You are on page 1of 8

ANALISIS PENGHITUNGAN, PENCATATAN, DAN PELAPORAN

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 ATAS JASA OUTSOURCING


(Studi Kasus Pada PT XYZ)

Nadya Nur’ Azizah


Sri Mangesti Rahayu
Amiruddin Jauhari
(PS Perpajakan, Jurusan Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya)
115030407111083@mail.com

ABSTRACT
Research about the analysis of Income Tax Article 23 for outsourcing at PT XYZ is aimed to understand and to
analyze calculation, registration and reporting of Income Tax Article 23 for Outsourcing Service at PT XYZ to ensure
whether the process has been in compliant or deviant with Law No.36/2006 about Income Tax. Result of research
indicates that the calculation, registration and reporting of Income Tax Article 23 for outsourcing service at PT XYZ
is not yet complying with Law No.36/2006. The author also has found that the calculation of Income Tax Article 23
for outsourcing service at PT XYZ is not comparable with the determination of taxbase for Income Tax Article 23 for
outsourcing service. PT XYZ seems negligent from registering prepaid tax Article 23 such that the company does not
submit Annual Income Tax Return to the Tax Service Office. PT XYZ as the provider of outsourcing service that
must be subjected to Income Tax Article 23 shall be proactive problem-solver in the case of mistaken calculation of
Income Tax Article 23 for outsourcing service. PT XYZ has performed the registration for Profit-Loss and also
prepared Balance Sheet.

Keywords: Income Tax, Income Tax Article 23, Outsourcing Service

ABSTRAK
Penelitian tentang analisis perlakuan Pajak Penghasilan Pasal 23 atas jasa outsourcing pada PT XYZ
bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis penghitungan, pencatatan, dan pelaporan Pajak
Penghasilan Pasal 23 atas jasa outsourcing pada PT XYZ telah sesuai atau tidak sesuai dengan UU PPh
Nomor 36 Tahun 2008. Hasil dari penelitian ini yaitu pelaksanaan penghitungan, pencatatan, dan
pelaporan PPh Pasal 23 atas jasa outsourcing pada PT XYZ belum berjalan optimal sesuai dengan dengan
Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah terkahir dengan Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Peneliti juga menemukan bahwa penghitungan
PPh Pasal 23 atas jasa outsourcing pada PT XYZ belum sesuai dalam menentukan DPP PPh Pasal 23 atas
jasa outsourcing, PT XYZ belum mencatat atas prepaid tax pasal 23 sehingga tidak melaporkan SPT PPh
Badan ke Kantor Pelayanan Pajak yang terdaftar. PT XYZ sebagai penyedia jasa outsourcing yang wajib
dipotong PPh Pasal 23 atas jasa outsourcing harus aktif dalam hal apabila terjadi kekeliruan penghitungan
dalam pemotongan PPh Pasal 23 atas jasa outsourcing. PT XYZ harus melaksanakan pencatatan dalam
Laba Rugi dan Neraca.

Kata Kunci: Pajak Penghasilan, Pajak Penghasilan Pasal 23, Jasa Outsourcing

PENDAHULUAN adalah Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas


Persaingan dalam dunia bisnis antar agar tercipta suatu kondisi dimana Indonesia
perusahaan membuat perusahaan harus fokus mampu bertahan dan mampu menghadapi
pada rangkaian proses atau aktivitas penciptaan tantangan global yang sedang terjadi.
produk dan jasa yang terkait dengan kompetensi Menurut data Asosiasi Bisnis Alih Daya
utama. Solusi perusahaan untuk berkosentrasi Indonesia (ABADI), potensi pasar outsourcing di
pada tujuan utama adalah dengan menggunakan Indonesia tahun 2014 menginjak angka Rp 17,5
sistem penyedia jasa tenaga kerja (jasa triliun. Indonesia saat ini berada diurutan kelima
outsourcing). Praktek bisnis jasa outsourcing sudah dengan potensi tenaga kerja produktif yang
menjadi trend yang sedang berlangsung di berjumlah sekitar 105 juta pekerja. Indonesia
Indonesia. Persaingan dunia usaha atau dunia dapat menjadi negara utama tujuan investasi dan
kerja yang memiliki tantangan membuat outsourcing global apabila dimanfaatkan dengan
Indonesia harus lebih proaktif dan kreatif dalam baik. Potensi pasar dari bisnis outsourcing dunia
menghadapi tantangan tersebut. Saat ini, tidak dapat menghasilkan USD 970 miliar atau sekitar
hanya Sumber Daya Alam (SDA) melimpah yang Rp 9.215 triliun. Terkait hal tersebut, apabila
dapat menjadi modal utama untuk bersaing, mengambil 1 persen dari jumlah tersebut,
namun yang sangat berperan penting juga

Jurnal Perpajakan (JEJAK)|Vol. 7 No. 1 2015| 1


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
Indonesia dapat menghasilkan devisa senilai Rp Berdasarkan tabel 1 merupakan realisasi
92 triliun (Sari, 2015). penerimaan pajak di Indonesia pada kurun
Setiap kegiatan usaha akan berimplikasi waktu tahun 2012-2014 yang mengalami
pada aspek perpajakan salah satunya adalah peningkatan setiap tahun. Salah satu pendapatan
Pajak Penghasilan. Sumber dana atau pajak terbesar yaitu sektor Pajak Penghasilan.
penerimaan Negara Indonesia diatur dalam Pajak Penghasilan merupakan pajak yang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 dikenakan atas setiap tambahan penghasilan dari
tahun 2003 tentang Keuangan Negara, yang wajib pajak berdasarkan Undang-Undang
dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum
Belanja Negara (APBN). Pendapatan negara dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP), salah
terbagi menjadi dua yaitu Peneriman Perpajakan satunya yaitu mengenai jasa outsourcing. Jasa
dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). outsourcing merupakan salah satu jasa yang
Penerimaan Perpajakan merupakan sumber dipotong Pajak Penghasilan Pasal 23 sesuai
dana utama yang sangat berpotensi dan dengan Undang-Undang No. 7 Tahun 1983
mendominasi pendapatan negara Indonesia, sebagaimanan telah beberapa kali diubah
yaitu sekitar 70% dari penerimaan APBN selama terkahir dengan Undang-Undang Nomor 36
5 tahun terakhir (Ferdiawan, 2015:15). Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (UU PPh
Penerimaan pajak dalam 3 (tiga) tahun terakhir No 36 Tahun 2008).
terjadi peningkatan bagi pendapatan negara. Pengenaan Pajak Penghasilan atas jasa
Adapun realisasi pajak tahun 2012-2014 dapat outsourcing mempunyai tujuan tertentu yaitu
dilihat pada Tabel 1, sebagai berikut: dari sisi budgedtair adalah untuk memaksimalkan
Tabel 1 Perkembangan Realisasi Penerimaan penerimaan negara, apabila dikaitkan dengan
Perpajakan Tahun 2012-2014 di kebijakan Pajak Penghasilan. Pajak Penghasilan
Indonesia (dalam milyar Rupiah) atas jasa outsourcing merupakan salah satu jenis
Sumber pajak yang harus diperhatikan oleh Direktorat
2012 2013 2014
Penerimaan Jenderal Pajak (DJP) dalam hal pelaksanaannya.
1.Penerimaan
Wajib pajak atau perusahaan outsourcing dalam
Dalam 1.332.323 1.497.521 1.661.148
Negeri prakteknya tidak sepenuhnya memahami
Penerimaan ketentuan perpajakan atas outsourcing.
980.518 1.148.365 1.310.219
Perpajakan Berdasarkan permasalahan tersebut maka DJP
Pajak Dalam
930.862 1.099.944 1.256.304 harus lebih giat dalam melakukan sosialisasi dan
Negeri
Pajak publikasi mengenai peraturan perpajakan atas
465.070 538.760 591.261
Penghasilan jasa outsourcing sesuai yang diatur dalam UU PPh
Pajak Nomor 36 Tahun 2008. Salah satu perusahaan
Pertambahan 337.584 423.708 518.879
Nilai
yang bergerak dibidang penyedia tenaga kerja
Pajak Bumi adalah PT XYZ. PT XYZ sebagai penyedia jasa
dan 28.969 27.344 25.541 outsourcing dimana merupakan wajib pajak yang
Bangunan
dipotong Pasal 23 oleh pengguna jasa outsourcing
BPHTB 0 0 0
Cukai 95.028 104.730 114.284
atau pemotong pajak. Pajak Penghasilan Pasal 23
Pajak lainnya 4.211 5.402 5.980 atas outsourcing yang dipotong akan disetorkan
Pajak ke Kas Negara dan dilaporkan ke Kantor
Perdagangan 49.656 48.421 53.915 Pelayanan Pajak terdaftar oleh pengguna jasa. PT
Internasional
Bea Masuk 28.418 30.812 33.937
XYZ sebagai yang dipotong Pajak Penghasilan
Pajak Ekspor 21.238 17.609 198.088 Pasal 23 atas jasa outsourcing akan menerima
Penerimaan Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23
351.805 349.156 350.930
Bukan Pajak sebagai kredit pajak untuk pelaporan tahunan
Penerimaan
Badan. Berdasarkan kewajiban perpajakan yang
Sumber Daya 225.844 203.730 198.088
Alam tertuang dalam UU PPh No 36 Tahun 2008 dan
Bagian Laba 37.000 kesesuaiannya dalam pelaksanaan kewajiban
30.798 36.456
BUMN
perpajakan PT XYZ tersebut.
Penerimaaan
bukan Pajak 73.459 85.471 91.083
Adapun tujuan yang dirumuskan pada
lainnya penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
2. Hibah 5.787 4.484 1.360 menganalisis penghitungan, pencatatan, dan
Jumlah 1.338.110 1.502.005 1.662.509 pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 atas Jasa
Sumber: Badan Pusat Statistik (2014)

Jurnal Perpajakan (JEJAK)|Vol. 7 No. 1 2015| 2


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
Outsourcing pada PT XYZ telah sesuai atau tidak penyedia tenaga kerja kepada pengguna jasa
sesuai dengan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008. tenaga kerja. Jasa outsourcing oleh pengusaha
penyedia tenaga kerja kepada pengguna jasa
TINJAUAN PUSTAKA tenaga kerja dapat meliputi kegiatan perekrutan,
Pajak Penghasilan pendidikan, pelatihan, pemagangan, dan atau
Menurut Supramono dan Damayanti penempatan tenaga kerja yang kegiatannya
(2010:37), pajak penghasilan adalah “suatu dilakukan dalam satu kesatuan dengan
pungutan resmi yang ditunjukan kepada penyerahan jasa penyediaan tenaga kerja. Dasar
masyarakat yang berpenghasilan yang diterima Pengenaan PPh Pasal 23 atas jasa outsourcing
atau diperoleh dalam tahun pajak untuk terdiri atas pembayaran yang dilakukan oleh
membiayai pengeluaran-pengeluaran negara.” pengguna jasa dan atau atas management fee atas
Menurut Resmi (2003:74), “Pajak Penghasilan penyediaan tenaga kerja. Penyedia jasa
merupakan pajak yang dikenakan terhadap outsourcing akan menerima Bukti Pemotongan
subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau PPh Pasal 23 yang telah dilaporkan oleh
diperolehnya dalam suatu tahun pajak.” pengguna jasa sebelum tanggal 20 setiap
Soemitro (2005:64), menjelaskan “Pajak bulannya dimana akan dicatat sebagai pajak
Penghasilan sebagai pajak langsung dari dibayar di muka (prepaid tax) yang akan
Pemerintah pusat yang dipungut atas diperhitungkan sebagai kredit pajak diakhir
penghasilan dari semua orang yang berada di tahun sebagai pajak penghasilan Badan.
wilayah Republik Indonesia.”
Kerangka Berpikir
Pajak Penghasilan Pasal 23 PT XYZ sebagai salah satu perusahaan
Berdasarkan UU PPh Nomor 36 Tahun yang bergerak di bidang jasa outsourcing dan
2008, sifat dari Pajak Penghasilan Pasal 23 (PPh berdiri di Indonesia, harus melaksanakan hak
Pasal 23) adalah pemotongan, dalam arti dan kewajiban perpajakannya sebagai wajib
penerima penghasilan yang dikenai PPh Pasal 23 pajak yang dipotong PPh Pasal 23 atas
dipotong terlebih dahulu PPh Pasal 23 oleh penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh
pemberi penghasilan. Penerima penghasilan pihak pemberi penghasilan atau penerima jasa.
yang dipotong PPh Pasal 23 adalah wajib pajak Sesuai UU PPh No 36 Tahun 2008, pemotong PPh
dalam negeri dan Badan Usaha Tetap. Pasal 23 akan memotong serta membayar pajak
Berdasarkan tarif pajak atas objek pemotongan yang telah diterima dan melaporkan PPh Pasal 23
PPh Pasal 23 adalah tarif 15% atas Dividen, ke Kantor Pajak. Terkait dengan Bukti
Bunga, Royalti, dan Hadiah ataupun sejenisnya. Pemotongan PPh Pasal 23 sebagai lampiran
Tarif 2% atas sewa dan penghasilan lain serta dalam pelaporan SPT PPh Pasal 23 harus
imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa diberikan kepada PT XYZ sebagai yang dipotong
manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan PPh Pasal 23 atas jasa outsourcing.
jasa lain yang telah dipotong PPh Pasal 21. Salah Untuk mengetahui apakah pemotongan
satu jenis jasa lain yang telah dipotong PPh Pasal PPh Pasal 23 atas jasa outsourcing pada PT XYZ
21 adalah jasa outsourcing. sudah sesuai UU PPh No 36 Tahun 2008, maka
peneliti melakukan suatu analisis terhadap
Pajak Penghasilan Pasal 23 atas Jasa praktik pemotongan pajak penghasilan sesuai
Outsourcing dengan UU PPh No 36 Tahun 2008 berdasarkan
Berdasarkan Pasal 3 PMK Nomor sistematika, analisis dan alat analisis seperti yang
83/PMK.03/2012 jasa outsourcing adalah jasa digambarkan berikut ini:
untuk menyediakan tenaga kerja oleh pengusaha

Sumber: Data Diolah(2015)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran


Sumber: Data diolah (2015)

Jurnal Perpajakan (JEJAK)|Vol. 7 No. 1 2015| 3


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
METODE PENELITIAN perusahaan. Analisis lebih lanjut dilakukan
Jenis Penelitian untuk rekonsiliasi antar objek per setiap masa
Jenis penelitian yang digunakan dalam bukti pemotongan PPh Pasal 23 dan objek PPh
penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan Pasal 23 per-review berdasarkan invoice yang
pendekatan kualitatif. diterbitkan oleh PT XYZ akan diperlukan untuk
mendukung penghitungan, pencatatan dan
Fokus Penelitian pelaporan PPh Pasal 23 atas jasa outsourcing yang
1. Analisis penghitungan PPh Pasal 23 atas jasa terutang. PT XYZ merupakan wajib pajak yang
outsourcing pada PT XYZ. menggunakan withholding tax system yaitu sistem
a. Analisis atas invoice atau bukti tagihan pemotongan pajak yang memberi wewenang
pembayaran jasa outsourcing pada PT XYZ. kepada pihak ketiga sebagai penentuan besarnya
b. Penghitungan PPh Pasal 23 atas jasa pajak yang terutang oleh wajib pajak. Pihak
outsourcing pada PT XYZ dan ketiga yang dimaksud adalah pengguna jasa
kesesuaiannya dengan UU PPh No 36 outsourcing (vendor) dimana bertugas untuk
Tahun 2008. menghitung, menyetor dan melaporkan PPh
2. Analisis Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 atas Pasal 23 atas jasa outsourcing ke Kantor Pelayanan
jasa outsourcing yang diterima oleh PT XYZ Pajak. Berdasarkan telaahan peneliti,
dan kesesuaiannya dengan UU PPh No 36 penghitungan PPh Pasal 23 atas jasa outsourcing
Tahun 2008. antara Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 dari PT X
3. Analisis pencatatan PPh Pasal 23 atas jasa yang telah di lapor pada tahun 2014 dan invoice
outsourcing yang diakui sebagai kredit pajak yang diterbitkan oleh PT XYZ, perkiraan temuan
oleh PT XYZ untuk pelaporan SPT PPh Badan PPh Pasal 23 adalah sebagai berikut :
dan kesesuaiannya dengan UU PPh No 36 Tabel 2 Selisih Bukti Potong PPh Pasal 23 dan
Tahun 2008. Invoice Tahun 2014
Dalam Rupiah
Cfm Bukti
Teknik Analisis Data Cfm Bukti
Potong Selisih
Berbicara mengenai teknik analisis data Deskripsi Fisik
PPh Pasal
Invoice
kualitatif, berarti membicarakan cara mengolah 23
dan menganalisis data kualitatif. Menurut Miles DPP PPh
272.135.487 131.416.320 140.719.167
Pasal 23
dan Huberman, analisis terdiri dari tiga alur
PPh
kegiatan, sebagai berikut (Emzir, 2011:129): 5.442.710 2.628.326 2.814.383
Pasal 23
“Reduksi Data (Data Reduction), Model Data Sumber : Data diolah (2015)
(Data Display) dan Penarikan/Verifikasi Berdasarkan tabel diatas, terdapat selisih
Kesimpulan (Conclusion Drawing/verification).” antara dasar pemotongan PPh Pasal 23 sebesar
Tahap-tahap analisis data yang dilakukan adalah Rp. 140.719.167,- sehingga pajak yang dipotong
sebagai berikut : oleh PT X terjadi lebih bayar pajak sebesar Rp.
1. Analisis penghitungan, pencatatan dan 2.814.383,-. Atas kelebihan potong tersebut, PT
pelaporan PPh Pasal 23 atas jasa outsourcing XYZ mengalami kerugian sebesar Rp. 2.814.383,-
yang disesuaikan dengan UU PPh No 36 . Perbedaan yang terjadi dapat disebabkan oleh
Tahun 2008. beberapa hal seperti keliru dalam menentukan
2. Membuat kesimpulan dan memberikan dasar pemotong dari invoice yang diterbitkan
saran atas hasil penelitian. oleh PT XYZ. Seharusnya, dasar pemotong PPh
Pasal 23 yang terdapat di invoice mencerminkan
HASIL DAN PEMBAHASAN dasar pemotong PPh Pasal 23 yang dihitung, di
1. Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 23 input dan dilaporkan pada Bukti Pemotongan
atas Jasa Outsourcing pada PT XYZ PPh Pasal 23 yang terlampir di SPT Masa PPh
Pendekatan yang peneliti lakukan dalam Pasal 23. Berdasarkan rekapitulasi DPP dan PPh
mengindentifikasi PPh Pasal 23 atas jasa Pasal 23 yang terutang terhadap bukti fisik
outsourcing pada PT XYZ adalah berdasarkan UU berupa invoice yang dilakukan oleh peneliti
PPh Nomor 36 Tahun 2008, dimana diatur lebih untuk mengetahui perbedaan yang terjadi
lanjut dalam peraturan yang dikeluarkan oleh dengan Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 oleh PT
Menteri Keuangan yaitu PMK nomor X, adapun kesalahan penentuan dasar pemotong
244/PMK.03/2008 atas nama-nama akun yang atas jasa outsourcing terhadap Bukti Pemotongan
tercantum dalam bukti tagihan, Bukti PPh Pasal 23 nomor
Pemotongan PPh Pasal 23 dan diskusi oleh pihak 000043/CTI/PPH23/26/VIII/13-14 sejumlah Rp.

Jurnal Perpajakan (JEJAK)|Vol. 7 No. 1 2015| 4


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
20.145.125,- dengan PPh Pasal 23 yang terutang a. Atas pembayaran yang dilakukan oleh PT X
sejumlah Rp. 402.903,- dan Bukti Pemotongan kepada PT XYZ dipotong PPh Pasal 23 oleh
PPh Pasal 23 nomor 000018/CTI/PPH23/26/ PT X sebesar :
IX/13-14 sejumlah Rp. 28.822.250,- dengan PPh 2% x Rp. 650.000,- = Rp. 13.000,-
Pasal 23 yang terutang sejumlah Rp. 576.445,-. Jadi, total pembayaran yang harus
Terkait dalam hal invoice terinci antara jumlah dibayarkan kepada PT XYZ oleh PT X adalah
biaya dan management fee. Oleh karena itu, dasar sebesar Rp. 2.783.730,- dengan rincian sebagai
pemotong atas PPh Pasal 23 jasa outsourcing berikut:
adalah management fee. Berdasarkan telaahan Total Upah Tenaga Kerja Rp. 1.892.482
peneliti, DPP atas Bukti Pemotongan PPh Pasal Management Fee Rp. 650.000
23 nomor 000043/CTI/PPH23/26/VIII/13-14 PPN Rp. 254.248
sejumlah Rp. 2.542.428,- dengan PPh Pasal 23 PPh Pasal 23 Rp. (13.000)
yang terutang sejumlah Rp. 50.850,- dan DPP atas Net Payment Rp. 2.783.730
Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 nomor b. Dalam hal tidak ada bukti pendukung atas
000018/CTI/PPH23/26/IX/13-14 sejumlah Rp. rincian tagihan di atas maka jumlah bruto
2.305.780 dengan PPh Pasal 23 yang terutang sebagai dasar pemotongan PPh Pasal 23
sejumlah Rp. 46.116,-. Terkait dengan tarif yang adalah sebesar Rp. 2.542.482,- dengan rincian
digunakan telah sesuai dengan peraturan yang sebagai berikut :
ada yaitu atas jasa outsourcing dipotong dengan Total Upah Tenaga Kerja Rp. 1.892.482
tarif sebesar 2% dari DPP, dimana PT XYZ Management Fee Rp. 650.000
melampirkan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) Total Pembayaran Rp. 2.542.482
sebagai identitas wajib pajak . Sehingga PPh Pasal 23 yang harus dipotong
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, oleh PT X atas pembayaran kepada PT XYZ
atas penyerahan jasa outsourcing yang dilakukan adalah sebesar :
oleh PT XYZ kepada vendor terdapat secara jelas 2% x Rp. 2.542.482,- = Rp. 50.850
rincian yang memisahkan antara tagihan atas Jadi, total pembayaran yang harus
penyerahan jasa penyediaan tenaga kerja dengan dibayarkan oleh PT X kepada PT XYZ adalah:
imbalan yang diterima oleh tenaga kerja seperti Total Invoice Rp. 2.542.428
gaji, tunjangan, pakaian dinas dan lainnya yang PPN Rp. 254.248
terdapat dalam kontrak. Berikut ini sample PPh Pasal 23 Rp. (50.850)
tagihan (invoice) salah satu pegawai tenaga kerja Net Payment Rp. 2.745.880
yang telah dirinci dalam kontrak yang Setelah melakukan penghitungan, maka
diterbitkan pada bulan Agustus tahun 2014 oleh pihak pemotong pajak wajib membayarkan PPh
PT XYZ kepada PT X: Pasal 23 atas jasa outsourcing ke Kas Negara
Tabel 3 Sample Rincian atas Tagihan Upah dengan menggunakan Surat Setoran Pajak yang
Tenaga Kerja dibayarkan melalui Bank Persepsi atau Kantor
Upah Tenaga Kerja Satpam/Orang Pos Indonesia paling lambat tanggal 10 setiap
Gaji Pokok Rp. 1.380.000 bulan berikutnya setelah berakhirnya masa
Bantuan Kesejahteraan Rp. 100.000
pajak. Terkait dengan pelaporan pajak ke Kantor
Tunjangan Hari Raya Rp. 80.000
Pakaian Dinas Rp. 95.000 Pelayanan Pajak terdaftar paling lama tanggal 20
Iuran Jamsostek Rp. 150.282 bulan berikutnya setelah berakhirnya masa
Uang Penggantian Cuti Rp. 87.200 pajak. Pemotong pajak wajib melaporkan SPT
Total Upah Tenaga kerja Rp. 1.892.482
dengan melampirkan :
Management Fee Rp. 650.000
PPN Rp. 254.248 1) SPT Induk PPh Pasal 23
DPP PPh Pasal 23 Rp. 650.000 2) Daftar Bukti Pemotongan PPh Pasal 23
PPh Pasal 23 (2%) Rp. 13.000 3) Bukti Pemotongan PPh Pasal 23
Sumber : Data diolah (2015) 4) Surat Setoran Pajak PPh Pasal 23 atas jasa
Berdasarkan invoice yang diterbitkan oleh outsourcing.
PT XYZ dan diberikan kepada PT X, nilai DPP Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 atas jasa
atas penyerahan jasa outsourcing adalah total outsourcing wajib diberikan kepada PT XYZ,
management fee atas penyerahaan jasa outsourcing, karena Bukti Pemotongan tersebut merupakan
sehingga jumlah DPP menjadi sebesar Rp. dokumen berharga bagi wajib pajak. Selain
650.000,- untuk masing-masing pegawai. Berikut sebagai kredit pajak, Bukti Pemotongan
ini adalah penghitungan atas rincian tagihan merupakan dokumen wajib pajak untuk
tersebut, sebagai berikut : mengawasi pajak yang telah dipotong dan

Jurnal Perpajakan (JEJAK)|Vol. 7 No. 1 2015| 5


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
menjaga kebenaran atas pajak yang telah di bayar pencatatan atas transaksi yang dilakukan
oleh pemotong. terhadap vendor khususnya kepada PT X. Hal ini
dinyatakan oleh Bapak Ahmad selaku Direktur
2. Pencatatan Pajak Penghasilan Pasal 23 atas Operasional PT XYZ pada tanggal 19 Agustus
Jasa Outsourcing pada PT XYZ pukul 18.30 wib, menyatakan :
Pencatatan pajak sangat penting karena “Kita belum melaksanakan kewajiban
menekankan perlu pemahaman perpajakan untuk melaporkan SPT Badan Tahun 2014
untuk perusahaan agar tidak terjadi kesalahan karena kita belum menyusun laporan
keuangan. Dimana, salah satu syarat
dalam pencatatan karena dapat menyebabkan
untuk melaporkan SPT PPh Badan kan
terjadinya pemeriksaan oleh fiskus. Hal tersebut
harus melampirkan Laporan Laba Rugi
disampaikan pula oleh Bapak Herwikson Sitorus dan Neraca. Hal tersebut terjadi karena
selaku Konsultan Pajak pada wawancara oleh kita tidak melakukan pencatatan dan
peneliti, pada tanggal 7 Agustus 2015, pukul bukti-bukti transaksi juga tidak diarsipkan
18.00 wib, menyatakan: dengan rapi”.
“Perusahaan pada dasarnya wajib Apabila PT XYZ tidak melakukan

melakukan pencatatan atas setiap pencatatan, maka akan mengalami kesulitan

transaksi yang dilakukan baik dari segi pada waktu melaporkan SPT PPh Tahunan

pendapatan atau biaya-biaya yang Badan setiap tahun pajak. Hal ini, dapat dilihat

dikeluarkan pada perusahaan. Dalam hal dalam lampiran 8 (delapan) SPT Tahunan PPh

perusahaan tidak melakukan pencatatan Badan yang harus mencantumkan laporan Laba

maka perusahaan akan mengalami Rugi dan Neraca. Dimana, Laba Rugi dan neraca

kerugian. Sewaktu perusahaan dilakukan tersebut dapat dilihat jika perusahaan

pemeriksaan oleh pegawai pajak atas melakukan pencatatan.

kegiatan usaha perusahaan, maka


perusahaan tidak menunjukkan 3. Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 atas

pencatatan tersebut sehingga dalam hal Jasa Outsourcing pada PT XYZ

pencatatan tidak diberikan ke pemeriksa. PT X sebagai pemotong PPh Pasal 23 atas

Dikarenakan tidak menujukkan jasa outsourcing dari PT XYZ telah memberikan

pencatatan, pemeriksa pajak memiliki Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 yang telah

wewenang untuk menentukan jumlah dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak setiap

pajak yang terutang secara official system”. masa pajak. Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 yang

PT XYZ sebagai pihak yang dipotong atau diterima oleh PT XYZ dapat dikreditkan sebagai

yang menerima penghasilan harus melakukan kredit pajak pada pelaporan SPT Tahunan Badan

pencatatan PPh Pasal 23 terutang sebagai pajak tahun 2014. Berdasarkan informasi dari pihak PT

dibayar dimuka atau prepaid tax PPh Pasal 23. XYZ bahwa tidak melaporkan SPT Tahunan

Sebagai salah satu contoh untuk pencatatan yang Badan tahun 2014, maka dalam hal pelaporan

harus dilakukan oleh PT XYZ sebagai pihak yang pemotongan pajak oleh PT X yang diterima tidak

dipotong PPh Pasal 23 atas transaksi terhadap dapat dikreditkan pada tahun selain tahun 2014.

invoice bulan Agustus 2014, menjelaskan bahwa Terkait dengan penghasilan yang sudah diakui

PT XYZ perusahaan yang menyediakan jasa di tahun 2014 harus dilaporkan di SPT Tahunan

outsourcing menerbitkan invoice kepada PT X PPh Badan tahun 2014, bukan tahun selanjutnya.

sebesar Rp. 2.542.428,-. Pencatatan atas transaksi Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 dapat

tersebut adalah : diperhitungkan sebagai kredit pajak apabila

Tabel 4 Pencatatan untuk invoice bulan bukti yang diberikan oleh pemotong pajak harus

Agustus 2014 diisi dengan lengkap dan benar. Berdasarkan


Nama Akun Debit Kredit analisis peneliti, terdapat temuan untuk mapping
Piutang Rp. 2. 783.730,- jenis penghasilan di Bukti Pemotongan PPh Pasal
Prepaid Tax-PPh Pasal 23 Rp. 13.000,- 23 yang tidak sesuai dengan definisi jenis
Pendapatan Jasa Rp. 2.542.428
penghasilan yang diatur pada PMK nomor
Pajak Keluaran Rp. 254.248
244/PMK.03/2008 yang mengacu pada Undang-
Sumber : Data diolah (2015)
Prepaid tax-PPh Pasal 23 tersebut akan menjadi Undang PPh nomor 36 Tahun 2008.

kredit Pajak Penghasilan pada saat penghitungan Terkait dengan jenis jasa yang digunakan

SPT PPh Badan dan dilaporkan dalam aktiva oleh PT X adalah jasa outsourcing sesuai dengan

lancar dalam neraca.Berdasarkan informasi yang Surat Keterangan Terdaftar (SKT) yang dibuat

kami dapat bahwa PT XYZ belum melakukan oleh Kantor Pajak, oleh karena itu terdapat salah
input oleh PT X untuk jenis penghasilan pada

Jurnal Perpajakan (JEJAK)|Vol. 7 No. 1 2015| 6


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
Bukti Pemotongan SPT PPh Pasal 23 yang telah pemotong agar mengurangi kesalahan
dilaporkan. Jasa Teknik dengan Bukti human error.”
Pemotongan PPh Pasal 23 nomor
000034/CTI/PPH23/26/VII/13-14 terdapat salah KESIMPULAN DAN SARAN
input pada Bukti Pemotongan SPT PPh Pasal 23 Kesimpulan
seharusnya atas Jasa Penyedia Tenaga Kerja 1. PT XYZ merupakan perusahaan jasa
(outsourcing services). Jasa Teknik dengan Bukti outsourcing, dimana memiliki kewajiban atas
Pemotongan PPh Pasal 23 nomor penghasilan yang diterima dipotong PPh
000043/CTI/PPH23/26/VIII/13-14 terdapat salah Pasal 23 atas jasa outsourcing oleh pemotong
input pada Bukti Pemotongan SPT PPh Pasal 23 pajak yaitu PT X sebagai pengguna jasa. PT X
seharusnya atas Jasa Penyedia Tenaga Kerja telah melakukan kewajiban sebagai
(outsourcing services). Jasa Manajemen dengan pemotong pajak dalam penghitungan,
nomor atas Bukti Potong penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 23 atas
000018/CTI/PPH23/26/IX/13-14 terdapat salah jasa outsourcing dan PT XYZ telah menerima
input pada Bukti Pemotongan SPT PPh Pasal 23 Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 untuk
seharusnya Jasa Penyedia Tenaga Kerja diperhitungkan sebagai kredit pajak dalam
(outsourcing services). Terkait dengan pelaporan pelaporan SPT PPh Badan 2014.
Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 yang salah, maka 2. Penghitungan PPh Pasal 23 atas jasa
Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 tersebut tidak outsourcing yang dilakukan oleh PT X belum
dapat diperhitungkan sebagai kredit pajak dalam dilaksanakan sesuai UU PPh Nomor 36 Tahun
SPT PPh Tahunan Badan 2014. Hal tersebut 2008. Terdapat koreksi DPP PPh Pasal 23 atas
dikuatkan pula oleh penjelasan dari Bapak jasa outsourcing, bahwa dalam analisis ini
Herwikson Sitorus selaku Konsultan oleh ditemukan PT X dalam hal penentuan DPP
peneliti pada tanggal 7 Agustus 2015, pukul 18.00 belum sesuai dengan UU PPh Nomor 36
wib yang menyatakan, bahwa : Tahun 2008, sehingga terjadi selisih antara
“Dalam hal terjadi kesalahan maping jenis jumlah PPh Pasal 23 confirm Bukti
penghasilan dalam bukti potong PPh Pasal Pemotongan PPh Pasal 23 dan bukti fisik
23 yang diterbitkan oleh pemotong atau invoice. Biaya outsourcing tenaga kerja terdiri
pengguna jasa. Maka, secara konservatif dari biaya gaji dan management fee. Oleh
bukti potong PPh Pasal 23 yang diterima karena itu, penghitungan PPh Pasal 23 yang
oleh penyedia jasa tidak dapat dikreditkan
telah dipotong hanya dari management fee,
dalam SPT PPh Badan hal ini sesuai
sedangkan koreksi dilakukan terhadap
dengan kebenaran dan kelengkapan bukti
potong. Hal ini sangat sering terjadi dalam keseluruhan invoice atau tagihan dari PT XYZ.
praktek, dikarenakan salah satu pihak Berdasarkan ketentuan perpajakan, atas
pemotong sewaktu pemotongan PPh pasal tagihan dari jasa outsourcing yang merupakan
23 tidak berdasarkan basic invoice. Namun, objek PPh Pasal 23 adalah management fee,
berdasarkan biaya yang dikeluarkan oleh apabila dapat dipisah antara biaya gaji dan
perusahaan yang menggunakan jasa.
management fee.
Solusinya adalah solusi bagi pihak
pemotong sebelum pemotongan PPh pasal 3. Terkait dengan tarif yang digunakan telah
23, maka sebaiknya pihak pemotong sesuai dengan peraturan yang ada yaitu atas
menggunakan invoice sebagai dasar jasa outsourcing dipotong dengan tarif sebesar
pemotongan kepada PPh Pasal 23. Selain 2% (dua persen), hal ini dikarenakan PT XYZ
itu, pemotong pajak perlu memintakan memiliki NPWP.
fotocopy SKT pemberi jasa. Hal ini
4. Pemotongan PPh Pasal 23 yang dipotong dari
dilakukan untuk menghindari kesalahan
PT XYZ merupakan prepaid tax PPh Pasal 23
dalam penulisan nama, alamat, dan
NPWP dari pihak pemberi jasa atau pihak yang akan menjadi kredit Pajak Penghasilan
yang dipotong. Nah setelah itu, solusi bagi pada saat menghitung PPh Badan 2014.
pihak yang dipotong ialah memastikan Namun, PT XYZ belum mencatat prepaid tax
bukti potong sesuai dengan transaksi yang PPh Pasal 23 tersebut dalam laporan neraca
sebenarnya. Dalam hal terjadi kesalahan bagian aktiva.
bukti potong maka pihak pemberi jasa
5. Terdapat salah input oleh PT X untuk jenis
harus meminta untuk dicetak ulang bukti
penghasilan pada Bukti Pemotongan SPT PPh
potong yang baru sesuai dengan yang
sebenarnya sebelum dilakukan Pasal 23 yang telah dilaporkan. Terkait
pengkreditan bukti potong diakhir pajak dengan pelaporan Bukti Pemotongan PPh
dan memberikan fotocopy SKT kepada Pasal 23 yang salah, maka Bukti Pemotongan
PPh Pasal 23 tersebut tidak dapat

Jurnal Perpajakan (JEJAK)|Vol. 7 No. 1 2015| 7


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
diperhitungkan oleh PT XYZ sebagai kredit Pelayanan Pajak Pratama Malang Utara),
pajak dalam SPT PPh Tahunan Badan 2014. Skripsi Perpajakan Universitas Brawijaya.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor


Saran
83/PMK.03/2012 tentang Kriteria dan/atau
1. PT XYZ sebagai penyedia jasa outsourcing
Rincian Jasa Tenaga Kerja yang Tidak
yang wajib dipotong PPh Pasal 23 atas jasa
Dikenai Pajak Pertambahan Nilai
outsourcing bersifat aktif memberitahu kepada
vendor dalam hal apabila terjadi kekeliruan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244 Tahun
penghitungan dalam pemotongan PPh Pasal 2008 Tentang Jenis Jasa lain sebagaimana
23 atas jasa outsourcing. Dimaksud Dalam Pasal 23 ayat (1) Huruf
2. PT XYZ perlu untuk melampirkan minimal C Angka 2 Undang-Undang Nomor 7
fotocopy atau pdf file NPWP atau Surat Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
Keterangan Terdaftar perusahaan yang sebagaimana telah beberapa kali diubah
dilampirkan bersama invoice atau kontrak terkakhir dengan Undang-Undang Nomor
kerja, untuk meminimalisasi terjadinya 36 Tahun 2008
kesalahan dalam penginputan keterangan Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 17
dalam Bukti Pemotongan PPh Pasal 23. Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
3. PT XYZ melaksanakan pencatatan dalam
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 28
Laba Rugi dan Neraca karena pencatatan
Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
pajak bukan hanya membantu pelaksanaan
Tata Cara Perpajakan
kewajiban perpajakan dengan baik, tetapi
membantu sebagai dasar kebijakan untuk tax Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 36
planning yang efektif dan efisien. Tahun 2008 Tentang Perubahan Ketiga
4. Terkait untuk meningkatkan pemahaman dan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
kepatuhan dalam bidang perpajakan, PT XYZ 1983 Tentang Pajak Penghasilan
membangun komunikasi kepada Account Resmi, Siti. 2003. Perpajakan Teori & Kasus.
Representative (AR) atau ikut serta Jakarta: Salemba.
penyuluhan pajak yang disediakann oleh
Sari, Henny Rachma. 2014. “2015, potensi pasar
fiskus pajak dan menggunakan jasa outsourcing bagi Indonesia capai Rp 92 T”,
konsultan setiap bulannya untuk diakses 7 Februari 2015 dari
penghitungan, pencatatan, dan pelaporan http://www.merdeka.com/uang/2015-
masa ataupun tahunan pajak. potensi-pasar-outsourcing- .....

Soemitro, Rochmat. 2005. Dasar-Dasar Hukum


DAFTAR PUSTAKA
Pajak dan Pajak Penghasilan. Jakarta: Refika
Emzir. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif
Aditama.
Analisis Data. Jakarta: Rajawali.
Supramono, dan Theresia Woro Damayanti.
Fedriawan, Erick (2015). Implementasi Elektronik
2010. Perpajakan Indonesia: Mekanisme dan
Nomor Seri Faktur Pajak (e-NOFA) Sebagai
Perhitungannya,. Yogyakarta: Penerbit
Upaya Perbaikan Sistem Administrasi Pajak
Andi.
Pertambahan Nilai (Studi Pada Kantor

Jurnal Perpajakan (JEJAK)|Vol. 7 No. 1 2015| 8


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id

You might also like