Professional Documents
Culture Documents
Bu Ratna PDF
Bu Ratna PDF
Abstrak
Abstract
NH2 Metodologi
H Bahan
N S Bahan-bahan yang digunakan adalah baku
standar sefadroksil (Acs dogfar, PT Hexpharm Jaya),
O N etil asetoasetat (p.a. E. Merck), formaldehid (p.a. E.
R CH3 Merck), asam asetat glasial (p.a. E. Merck), natrium
O asetat (p.a. E. Merck), tablet sefadroksil ”X” dan
CO2H akuades.
R=H Sefaleksin
R = OH Sefadroksil
Alat
Alat-alat yang digunakan adalah spektrofoto-
Gambar 1. Struktur sefaleksin dan sefadroksil meter ultraviolet/visibel (Milton Roy, Spectronic
Genesys 5), pH meter (Hanna instruments, pH 209),
infeksi kulit (Tjay dan Rahardja, 2002). neraca analitik (Swiss Quality, Precisa 125 A SCS),
Sefadroksil bersifat tahan terhadap asam dan penangas air, kertas saring dan alat-alat gelas yang
potensi ikatan dengan serum relatif rendah lazim digunakan di laboratorium analisis.
sehingga sangat efektif untuk membunuh
Cara kerja
bakteri (Foye, 1981). Pembuatan larutan baku sefadroksil dan
Metode penentuan kadar sefadroksil larutan pereaksi
yang telah dikembangkan antara lain adalah 1) Pembuatan larutan baku sefadroksil
titrasi alkalimetri, titrasi bebas air, titrasi Larutan baku sefadroksil 0,0052 M dan 0,0105 M
iodometri, spektrofotometri UV dan High berturut-turut dibuat dengan melarutkan 100,0
Performance Liquid Chromatography (HPLC). Dasar dan 200 mg sefadroksil dalam akuades hingga
volume 50,0 mL.
dari metode spektrofotometri UV untuk
2) Pembuatan larutan pereaksi berbagai pH
penetapan kadar sefadroksil ini adalah adanya Sejumlah 4,0 mL larutan natrium asetat 0,2 M
gugus fenil yang berlaku sebagai kromofor dan ditambah dengan 8,5 mL larutan asam asetat 0,2
gugus hidroksil yang berfungsi sebagai M. Larutan ini kemudian ditambahkan pada
auksokrom. larutan 2,0 mL (2 mol) etil asetoasetat dan
Sefadroksil mempunyai kemiripan 3,8 mL (1 mol) formaldehid yang dibuat baru.
struktur kimia dengan Sefaleksin yang juga Larutan terakhir (disebut larutan pereaksi)
merupakan antibiotika sefalosporin generasi ditambah asam asetat 0,2 M bila larutan terlalu
pertama. Perbedaannya adalah terdapatnya basa atau NaOH 0,2 M bila larutan terlalu asam
gugus p-OH pada cincin fenil sefadroksil. hingga pH larutan menjadi 2,0; 2,5; 3,0 dan 3,5,
kemudian diencerkan dengan akuades sampai
Sefaleksin dapat ditetapkan kadarnya secara
100,0 mL.
spektrofotometri visibel (Patel dkk., 1992)
dengan mendasarkan pada terbentuknya gugus Pencarian kondisi untuk penetapan kadar
kromofor baru yang memberikan serapan pada sefadroksil dengan metode spektrofotometri
400 nm dari reaksi antara gugus amina primer visibel.
sefaleksin dengan hasil kondensasi 2 mol 1) Penentuan panjang gelombang maksimum
asetilaseton dan 1 mol formaldehid (Gambar 2). Sebanyak 1,0 mL larutan baku sefadroksil 0,0052
M dimasukkan ke dalam labu takar 25,0 mL,
Penelitian ini bertujuan untuk mengem-
kemudian ditambah 4,0 mL larutan pereaksi
bangkan metode penetapan kadar sefadroksil dengan pH 3,0. Larutan didiamkan selama 20
secara spektrofotometri visibel dengan menit pada suhu 45oC, didinginkan dan
menggunakan pereaksi etil asetoasetat dan diencerkan dengan akuades sampai tanda.
formaldehid. Etil asetoasetat dipilih untuk Larutan menjadi berwarna kuning dan di-scanning
menggantikan asetilaseton karena harganya pada panjang gelombang 200-500 nm. Panjang
lebih murah. Disamping itu, adanya gugus gelombang maksimum yang terpilih adalah
etoksi (berasal dari etil asetoasetat) pada hasil panjang gelombang yang memberikan serapan
reaksi akan dapat meningkatkan intensitas sefadroksil yang paling tinggi di daerah visibel.
serapan, karena gugus tersebut merupakan 2) Penentuan pH optimum larutan pereaksi.
Sejumlah 1,0 mL larutan baku sefadroksil
auksokrom.
0,0052 M dimasukkan ke dalam labu takar Sejumlah 3,0 mL filtrat diencerkan dengan
25,0 mL, kemudian ditambah 4,0 mL larutan akuades hingga volumenya 10,0 mL. Sejumlah
pereaksi (pH = 2,0; 2,5; 3,0 dan 3,5). Larutan 5,0 mL larutan diambil dan dimasukkan dalam
didiamkan selama 20 menit pada suhu 45oC, labu takar 10,0 mL, kemudian ditambah 4,0 mL
didinginkan dan diencerkan dengan akuades larutan pereaksi pH optimum, didiamkan selama
sampai tanda. Masing-masing larutan diukur waktu inkubasi optimum pada suhu 45oC,
serapannya pada λmaks yang yang diperoleh pada didinginkan dan diencerkan dengan akuades
butir B1. Nilai pH optimum adalah pH larutan sampai tanda. Larutan berwarna kuning yang
pereaksi yang memberikan serapan paling tinggi. terjadi diukur serapannya pada λmaks. Kadar
3) Penentuan volume larutan pereaksi optimum sefadroksil dihitung dengan memasukkan nilai
Sejumlah 1,0 mL larutan baku sefadroksil 0,0105 serapan yang diperoleh ke dalam persamaan
M dimasukkan ke dalam labu takar 25,0 mL, regresi linear kurva baku sefadroksil.
kemudian ditambah larutan pereaksi pH 2) Penentuan recovery
optimum (1,0; 2,0; 3,0; 4,0; 5,0; 10,0 dan Sejumlah 112,5 mg sampel kapsul sefadroksil
15,0 mL). Larutan didiamkan selama 20 menit “X” dan 10,0 mg baku sefadroksil dilarutkan
pada suhu 45oC, didinginkan dan diencerkan dengan akuades dan diencerkan secara kuantitatif
dengan akuades sampai tanda. Masing-masing dalam labu ukur 50,0 mL, disaring kemudian
larutan diukur serapannya pada λmaks. Volume dipipet 3,0 mL diencerkan dengan akuades dalam
larutan pereaksi optimum adalah volume larutan labu takar 10,0 mL. Dari larutan ini dipipet
pereaksi yang memberikan serapan paling tinggi 5,0 mL dan dimasukkan ke dalam labu takar
pada panjang gelombang maksimum yang 10,0 mL, ditambah 4,0 mL larutan pereaksi
diperoleh. dengan pH optimum, didiamkan selama 20 menit
4) Penentuan waktu reaksi optimum pada suhu 45oC, didinginkan dan diencerkan
Sebanyak 1,0 mL larutan baku sefadroksil dengan akuades sampai tanda. Larutan ini
0,0105.M dimasukkan ke dalam labu takar menjadi berwarna kuning, yang kemudian diukur
25,0 mL, kemudian ditambah larutan pereaksi serapannya pada λmaks. Kadar sefadroksil dihitung
(volume dan pH optimum). Larutan didiamkan dengan memasukkan nilai serapan yang diperoleh
selama selang waktu yang berbeda (5, 10, 15, 20 ke persamaan regresi linear kurva baku
dan 30 menit) pada suhu 45oC, didinginkan dan sefadroksil.
diencerkan dengan akuades sampai tanda.
Masing-masing larutan diukur serapannya pada Hasil Dan Pembahasan
λmaks. Waktu reaksi optimum adalah waktu reaksi Penentuan panjang gelombang maksimum
yang memberikan serapan paling tinggi. Reaksi antara sefadroksil dengan hasil
kondensasi antara 2 mol etil asetoasetat dan
Penentuan persamaan regresi linier dan 1.mol formaldehid menghasilkan kromofor
koefisien korelasi kurva baku sefradroksil.
Sejumlah 1,0; 2,0; 3,0; 4,0 dan 5,0 mL larutan baru yang memberikan warna kuning
baku sefadroksil 0,0052 M masing-masing (Gambar 2). Pemilihan panjang gelombang
dimasukan ke dalam labu takar 25,0 mL, kemudian analisis sangat penting untuk menentukan
ditambah 4,0 mL larutan pereaksi pH optimum, sensitivitas dan selektivitas metode. Hasil
didiamkan selama waktu inkubasi optimum pada scanning menunjukkan bahwa produk reaksi
suhu 45oC. Larutan reaksi kemudian didinginkan tersebut mempunyai panjang gelombang
dan diencerkan dengan akuades sampai tanda. maksimum antara 365 – 368 nm (rata-rata 367
Larutan berwarna kuning yang terjadi kemudian nm) (Gambar 3). Dengan demikian, panjang
diukur serapannya pada λmaks. Kurva hubungan gelombang 367 nm dipilih sebagai panjang
antara kadar versus serapan dibuat kemudian
gelombang maksimum produk kondensasi
ditentukan persamaan regresi linier serta koefisien
korelasinya.
sefadroksil tersebut.
Penetapan kadar sefadroksil dalam kapsul Penentuan pH dan volume optimum larutan
”X” pereaksi serta waktu reaksi optimum
1) Pengujian presisi Terbentuknya produk reaksi yang
Sampel sefadroksil “X” (112,5 mg) dari 10 tablet maksimum sangat dipengaruhi oleh pH dan
yang memenuhi keseragaman bobot dan telah volume larutan reaksi serta lamanya inkubasi.
digerus homogen dilarutkan dalam akuades Berdasarkan pengamatan dapat diketahui
hingga volumenya 50,0 mL lalu disaring. bahwa larutan pereaksi pH 3,5 memberikan
O O O
H3C + H H + CH3
Formaldehid
R' O O R'
R'
CH3 Asetilaseton
OC2H5 Etil asetoasetat
O O
O O
+ RNH2
R' O O R' Sefaleksin / R' N R'
Sefadroksil
R
Gambar 2. Reaksi terbentuknya gugus kromofor baru yang memberikan serapan pada 400
nm dari reaksi antara gugus amina primer sefaleksin dengan hasil kondensasi 2
mol asetilaseton dan 1 mol formaldehid
(i) (ii)
Gambar 3. Spektrum larutan baku (i) sefadroksil 6,0x10-4 M dan (ii) hasil reaksi antara sefadroksil
2,0x10-4 M dengan hasil kondensasi 2 mol etil asetoasetat dan 1 mol formaldehid dalam bufer
asetat
serapan paling tinggi pada 367 nm. Nilai Diperlukan waktu inkubasi yang
serapan produk reaksi pada penggunaan larutan optimum agar produk reaksi yang terbentuk
pereaksi pH 2,0; 2,5; 3,0 dan 3,5 berturut-turut maksimal. Dari hasil pengamatan diketahui
adalah 0,052; 0,055; 0,131 dan 0,227. bahwa pembentukan produk maksimal setelah
Penggunaan 1,0; 2,0; 3,0; 4,0; 5,0; 10,0 inkubasi selama 20 menit. Bila inkubasi
dan 15,0 mL larutan pereaksi pH 3,5 dilakukan kurang dari 20 menit kemungkinan
menghasilkan serapan pada 367 nm sebesar belum terbentuk produk yang optimum, dan
0,174; 0,311; 0,360; 0,385; 0,410; 0,470 dan bila reaksi dijalankan lebih dari 20 menit
0,445. Dengan demikian hasil reaksi maksimum dimungkinkan produk reaksi akan terdegradasi
bila digunakan 10,0 mL larutan pereaksi. yang menyebabkan hilangnya kromofor.
0,9
0,8 Y = 1,6063 X + 0,1634
0,7 r = 0,9932
0,6
Serapan
0,5
0,4
Series1
0,3
regresi
0,2
0,1
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5
Kadar sefadroksil (mg/ml)
Tabel I. Hasil penetapan kadar sefadroksil dalam sediaan kapsul ”X” dengan metode spektrofotometri
Serapan pada Kadar Kadar Kadar
Sampel
λ=367nm (mg/sampel) rata-rata rata-rata CV (%)
(mg)
I II III I II III (mg/sampel) (mg/kapsul)
112,5 0,639 0,630 0,625 98,7 96,8 95,8 97,1 485,4 1,51
113,0 0,644 0,640 0,639 99,7 98,9 98,7 99,1 493,2 0,53
112,4 0,639 0,640 0,635 98,7 98.9 97,9 98,5 492,8 0,54
Rata-rata: 98,2 490,5 0,89
Tabel II. Hasil penetapan perolehan kembali sefadroksil dalam kapsul sefadroksil ”X” secara
spektrofotometri
Bobot (mg) Sefadroksil Serapan Perolehan Perolehan
Sefadroksil CV
teoritis pada Kembali Kembali
Sampel Baku terukur (mg) (%)
(mg/kapsul) λ=367nm (%) rata-rata (%)
0,699 111,2 103,83
112,5 10,0 107,1 0,690 109,3 102,05 102,30 1,39
0,685 108,2 101,03
0,714 114,3 104,86
113,0 9,9 109,0 0,710 113,4 104,04 103,64 1,41
0,699 111,2 102,02
0,699 111,2 102,30
112,4 10,2 108,7 0,710 113,4 104,32 102,70 1,43
0,695 110,3 101,47
Rata-rata: 102,88 0,67
”X”. Hasil rata-rata perolehan kembali berwarna kuning yang menyerap pada 367 nm
sefadroksil dalam kapsul ”X” adalah 102,88%. dari reaksi antara sefadroksil dengan hasil
Berdasarkan hasil ini dapat dikatakan bahwa kondensasi 2 mol etil asetoasetat dan 1 mol
metode spektrofotometri visibel yang formaldehid.
dikembangkan pada penelitian ini memiliki Kondisi optimal yang diperlukan untuk
akurasi yang baik untuk menetapkan kadar pembentukan kromofor baru tersebut adalah:
sefadroksil dalam sediaan kapsul. pH larutan pereaksi 3,5; volume larutan
pereaksi yang ditambahkan adalah 10,0 mL dan
Kesimpulan lama inkubasi 20 menit.
Kadar sefadroksil dapat ditetapkan Metode spektrofotometri visibel yang
secara spektrofotometri visibel berdasarkan dikembangkan dapat diaplikasikan pada pene-
pada terbentuknya gugus kromofor baru tapan sediaan kapsul sefadroksil.
Daftar Pustaka
Foye, W. O., 1981, Priciples of Medicinal Chemistry, 767-768, Lea and Febiger, Philadephia.
Hong, D. D. dan Shah, M., 2000, Development and Validation of HPLC Stability Indicating Assay,
sit. Kharma, S., 2003, Perbandingan Metode Penetapan Kadar Vitamin C dalam Tablet secara
Spektrofotometri Ultraviolet dan Kolorimetri dengan Pereaksi 1-kloro-2,4-dinitrobenzena, Skripsi,
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Mulja, H. M. dan Suharman, 1995, Analisis Instrumental, 6-11, 26-40, Airlangga University Press,
Surabaya.
Patel, I. T., Divani, M. B., dan Patel T. M., 1992, Spectrophotometric method for determination of
cephalexin in its dosage form, J. AOAC Int., 75, 6.
Peter, C. M. and Richard, E. Z., 2000, Statistical Methods in Analytical Chemistry, 2nd Ed., 9, John Wiley
& Sons Inc., New York.
Tjay, T. H. dan Rahardja, K., 2002, Obat-obat Penting, Edisi V, 68-71, PT Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia, Jakarta.
Yuwono, M. dan Indrayatno, G., 2005, Validation of Chromatographic Methods of Analysis, in:
(Brittain, H., Ed.): Profile of Drugs Substances, Excipients and Related Methodology, Volume
32, 243-258, Elsevier.