You are on page 1of 10

POTENSI KOLABORASI DALAM PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL

TELUK CENDERAWASIH DI PAPUA


(Potency of Collaborative on Cenderawasih Bay National Park Management in
Papua)*)
Oleh/By :
Aji Winara dan/and Abdullah Syarief Mukhtar2
1

1
Balai Penelitian Teknologi Agroforestry, Jl. Raya Ciamis-Banjar Km 4 Po Box 5 Ciamis 46201; Telp. (0265) 771352
awinara1@gmail.com atau mzr_04@yahoo.co.id
2
Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi, Jl. Gunung Batu No. 5 Po Box 165; Telp. 0251-8633234, 7520067;
Fax 0251-8638111 Bogor
*)Diterima: 20 September 2010; Disetujui: 28 Oktober 2011

ABSTRACT

Cenderawasih Bay National Park area has unique ecological characteristics, but unfortunately it has got a
serious social problem, e.g. conflict of interest among different stakeholders who were interested on
management of natural resources. Collaborative management approaches were needed to minimize conflict
of interest. This research aimed to know potency of collaborative management implementation in
Cenderawasih Bay National Park. Data were collected by conducting interview with several respondents
from different stakeholders. The results showed that several stakeholders, e.g. government institution both
central and regional, non government institution, private sector and local community institution, were
related with the management of Cendrawasih Bay National Park .. The direct primary stakeholders were the
National Park Agency, local government at district level, Non Government Organizations and local
communities. Stakeholders have similar goals of conservation, benefit, and support on management. They
provide positive contribution on management, yet there was look of synergy, so that collaborative system is
potential to be implementation on Cendrawasih Bay National Park management.
Keywords : Stakeholders, Collaborative, Cenderawasih Bay National Park, Papua

ABSTRAK
Kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih memiliki keunikan dan kekhasan karakteristik ekologi,
namun mengalami permasalahan sosial. Banyaknya pemangku kepentingan terhadap sumberdaya alam yang
terdapat di dalam kawasan mengakibatkan terjadinya konflik kepentingan dalam pengelolaannya. Manajemen
kolaborasi sangat diperlukan dalam mereduksi konflik kepentingan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui potensi implementasi sistem kolaborasi dalam pengelolaan TN Teluk Cenderawasih. Metode
penelitian yang digunakan adalah wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemangku kepentingan
terhadap Taman Nasional (TN) Teluk Cenderawasih adalah (1) kelompok pemerintah, baik pusat maupun
daerah, (2) Lembaga Swadaya Masyarakat, (3) pihak swasta dan (4) masyarakat lokal. Pemangku
kepentingan utama terhadap pengelolaan taman nasional adalah Balai TN Teluk Cenderawasih, Pemerintah
Daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat dan masyarakat adat. Para pemangku kepentingan memiliki
kesamaan kepentingan terhadap taman nasional yaitu untuk tujuan konservasi, mengambil manfaat dan
aktivitas lain yang mendukung pengelolaan. Terdapat peran positif para pemangku kepentingan terhadap
pengelolaan taman nasional namun belum membentuk sinergi, sehingga sistem kolaborasi potensial untuk
diterapkan dalam pengelolaan TN Teluk Cenderawasih.
Kata kunci : Pemangku kepentingan, kolaborasi, Taman Nasional Teluk Cenderawasih, Papua

seberangan (Tadjudin, 2000). Penetapan


I. PENDAHULUAN
dan pengelolaan kawasan konservasi me-
Alam menyediakan kelimpahan sum- rupakan salah satu cara terpenting untuk
berdaya yang memikat banyak pelaku de- dapat menjamin agar sumberdaya alam
ngan aneka kepentingan yang kerap ber- bumi dapat dilestarikan, sehingga sum-

217
Vol. 8 No. 3 : 217-226, 2011

berdaya ini dapat memenuhi kebutuhan pleksnya sub sistem ekologis, budaya,
umat manusia sekarang dan di masa yang ekonomi dan politik dengan keterkaitan
akan datang. berbagai isu dan keterlibatan banyak ke-
Konsep pelestarian yang modern lompok kepentingan dalam masing-ma-
adalah pelestarian dan pemanfaatan sum- sing subsistemnya, sehingga hubungan
berdaya bumi secara bijaksana, bukan kolaboratif menjadi penting ketika tidak
hanya sekedar melindungi yang menutup adanya kesepakatan yang dapat dibangun
peluang pemanfaatan (MacKinnon et al., secara sederhana dan universal untuk
1990). Konsep kawasan konservasi di mendapatkan solusi terbaik dari konflik
Indonesia saat ini mengacu pada UU No. yang terjadi (Natural Resources Mana-
5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sum- gement, 2001).
berdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Transformasi peran kelembagaan pe-
yang membagi kawasan konservasi men- ngelolaan taman nasional di Papua dari
jadi dua yaitu Kawasan Suaka Alam government based management menjadi
(KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam collaborative management telah berjalan
(KPA). Taman Nasional termasuk ke da- terutama setelah dikeluarkannya per-
lam KPA yang diharapkan dapat membe- undangan tentang sistem pengelolaan ko-
rikan jalan tengah dalam pengelolaan laborasi yaitu Peraturan Menteri Kehu-
kawasan konservasi antara tujuan perlin- tanan (Permenhut) no. P.19/ Menhut-II/
dungan dan pemanfaatan. Sementara itu 2004 tentang kolaborasi dalam pengelola-
TN Teluk Cenderawasih merupakan sa- an kawasan suaka alam dan kawasan pe-
lah satu taman nasional di Papua yang lestarian alam. Penerapan sebuah sistem
memiliki keunikan dan kekhasan ekolo- pengelolaan yang baru dan melibatkan
gis serta permasalahan sosial berupa kon- banyak pihak dengan berbagai kepenting-
flik kepentingan. an menjadi tantangan tersendiri, sehingga
Tekanan dan ancaman pengelolaan kajian penerapan sistem kolaborasi ber-
taman nasional di Pulau Papua sebagian basis potensi pemangku kepentingan da-
besar disebabkan faktor sosial antara lain lam pengelolaan taman nasional di Papua
berupa penangkapan ikan tidak ramah sangat penting sebagai pembelajaran dan
lingkungan, penangkapan ikan secara ile- perbaikan pengelolaan kawasan taman
gal, tuntutan hak ulayat atas kawasan, nasional ke depan.
pembalakan liar, perambahan hutan, pe- Penelitian ini bertujuan untuk me-
manfaatan hasil hutan nir kayu tidak ra- ngetahui potensi penerapan manajemen
mah lingkungan, perburuan satwa liar ti- kolaborasi dalam pengelolaan TN Teluk
dak terkendali, pemukiman liar, dan per- Cenderawasih di Papua.
dagangan tanah dalam kawasan (Setio
dan Mukhtar, 2005).
Muara dari persoalan kerusakan hu- II. BAHAN DAN METODE
tan adalah rendahnya kepedulian masya-
rakat terhadap lingkungan hidup yang di- A. Waktu dan Lokasi Penelitian
sebabkan oleh pergeseran basis ekonomi Penelitian dilaksanakan pada bulan
kebutuhan (needs economic) menuju eko- Juli dan Agustus 2005. Lokasi penelitian
nomi pendapatan (incomes economic) adalah kawasan TN Teluk Cenderawasih
hingga ekonomi keserakahan (greeds meliputi wilayah administrasi Distrik
economic), sementara itu sebagian besar Rumberpon, Roon dan Wasior yang
masyarakat sekitar hutan masih ada pada terletak di Kabupaten Teluk Wondama
kondisi jurang kemiskinan (Marzuki, Provinsi Papua Barat serta Distrik Nabire
2008). Bergotong-royong mengelola ka- yang terletak di Kabupaten Nabire
wasan konservasi di Indonesia memang Provinsi Papua.
diperlukan, karena menyangkut kom-
218
Potensi Kolaborasi dalam Pengelolaan…(A. Winara; A.S. Mukhtar)

B. Metode Penelitian hubungannya terhadap fungsi pengelo-


Obyek kajian adalah lembaga yang laan taman nasional.
terkait dengan pengelolaan TN Teluk Analisis potensi pengembangan ma-
Cenderawasih. Metode yang digunakan najemen kolaborasi dilakukan melalui
dalam pengumpulan data primer adalah bantuan analisis kekuatan pemangku ke-
wawancara dengan responden kunci me- pentingan (stakeholder) menurut Meyers
liputi para pengambil kebijakan utama di (2001) dan Permenhut nomor P.19/
masing-masing instansi atau lembaga an- Menhut-II/2004. Analisis kekuatan stake-
tara lain : (1) Balai TN Teluk Cendera- holder dilakukan melalui tahapan :
wasih sebanyak tiga orang, (2) Peme- 1. Pembobotan pada setiap lembaga pe-
rintah Daerah terkait diwakili oleh Dinas mangku kepentingan menggunakan
terkait lingkup Pemerintah Daerah Kabu- skala tinggi sampai rendah terkait de-
paten Teluk Wondama sebanyak empat ngan nilai penting pemangku kepen-
orang (Badan Perencanaan Pembangunan tingan bagi pengelolaan taman nasio-
Daerah, Dinas Pariwisata, Dinas Perikan- nal dan nilai penting taman nasional
an dan Dinas Pendidikan dan Kebudaya- bagi pemangku kepentingan.
an) dan Dinas terkait di lingkup Peme- 2. Pengelompokan setiap lembaga yang
rintah Daerah Kabupaten Nabire seba- berada pada skala bobot nilai penting
nyak satu orang (Dinas Perikanan), dan dilakukan dengan bantuan matrik
(3) Ketua Lembaga Masyarakat Adat kuadran. Pengelolaan para pemangku
(LMA) di Pulau Rumberpon dan Pulau kepentingan dalam membangun ma-
Roon. Sementara itu data sekunder diper- najemen kolaborasi untuk masing-
oleh dari Balai TN Teluk Cenderawasih masing kuadran mendapat pendekat-an
dan Pemerintah Daerah terkait. yang berbeda. Para pemangku ke-
Data yang dikumpulkan meliputi as- pentingan yang berada dalam kuad-ran
pek kelembagaan dari setiap responden paling penting atau termasuk
kunci, interaksi lembaga dengan taman stakeholder primer adalah lembaga
nasional (peran dan kepentingan) serta yang memiliki nilai penting tinggi.
persepsi responden terhadap taman na- Disamping analisis kekuatan pe-
sional. mangku kepentingan, pengembangan ma-
najemen kolaborasi di TN Teluk Cende-
C. Analisis Data rawasih dilakukan melalui pembelajaran
terhadap proses yang telah dilakukan dan
Analisis data dilakukan secara des- potensi peran kolaborasi para pemangku
kriptif dengan bantuan tabel dan diagram. kepentingan berdasarkan Permenhut No.
Analisis data dilakukan melalui dua P.19/Menhut-II/2004.
pendekatan yaitu analisis realitas manaje-
men kolaborasi dan analisis potensi pe-
ngembangan manajemen kolaborasi. III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis realitas pelaksanaan mana-
jemen kolaborasi dilakukan melalui ta- A. Identifikasi Pemangku Kepentingan
hapan antara lain : Pengelolaan kolaborasi adalah suatu
1. Identifikasi pemangku kepentingan metode untuk mengakomodasi berbagai
yang berkaitan dengan pengelolaan kepentingan di sekitar kawasan konser-
taman nasional meliputi lembaga pe- vasi. Pengelolaan kolaborasi juga dikenal
merintah dan lembaga non pemerin- sebagai salah satu pendekatan yang bu-
tah. kan bersifat permusuhan (non adversarial
2. Analisis kepentingan dan peran ak-tual approach) untuk penyelesaian permasa-
para pemangku kepentingan ter-hadap lahan dan penyelesaian konflik, sehingga
pengelolaan taman nasional serta pola dalam prakteknya kolaborasi banyak di-
219
Vol. 8 No. 3 : 217-226, 2011

gunakan untuk menyelesaikan sengketa swasta, TNI dan Kepolisian, masyarakat


antara para pemangku kepentingan dalam adat dan lembaga keagamaan. Pemangku
konflik multipihak. Oleh karena itu kepentingan terhadap kawasan TN Teluk
pendekatan kolaborasi sering disebut juga Cenderawasih termasuk lengkap dan me-
sebagai jembatan untuk meningkatkan wakili semua sektor yang berpotensi
pengelolaan sumberdaya alam (Supohar- untuk membangun sistem kolaborasi.
djo, 2005). Stakeholder atau pemangku Tabel 2 menunjukkan adanya persa-
kepentingan adalah sumberdaya manusia maan kepentingan antara para pemangku
(SDM) yang berarti bagi suatu sistem kepentingan dengan tujuan umum penge-
(Meyer, 2001). lolaan taman nasional. Persamaan kepen-
Hasil identifikasi pemangku kepen- tingan tersebut antara lain bertujuan un-
tingan terhadap pengelolaan TN Teluk tuk : 1) Pelestarian kawasan; 2) Pemanfa-
Cenderawasih menunjukkan bahwa para atan kawasan; dan 3) Pendukung penge-
pemangku kepentingan terdiri dari lem- lolaan, sebagaimana disajikan dalam
baga pemerintah pusat dan daerah serta Gambar 1.
lembaga nir pemerintah sebagaimana di- Gambar 1 menunjukkan terdapat pe-
sajikan pada Tabel 1. mangku kepentingan yang ada pada dua
Tabel 1 menunjukkan bahwa para pe- kepentingan yang sama yaitu Balai Ta-
mangku kepentingan pada TN Teluk man Nasional, Pemerintah Daerah, LSM
Cenderawasih terdiri atas delapan dan masyarakat adat. Kesamaan kepen-
kategori, antara lain pemerintah pusat dan tingan terletak pada aspek perlindungan
daerah, lembaga pendidikan, LSM, kawasan dan pemanfaatan sumberdaya
lembaga alam secara ekonomi.

Tabel (Table) 1. Para pemangku kepentingan terhadap pengelolaan TN Teluk Cenderawasih (Stakeholders
of Cenderawasih Bay National Park mangement)
Kelompok pemangku Lembaga (Institution)
No kepentingan TN Teluk Cenderawasih
(Stakeholders group) (Cenderawasih Bay National Park)
1 Pemerintah Pusat a. Balai TN Teluk Cenderawasih
b. Balai Pemantapan Kawasan Hutan Papua dan Papua Barat
c. Balai Penelitian Kehutanan Manokwari
d. Balai Latihan Kehutanan Manokwari
2 Pemerintah Daerah a. BAPPEDA Kabupaten Teluk Wondama dan Nabire
b. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Kabupaten
Teluk Wondama dan Nabire
c. Dinas Tingkat II terkait
d. Distrik dan kelurahan/kampung
3 Lembaga Pendidikan a. Universitas Cendrawasih
b. Universitas Negeri Papua
4 LSM (Lembaga Swadaya a. WWF Marine Indonesia
Masyarakat) b. Yayasan YALHIMO
5 Lembaga bisnis swasta a. Perusahaan kontraktor
dan BUMD (Badan Usaha b. Pedagang pengumpul di setiap kampung dalam kawasan
Milik Daerah) c. Perusahaan perikanan
d. Perusahaan jasa perjalanan wisata/travel
6 TNI/POLRI a. KODIM/KORAMIL Manokwari-Nabire
b. POLRES Manokwari-Nabire
c. TNI AL Manokwari
7 Masyarakat adat/ LMA a. LMA Teluk Wondama, LMA Nabire
b. Semua kampung di dalam kawasan
8 Lembaga keagamaan a. Dewan Gereja
b. Majelis Ulama Indonesia Kab. Teluk Wondama dan Nabire

220
Potensi Kolaborasi dalam Pengelolaan…(A. Winara; A.S. Mukhtar)

Tabel (Table) 2. Kepentingan dan peran para pemangku kepentingan dalam pengelolaan TN Teluk
Cenderawasih (Interest and role of stakeholders on Cenderawasih Bay National Park)
Pemangku
Kepentingan Peran
No kepentingan
(Interest) (Role)
(Stakeholder)
1. Balai Taman a. Tanggung jawab pengelolaan a. Program dan kegiatan pengelolaan
Nasional kawasan b. Penempatan SDM untuk melakukan
b. Kelestarian fungsi kawasan pengelolaan kawasan
c. Kesejahteraan masyarakat sekitar c. Pengalokasian anggaran pengelolaan
kawasan
2. Pemerintah a. Kelestarian sistem penyangga a. Pemberdayaan masyarakat
Daerah kehidupan b. Memberikan bantuan sarana produksi
Kabupaten b. Kesejahteraan masyarakat kehutanan, pertanian dan perikanan
c. Pembangunan infrastruktur c. Program rehabilitasi hutan dan lahan
pemerintahan d. Pembangunan sarana dan prasarana
d. Pembangunan wilayah umum serta perumahan sosial
e. Pencitraan internasional e. Memberikan dukungan kebijakan
3. LSM a. Kelestarian kawasan a. Menghantarkan proses terbentuknya
b. Pemberdayaan masyarakat taman nasional
c. Penguatan kelembagaan b. Memfasilitasi komunikasi antar pihak
yang berkepentingan
c. Pemberdayaan masyarakat
4. Masyarakat adat a. Sumber mata pencaharian a. Mendukung penetapan kawasan
dalam kawasan b. Ikatan budaya b. Menjaga kawasan secara partisipatif
c. Pembinaan budaya masyarakat
5. Pihak swasta a. Pasokan komoditas hasil laut Menjadi sentra perekonomian masyarakat
b. Keberlanjutan usaha
6. TNI dan POLRI a. Eksistensi lembaga a. Pengamanan gabungan
b. Stabilitas wilayah b. Pembinaan masyarakat
7. Lembaga ilmi- a. Ilmu pengetahuan dan teknologi a. Menyediakan data dasar potensi
ah, pemetaan dan b. Peningkatan kualitas SDM. kawasan
diklat b. Survey dan pemetaan tata batas
c. Pendidikan dan pelatihan keahlian
8. Lembaga agama Eksistensi umat Pembinaan keagamaan

Kepentingan yang kerap terjadi itu lembaga lainnya hanya melaksanakan


benturan adalah kepentingan perlindung- program sesuai tugas dan fungsi lemba-
an ekosistem dan pemanfaatan ekonomi ganya masing-masing dengan obyek
seperti penangkapan ikan dengan meng- program ada dalam kawasan taman na-
gunakan bom ikan atau racun sianida sional sehingga akan bersinggungan de-
yang dapat merusak eksosistem terumbu ngan pengelolaan kawasan.
karang. Meskipun aktivitas tersebut dila- Sebagain besar peran para pemangku
kukan oleh beberapa oknum pribadi bu- kepentingan bersifat positif, meskipun
kan lembaga namun dapat berdampak pa- peran yang dilakukan oleh para pihak se-
da kerugian pihak lain. bagian besar tidak terkoordinasi atau ber-
Gambar 2 menunjukkan terdapat lem- jalan masing-masing, baik dari aspek pe-
baga yang memiliki tiga peran sama yaitu rencanaan maupun latar belakang prog-
Balai Taman Nasional dan LSM. Peran ram.
tersebut adalah berupa perlindungan eko-
sistem, pemberdayaan ekonomi dan pem- B. Potensi Pemangku Kepentingan
binaan sosial kemasyarakatan. Hal ini da-
Pengelolaan taman nasional secara
pat terjadi disebabkan pihak Balai Taman
kolaboratif sangat bergantung pada keku-
Nasional dan LSM merupakan lembaga
atan para pemangku kepentingan yang
yang proaktif dalam melakukan pengelo- terdapat di dalamnya. Analisis kekuatan
laan dan sejak awal mengawal proses
pemangku kepentingan dilakukan pada
pembentukan taman nasional. Sementara
tahap awal membangun proses kolaborasi.
221
Vol. 8 No. 3 : 217-226, 2011

Pengelolaan Taman Nasional


(National Park management)

Keterangan (Remarks) :
1. Balai TN 5. Swasta Lingkup kepentingan pengelolaan taman
Kepentingan
2. Pemda Kepentingan nasional (The scope of national park
perlindungan management interest)
(Protection 3. LSM ekonomi
4. Masyarakat (Economic Pemangku kepentingan bertujuan
interest) perlindungan kawasan (Stakeholder aim to
adat interest)
protection of area)
Pemangku kepentingan bertujuan ekonomi
(Stakeholder for economic purpose)
Pemangku kepentingan bertujuan untuk
6. TNI/POLRI; 7. Lembaga ilmiah,
kepentingan lainnya (Stakeholder aim to have
perpetaan, dan diklat; 8. Lembaga interest other)
agama
Kepentingan lain
(Other interest)

Gambar (Figure) 1. Kepentingan pemangku kepentingan terhadap pengelolaan TN Teluk Cenderawasih


(Stakeholders interest on Cenderawasih Bay National Park management)

Pengelolaan Taman Nasional


(National Park management)
Keterangan (Remarks) :
Lingkup peran pengelolaan taman
Peran ekonomi nasional (The scope of national park
Peran
4. Masyarakat (Economic management role)
perlindungan
adat role) Pemangku kepentingan berperan
(Protection 2. Pemda
role) dalam perlindungan kawasan
5. Swasta
1. Balai TN (Stakeholders stand in protection of
6. TNI/ 3. LSM area)
POLRI Pemangku kepentingan berperan
dalam pengembangan ekonomi
8. Lembaga agama masyarakat (Stakeholders stand in
public economic expansion)
Peran pembinaan
(Establishment role) Pemangku kepentingan berperan
dalam pembinaan masyarakat
(Stakeholders stand in establish-ment
of public)
7. Lembaga ilmiah,
perpetaan, dan diklat Pemangku kepentingan berperan
dalam peran lainnya (Stakeholders
Peran lain (Other role) stand in other role)

Gambar (Figure) 2. Peran pemangku kepentingan terhadap pengelolaan TN Teluk Cenderawasih (Role of
stakeholder on Cenderawasih Bay National Park management)

Menurut Meyer (2001), analisis kekuatan Tabel 3 menunjukkan bahwa terda-


stakeholder adalah suatu piranti untuk pat perbedaan derajat nilai penting dan
membantu memahami bagaimana masya- pengaruh pada setiap pemangku kepen-
rakat mempengaruhi kabijakan dan lem- tingan meskipun terdapat pula yang me-
baga, dan sebaliknya, bagaimana kebijak- miliki derajat yang sama yaitu Balai Ta-
an dan lembaga mempengaruhi mereka. man Nasional, Pemerintah Daerah, LSM

222
Potensi Kolaborasi dalam Pengelolaan…(A. Winara; A.S. Mukhtar)

dan Masyarakat Adat. Hal ini senada de- memiliki derajat potensi yang berbeda
ngan pendapat Meyers (2001) bahwa para untuk disumbangkan atau derajat kepen-
pemangku kepentingan memiliki derajat tingan yang berbeda untuk mencapai tu-
kekuatan yang sangat berbeda-beda untuk juan tertentu. Dengan demikian pende-
mengontrol keputusan yang berpengaruh katan yang harus dilakukan pada setiap
pada kebijakan dan lembaga, dan mereka pemangku kepentingan akan berbeda.

Tabel (Table) 3. Nilai penting dan pengaruh antara pemangku kepentingan dan pengelolaan TN Teluk Cen-
derawasih (Important value and influence between stakeholders and Cenderawasih Bay
National Park management)
Nilai penting pengaruh pemang-
Nilai penting taman nasional bagi ku kepentingan bagi pengelolaan
Pemangku pemangku kepentingan taman nasional
No kepentingan (Important value of national park for (Important value of stakeholders
(Stakeholders) stakeholder) influence for national park
(A) management)
(B)
1. Balai Taman Tinggi. Menentukan keberhasilan Tinggi. Memiliki kewenangan
Nasional kinerja organisasi pengelolaan
2. Pemerintah Daerah Tinggi. Pencapaian tujuan pembangunan Tinggi. Memiliki daya dukung
dan pencitraan daerah di tingkat inter- program, SDM dan dana.
nasional
3. Masyarakat Adat Tinggi. Kelestarian fungsi budaya dan Tinggi. Legitimasi dan penga-
daya dukung ekonomi wasan serta pengelolaan kawasan
4. Lembaga Swadaya Tinggi. Meningkatkan kapasitas kelem- Tinggi. Motivator dan pengawal
Masyarakat bagaan kebijakan
5. Lembaga Bisnis Tinggi. Keberlanjutan pasokan produksi Sedang. Kontrol pemanfaatan
dan peningkatan derajat ekonomi
masyarakat
6. TNI/POLRI Rendah. Mengurangi faktor tekanan dan Tinggi. Membantu monitoring
ancaman supremasi hukum
7. Lembaga Penelitian Rendah. Meningkatkan kapasitas Tinggi. Memberikan daya du-
dan pemetaan kelembagaan kung database potensi kawasan
dan sosialiasi kawasan
8. Lembaga keagamaan Rendah. Peningkatan kapasitas Tinggi. Pembinaan kualitas spiri-
kelembagaan tual yang melawan pengrusakan
sumberdaya alam

A. Pengawasan (Monitoring) B. Optimalisasi membangun kolaborasi (Oprimalization of


Kepentingan
tinggi (High

collaborative building)
5. Pihak Swasta
interest)

1. Balai Taman Nasional


2. Pemerintah Daerah
3. Masyarakat Adat
4. LSM
C. Pengurangan Dampak (Impact D.Membangun kapasitas untuk pelibatan (Capacity
Kepentinga
n rendah

interest)

minimize) building for participation)


(Low

6. TNI dan POLRI


7. Lembaga Penelitian dan Pemetaan
8. Lembaga Keagamaan
Pengaruh rendah (Low influence) Pengaruh tinggi (High influence)
Gambar (Figure) 3. Model pendekatan terhadap pemangku kepentingan untuk membangun partisipasi ko-
laborasi dalam pengelolaan taman nasional di Papua berdasarkan tingkat nilai kepen-
tingan dan pengaruh (Model of stakeholder approach for participation on collaborative
national park management in Papua based on values of role and interest level)

223
Vol. 8 No. 3 : 217-226, 2011

Pendekatan pengelolaan berupa opti- gunakan untuk berkontribusi pada penge-


malisasi kolaborasi dapat dilaksanakan lolaan kawasan taman nasional.
pada Balai Taman Nasional, Pemerintah
Daerah, Masyarakat Adat dan LSM. E. Membangun Kolaborasi
Empat pemangku kepentingan tersebut Berdasarkan Permenhut Nomor P.19/
adalah tergolong pemangku kepentingan Menhut-II/2004, kolaborasi dalam penge-
utama langsung (direct primery stake- lolaan kawasan suaka alam dan kawasan
holders). Pemangku kepentingan utama pelestarian alam dapat dilakukan melalui
memiliki kepentingan dan pengaruh lang- delapan program antara lain : (1) pena-
sung yang tinggi terhadap pengelolaan taan kawasan; (2) penyusunan rencana
taman nasional. Optimalisasi kolaborasi pengelolaan kawasan; (3) pembinaan da-
yang harus intensif dilakukan pada tahap ya dukung kawasan; (4) pemanfaatan ka-
awal meskipun forum kolaborasi telah wasan, penelitian dan pengembangan; (5)
terbentuk adalah komunikasi aktif untuk perlindungan dan pengamanan potensi
menyamakan pandangan tentang urgensi kawasan; (6) pengembangan sumberdaya
pengelolaan dan kontribusi nyata setiap manusia dalam rangka mendukung pe-
pemangku kepentingan. ngelolaan kawasan; (7) pembangunan sa-
Pendekatan pengelolaan pemangku rana dan prasarana, dan (8) partisipasi
kepentingan berupa pelibatan dan mem- masyarakat.
bangun kapasitas (kotak D pada Gambar Mengacu pada Permenhut No. P.19/
3) dapat dilakukan terhadap para pe- Menhut-II/2004, maka para pemangku
mangku kepentingan anatar lain TNI/ kepentingan di TN Teluk Cenderawasih
POLRI, Lembaga Ilmiah, Pemetaan dan memiliki potensi yang dapat sejalan da-
Diklat, serta Lembaga Keagamaan. Para lam manajemen kolaborasi taman nasi-
pemangku kepentingan tersebut tergolong onal sebagaimana disajikan pada Tabel 4.
para pihak utama tidak langsung (indirect Tabel 4 menunjukkan bahwa semua
primery stakeholders). Penggolongan ini program pengelolaan taman nasional ber-
dilatarbelakangi oleh nilai pengaruh pe- potensi untuk didistribusikan pada pihak
ran pemangku kepentingan yang tinggi lain dalam sebuah sinergi manajemen ko-
terhadap pengelolaan taman nasional, na- laborasi, sehingga manajemen kolaborasi
mun kepentingan lembaganya terhadap sangat potensial untuk diterapkan meski-
kawasan termasuk sedang. Alasan ini pun keberhasilan penerapan manajemen
yang menyebabkan pendekatan memba- kolaborasi harus didukung oleh aspek ke-
ngun kapasitas kelembagaan menjadi lembagaan yang kuat. Sebagaimana me-
penting bagi para pihak tersebut, sehing- nurut Tadjudin (2000), bahwa kelemba-
ga potensi yang dimiliki lembaga tersebut gaan kolaborasi yang dibangun akan suk-
dapat optimal diaktualisasikan untuk ses apabila ditopang oleh beberapa pilar
mencapai tujuan pengelolaan taman na- antara lain dukungan sosial budaya, pe-
sional. maduan kelembagaan, dukungan admi-
Sementara itu tidak terdapat pe- nistratif, dukungan keuangan, dan reduksi
mangku kepentingan yang memiliki ke- konflik.
pentingan tinggi namun pengaruhnya ren- Luasnya cakupan wilayah administra-
dah atau pemangku kepentingan yang ha- si TN Teluk Cenderawasih yang terbagi
nya berpotensi sebagai ancaman semata pada dua kabupaten dan dua provinsi me-
bagi pengelolaan kawasan. Hal ini me- merlukan dukungan energi yang besar da-
nunjukkan bahwa setinggi apapun kepen- lam membangun kolaborasi. Proses ko-
tingan terhadap potensi kawasan bahkan munikasi dalam mengakomodasi berba-
yang dapat berdampak negatif masih me- gai kepentingan dan membangun konsen-
miliki sisi potensi positif yang dapat di- sus bersama membutuhkan proses yang
224
Potensi Kolaborasi dalam Pengelolaan…(A. Winara; A.S. Mukhtar)

Tabel (Table) 4. Potensi peran pemangku kepentingan sesuai Permenhut No.P.19/Menhut-II/2004 (Potential
function of stakeholders based on Permenhut No.P.19/Menhut-II/2004)
Pemangku kepentingan potensial di luar Balai TN
Program yang dapat dikolaborasikan
No. (Stakeholders potential behind National Park
(Activity of management can be collaborate)
Agency)
1. Penataan kawasan Balai Pemantapan Kawasan Hutan
2. Penyusunan rencana pengelolaan kawasan Semua Pihak
3. Pembinaan daya dukung kawasan a. Pemerintah Daerah
b. LSM
4. Pemanfaatan kawasan, penelitian dan a. Pemerintah Daerah
pengembangan b. Pihak Swasta
c. Masyarakat Adat
d. lembaga Penelitian
e. Perguruan Tinggi
5. Perlindungan dan pengamanan potensi kawasan a. TNI/POLRI
b. Masyarakat Adat
6. Pengembangan sumberdaya manusia a. Balai Diklat
b. LSM
c. Lembaga keagamaan
7. Pembangunan sarana dan prasaran a. Pemerintah Daerah
b. Balai TN Teluk Cenderawasih
8. Partisipasi masyarakat a. LSM
b. Masyarakat Adat

tidak cepat. Sebagaimana menurut Rami- lam setiap proses, fokus dalam mengatasi
rez (2001) bahwa membangun kolaborasi masalah dengan cara baru dan berbeda,
harus mengakomodasi berbagai kepen- peningkatan kepekaan dan tanggung-
tingan yang terkait dengan hak, tanggung jawab, terbangunnya hubungan antar in-
jawab, aturan dan pendapatan. Meskipun dividu bukan hanya organisasi, terbentuk-
demikian, menurut Suporahardjo (2005), nya jiwa mengabdi dan proaktif, serta
walaupun kolaborasi memiliki kesulitan adanya pengakuan terhadap bantuan pi-
dalam pelaksanaannya, meningkatnya ke- hak lain.
suksesan dan manfaat kolaborasi dalam Membangun kolaborasi dalam penge-
menyelesaikan permasalahan telah mem- lolaan TN Teluk Cenderawasih dapat di-
buat pendekatan ini semakin populer. lakukan melalui beberapa langkah antara
Membangun kolaborasi pada tahap lain : (1) Membangun kesamaan pan-
awal adalah membangun kesepahaman dangan berkolaborasi dari para pemangku
antar pemangku kepentingan. Sebagaima- kepentingan, (2) Membangun kelembaga-
na menurut Marzuki (2008) bahwa kepe- an kolaborasi yang kuat termasuk nota
dulian lingkungan harus disadarkan pada kesepahaman dan kesepakatan kerja ko-
setiap individu masyarakat, namun tan- laborasi dari semua pihak yang terlibat,
tangan terbesar adalah bagaimana memo- (3) Membangun iklim kolaborasi yang
bilisasi kesadaran individu menjadi aksi kondusif, (4) Menghadirkan pihak yang
kolektif dan kolaborasi parapihak dapat mampu menjadi inisiator dalam menga-
menjadi gerbang awal sinergi ekonomi wal proses kolaborasi.
dan konservasi dalam pengelolaan taman
nasional. Sementara itu menurut Wo-
nolleck dan Yaffee (2000) dalam Supo- IV. KESIMPULAN DAN SARAN
rahardjo (2005), kesuksesan kerja kola-
borasi dapat diraih apabila terbangunnya A. Kesimpulan
pandangan yang sama (coomon ground), 1. Potensi pemangku kepentingan da-
kesempatan baru untuk berusaha, meng- lam pengelolaan TN Teluk Cendera-
interaksikan pemangku kepentingan da-
225
Vol. 8 No. 3 : 217-226, 2011

wasih sangat besar sehingga me- Meyers, J. 2001. Analisis kekuatan stake-
mungkinkan untuk dilaksanakannya holder. Hal 161-204. Suporahrdjo
praktek kolaborasi sesuai Permenhut (edt.). 2005. Manajemen Kolabo-
No. P.19/Menhut-II/2004. rasi: Memahami Pluralime Mem-
2. Pemangku kepentingan utama lang- bangun Konsensus. Pustaka Latin.
sung dalam pengelolaan taman na- Bogor.
sional di Papua antara lain Balai Ta- Natural Resources Management Pro-
man Nasional, Pemerintah Daerah, gramme. 2002. Membangun kem-
Masyarakat Adat dan LSM. Sedang- bali upaya mengelola kawasan kon-
kan pemangku kepentingan utama ti- servasi di Indonesia melalui ma-
dak langsung antara lain TNI/ najemen kolaboratif : prinsip, ke-
POLRI, Lembaga Ilmiah, Pemetaan rangka kerja dan panduan imple-
dan Diklat, serta Lembaga Keagama- mentasi. PHKA-Dephut
an. NRM/EPIQ WWF Wallacea TNC.
Jakarta.
B. Saran Peraturan Menteri Kehutanan No. P.19/
Menhut-II/2004 tentang Pengelola-
1. Membangun kesepahaman dari se- an kolaboratif di kawasan suaka
mua pemangku kepentingan harus alam dan kawasan pelestarian alam.
tuntas dilakukan pada tahap awal De-partemen Kehutanan. Jakarta.
membangun kolaborasi pengelolaan Ramirez, R. 2001. Memahami pende-
TN Teluk Cenderawasih. katan-pendekatan kolaborasi : usaha
2. Membentuk forum kolaborasi penge- mengakomodasi kepentingan multi-
lolaan TN Teluk Cenderawasih yang stakeholder. Hal 37-72. Suporahar-
dapat memberikan dampak positif djo (edt.). 2005. Manajemen Kola-
pada peningkatan ekonomi daerah. borasi: Memahami Pluralime Mem-
bangun Konsensus. Pustaka Latin.
Bogor.
DAFTAR PUSTAKA Setio, P. dan A.S. Mukhtar. 2005. Pe-
ngelolaan taman nasional di Indo-
Anshari, G.Z. 2007. Dapatkah pengelola-
nesia: Review Hasil-Hasil Penelitian
an kolaboratif menyelamatkan Ta-
Litbang. Departemen Kehutanan.
man Nasional Danau Sentarum.
Bogor.
CIFOR. Bogor. www. Cifor.cgiar.
Supohardjo. 2005. Strategi dan praktek
org. diakses tanggal 02 Nopember
kolaborasi : sebuah tinjauan. Hal 3-
2007.
34. Suporahardjo (edt.). 2005. Mana-
Mackinnon, J., K. Mackinnon, G. Child jemen Kolaborasi: Memahami Plura-
dan J. Thorsell. 1990. Pengelolaan lisme Membangun Konsensus. Pus-
kawasan yang dilindungi di daerah taka Latin. Bogor.
tropika. Gadjah Mada University Tadjudin, D. 2000. Manajemen kolabo-
Press. Yogyakarta. rasi. Pustaka Latin. Bogor.
Marzuki, R. 2008. Kisah sukses kola- Undang-Undang Republik Indonesia No.
borasi konservasi, membangun opti- 05 Tahun 1990 tentang Konservasi
misme kelestarian hutan. www. Ka- Sumberdaya Alam Hayati dan
barindonesia.com. diakses tanggal Ekosistemnya. Departemen Kehu-
22 April 2009. tanan. Jakarta.

226

You might also like