You are on page 1of 6

METODE SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

UNTUK MENGANALISIS BULLWHIP EFFECT


GUNA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS SISTEM DISTRIBUSI PRODUK
Indri Parwati , Prima Andrianto
Jurusan Teknik Industri
Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
Jl. Kalisahak No.28 Komp.Balapan, Yogyakarta 55222

ABSTRACT
Phenomena happened in very chain supply that is request product to improving and tune by
named is Bullwhip Effect.It’s causes by mistake interpretation of request date and not integrated
information system of distribution chain. That problem was happened too in tee garment company PT.
Mondrian. To do repaired in distributions process, used Supply Chain Management concept. It’s not
only discuss about product distribution, but about Inventory and Supply Chain Management
implementation too. As for purpose of this research is how to analyze bullwhip effect and how to
minimized total inventory cost with Continous Review method. This research discuss product
distribution of Dadung, Begaya, Sekido to retailer-retailer in Semarang And Yogyakarta. By the count
level of variability, show that the bullwhip effect is happened in over all the product which distributed to
retailer-retailer. Except in dadung product to Sri Ratu Peterongan Semarang retailer, Sekido in Sri ratu
Pemuda Semarang, and Begaya in Mirota Kampus Yogyakarta. From calculation of supply Policy with
system Q method, known that best iterasi for dadung is iterasi 1 with total invcentory cost of Rp.
39.638.737,53, Itersi 3 for Begaya with total inventory cost of Rp. 27.924.118,81, Iterasi 2 for sekido
with total inventory cost of Rp. 52.328.084,57.
Keywords : SCM, Bullwhip effect , efektivitas

INTISARI
Salah satu kendala yang masih sering dijumpai dalam sistem distribusi produk adalah adanya
fenomena Bullwhip Effect yaitu adanya simpangan yang jauh antara persediaan yang ada dengan
permintaan. Hal ini disebabkan kesalahan interpertasi data permintaan dan sistem informasi yang
kurang terintegrasi di tiap rantai distribusi. Hal itu juga yang dialami oleh PT. Mondrian yang
memproduksi produk pakaian jadi. Untuk melakukan perbaikan digunakan pendekatan Supply Chain
Management (SCM), dimana didalamnya tidak hanya membahas tentang distribusi produk saja, tetapi
juga mengenai persediaan dan sistem informasi yang penerapan SCM. Adapun tujuan penelitian ini
untuk menganalisis Bullwhip Effect dan memenimalisasi total biaya persediaan dengan metode
Continous Review. Hasil perhitungan nilai variabilitas menunjukan terjadinya bullwhip effect hampir
disemua produk yang dikrimkan ke retailer-retailer. Kecuali pada produk sekido untuk retailer Sri Ratu
Peterongan Semarang , produk sekido untuk retailer Sri Ratu Pemuda Semarang dan produk begaya
untuk retailer Mirota Kampus Yogyakarta. Karena masing-masing Retailer tersebut memiliki nilai
variansi permintaan sebesar 1,28; 1,65; 1,45; yang berarti lebih besar dari nilai perbandingan antara
fungsi periode dan lead time sebesar 1,18. Dari hasil pengolahan data inventory dengan metode
sistem Q, diperoleh iterasi terbaik pada iterasi 1 untuk produk Dadung dengan total biaya persediaan
Rp. 39.638.737,53. Sedangkan untuk produk Begaya iterasi terbaik pada iterasi 3 dengan total biaya
persediaan Rp. 27.924.118,81 dan untuk produk Sekido iterasi terbaik pada iterasi 2 dengan total
biaya persediaan sebesar Rp. 52.328.084,57.

Kata kunci : SCM, Bullwhip effect, efektivitas.

PENDAHULUAN Inventory dalam bentuk barang jadi (finished


Perilaku konsumen seiring dengan goods) akan bergerak dari gudang pabrik
kemajuan teknologi yang semakin inovatif menuju konsumen melalui serangkaian
menuntut perhatian lebih dari perusahaan. Hal saluran dan fasilitas distribusi.
ini dikarenakan konsumen menginginkan Aliran produk dimulai dari gudang
produk yang semakin berkualitas. barang jadi (factory warehouse), Gudang
Perkembangan teknologi informasi telah distribusi (distribution warehouse), dan
mengubah paradigma tentang logistik, pengecer sampai dengan pemakai (user).
peraturan inventory dan transportasi menjadi Adanya berbagai pihak yang terlibat dan
suatu proses peningkatan nilai tambah dari terkait dalam aliran produk dari pabrik kepada
barang dan jasa. Di luar sistem manufaktur, konsumen akan membentuk suatu sistem

47 Jurnal Teknologi, Volume 2 Nomor 1 , Juni 2009, 47-52


yang dikenal dengan sistem rantai pasokan sistem distribusi dan menghitung total biaya
(supply chain system). Fungsi dari sistem persediaan dengan metode Continous Review.
supply chain adalah menyediakan produk dan Supply Chain Management adalah
jasa yang tepat, pada tempat yang tepat, pada pengelolaan berbagai kegiatan dalam rangka
waktu yang tepat, dan pada kondisi yang memperoleh bahan mentah, dilanjutkan
diinginkan dengan tetap memberikan kegiatan transformasi sehingga menjadi
kontribusi yang optimal bagi perusahaan. produk dalam proses, kemudian menjadi
Sehingga dibutuhkan koordinasi dari pihak – produk jadi dan diteruskan dengan pengiriman
pihak yang terlibat dalam supply chain. kepada konsumen melalui sistim distribusi.
Kurangnya koordinasi akan menimbulkan Kegiatan-kegiatan yang dilakukan mencakup
distorsi informasi yang sering disebut dengan pembelian secar tradisional dan berbagai
fenomena Bullwhip Effect. kegiatan penting lainnya yang berhubungan
Kekurangan informasi bias dengan supplier dan distributor. Oleh karena
menimbulkan kekacauan di rantai supply. itu Supply Chain Management antara lain
Mulai dari supplier, manufacturer, distributors, meliputi penetapan: pengangkutan,
Wholesaler, retailer dan sudah barang tentu pembayaran secara tunai atau kredit (proses
konsumen yang akan menanggung akibatnya transfer) , supplier , distributor dan pihak yang
dalam bentuk biaya tinggi ataupun tidak membantu transaksi seperti Bank , hutang
tersedianya barang. Bullwhip Efeect diartikan maupun piutang , pergudangan , pemenuhan
secara sederhana adalah suatu fenomena pemesanan, informasi mengenai ramalan
dimana suatu lonjakan kecil di level konsumen permintaan, produksi maupun pengendalian
akan mengakibatkan lonjakan yang sangat persediaan. Secara umum Supply Chain
tajam di level yang jauh dari konsumen. Management merupakan suatu system tempat
Akibatnya antara lain berlebihnya stock perusahaan menyalurkan barang hasil
persediaan, karena sebenarnya permintaan produksi dan jasanya pada pelangan. Rantai
jauh lebih kecil, kacaunya jadwal produksi, ini jugu merupakan jaringan dari berbagai
tidak terutilisasinya fasilitas - fasilitas produksi bagian yang saling berhubungan da
yang ada secara optimal.(www.Logictools. mempunyai tujuan sama yaitu sebaik mungkin
com/resources/articles/bullwhip effect.html). menyelenggarakan pengadaan dan
Masalah Bullwhip Effect yaitu adanya penyaluran produk. ( Indrajit, R.E dan
simpangan yang jauh antara persediaan yang Djokopranoto : 2002 )
ada dengan permintaan sering kali terjadi Persamaan manajemen supply chain
dalam suatu perusahaan, Hal ini dikarenakan dengan manajemen logistik : keduanya
kesalahan dari interpretasi data permintaan di menyangkut arus pengelolaan barang atau
tiap – tiap rantai distribusi dan sistem informasi jasa, keduanya menyangkut pengelolaan
di dalam pendistribusiannya tersebut bersifat tentang penbelian, pergerakan, pengangkutan,
dua arah dimana retailer menyampaikan administrasi, dan penyaluran produk dan
informasi permintaan dari konsumen ke keduanya menyangkut usaha peningkata
distributor dan dari distributor lalu efisiensi dan efektifitas pengelolaan barang.
menyampaikan informasi ke manufaktur dan Fungsi Supply Chain Management pada
sebaliknya. Hal itu juga yang dialami oleh PT. hakikatnya ada dua fungsi Supply Chain
Mondrian yang memproduksi produk pakaian Management,yaitu : Supply Chain
jadi. Salah satu jalan yang bisa ditempuh Management secara fisik mengkonversikan
untuk mengatasi kondisi diatas adalah bahan baku dan menghantarkannya pada
menerapkan sistem pengendalian Inventory konsumen akhir. Fungsi ini berkaitan dengan
Continous Review atau biasa disebut dengan biaya fisik yaitu : material, biaya penyimpanan,
sistem Q yang merupakan sistem biaya produksi, biaya transportasi dan lain –
pengendalian yang membahas tentang lain. Supply Chain sebagai media pasar ,
penekanan biaya, mengurangi tingkat Berkaitan dengan biaya – biaya survey pasar,
persediaan serta menetapkan dan menjamin perancangan produk serta biaya – biaya akibat
tersedianya produk dalam kualitas, kuantitas tidak terpenuhinya asparasi konsumen akan
dan waktu yang tepat. produk yang tersedia Keuntungan yang
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, diperoleh dari supply chain (menurut Indrajit
maka yang menjadi permasalahan dalam dan Djokopranoto, 2002) adalah : Mengurangi
penelitian ini adalah bagaimana menganalisis Inventory Barang. Inventory merupakan bagian
bullwhip efeect dengan pendekatan supply paling besar dari aset perusahaan yang
chain management agar tidak menganggu berkisar antara 30 % - 40 %. Biaya
sistem distribusi produk. Tujuan yang akan penyimpanan barang berkisar antara 20 % –
dicapai dalam penelitian ini adalah 40 % dari nilai barang yang disimpan,
menganalisis bullwhip effect yang terjadi pada Sehingga perlu dikembangkan metode untuk

Parwati, Metode Supply Chain Management Untuk Menganalisis Bullwhip Effect Guna 48
Meningkatkan Efektivitas Sistem Distribusi Produk
menekan penimbunan barang agar dari segi manufaktur, distributor, retailer, karena :
biaya dapat ditekan menjamim kelancaran kebutuhan setiap fasilitas untuk meningkatkan
penyediaan barang. Kelancaran yang perlu safety stock pada pesanan untuk memberikan
dijamin adalah mulai dari bahan baku, service level, peningkatan biaya menjadi
supplier, factory, whosaler, retailer, dan penting apabila terlalu banyak menyimpan
konsumen akhir. Mutu produk jadi tidak hanya barang, tidak efisiennya penggunaan sumber
ditentukan oleh proses produksi dari produk – daya, tenaga kerja dan transportasi.
produk tersebut, tetapi juga oleh mutu bahan Menurut Simchi – Levi (2000)
baku dan keamanan distribusinya. Jaminan penyebab utama terjadinya Bullwhip Effect ada
mutu ini merupakan serangkaian mata rantai lima, yaitu : Demand Forecasting adalah
panjang yang harus dikelola dengan baik. tambahan pemesanan mengakibatkan
Bullwhip Effect ,menurut Indrajit dan peramalan permintaan lebih tinggi. Solusi yang
Djokopranoto, 2002) Supply Chain pada mungkin adalah dengan menyediakan data
umumnya terdiri dari beberapa elemen pokok tentang permintaan konsumen secara
dimana masing-masing elemen mempunyai langsung untuk perusahaan up stream yang
fungsi tersendiri. Dengan perkembangan arus lebih jauh pada supply chain. Karena Lead
perdagangan, maka rantai tersebut sekarang Time. Lead Time didefinisikan sebagai
bisa saja tidak hanya terdiri dari empat rantai lamanya waktu tiba pesanan yang diterima
itu saja. Rantai tersebut mulai berkembang oleh retailer. Lead Time dapat menambah
seperti ditambahkannya distributors, Bullwhip Effect dengan menambah
manufacturer yang terpisah dari pemasok dan peningkatan variabilitas pada peramalan
sebagainya. Tetapi secara umum fungsi rantai permintaan, meliputi : panjang lead time ,
tersebut dapat dibagi menjadi empat buah besarnya kebutuhan dan tingkat persediaan.
seperti di atas. Informasi yang terdistorsi dari Karena Batch Ordering yaitu saat manufaktur
salah satu unsur kepada unsur lainnya dapat mengamati besarnya pesanan, diikuti
mengakibatkan ketidakefisienan yang besar, beberapa periode tanpa pesanan, diikuti
seperti inventory yang berlebihan atau pesanan lain dan seterusnya, kemudian
penumpukan di gudang, keterlambatan manufaktur melihat penyimpangan dan
pengadaan barang, layanan pelanggan variabel tertinggi dari pesanan. Dan karena
(customer service) yang kurang baik, salah Supply Shortages. Jika permintaan melebihi
menentukan perencanaan kapasitas, supply yang ada, maka permintaan tersebut
penjadwalan produksi yang salah, pendapatan akan di jatah dengan perbandingan yang sama
yang terbuang dan transportasi yang tidak dengan jumlah produk yang mereka pesan.
efektif. Suppliers Wholesaler Retailer Untuk mengatasi ini maka konsumen akan
Customer Salah satu permasalahan yang melebihkan permintaan yang mereka pesan.
timbul pada supply chain adalah bullwhip Jika permintaan berkurang maka terjadilah
effect. Bullwhip effect ini mendistorsi informasi pembatalan pesanan yang sring disebut
permintaan dari rantai yang bawah (end dengan istilah phantom order.Juga disebabkan
customer) ke rantai di atasnya. Biasanya oleh Price Variation yaitu penyebab terakhir
perusahaan mendasarkan pada peramalan adalah frekuensi variasi biaya keseluruhan
produksi, perencanaan kapasitas, pada supply chain. Contoh : banyak retailer
pengendalian persediaan dan penjadwalan mengeluarkan biaya tinggi untuk promosi.
produksi terhadap data penjualan dari arah Ada beberapa hal yang dapat
hilir. Akibatnya terdapat variasi yang besar dari dilakukan untuk mengatasi hal ini seperti :
data permintaan ini. retailer sering melebih- berbagi informasi yang transparan, lancar,
lebihkan order pada pemasok dan pemasok akurat, membangun kepercayaan,
juga berprodukasi dalam jumlah yang dilebih- penyesuaian saluran (channel), dan efisiensi
lebihkan untuk menghindari lonjakan operasional. Dengan informasi yang
permintaan. Apabila dalam satu periode transparan, lancar, dan akurat, maka informasi
produk tersebut udak mencapai target permintaan dapat disalurkan pada level di
penjualannya, maka pemasoklah yang akan atasnya. Membangun kepercayaan adalah
menjadi korban dalam hal ini, seperti saling percaya dalam perhitungan biaya
membengkaknya inventory. Istilah Bullwhip produksi dan harga barang / jas yang
Effect pertama kali digunakan oleh eksekutif dihasilkan serta memberikan nasehat atau
Proceter & Gamble (P & G) ketika mengalami pendapat untuk melakukan efisiensi atau
amplifikasi permintaan yang meluas untuk penurunan biaya tertentu. Penyesuaian
produknya “pampers”. Bullwhip Effect channel adalah pengkoordinasian harga,
didefinisikan sebagai peningkatan variabilitas transportasi, perencanaan inventory dan
permintaan disetiap tahap Suppy Chain. masalah ke[emilikan dalam elemen rantai
Analisis Bullwhip Effect Sangat penting bagi pasok tersebut. Efisiensi operasional

49 Jurnal Teknologi, Volume 2 Nomor 1 , Juni 2009, 47-52


menyangkut peningkatan performansi seperti dapat optimal sesuai dengan kemampuan
penurunan biay dan tenggang waktu (lead kapasitas produksi dan pendistribusian PT.
time). Mondrian. Untuk mengetahui apakah terjadi
simpangan antara kapasitas produksi dengan
PEMBAHASAN permintaan konsumen dapat mengevaluasi
Dalam pendistribusian hasil produknya adanya bullwhip effect yang terjadi pada rantai
PT. Mondrian langsung mengirimkan produk distribusinya. Pengukuran penigkatan
ke retailer-retailer yang menjadi mitra bisnis variabilitas dengan menghitung variabilitas
dari perusahaan. Retailer-retailer tersebut yang dihadapi oleh manufaktur dan
yang menyalurkannya ke konsumen. Dalam membandingkannya dengan variabilitas yang
penelitian ini retailer-retailer yang diteliti adalah terjadi pada retailer. Dengan menggunakan
retailer-retailer yang berada di kota Yogyakarta rumus :
dan Semarang yang meliputi 12 retailer yaitu Var (Q) 2L 2 L2
Retailer Ada Siliwangi Semarang, Retailer Ada ≥ 1 + +
Seibudi Semarang, Retailer Ada Majapahit Var ( D) P P2
Semarang, Retailer Ada Fatmawati Semarang,
Retailer Robinson Semarang, Retailer Sri Ratu Keterangan :
Peterongan Semarang, Retailer Sri Ratu Var (D) = Variansi Persediaan
Pemuda Semarang, Retailer Ramayan Var (Q) = Variansi Permintaan
Yogyakarta, Retailer Robinson Yogyakarta, L = Lead Time
Retailer Gardena Yogyakarta, Retailer Ramai P = Periode
Mall Yogyakarta, Retailer Mirota Kampus
Yogyakarta. Dengan formulasi diatas maka dapat diukur
PT. Mondrian langsung mengirimkan besarnya nilai variabilitas pada tiap-tiap
produk pada retailer-retailer tersebut untuk produk, sebagai contoh untuk retailer Ada
memenuhi kebutuhan konsumen di kota Siliwangi Semarang:
Semarang dan Yogyakarta. Data Inventory Dadung =
meliputi biaya simpan, biaya pesan dan biaya
5526,20 2 .1 2.12
kekurangan persediaan. Adapun data tersebut ≥ 1 + +
adalah : 5697,17 12 12 2
1)Biaya Simpan : Perusahaan menetapkan
biaya simpan 1,225 % dari harga produk per = 0,96 ≤ 1,18
pcs, dengan rincian sebagai berikut :
• Perawatan : 0,2 % Begaya =
• Gudang : 0,125 %
427,42 2 .1 2.12
• Tenaga Kerja : 1 %, sehingga biaya simpan ≥ 1 + +
: 380,38 12 12 2
Dadung : 1,225 % x Rp. 56.000 = Rp. 683,2
Begaya : 1,225 % x Rp. 48.000 = Rp. 585,6 = 1,12 ≤ 1,18
Sekido : 1,225 % x Rp. 62.000 = Rp. 756,4
2)Biaya Pesan : Sekido =
Biaya Pesan Ini terdiri atas
71171,90 2 .1 2.12
Biaya Administrasi = Rp.3.500 ≥ 1 + +
Biaya Review = Rp. 45.000 72113,17 12 12 2
Total Biaya Pesan = Rp. 48.500
3)Biaya Kekurangan Persediaan : = 0,98 ≤ 1,18
Perusahaan menentukan bahwa kekurangan
persediaa adalah sebesar 5 % dari harga
produk, sebagai berikut : Berdasarkan pengolahan data yang
Dadung : 5 % x Rp. 56.000 = Rp. 2.800,- telah dilakukan menunjukan terjadinya
Begaya :5 % x Rp. 48.000 = Rp. 2.400,- bullwhip effect hampir disemua produk yang
Sekido :15% x Rp. 62.000 = Rp. 3.100 dikrimkan ke retailer. Kecuali pada produk
sekido untuk retailer Sri Ratu Peterongan
Perhitungan Bullwhip Effect Semarang , produk sekido untuk retailer Sri
Berdasarkan data yang diperoleh dari Ratu Pemuda Semarang dan produk begaya
penelitian maka pada tahap selanjutnya data- untuk retailer Mirota Kampus Yogyakarta.
data tersebut akan diolah sesuai dengan Karena masing-masing Retailer tersebut
kebutuhan akan tujuan penelitian ini. Dengan memiliki nilai variansi permintaan sebesar
mengolah data-data tersebut akan diketahui 1,28; 1,65; 1,45; yang berarti lebih besar dari
apakah permintaan pada periode selanjutnya nilai perbandingan antara fungsi periode dan

Parwati, Metode Supply Chain Management Untuk Menganalisis Bullwhip Effect Guna 50
Meningkatkan Efektivitas Sistem Distribusi Produk
lead time sebesar 1,18. Besarnya Bullwhip
Effect yang terjadi antara lain disebabkan oleh Tabel 2. Hasil Iterasi Sistem Q Produk Begaya
:
a. Demand Forecast Updating

Kekurangan
Persediaan
Tingkat akurasi peramalan biasanya

Ekspektasi

Total Cost
pesanan

Reorder
meningkat semakin mendekati periode yang

Jumlah
Iterasi

Level
diramalkan karena informasi seperti order
pelanggan, situasi pasar, dan sebaginya
menjadi semakin jelas. Untuk mengakomodasi 1 309,41 2,516 0,024 Rp. 27.924.122,73
informasi terbaru ke dalam ramalan, 2 309,598 2,518 0,024 Rp. 27.924.123,88
3 309,592 2,517 0,023 Rp. 27.924.118,81
perusahaan melakukan pembaharuan
(updating) terhadap ramalan tersebut.
Tabel 3. Hasil Iterasi Sistem Q Produk Sekido
Updating inilah yang menyebabkan
peninglatan variabilitas yang kemudian
mendorong terkadinya bullwhip effect

Kekurangan
Persediaan
Ekspektasi

Total Cost
b. Fluktuasi Harga

pesanan

Reorder
Jumlah
Fluktuasi harga khususnya terjadi pada saat

Iterasi

Level
ritaler memberikan diskon harga pada
konsumen. Sebagai responnya retailer 1 311,448 3,795 0,019 Rp. 52.328.450,49
melakukan Forward Buying, respon inilah yang 2 328,4 3,773 0,019 Rp. 52.328.084,57
menyebabkan terjadinya peningkatan volume 3 328,42 3,773 0,021 Rp. 52.328.084,57
penjualan bahkan melebihi prediksi pusat
ditribusi. KESIMPULAN
c. Rationing & Shortage Gaming Berdasarkan pengolahan data yang
Jika permintaan melebihi persediaan yang telah dilakukan menunjukan terjadinya
ada, maka perusahaan melakukan rationing, Bullwhip Effect hampir disemua produk yang
yakni hanya memenuhi seratus persen dikrimkan ke retailer - retailer, kecuali pada
permintaan namun hanya sekian persen dari produk sekido untuk retailer Sri Ratu
besarnya permintaan sebenarnya. Peterongan Semarang, produk retailer Sri
Perhitungan pengendalian persediaan Ratu Pemuda Semarang dan produk begaya
Dalam perhitungan mpengendalian persediaan untuk retailer Mirota Kampus Yogyakarta.
digunakan data : Berdasarkan pengendalian inventory dengan
Harga beli produk (p) = Rp. 56.000; sistem Q, diproleh iterasi terbaik pada iterasi 1
Kebutuhan rata-rata (D) = 117,33 pcs untuk produk Dadung dengan total biaya
Kebutuhan total selama 6 bulan (D) = persediaan Rp. 39.638.737,53. Sedangkan
703,98 pcs untuk produk Begaya iterasi terbaik pada
Biaya pesan (A) = Rp.48.500; iterasi 3 dengan total biaya persediaan Rp.
Biaya simpan (h) = Rp. 683,2; 27.924.118,81 dan untuk produk Sekido iterasi
Biaya kekurangan persediaan = Rp.2800; terbaik pada iterasi 2 dengan total biaya
Dengan menggunakan rumus ekspektasi persediaan sebasar Rp. 52.328.084,57.
dibawah ini akan diketahui kekurangan
persiklusnya. SARAN
x Perlunya membangun sistem
S (x) = ∫ (x - r) F (x) dx
r
informasi yang transparan, akurat, dan
terintegrasi mengenai hal-hal yang
Sehingga perhitungan pengendalian menyangkut permintan dan persediaan produk
persediaan dapat diketahui seperti tabel (Accurate Pull Data), yang dapat dilakukan
berikut ini : melalui sharing : EPOS (Electronic Point Of
Sales), sehingga setiap rantai dapat
Tabel 1. Hasil Iterasi Sistem Q Produk Dadung menjadwalkan secara efektif dan CAO
(Computer Assisted Ordering), dengan ini
pihak supply chain dapat mengetahui secara
Kekurangan

pasti besarnya permintaan, jumlah penjualan


Persediaan
Ekspektasi

Total Cost
pesanan

dan jumlah produk yang tersedia.


Reorder
Jumlah
Iterasi

Level

Untuk mengatasi penyebab Bullwhip


Effect di atas, Perusahaan dapat melakukan
1 316,14 3,138 0,02 Rp.39.638.737,53 beberapa solusi, antara lain :
2 316,33 3,139 0,02 Rp.39.638.738,22 a. Melakukan manajemen permintaan
3 316,33 3,139 0,02 Rp.39.638.738,22 (Demand Management/forecasting) dengan
memperbaiki teknik-teknik peramalan agar

51 Jurnal Teknologi, Volume 2 Nomor 1 , Juni 2009, 47-52


mendapatkan hasil peramalan permintaan
yang lebih akurat.
b. Menjalin komunikasi yang kontinyu antara
seluruh pemain pada supply chain, terutama
menyangkut pembagian informasi (Information
Sharing) permintaan ke seluruh pemain supply
chain.
c. Melaksanakan stabilitas harga, artinya
kalaupun promosi atau penurunan harga
(diskon) dilakukan, semua pihak pada supply
chain harusmengetahui program tersebut
dengan baik sehingga tidak keliru dalam
meramalkan permintaan yang sesungguhnya.

DAFTAR PUSTAKA

Bahagia, S. N., 2003, Sistem Inventory, Lab


ITB, Bandung.

Indrajit, R.E, dan Djokopranoto, 2002, Konsep


manajemen supply chain, Gramedia,
Jakarta.

Indrajit, R.E, dan Ajar, P., 2005, Manajemen


Manufaktur, Pustaka Fahima,
Yogyakarta.

Pujawan, I nyoman, Supply chain


management, Edisi Pertama, Guna
Widya, Jakarta.

Simchi - Levi, David, Philip kaminsky and


edith simchi levi, 2000, Designed and
managing the supply chain concept,
strategis and case study, Irwin Mc
Graww Hill, Singapore int. edition.

Yamit, Zulian., 1999, Manajemen Persediaan,


FE UII Press, Yogyakarta.

www. Logic–tools.com/resources/articles/
bullwhipeffect.htm

Wahono, P. S., 2005, Tugas Akhir, Analisis


Kuantitatif Bullwhip Effect Dengan
Konsep Supply Chain Management
Untuk Meningkatkan Performansi
Sistem Distribusi Produk Di PT. Sinar
Sosro Kantor Penjualan Yogyakarta,
Intitut Sains & Teknologi Yogyakarta.

Parwati, Metode Supply Chain Management Untuk Menganalisis Bullwhip Effect Guna 52
Meningkatkan Efektivitas Sistem Distribusi Produk

You might also like