You are on page 1of 2

Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui kadar kafein dalam minuman berenergi

merek “X” dan mengetahui kadar kafein dalam energy drinks merek “X” memenuhi standar dari
BPOM. Prinsip kerja kromatografi ini adalah suatu teknik pemisahan campuran berdasarkan
perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium. Setelah dilakukan pemisahan
menggunakan KLT maka dilakukan uji kualitatif dan uji kuantitatif kadar kafein menggunakan
instrument Densitometri, prinsip kerja dari alat ini adalah berdasarkan interaksi radiasi
elektromagnetik dengan analit yang merupakan bercak pada KLT (Rohman, 2009).
Fase gerak yang digunakan adalah etanol – etil asetat – ammonia 25% dengan perbandingan
13:77:10. Ketiga larutan tersebut dicampur menggunakan corong pisah dan dituangkan kedalam
chamber lalu dilakukan penjenuhan selama 30 menit. Tujuan penjenuhan adalah untuk
menghilangkan perbedaan tekanan eluen di udara yang dapat mengganggu proses perambatan
senyawa uji yang akhirnya dapat mengganggu proses pemisahan
Penetapan kadar dilakukan untuk mengetahui kadar kafein dalam minuman berenergi merek
“X” dan melihat kesesuaian kadar kafein yang terkandung dalam minuman berenergi dengan
Keputusan Kepala BPOM RI No.HK.00.05.23.3644 tentang Ketentuan Pokok Pengawasan
Suplemen Makanan.
Pada praktikum ini didapatkan persamaan kurva baku, y = 47,237x + 3240,04 dengan r =
0,986. Nilai r yang didapatkan dari keseluruhan praktikum sudah baik. Untuk mendapatkan nilai
kadar, nilai AUC yang didapat dari replikasi sampel dimasukkan ke persamaan regresi linear
sebagai y, nilai kadar adalah nilai x yang didapat dari hasil perhitungan tersebut. Pada praktikum
ini didapatkan AUC sampel berturut-turut yaitu : 1277,7; 986,8; 1960,4; 2252,5; 5413,7; 1504,2;
2708,3; dan 2761,1. Didapatkan konsentrasi 8 kali berturut-turut yaitu 41,54; 47,70; 27,09; 20,91;
46,02; 36,75; 11,26; 10,14 µg/ml dengan rata-rata sebesar 30,176 µg/ml ; SD sebesar 15,048 dan
CV sebesar 30,52 %. CV yang didapat tidak baik karena CV yang baik <5.7%. % Recovery
69,824% sehingga bisa disimpulkan akurasi yang didapat kurang baik. . Bisa jadi diakibatkan
kesalahan saat preparasi sampel seperti pada saat penotolan, ukuran/volume totolan tidak sama.
Faktor-faktor yang kemungkinan menyebabkan hasil yang diperoleh kurang baik, yaitu:
praktikan yang tidak terbiasa melakukan penotolan dengan mikro pipet, sampel yang higroskopis
preparasi sebaiknya dilakukan dengan cepat untuk mencegah bahan menarik air dari udara, dan
ukuran totolan ketika penotolan pada plat TLC, sebaiknya sebelum melakukan penotolan
dipastikan alat yang digunakan tidak ada kerusakan dan yang melakukan penotolan untuk semua
plat orangnya sama.

You might also like