyak pada penderita pre-eklampsia
daripada pada wanita hamil biasa atau penderita dengan hipertensi menahun. Penderita
pre-eklampsia tidak dapat mengeluarkan dengan sempurna air dan garam yang diberikan.
Hal ini disebabkan oleh filtrasi glomerulus menurun, sedangkan penyerapan kembali
tubulus tidak berubah.
Oleh beberapa penulis kadar asam urat dalam darah dipakai sebagai parameter
untuk menentukan proses pre-eklampsia menjadi baik atau tidak. Pada keadaan normal
asam urat melewati glomerulus dengan sempurna untuk diserap kembali dengan
sempurna oleh tubulus kontorti proksimalis dan akhirnya dikeluarkan oleh tubulus
kontorti distalis. Tampaknya perubahan pada glomerulus menyebabkan filtrasi asam urat
mengurang, sehingga kadarnya dalam darah meningkat. Akan tetapi, kadar asam urat
yang tinggi tidak selalu ditemukan. Selanjutnya, pemakaian diuretika golongan tiazid
menyebabkan kadar asam urat meningkat.
Kadar kreatinin dan ureum pada pre-eklampsia tidak meningkat, kecuali bila
terjadi oliguria atau anuria. Protein serum total, perbandingan albumin globulin dan
tekanan osmotik plasma menurun pada pre-eklampsia, kecuali pada penyakit yang berat
dengan hemokonsentrasi.
Pada kehamilan cukup bulan kadar fibrinogen meningkat dengan nyata. Kadar
tersebut meningkat lagi pada pre-eklampsia. Waktu pembekuan lebih pendek dan kadang-
kadang ditemukan kurang dari 1 menit pada eklampsia.
6
Frekuensi
Frekuensi pre-eklampsia untuk tiap negara berbeda-beda karena banyak
faktor yang mempengaruhinya; jumlah primigravida, keadaan sosial-ekonomi,
perbedaan kriteria dalam penentuan diagnosis, dan lain-lain. Dalam kepustakaan
frekuensi dilaporkan berkisar antara 3-10%.
Pada primigravida frekuensi pre-eklampsia lebih tinggi bila dibandingkan
dengan multigravida, terutama primagravida muda. Diabetes melitus, mola
hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops fetalis, umur lebih dari 35 tahun, dan
obesitas merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya pre-eklampsia.
Gambaran klinik
7
Diagnosis
Pada umumnya diagnosis pre-eklampsia didasarkan atas adanya 2 dari trias tanda
utama: hipertensi, edema, dan proteinuria. Adanya satu tanda harus menimbulkan
kewaspadaan, apa lagi oleh karena cepat tidaknya penyakit meningkat tidak dapat
diramalkan; dan bila eklampsia terjadi, maka prognosis bagi ibu maupun janin jauh lebih
buruk.
Pencegahan
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda dini
pre-eklampsia. Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan.
Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu
dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. Diet tinggi protein, dan
rendah lemak, karbohidrat, garam dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan
perlu dianjurkan.
Penanganan
Pengobatan hanya dapat dilakukan secara simtomatis karena etiologi pre-
eklampsia, dan faktor-faktor apa dalam kehamilan yang menyebabkannya, belum
diketahui. Tujuan utama penanganan ialah (1) mencegah terjadinya pre-eklampsia berat
dan eklampsia; (2) melahirkan janin hidup; (3) melahirkan janin dengan trauma sekecil-
kecilnya.
8
yang optimal, yaitu sebelum janin mati dalam kandungan, akan tetapi sudah cukup matur
untuk hidup di luar uterus. Setelah persalinan berakhir, jarang terjadi eklampsia, dan janin
yang sudah cukup matur lebih baik hidup di luar kandungan daripada dalam uterus.
Waktu optimal tersebut tidak selalu dapat dicapai pada penanganan pre-eklampsia,
terutama bila janin masih sangat prematur. Dalam hal ini diusahakan dengan tindakan
medis untuk dapat menunggu selama mungkin, agar janin lebih matur.
9
dapat menyebabkan eklampsia atau kematian janin. Pada janin dengan berat badan
rendahpun kemungkinan hidup pada pre-eklampsia berat lebih baik di luar
daripada di dalam uterus. Cara pengakhiran dapat dilakukan dengan induksi
persalinan atau seksio sesarea menurut keadaan. Pada umumnya indikasi untuk
pengakhiran kehamilan ialah (1) pre-eklampsia ringan dengan kehamilan lebih
dari cukup-bulan; (2) pre-eklampsia dengan hipertensi dan/atau proteinuria
menetap selama 10-14 hari, dan janin sudah cukup matur; (3) pre-eklampsia berat;
(4) eklampsia.
Biasanya dengan tindakan yang sederhana ini tekanan darah turun, berat badan
dan edema turun, proteinuria tidak timbul atau mengurang. Setelah keadaan menjadi
normal kembali, penderita dibolehkan pulang, akan tetapi harus diperiksa lebih sering
daripada biasa. Karena biasanya hamil sudah tua, persalinan tidak lama lagi berlangsung.
Bila hipertensi menetap biarpun tidak tinggi, penderita tetap tinggal di rumah sakit.
Dalam hal ini perlu diamati keadaan janin dengan pemeriksaan kadara estriol dalam air
kencing berulangkali, pemeriksaan ultrasonik, amnioskopi, dan lain-lain. Perlu
10
diperhatikan bahwa induksi pesalinan yang dilakukan terlalu dini akan merugikan karena
bahaya prematuritas, tetapi sebaliknya induksi yang terlambat dengan adanya insufisiensi
plasenta akan menyebabkan kematian intrauterin janin. Bila keadaan janin mengizinkan,
ditunggu dengan melakukan induksi persalinan, sampai kehamilan cukup-bulan atau lebih
dari 37 minggu.
11
Penanggulangan pre-eklampsia dalam persalinan
Rangsang untuk menimbulkan kejangan dapat berasal dari luar atau dari
penderita sendiri, dan his persalinan merupakan rangsang yang kuat. Maka dari itu, pre-
eklampsia berat lebih mudah menjadi eklampsia pada waktu persalinan.
Telah diketahui bahwa pada pre-eklampsia janin diancam bahaya hipoksia, dan
pada persalinan bahaya ini makin besar. Pada gawat-janin, dalam kala I, dilakukan segera
seksio-sesarea; pada kala II dilakukan ekstraksi dengan cunam atau ekstraktor vakum.
Postpartum bayi sering menunjukkan tanda asfiksia neonatorum karena hipoksia
intrauterin, pengaruh obat penenang, atau narkosis umum, sehingga diperlukan resusitasi
dari itu, semua peralatan untuk keperluan tersebut perlu disediakan.
Portofolio
12
Nama Wahana : RSUD Aji Batara Agung Dewa Sakti Samboja
No. MR : 74.57.05.15
Tanggal Presentasi :
IDENTITAS PASIEN
13
Umur : 30 tahun
Pekerjaan : IRT
Umur : 30 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SD
1. SUBJEKTIF
Pasien wanita, 30 tahun, masuk Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah
Aji Batara Agung Dewa Sakti Samboja tanggal 27 Maret 2015 pukul 04.15 WITA
rujukan puskesmas Muara Jawa, dengan :
Keluhan Utama : Nyeri perut yang menjalar ke pinggang dan ari-ari sejak 12 jam
sebelum masuk rumah sakit
- Nyeri perut yang menjalar ke pinggang dan ari-ari sejak 12 jam SMRS
- Tidak ada keluhan mual, muntah dan perdarahan pada umur kehamilan
muda dan tua.
14
- Hamil anak kedua
- Demam (-)
Riwayat Kehamilan :
Riwayat persalinan anak pertama tahun 2010, lahir di bidan, jenis kelamin
perempuan, lahir spontan, aterm,sehat, berat badan lahir 3500
Riwayat Perkawinan:
2. OBJEKTIF
Berat Badan : 70 kg
15
Pemeriksaan Sistemik :
Kepala : bentuk dan ukuran normal, rambut hitam, tidak mudah dicabut
Paru :I : simetris statis dan dinamis, massa (-), tanda radang (-)
Pa : fremitus kiri=kanan
Abdomen (SO):
L4 : Divergen
Pe : tympani
16
Au : BU (+) normal
His (1-2 x dalam 10 menit ,lama 5-3 detik ), BJA (+) 154x/menit,reguler
Genitalia (SO): VT : pembukaan 1-2 cm, portio tebal lembut, ketuban +, kepala,
Hodge I, Blood Slym (-)
Pemeriksaan Laboratorium :
Trombosit : 269.000
Gol.Darah : A+
3. ASSESSMENT
Diagnosis : G2P1A0H1 Inpartu Kala I fase laten + PEB + Janin hidup tunggal
intra uterin
4. PLAN
17
MgSo4 Full Dose
Nifedipin oral 3 x 5 mg
Dopamet 3 x 250 mg
Follow Up :
27 Maret 2015
Pukul 08.00 WITA : Lahir bayi perempuan dengan BBL: 3596 gr, PBL : 50 cm,
apgar score 8/9
Sementara puasa
IVFD 2 kolf/hari
Drip oxsitosin 2 ui
Cefazolin 3x1 gr
MgSo4 terjadwal
Ketorolac 3 x 30 mg
Cek Hb Post Op
18
Hb : 11,0 gr/dl
Ht : 32,8 %
Trombosit : 261.000
Cefazolin 3x 1gr
Alinamin F 3 x 1 ampul
Ketorolac 3x 30 mg
Vit C 3x 1 amp
19
TD: 150/100, Frek Napas : 20x/mnt, Nadi : 78x/menit, suhu : 36,5 C
P/ IVFD RL 2 kolf/hari
Cefazolin 3x 1gr
SF 1 x 1 tab
Dopamet 3 x 250 mg
S/ Keluhan (-)
P/ Aff Infus
SF 1 x 1 tab
Dopamet 3 x 250 mg
20
DISKUSI
21
Pasien saat ini sedang hamil anak kedua dengan hipertensi dalam kehamilan.
Pasien datang dalam kedaan inpartu kala I fase laten dengan usia kehamilan 40-41
minggu, Kedaan umum pasien sedang, dengan tekanan darah 1970/110mmHg.
Hasil pemeriksaan urin didapatkan nilai protein (+) keton (+). Dari hasil
anamnesis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang ditegakkan
diagnosis G2P1A0H1 Inpartu Kala I fase laten + susp. PEB + Janin hidup tunggal
intra uterin.
22