You are on page 1of 9

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),

Volume 2, Nomor 2, Pebruari 2014


Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Dermatitis Kontak Iritan Pada


Pekerja Bagian Premix Di PT. X Cirebon

Irvan Ade Indrawan*), Ari Suwondo**), Daru Lestantyo**)


*)
Mahasiswa Bagian Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
**)
Staf Pengajar Bagian Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro

ABSTRACT
Irritant contact dermatitis is a local non-immunologic inflammatory reaction of the skin caused by
contact with exogenous or endogenous factors. This disease is characterized by inflammation of the
polymorphic skin traits that have broad identification, such as: itching, redness, scaling, vesicles, and
crusting papulovesikel. PT X is an industry which is engaged in the production of animal feed in
Cirebon City. The production process is divided into several stages, weighing ingredients according
to recipe, coarse crushing raw materials, mixing all the ingredients according to recipe, pellet
forming and crumble establishment. Before mixing the main ingredient there was a process of
weighing chemicals and feed supplement as prescribed in premix company section. The purpose of
this research was to analyze the factors associated with the occurrence of irritant dermatitis contact
in Premix workers in PT X Cirebon. The type of the research is an observational study with cross
sectional approach. The subjects were 40 workers as part of Premix respondents. The results of the
chi square test statistic obtained contact with the chemical (p value = 0.0001), years (p value =
1.000), duration of exposure (p value = 0.003), age (p value = 0.003), gender (p value = 0.017),
knowledge (p value = 1.000), use of personal protective equipment (p value = 0.369), personal
hygiene (p value = 0.689). The conclusion of this study is in contact with chemicals, long exposure,
age and gender, associated with the incidence of irritant dermatitis contact. While working life,
knowledge, use of personal protective equipment, and personal hygiene are not associated with the
incidence of irritant contact dermatitis.
Keywords : irritant contact dermatitis, chemicals, premix

110
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),
Volume 2, Nomor 2, Pebruari 2014
Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

PENDAHULUAN Akan tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor


Dermatitis Kontak Iritan (DKI) merupakan lainnya. Faktor yang mungkin dapat diperoleh
reaksi peradangan lokal non imunologik pada dari pekerjaan yakni lama paparan dengan bahan
kulit yang disebabkan oleh kontak dengan faktor kimia dan masa kerja ataupun dari pekerja itu
eksogen maupun endogen. Faktor eksogen sendiri seperti pengetahuan, penggunaan alat
berupa bahan-bahan iritan (kimiawi, fisik, pelindung diri dan personal hygiene.
maupun biologik) dan faktor endogen memegang
peranan penting pada penyakit ini. Dermatitis METODE PENELITIAN
Kontak Iritan ini merupakan salah satu penyakit Jenis penelitian yang dilakukan adalah
kulit akibat kerja. Penyakit ini ditandai dengan penelitian kuantitatif dengan menggunakan
peradangan kulit polimorfik yang mempunyai metode observasi dan menggunakan pendekatan
ciri-ciri yang luas, meliputi : rasa gatal, cross sectional.
kemerahan, skuama, vesikel, dan krusta Subyek untuk penelitian ini adalah pekerja
papulovesikel. bagian premix di PT. X cirebon. Jumlah subyek
Industri produksi pakan ternak merupakan penelitian adalah sebanyak 40 orang.
industri yang memakai bahan kimia dalam proses Dalam penelitian ini, data dikumpulkan
produksinya. Kontak langsung dengan bahan dengan wawancara awal dengan pekerja di
kimia pada proses produksi tersebut dapat bagian premix PT. X Cirebon, kemudian
ditemui di bagian premix. Premix merupakan melakukan pemeriksaan klinis dan juga
feed suplement atau bahan pakan tambahan yang wawancara langsung dengan responden
digunakan untuk pemenuhi atau menyediakan menggunakan kuesioner. Kuesioner yang
sumber vitamin, mineral dan atau juga antibiotik. digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
Premix merupakan kombinasi beberapa mikro- untuk mengetahui lama paparan kerja, masa
ingridient dengan bahan penyerta sehigga kerja, tingkat pengetahuan, penggunaan alat
merupakan kombinasi yang siap dicampurkan pelindung diri dan personal hygiene. Dalam
dalam pakan ternak1. Dari bahan-bahan yang kuesioner ini responden hanya perlu menjawab
digunakan terdapat bahan kimia yang dapat pertanyaan peneliti sesuai dengan jawaban yang
menimbulkan kelainan kulit yaitu garam CuSO4. tersedia atau peneliti menulis jawaban responden
Bahan tersebut dapat mengakibatkan kelainan jika tidak tersedia jawaban pada lembar
kulit seperti ulcera, erythema, kulit kering, luka kuesioner.
bakar kimia dan sebagainya.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan HASIL DAN PEMBAHASAN
oleh peneliti dengan cara menyebarkan angket Hubungan Kontak Dengan Bahan Kimia
kepada 30 orang tenaga kerja yang bekerja di Dengan Dermatitis Kontak Iritan
bagian premix tersebut, sekitar 20 orang tenaga Dari hasil uji statistik didapatkan nilai
kerja sudah disiplin menggunakan sarung tangan signifikansi p = 0,0001 ( p < 0,05 ). Hal ini
sedangkan sisanya (10 orang) belum disiplin menunjukkan ada hubungan yang bermakna
menggunakan sarung tangan. Diantara 20 orang antara kontak dengan bahan kimia dengan
yang disiplin menggunakan sarung tangan, kejadian dermatitis kontak iritan. Hasil
sekitar 15% tenaga kerja msih mengalami penelitian yang mendukung penelitian ini adalah
keluhan gangguan kulit sedangkan sisanya tidak penelitian yang pernah dilakukan oleh Wisnu
mengalami. Dan dari 10 orang tenaga kerja yang Nuraga dkk, dengan judul faktor–faktor yang
tidak memakai sarung tangan, 70% tenaga kerja mempengaruhi kejadian dermatitis kontak pada
mengalami dermatitis. Terjadinya dermatitis pekerja yang terpajan dengan bahan kimia di
akibat kerja ini bukan hanya dipengaruhi oleh perusahaan industri otomotif kawasan industri
faktor kontak dengan bahan kimia iritan saja. Cibitung Jawa Barat, yakni terdapat hubungan

111
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),
Volume 2, Nomor 2, Pebruari 2014
Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

antara bahan kimia dengan kejadian dermatitis pengalamannya. Pekerja dengan pengalaman
kontak22. Kontak dengan bahan kimia merupakan akan lebih berhati-hati sehingga kemungkinan
penyebab terbesar dermatitis kontak akibat terpajan bahan kimia lebih sedikit.26 Menurut
kerja.25 Namun demikian, jika standar dan Anogoro, tenaga kerja yang memiliki masa kerja
prosedur kerja dilaksanakan dengan baik, yang lama akan lebih terampil dan
misalnya memakai sarung tangan yang tepat, berpengalaman di dalam mengerjakan
maka pencegahan dermatitis kontak dapat pekerjaannya sehingga hasilnya akan lebih
dilakukan.22 baik.12
Bahan kimia yang digunakan pada proses Dalam penelitian Erliana, pekerja dengan
penakaran dan penimbangan di bagian premix masa kerja yang lama, lebih berhati-hati dalam
bersifat asam kuat. CuSO4 dibuat dengan cara bekerja, sedangkan dalam penelitian ini dari
mencampurkan logam tembaga dengan asam hasil wawancara dengan kuesioner, pekerja
sulfat panas atau oksidanya dengan asam sulfat ( dengan masa kerja yang lama merasa sudah
CuSO4 = Cu2+ + SO42- ). Asam sulfat merupakan kebal dengan bahan kimia CuSO4, meskipun
bahan iritan yang bersifat toksik kuat dan terjadi gejala kelainan kulit yang timbul di kulit
penyebab terjadinya dermatitis kontak iritan. mereka, mereka menganggap hal tersebut sudah
Taylor juga mengatakan bahwa, zat kimia biasa dan hanya merupakan resiko pekerjaan.
memiliki kemampuan yang berlainan untuk Menurut Fatma Lestari, pada pekerja dengan
menimbulkan reaksi iritan. Sebagian diantaranya masa kerja >2 tahun dapat dimungkinkan telah
akan menyebabkan kerusakan sekalipun dengan memiliki resistensi terhadap bahan kimia yang
konsentrasi rendah. Iritan yang kuat akan digunakan oleh perusahaan. Resistensi ini
menimbulkan dermatitis hampir pada semua disebut dengan hardening yaitu kemampuan kulit
individu jika terjadi kontak yang memadai. yang menjadi lebih tahan terhadap bahan kimia
Berdasarkan International Clasification karena pajanan yang terus menerus.19 Akan tetapi
Disesase, kelompok agen penyebab utama karena pekerja di bagian Premix PT. X merasa
dermatitis kontak iritan adalah sabun/deterjen, sudah berpengalaman dan sering mendapatkan
solvent, oli dan pelumas, hasil minyak bumi, dermatitis kontak iritan, para pekerja merasa
asam, alkali, semen, garam logam, slag/ terak biasa dan kurang berhati-hati ketika bekerja.
dan wool. CuSO4 yang merupakan bahan iritan Sehingga kecelakaan kerja seperti, tercecernya
yang kuat, menjadi penyebab utama timbulnya bahan kimia dan mengenai lengan pekerja
dermatitis kontak iritan pada penelitian ini. seringkali terjadi. Meskipun pekerja telah kebal
Hubungan Masa Kerja Dengan Dermatitis atau pekerja yang merasa kebal, apabila terjadi
Kontak Iritan kontak secara terus-menerus, dermatitis kontak
Dari hasil uji statistik diketahui bahwa nilai iritan masih bisa terjadi. Peradangan kulit
p-value = 1,000 (p > 0,05), sehingga secara (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap
statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan faktor eksogen dan atau faktor endogen,
yang bermakna antara masa kerja dengan menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi
kejadian dermatitis kontak iritan pada pekerja polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel,
bagian premix di PT. X Cirebon. Hasil penelitian skuama, linefikasi) dan gatal. Tanda polimorfik
di atas berbeda dengan penelitian yang pernah tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin
dilakukan oleh Erliana, yang menyatakan bahwa hanya beberapa (oligomorfik). dermatitis
ada hubungan bermakna antara masa kerja cenderung residif dan menjadi kronis.26
dengan kejadian dermatitis kontak. Masa kerja Hubungan Lama Paparan Dengan Dermatitis
sangat mempengaruhi pengalaman seseorang Kontak Iritan
terhadap pekerjaan dan lingkungan dimana ia Berdasarkan hasil uji statistik diketahui p-
bekerja, semakin lama ia bekerja semakin banyak value = 0.003 (p < 0,05), sehingga secara

112
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),
Volume 2, Nomor 2, Pebruari 2014
Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang Hubungan Umur Dengan Dermatitis Kontak
bermakna antara lama paparan dengan kejadian Iritan
dermatitis kontak iritan pada pekerja bagian Berdasarkan hasil uji statistik diketahui
premix di PT. X Cirebon. bahwa nilai p-value = 0,003 (p < 0,05), sehingga
Hal ini sesuai dengan penelitian yang secara statistik menunjukkan bahwa ada
pernah dilakukan oleh Wisnu Nuraga dkk, hubungan yang bermakna antara umur dengan
dengan judul factor-faktor yang mempengaruhi kejadian dermatitis kontak iritan pada pekerja
kejadian dermatitis kontak pada pekerja yang bagian premix di PT. X Cirebon.
terpajan dengan bahan kimia di perusahaan Hal ini sesuai dengan penelitian yang
industri otomotif kawasan industri Cibitung pernah dilakukan oleh Fatma Lestari pada
Jawa Barat. Lama kontak atau lama paparan pekerja di PT Inti Pantja Press Industri, bahwa
dengan bahan kimia yang terjadi akan ada hubungan yang bermakna antara umur
meningkatkan terjadinya dermatitis kontak akibat dengan kejadian dermatitis kontak iritan
kerja. Semakin lama kontak dengan bahan kimia, (P=0,042).22 Cohen menyatakan bahwa kulit
maka peradangan atau iritasi kulit dapat terjadi, manusia mengalami degenerasi seiring
sehingga menimbulkan kelainan kulit.22 Menurut bertambahnya usia. Sehingga kulit kehilangan
Chew, pekerja yang terpapar lebih dari 2 jam lapisan lemak diatasnya dan menjadi lebih
perhari akan memberikan peluang yang lebih sensitif dan kering. Kekeringan pada kulit ini
besar terkena dermatitis kontak iritan.23 Lama memudahkan bahan kimia untuk menginfeksi
kontak dengan bahan kimia CuSO4 akan kulit, sehingga kulit menjadi lebih mudah terkena
meningkatkan terjadinya dermatitis kontak akibat dermatitis.24 Cunney juga berpendapat bahwa
kerja. Semakin lama kontak dengan bahan kimia pada dunia industri, usia pekerja yang lebih tua
CuSO4, maka peradangan atau iritasi dapat mempunyai imunitas yang lebih lemah
terjadi sehingga menimbulkan kelainan kulit.22 dibandingkan dengan usia pekerja muda, hal ini
Lamanya waktu terpapar bahan kimia CuSO4 menjadikan usia tua menjadi lebih rentan
satu harinya merupakan salah satu faktor untuk terhadap bahan iritan. Seringkali pada usia lanjut
terjadinya dermatitis kontak oleh karena bahan terjadi kegagalan dalam pengobatan dermatitis
kimia CuSO4 yang digunakan akan semakin kontak, sehingga timbul dermatitis kronik. 24
lama menempel pada tangan pekerja, apabila Walaupun dalam penelitian ini terdapat
tidak menggunakan alat pelindung diri dengan hubungan yang signifikan antara usia dengan
benar, sehingga dapat mengiritasi kulit daerah kejadian dermatitis kontak, akan tetapi sebagian
tersebut sehingga terjadi dermatitis kontak iritan. besar usia pekerja di bagian premix PT. X
Adanya perbedaan lama paparan bahan kimia Cirebon relatif muda dengan umur 31-40 tahun.
CuSO4 pada pekerja ini disebabkan oleh Menurut Cunney kondisi kulit mengalami proses
perbedaan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh penuaan mulai dari usia 40 tahun. Pada usia
pekerja. Terkadang dalam seharinya pekerja tersebut, sel kulit lebih sulit menjaga
tidak hanya menakar dan menimbang, tetapi juga kelembapannya karena menipisnya lapisan basal.
mengikat bungkusan bahan kimia CuSO4 yang Selain itu produksi sebum juga menurun tajam,
telah ditimbang. Saat melakukan pengikatan sehingga banyak sel mati yang menumpuk
pada bungkusan bahan kimia CuSO4 yang telah karena pergantian sel menurun.24 Pada usia lanjut
ditimbang, pekerja kecil kemungkinan terpapar elemen-elemen yang menahan air dan menjaga
bahan kimia atau bahkan tidak terpapar sama tekstur pada struktur interselular semakin
sekali. Hal tersebut biasanya dilakukan berkurang dan tidak dihasilkan lagi. Struktur
bergantian bersama pekerja lain, sehingga lama penyokong kulit seperti kolagen dan elastin,
paparan pada pekerja di bagian premix PT. X ini mengalami deteriorasi atau rusak. Kolagen saling
bisa berbeda. bersilangan dalam jumlah besar dan serabut

113
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),
Volume 2, Nomor 2, Pebruari 2014
Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

elastin berkurang menyebabkan kulit terjadi bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian
kehilangan kelemasannya dan tampak dermatitis kontak iritan (p=0,036). Pada penelitan
69
mempunyai banyak keriput. Dermis di bagian premix PT. X Cirebon ini terdapat
mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. perbedaan kerentanan antara kulit wanita dan
Dermis juga mengandung beberapa derivat kulit pria terhadap paparan bahan kima CuSO4.
epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea Pada penelitian ini kulit wanita lebih rentan
dan kelenjar keringat.24 terhadap bahan kimia CuSO4 dibandingkan
Komponen-komponen tertentu dari kulit dengan kulit pria. Berdasarkan Aesthetic Surgery
juga jadi berkurang seiring bertambahnya usia. Journal terdapat perbedaan antara kulit pria dan
Kulit yang lebih tua juga lebih rentan terhadap wanita, perbedaan tersebut terlihat dari jumlah
alergi, sensitifitas, dan iritasi bila dibandingkan folikel rambut, kelenjar sebaceous atau kelenjar
dengan kulit yang lebih muda karena sistem keringat dan hormon. Kulit pria mempunyai
imunitas yang melemah. Melemahnya sistem hormon yang dominan yaitu androgen yang
imunitas pada usia tua disebabkan oleh dapat menyebabkan kulit pria lebih banyak
pengecilan kelenjar Timus. Pemeriksaan berkeringat dan ditumbuhi lebih banyak bulu,
anatomis menunjukkan bahwa ukuran maksimal sedangkan kulit wanita lebih tipis daripada kulit
kelenjar Timus terdapat pada usia pubertas, pria sehingga lebih rentan terhadap kerusakan
sesudahnya akan mengalami proses pengecilan. kulit. Kulit pria juga memiliki kelenjar aprokin
Konsekuensinya kemampuan kelenjar Timus yang tugasnya meminyaki bulu tubuh dan
untuk mendewasakan sel T berkurang. Akibat rambut, kelenjar ini bekerja aktif saat remaja,
berkurangnya pendewasaan sel T maka ekspresi sedangkan pada wanita seiring bertambahnya
molekul adesi sel dan pelepasan sitokin yang usia, kulit akan semakin mengering dan kolagen
menjadi penyebab munculnya peradangan pada pada kulit wanita lebih cepat berkurang
kejadian dermatitis meningkat. Dalam penelitian dibandingkan pria. Oleh karena itu wanita lebih
ini, peneliti menarik kesimpulan bahwa terlihat tua dibandingkan dengan pria walaupun
walaupun sebagian besar usia pekerja bagian usianya sama. Kolagen menjadi penunjang utama
premix di PT. X relatif muda, tetapi tidak dalam fungsi membangun jaringan komponen
menutup kemungkinan untuk mengalami pada dermis. Protein pada kolagen sangat baik
dermatitis kontak. Pekerja muda mempunyai dalam menjaga kekencangan kulit serta
fungsi proteksi kulit yang lebih baik dibanding kelenturannya. Dermis mempunyai banyak
pekerja tua, akan tetapi apabila dalam jaringan pembuluh darah. Dermis juga
melaksanakan prosedur kerjanya tidak mengandung beberapa derivat epidermis yaitu
memperhatikan aspek keselamatan kerja, maka folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar
akan berpotensi untuk mengalami dermatitis keringat.24
kontak. Komponen-komponen tertentu dari kulit juga
Hubungan Jenis Kelamin Dengan Dermatitis jadi berkurang seiring bertambahnya usia karena
Kontak Iritan kolagen yang berkurang. Kulit yang mempunyai
Dari hasil uji statistik diketahui bahwa nilai kolagen lebih sedikit menjadi lebih tua dan lebih
p-value = 0,017 (p < 0,05), sehingga secara rentan terhadap alergi, sensitifitas, dan iritasi bila
statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang dibandingkan dengan kulit yang lebih muda
bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian karena sistem imunitas yang melemah.
dermatitis kontak iritan pada pekerja bagian Melemahnya sistem imunitas pada kulit yang
premix di PT. X Cirebon. memiliki kolagen lebih sedikit disebabkan oleh
Hal ini sesuai dengan penelitian yang pernah pengecilan kelenjar Timus. Pemeriksaan
dilakukan oleh Suryani Florence, yang anatomis menunjukkan bahwa ukuran maksimal
menyatakan bahwa ada hubungan yang kelenjar Timus terdapat pada usia pubertas,

114
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),
Volume 2, Nomor 2, Pebruari 2014
Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

sesudahnya akan mengalami proses pengecilan. terhadap objek tertentu. Menurut Notoatmojo,
Diketahui bahwa Timus merupakan kelenjar pengetahuan merupakan faktor penting
endokrin sekaligus tempat deferensiasi sel terbentuknya tindakan seseorang (overt
limfosit T menjadi sel imunokompeten. Involusi behavior) dan pengetahuan dapat diukur dengan
ditandai dengan adanya infiltrasi jaringan fibrous melakukan wawancara dengan menggunakan
dan lemak. Startum Germinativum atau lapisan kuesioner. Perilaku yang didasari dengan
basal jumlahnya berkurang dan menjadi fibrotik. pengetahuan dan kesadaran akan bertahan lama
Konsekuensinya kemampuan kelenjar Timus daripada perilaku tidak didasari ilmu
46
untuk mendewasakan sel T berkurang. Akibat pengetahuan dan kesadaran . Menurut hasil
berkurangnya pendewasaan sel T maka ekspresi penelitian, 80,8% pekerja yang memiliki
molekul adesi sel dan pelepasan sitokin yang pengetahuan yang baik menderita dermatitis
menjadi penyebab munculnya peradangan pada kontak iritan. Sesuai dengan pertanyaan pada
kejadian dermatitis meningkat.68 Kulit pada kuesioner mengenai pengetahuan tentang bahaya
wanita semakin mengering dan lebih rentan bahan kimia, resiko pekerjaan, jenis sarung
terhadap bahan kimia CuSO4 dikarenakan wanita tangan dan jenis sabun cuci tangan. Sebesar
lebih sering terpapar dengan bahan iritan seperti 82,5% mengetahui bahaya dan resiko dari
sabun cuci dan pekerjaan rumah tangga yang pekerjaannya, akan tetapi tidak cukup untuk
lembap serta pemakaian kosmetik yang mencegah terjadinya dermatitis kontak iritan
menyebabkan kolagen pada kulit wanita semakin pada pekerja. Pengetahuan tentang jenis sarung
cepat berkurang. Penggunaan kosmetik tangan yang tepat untuk melindungi tangan dari
merupakan salah satu penyebab utama cepat bahan kimia, hanya 1 orang yang mengetahui
berkurangnya kolagen pada kulit wanita sehingga bahwa sarung tangan lateks tidak dapat
karateristik dan struktur kulit yang melekat pada melindungi tangan dari bahan kimia secara
wanita berbeda dengan pria.24 Hal ini yang maksimal. Dan 17,5% pekerja menganggap
membuat imunitas kulit wanita lebih lemah tempat kerja harus menyediakan sabun khusus
daripada kulit pria, sehingga kulit wanita lebih untuk mencuci tangan. Dengan pengetahuan baik
rentan terkena dermatitis kontak iritan yang dimiliki oleh pekerja, kejadian dermatitis
dibandingkan pria. Maka berdasarkan pernyataan kontak iritan diharapkan dapat dicegah, akan
tersebut, dalam hal ini kulit perempuan dikatakan tetapi yang membuat hal tersebut tidak terjadi
lebih berisiko mendapat Dermatitis Kontak Iritan pada penelitian ini dimungkinkan oleh beberapa
dibandingkan dengan pria. hal seperti pengetahuan tersebut hanya sebatas
Hubungan Pengetahuan Dengan Dermatitis tahu saja, akan tetapi untuk penerapan atau
Kontak Iritan tindakan sehari-hari ketika bekerja pekerja tidak
Dengan pengujian statistik didapatkan nilai menerapkan dengan baik pengetahuan tersebut,
signifikansi p = 1,000 ( p > 0,05), sehingga dapat bisa juga disebabkan oleh sikap pekerja yang
dikatakan bahwa tidak ada hubungan antara merasa sudah kebal sehingga acuh terhadap
pengetahuan dengan kejadian dermatitis kontak bahaya yang terjadi karena merasa masih dapat
iritan pada pekerja bagian premix di PT X ditoleransi.
Cirebon. Hasil penelitian ini sama dengan Sikap pekerja yang merasa sudah kebal
penelitian yang pernah dilakukan oleh Suryani sehingga acuh ini mungkin disebabkan karena
Florence, yang menyatakan bahwa tidak ada kurangnya penyuluhan tentang pengetahuan
hubungan yang bermakna antara pengetahuan dermatitis oleh pihak perusahaan. Pekerja
dengan dermatitis kontak dengan nilai p-value = memiliki pengetahuan tersebut hanya dari
0,710 ( p > 0,05).69 pengalaman sendiri maupun pengalaman orang
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini lain ,mencari dan menerima penjelasan-
terjadi setelah orang melakukan pengindraan penjelasan dari orang-orang tertentu yang

115
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),
Volume 2, Nomor 2, Pebruari 2014
Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

memiliki penguasaan atau yang dipandang bahaya dengan cara penempatan penghalang
berwenang, penalaran deduktif, dan pencarian antara tenaga kerja dengan bahaya.51
pengetahuan yang dimulai dengan melakukan Menurut Occupational Safety and Health
observasi terhadap hal-hal yang khusus atau Administration, sarung tangan yang paling cocok
fakta yang konkrit. pada pekerjaan pekerja di bagian premix yang
Hubungan Penggunaan Alat Pelindung Diri berkontak langsung dengan bahan iritan yang
Dengan Dermatitis Kontak Iritan kuat adalah jenis sarung tangan neoprene, Butyl
Dari hasil uji statistik, didapatkan nilai dan nitrile, untuk sarung tangan yang berjenis
signifikansi p = 0,369 ( p > 0,05), hal ini latex/rubber kurang direkomendasikan karena
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bahan tersebut dapat menimbulkan alergi pada
bermakna antara penggunaan sarung tangan beberapa orang. Untuk pekerja yang memiliki
dengan kejadian dermatitis kontak iritan pada riwayat alergi terhadap bahan ini, dapat
pekerja bagian premix di PT. X Cirebon. menggunakan sarung tangan hypoallergenic,
Hasil wawancara dengan responden tentang glove liners atau powderless gloves.
penggunaan alat pelindung diri, pekerja yang Hubungan Personal Hygiene Dengan
tidak menggunakan sarung tangan yakni Dermatitis Kontak Iritan
memiliki beberapa alasan seperti merasa kurang Dari hasil pengujian statistik, didapatkan
nyaman atau kurang cekatan dalam bekerja, dan nilai signifikansi sebesar 0,689 ( p > 0,05 ). Hal
terbatasnya stock sarung tangan. ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
Meskipun pekerja sudah menggunakan yang bermakna antara personal hygiene dengan
sarung tangan untuk melindungi tangan, mereka kejadian dermatitis kontak iritan pada pekerja
masih menderita dermatitis kontak iritan. Hal ini bagian premix di PT. X Cirebon.
disebabkan oleh beberapa faktor seperti pekerja Personal Hygiene merupakan suatu tindakan
kurang berhati - hati ketika bekerja, sehingga untuk memelihara kebersihan seseorang yakni
sarung tangan dapat sobek atau cacat, atau pekerja, baik sebelum, saat dan setelah bekerja.52
penggunaan sarung tangan yang sudah longgar Tujuan dari personal hygiene adalah
akan tetapi masih dipakai, penggunaan sarung meningkatkan derajat kesehatan, memelihara
tangan yang seharusnya sekali pakai akan tetapi kebersihan diri, pencegahan penyakit,
dipakai berulang karena belum rusak, dan ada meningkatkan kepercayaan diri dan menciptakan
juga yang hanya menggunakan sarung tangan di keindahan.52 Personal hygiene yang diterapkan
bagian tangan kanan saja. Hal ini membuat oleh pekerja maupun pemilik industri dirasa
bahan kimia CuSO4 menimbulkan dermatitis masih buruk. Pekerja maupun pemilik industri
kontak, dimulai dengan kerusakan stratum seharusnya memiliki kesadaran untuk menjaga
korneum oleh karena delipidasi yang dan merawat kebersihan diri masing-masing dan
menyebabkan desikasi dan kehilangan fungsi pemilik juga menyediakan fasilitas dengan benar.
sawarnya, sehingga mempermudah kerusakan sel Dari hasil kuesioner dan observasi di
di bawahnya oleh iritan28. Menurut Suma’mur, lapangan, pemilik industri tidak menyediakan
alat pelindung diri adalah suatu alat untuk sabun cuci tangan yang sesuai dengan
melindungi diri atau tubuh dari bahaya-bahaya penggunaannya. Pemilik hanya menyediakan
kecelakaan kerja. Namun secara teknis diakui sabun cuci seadanya saja, seperti sabun colek, hal
bahwa alat pelindung diri tidak sempurna untuk ini dikarenakan tempat cuci tangan pekerja
melindungi tubuh akan tetapi dapat mengurangi menjadi satu dengan tempat pekerja mencuci
tingkat keparahan pada kecelakaan yang terjadi. alat-alat kerja yang mereka pakai. Hanya ada 1
Peralatan pelindung tidak menghilangkan tempat yang menyediakan sabun cuci khusus
ataupun mengurangi bahaya yang ada. Peralatan tangan atau handwash, yaitu terdapat di kamar
ini hanya mengurangi jumlah kontak dengan mandi. Karena letak kamar mandi yang agak

116
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),
Volume 2, Nomor 2, Pebruari 2014
Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

jauh, itu yang membuat para pekerja terkadang 6. Ada hubungan antara umur dengan kejadian
malas untuk cuci tangan disana. Pemilihan jenis dermatitis kontak iritan pada pekerja bagian
sabun cuci tangan juga dapat berpengaruh premix di PT. X Cirebon.
terhadap kebersihan sekaligus kesehatan kulit 7. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan
pekerja. Penyediaan sabun colek sebagai sabun kejadian dermatitis kontak iritan pada
untuk mencuci tangan ini dapat memperbesar pekerja bagian premix di PT. X Cirebon.
peluang kejadian dermatitis kontak iritan, 8. Tidak ada hubungan antara pengetahuan
meskipun pekerja sering cuci tangan, hal tersebut dengan kejadian dermatitis kontak iritan
bukan bermanfaat untuk menghilangkan bahan pada pekerja bagian premix di PT. X
kimia dari permukaan kulit tetapi bisa menambah Cirebon.
bahan iritan untuk menempel pada kulit. 9. Tidak ada hubungan antara penggunaan alat
Dalam penelitian ini, praktek personal pelindung diri dengan kejadian dermatitis
hygiene berfungsi untuk kontak iritan pada pekerja bagian premix di
mengurangi/menghilangkan bahan kimia yang PT. X Cirebon.
telah kontak dan menempel pada kulit pekerja, 10. Tidak ada hubungan antara personal hygiene
sehingga personal hygiene tidak dapat digunakan dengan kejadian dermatitis kontak iritan
sebagai upaya pencegahan dermatitis kontak pada pekerja bagian premix di PT. X
iritan, akan tetapi sebagai upaya pengurangan Cirebon.
dampak bahan kimia terhadap dermatitis kontak Saran
iritan yang terjadi pada pekerja di bagian premix. 1. Menurut Hierarchy of Controls untuk
meminimalisir kejadian dermatitis kontak
KESIMPULAN iritan yang terjadi akibat kontak dengan
1. Dari hasil penelitian, factor-faktor yang bahan kimia, metode yang dilakukan
berhubungan dengan kejadian dermatitis pertama kali adalah perusahaan
kontak iritan pada pekerja bagian premix di menghilangkan atau mengganti bahan kimia
PT. X Cirebon adalah kontak dengan bahan penyebab utama dermatitis kontak iritan
kimia, lama paparan, umur dan jenis menjadi bahan kimia yang lebih aman
kelamin. terhadap kesehatan pekerja.
2. Dari hasil penelitian dan observasi oleh 2. Menurut Hierarchy of Controls setelah
tenaga medis, ditemukan kejadian dermatitis metode pertama dilakukan untuk
kontak iritan yang tinggi yakni sebesar meminimalisir kejadian dermatitis kontak
82,5% pekerja menderita dermatitis kontak iritan yang terjadi akibat kontak dengan
iritan. bahan kimia, metode kedua yang dilakukan
3. Ada hubungan antara kontak dengan bahan adalah perusahaan merubah sistem shift
kimia dengan kejadian dermatitis kontak kerja sehingga lama paparan dapat
iritan pada pekerja bagian premix di PT. X berkurang, dan menambahkan pengetahuan
Cirebon. pekerja dalam hal ini memberikan pelatihan
4. Tidak ada hubungan antara masa kerja atau seminar mengenai bahaya bahan kimia
dengan kejadian dermatitis kontak iritan yang digunakan agar selanjutnya pekerja
pada pekerja bagian premix di PT. X dapat mengetahui efek dari bahan kimia
Cirebon. tersebut serta lebih berhati-hati dalam
5. Ada hubungan antara lama paparan dengan bekerja.
kejadian dermatitis kontak iritan pada 3. Menurut Hierarchy of Controls setelah
pekerja bagian premix di PT. X Cirebon. metode pertama dan kedua dilakukan untuk
meminimalisir kejadian dermatitis kontak
iritan yang terjadi akibat kontak dengan

117
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),
Volume 2, Nomor 2, Pebruari 2014
Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

bahan kimia, metode ketiga yang dilakukan


adalah perusahaan menyediakan alat
pelindung diri yang sesuai dengan potensi
bahaya dari bahan kimia yang digunakan
seperti sarung tangan neoprene, butyl dan
nitrile, serta menambahkan jumlah
persediaan alat pelindung diri yaitu sarung
tangan sesuai dengan kebutuhan dan jumlah
pekerja.

DAFTAR PUSTAKA
1. Budiono, AMS. 1996. Management
Oversight Risk Tree. Surakarta : Majalah
Hyperkes dan Keselamatan Kerja.
2. Suma’mur. 1994. Hygiene Perusahaan dan
Kesehatan Kerja. Jakarta.
3. Rycroft, RJG. 1987. Occupational
Dermatoses in Texbook of Dermatology
London Blackwell Scientific Publications.
4. Indrayanti. 1992. Bunga Rampai Hiperkes
dan Keselamatan Kerja. Surakarta : Tri
Tunggal Tata Fajar.
5. Siregar,R.S. Atlas Berwarna Saripati
Penyakit Kulit Edisi II. Jakarta:Penerbit
Buku Kedokteran ECG. 2004.
6. Wigger-Alberti W, lliev D, Elsner P.
Contact Dermatitis Due To Irritation.
Dalam : Adams RM, editor. Occupational
Skin Disease; edisi ke-3.Philadelphia: WB
Saunders, 1999: 1-21.
7. Marks JG,DeLeo VA. Allergic and irritant
Contact Dermatitis. Dalam : Contact and
Occupational Dermatolog;edisi ke-1.
Philadelpia:Mosby Year Book, 1992:3-13.
8. Murtidjo. 1995. Kamus Istilah Peternakan.
Kanisius. Yogyakarta.

118

You might also like