Professional Documents
Culture Documents
Bab I2
Bab I2
TINJAUAN TEORITIS
Retinoblastoma adalah kanker salah satu atau kedua mata yang berasal di jala, terang sensitif
lapisan mata yang memungkinkan mata untuk melihat dan terjadi pada anak-anak muda.
(Abramson DH, 1985)
Retinoblastoma adalah tumor ganas utama intraokuler yang ditemukan pada anak-anak,
terutama pada usia dibawah 5 tahun. (Wijaya N, 1993)
terdiri atas jaringan ikat transparan. (3) lamina limitans posterior dan (4) endothel (epithelium
posterius) yang berhubungan dengan aqueous humour.
2. Lamina vasculosa
Dari belakang ke depan disusun oleh sama dengan : (1) choroidea (terdiri atas lapis luar
berpigmen dan lapis dalam yang sangat vaskular) (2) corpus ciliare (ke belakang bersambung
dengan choroidea dan ke anterior terletak di belakang tepi perifer iris) terdiri atas corona ciliaris,
procesus ciliaris dan musculus ciliaris (3) iris (adalah diafragma berpigmen yang tipis dan
kontraktil dengan lubang di pusatnya yaitu pupil) iris membagi ruang diantara lensa dan kornea
menjadi camera anterior dan posterior, serat-serat otot iris bersifat involunter dan terdiri atas
serat-serat sirkuler dan radier.
3. Tunica sensoria (retina)
Retina terdiri atas pars pigmentosa luar dan pars nervosa di dalamnya. Permukaan luarnya
melekat pada choroidea dan permukaan dalamnya berkontak dengan corpus vitreum. Tiga
perempat posterior retina merupakan organ reseptornya. Ujung anterior membentuk cincin
berombak, yaitu ora serrata, di tempat inilah jaringan syaraf berakhir. Bagian anterior retina
bersifat non-reseptif dan hanya terdiri atas sel-sel pigmen dengan lapisan epitel silindris di
bawahnya. Bagian anterior retina ini menutupi procesus ciliaris dan bagian belakang iris.
Di pusat bagian posterior retina terdapat daerah lonjong kekuningan, macula lutea,
merupakan daerah retina untuk penglihatan paling jelas. Bagian tengahnya berlekuk disebut
fovea sentralis.
Nervus opticus meninggalkan retina lebih kurang 3 mm medial dari macula lutea melalui
discus nervus optici. Discus nervus optici agak berlekuk di pusatnya yaitu tempat dimana
ditembus oleh a. centralis retinae. Pada discus ini sama sekali tidak ditemui coni dan bacili,
sehingga tidak peka terhadap cahaya dan disebut sebagai bintik buta. Pada pengamatan dengan
oftalmoskop, bintik buta ini tampak berwarna merah muda pucat, jauh lebih pucat dari retina di
sekitarnya.
2.1.3. ETIOLOGI
Retinoblastoma terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu alel dominan
protektif yang berada dalam pita kromosom 13g14. Bisa karena mutasi atau diturunkan.
Mutasi terjadi akibat perubahan pada rangkaian basa DNA. Peristiwa ini dapat timbul karena
kesalahan replikasi, gerakan, atau perbaikan sel. Mutasi dalam sebuah sel benih akan
ditransmisikan kepada turunan sel tersebut. Sejumlah faktor, termasuk virus, zat kimia, sinar
ultraviolet, dan radiasi pengion, akan meningkatkan laju mutasi. Mutasi kerapkali mengenai sel
somatic dan kemudian diteruskan kepada generasi sel berikutnya dalam suatu generasi
Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen penekan tumor, yang sifatnya cenderung
diturunkan. Sekitar 10% penderita retinoblastoma memiliki saudara yang juga menderita
retinoblastoma dan mendapatkan gennya dari orang tua. Kanker bisa menyerang salah satu
maupun kedua mata. Kanker bisa menyebar ke kantung mata dan ke otak (melalu saraf
penglihatan/nervus optikus).
2.1.4. PATOFISIOLOGI
Jika letak tumor di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang
semakin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan vitreus yang
menyerupai endoftalmitis. Jika sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior mata, akan
menyebabkan glaucoma atau tanda peradangan berupa hipopion atau hifema. Pertumbuhan
tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui; nervus optikus ke otak,
sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh kesumsum tulang melalui
pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol ke badan kaca.
Dipermukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak normal. Penyebaran
secara limfogen, ke kelenjar limfe preaurikuler dan submandibula serta secara hematogen ke
sumsum tulang dan visera , terutama hati.
WOC
Gangguan kromosom
Kehilangan kedua kromosom
Herediter
Mutasi (virus, zat kimia, sinar UV)
Peningkatan laju mutasi
Mengenal sel somatik
Retinoblastoma
Terlihat bercak kuning mengkilat
Nelivasku larisasi dan perdarahan
Warna iris tidak normal
Mengakibatkan kebutaan
Strabismus
(mata juling)
Penurunan penglihatan
Mata tidak searah memandang pada titik yang berbeda
Penglihatan ganda
Gangguan konsep diri
Masa tumor yang semakin membesar
Leukokaria
Kerusakan impuls syaraf
Refleks pupil warna putih
Terjadi disfungsi otak
Pupil agak menonjol keluar
Gangguan persepsi sensorik penglihatan
Ansietas
Anemia
Transport O2 menurun
Hb darah menurun
Sesak nafas
Lemah, sakit kepala
Intoleransi aktifitas
Nyeri
Pola nafas tidak efektif
2.1.5.Klasifikasi Retinoblastoma Menurut ( Ns. Indriana N. Istiqomah, S.Kep)
1. Golongan I
Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter papil.
Terdapat pada atau dibelakang ekuator
Prognosis sangat baik
2. Golongan II
Satu atau beberapa tumor berukuran 4-10 diameter papil
Prognosis baik
3. Golongan III
Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10 diameter papil
Prognosis meragukan
4. Golongan IV
Tumor multiple sampai ora serata
Prognisis tidak baik
5. Golongan V
Setengah retina terkena benih di badan kaca
Prognosis buruk
2.1.7. PENCEGAHAN
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit retino blastoma dapat dilakukan
dengan cara terapi
Beberapa cara terapi adalah :
1. Enukleasi mengangkat boila mata dan dioganti dengan bola mata prothese (buatan).
2. Penyinaran bola mata. Retino blastoma bersifat radiosensitif, sehingga terapi ini sangat efelktipo.
Bahayanya jaringan sekitarnya dapat rusak akibat penyinaran.
3. Photocoagulation : terapi dengan sinar Laser ini sangat efektip pada ukuran Kanker yang kecil.
4. Cryotherapy : terapi dengan cara pendinginan (pembekuan) pada kanker ukuran kecil terapi ini
berhasil baik.
5. Chemotherapy : diberikan obat-obatan anti kanker yang dapat mengecilkan ukuran kanker.
2.1.8.PENATALAKSANAAN
Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakkukan terutama untuk klien dengan metastasis
keluar, misalnnya dengan gejala proptosis bola mata.
Jika satu mata yang terserang, pengobatan tergantung pada klasifikasi tumor :
a. Golongan I atau II dengan pengobatan local (radiasi, cryotherafy, fotokoagulasi laser). Kadang-
kadang digabung dengan kemoterapi..
b. Jika tumor besar (golongan IV atau V), mata harus dienukleasi segera. Mata yang tidak terkena
dilakukan radiasi sinar-X dan kemoterapi.
Pada tumor intraokuler yang sudah mencapai seluruh vitreus dan visus nol, dilakukan enukleasi.
Jika tumor telah keluar bulbus okuli tetapi masih terbatas di rongga orbita, dilakukan kombinasi
eksenterasi, radioteraapi dan kemoterafi. Klien harus dievaluasi seumur hidup katena 20-90 %
klien ratinnoblastoma bilateral akan menderita tumor ganas primer terutamaasteosarkoma.
1. Fundus Okuli : Ditemukan adanya massa yang menonjol dari retina disertai pembuluh
darah pada permukaan ataupun didalam massa tumor tersebut dan berbatas kabur
2. X Ray : Hampir 60 – 70 % penderita retinoblastoma menunjukkan kalsifikasi. Bila tumor
mengadakan infiltrasi ke saraf optik foramen : Optikum melebar.
3. USG : Adanya massa intraokuler
4. LDH : Dengan membandingkan LDH aqous humor dan serum darah, bila ratsio lebih
besar dari 1,5 dicurigai kemungkinan adanya retinoblastoma intaokuler (Normal ratsio
Kurang dari 1)
5. Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakukan terutama untuk pasien dengan
metastasis ke luar, misalnya dengan gejala proptosis bola mata.
2.1.10. KOMPLIKASI
Komplikasi pada retinoblastoma adalah lepasnya Retina (ablasio retina), peninggian tekanan
bola mata (glucoma)
Komplikasi lain berupa terhambatnya pematusan aqous humor sehingga timbul glaukoma
sekunder.
Metastase melalui beberapa jalan antara lain :
a. Lamina kribosa, saraf optik kemudian mengadakan infiltrasi ke arah vaginal sheat subarachnoid
untuk menuju ke intracranial
b. Jaringan choroid, dengan melalui pembuluh darah tumor menyebar ke seluruh tubuh.
c. Pembuluh emisari, tumor menyebabr ke bagian posterior orbita