You are on page 1of 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada kamus besar bahasa Indonesia secara terminologi bahwa inspeksi adalah
pemeriksaan dengan saksama; pemeriksaan secara langsung tentang pelaksanaan
peraturan, tugas. Inspeksi dimanfaatkan disegala bidang ilmu termasuk K3 untuk
memastikan upaya dan program keselamatan berjalan secara berkesinambungan.
Inspeksi K3 sangat berperan dalam mengidentifikasi dan mengontrol bahaya
ditempat kerja maupun dirumah sebelum menimbulkan masalah kesehatan dan
keselamatan

arti secara umum: Pemeriksaan dengan saksama; peme-riksaan secara langsung


tentang pelaksanaan peraturan, tugas.Inspeksi adalah sistem yang baik untuk
menemukan suatu masalah dan menaksir jumlah risiko sebelum terjadi accident dan
kerugian lain yang dapat muncul (Bird, Frank E, and George L. Germain, 1990).
Inspeksi K3 adalah suatu proses untuk menemukan potensi bahaya yang ada ditempat
kerja untuk mencegah terjadinya kerugian maupun kecelakaan ditempat kerja dalam
penerapan keselamatan dan kesehatan di tempat kerja.

Inspeksi keselamatan kerja bertujuan meniadakan kecelakaan dengan jalan


mengamati penyebab kecelakaan sedini mungkin dan segera melakukan pembetulan
sebelum kecelakaan terjadi. Setiap inspeksi keselamatan kerja harus mampu
mengamati baik kondisi yang berbahaya maupun tindakan yang tidak aman (PT.
Freeport Indonesia, 1995). Melalui inspeksi keselamatan kerja tidak hanya unsafe
condition dan unsafe action saja yang diamati, tetapi justru bahaya-bahaya yang
terselebung dibalik kedua kondisi tersebut perlu ditelusuri dan diungkapkan (Alkon,
1998).

1
Selain untuk membantu mengidentifikasi potensi bahaya, inspeksi terlebih penting
untuk menunjukkan keseriusan setiap anggota organisasi dalam mengambil
tanggungjawab sebagai perwakilan atau duta keselamatan di tempat kerja. (Health &
Safety Inspection, A TUC Guide). Perlu diingat bahwa penyelesaian bahaya adalah
fokus utama dalam inspeksi K3 dibandingkan mendongkrak citra personal pelaku
inspeksi (inspektor).

Inpeksi adalah pengecekan paling populer dalam masyarakat, salah satu contoh Sidak
(jenis inspeksi mendadak / surprise inspection) yang biasanya dilakukan oleh
petinggi pemerintahan untuk menemukan ketidaksesuaian dan menimbulkan efek
psikososial yang efektif.

Dalam peraturan pemerintah inspeksi tempat kerja diatur dalam Permenaker nomor
05 Tahun 1996 tentang SMK3 pada lampiran I: Pedoman Penerapan Sistem
Manajemen K3. Dijelaskan bahwa perusahaan harus menetapkan dan memelihara
prosedur inspeksi, pengujian dan pemantauan yang berkaitan dengan tujuan dan
sasaran keselamatan dan kesehatan kerja, frekuensi inspeksi dan pengujian harus
sesuai dengan obyeknya.

Perlu diingat bahwa inspeksi memiliki perbedaan secara konsep dengan audit.
Inspeksi lebih cenderung menangkap gap/temuan bersifat lokal atau sesaat berupa
kondisi tidak aman maupun perilaku tidak aman. Sedangkan audit yang berasal dari
kata audi (mendengarkan) menyelesaikan temuan secara sistemik mulai dari
kebijakan/policy, standar operasional hingga pada penerapan.

B. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pelaksanaan inspeksi K3 yang telah direncanakan dan


dilaksanakan sebagai upaya pencegahan kecelakaan di tempat kerja.

2
2. Untuk mengetahui bagaimana usaha yang dilakukan sebagau tindak lanjut
dari hasil temuan inspeksi tersebut.

C. RUMUSAN MASALAH

Mengetahui Apa Pengertian Inspeksi K3 ?


Mengetahui Tujuan Inspeksi K3 ?
Langkah-Langkah Inspeksi dalam Perusahaan ?
Manfaat Inspeksi K3 Dalam Perusahaan ?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN INSPEKSI K3

Inspeksi merupakan salah satu alat kontrol manajemen yang bersifat klasik,
tetapi masih sangat relevan dan secara luas sudah banyak diterapkan dalam upaya
menemukan masalah yang dihadapi dilapangan, termasuk untuk memperkirakan
besarnya resiko. Kegiatan inspeksi merupakan salah satu uapaya yang bersifat
“proactive” bertujuan untuk memastikan apakah fasilitas kerja yang ada dilapangan
telah dikelola dengan baik (well-managed). Dengan inspeksi, kita akan memperoleh
umpan-balik yang sangat berharga bagi manajemen dalam merencakan tindakan
perbaikan.

B. TUJUAN INSPEKSI K3
 Menjamin tercapainya efisiensi dalam produksi
 Menentukan kebijaksanaan terhadap peralatan yang digunakan
sehingga utilitas mesin dapat meningkat
 Menentukan kemungkinan-kemungkinan kapan peralatan akan di
reparasi atau di overhaul.
 Mengurangi tingkat kerusakan mesin atau peralatan.
 Identifikasi kondisi tidak aman
 Identifikasi tindakan tidak aman
 Menentukan penyebab dasar
 Melakukan perbaikan

4
C. MANFAAT INSPEKSI

1. Untuk mengecek apakah sesuatu bertentangan atau menyimpang dari


program sebelumnya.
2. Untuk meningkatkan kembali kepedulian keselamatan dilingkungan
karyawan karena dengan inspeksi, karyawan merasa bahwa
keselamatannya diperhatikan.
3. Mengetahui semua standart keselamatan kerja yang telah ditentukan.
4. Sebagai bahan utama pengumpulan data guna mengadakan pertemuan
keselamatan kerja atau sidang P2K3.
5. Untuk menilai kesadaran keselamatan kerja dilingkungan karyawan
perusahaan.
6. Untuk mengukur dan mengkaji usaha serta peranan para supervisor
terhadap keselamatan kerja (Alkon,1998).

D. JENIS INSPEKSI
Inspeksi Informal/Tak Terencana

Inspeksi informal merupakan inspeksi Tak Terencana yang dilakukan oleh


karyawan lapangan itu sendiri, sebagaimana seseorang melakukan kegiatann –
kegiatan tetap dan teratur. Suatu contoh adalah seorang pengemudi yang selalu
memeriksa air didalam radiator, memeriksa minyak pelumas, dsb sebelum
menjalankan mobilnya. Inisiatif ini cukup efektif, karena pada dasarnya petugas
lapangan adalah satu-satunya orang yang paling sering melihat untuk pertama
kalinya operasi sehari-hari berlangsung. Inspeksi semacam ini sangat sederhana
dan alami, oleh karena itu keberhasilan program semacam ini sangat tegantung
pada kesadaran dan pemahaman individu terhadap adanya bahaya bagaimana
mereka mengenali potensi kecelakaan yang mungkin timbul.

5
Infeksi informal dapat meliputi kondisi-kondisi peralatan atau lingkungan kerja
dibawah standar. Pegawai lapangan dapat melapor langsung secara lisan kepada
pengawasnya, kemudian pengawas dapat menegaskan kembali dalam bentuk tertulis.
Dalam beberapa hal, pengawas dapat langsung mengevaluasi serta mengambil
tindakan-tindakan koreksi yang diperlukan. Inspeksi ini didukung oleh suatu sistim
dokumentasi yang baik tentang hasil temuan dan koreksi yang dilakukan oleh
pengawas. Dokumen semacam ini akan mencerminkan tingkat kepedulian perusahaan
terhadap aspek keselamatan, dan sekaligus mendorong inisiatif, kreativitas serta
untuk menampung umpan balik yang datang dari karyawan lapangan.Dilain pihak,
inspeksi informal juga sering dianggap sebagai metode yang tidak sistematis,
Inspeksi yang dilakukan hanya sambil lalu, sehingga umumnya bersifatdangkal dan
tidak sistematis, diantaranya sebagai berikut :
a. Umumnya hanya memeriksa kondisi yang tidak aman.
b. Kondisi tidak aman yang memerlukan perhatian besar sering terlewati.
c. Perhatian cenderung lebih besar pada kepentingan produksi.
d. Tidak tercatat.
e. Tindakan pembetulan dan pencegahan tidak sampai mendasar.

Inspeksi Terencana

Adalah inspeksi pada suatu daerah kerja yang dilengkapi dengan daftar
periksa agar segala kemungkinan terjadinya kerugian dapat terdeteksi. Menurut
DNV Loss Contro Managemen Training, 1996, inspeksi terencana untuk
keselamatan, secara umum dapat dikategorikan sebagai berikut :

1. Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Umum (General safety & Health


Inspection)

Adalah suatu pemeriksaan keselamatan dan kesehatan sacara umum


dengan melakukan perjalanan keliling yang terencana pada seluruh area kerja.

6
Inspektur atau pemeriksa memperhatikan segala sesuatu untuk menentukan
kondisi-kondisi tidak aman ditempat kerja.

2. Housekeeping Inspection

Adalah bbagian yang penting dari inspeksi umum terencana, inspeksi jenis
ini berhubungan dengan kebersihan dan kerapihan yang meliputi : mesin dan
peralatan, material, alat-alat, lantai gedung dan lain-lain.

3. Inspeksi Bagian Kritis (Critical Parts Inspections)

Sasaran utama dari inspeksi ini adalah untuk melihat apakah bagian
bagian kritis dari suatu peralatan, mesin-mesin, bahan-bahan atau struktur,
mengalami kerusakan, aus, dipasang secara tidak benar, atau disalah gunakan.

Bagian-bagian kritis meliputi komponen suatu mesin yang selama ini


dipergunakan sebagai suku cadang. Barang atau perlengkapan semacam ini
apabila masih dalam penyimpanan atau gudang, sering disebut “Critical
Items”. Walau demikian,kedua jenis barang-barang tadi perlu dikenali,
dievaluasi, dan dijaga agar selalu dalam kondisi yang baik dan aman dipakai

4. Inspeksi Perawatan Pencegahan (Preventive Maintenance Inspections)

Adalah jenis inspeksi yang dilakukan untuk memelihara dan menjaga agar
mesin atau peralatan tetap beroperasi sebagaimana mestinya terutama untuk
mesin-mesin vital seperti turbin. Alat angkat Crane. Dan lain-lain. Inspeksi ini
dilakukan secara periodik diman sifatnya adalah pencegahan. Sehingga tidak
mengganggu jalannya proses, atau menghindari adanya potensi kecelakaan.

7
5. Inspeksi Peralatan Sebelum Digunakan (Pre-use Equipment Inspection)

Pemeriksaan peralatan sebelum digunakan merupakan suatu sistim untuk


memastikan bahwa sistim kontrol dan sistim emergency yang utama atelah
dipasang dengan baik serta dapat berfungsi sebagai manamestinya, dengan
demikian kita memiliki keyakinan bahwa peralatan dapat beroperasi secara
aman.

E. LANGKAH-LANGKAH INSPEKSI

Guna tercapainya hasil inspeksi secara optimal, diperlukan beberapa tahap yang harus
diikuti, sebagai berikut :

1. Persiapan

Persiapan yang memadai sebelum dimulainya suatu inspeksi, akan


menghasilkan hasil inpeksi yang memuaskan. Pada tahap ini beberapa hal
yang perlu dilakukan adalah :

Memulai dengan sikap yang positif. Tidak membuat inspeksi seolah


mencari-cari kesalahan.

Mengetahui apa yang akan dicapai

Mempersiapkan daftar periksa (cheklist)

Mempersiapkan peralatan yang diperlukan

8
2. Inspeksi

Setelah tahap persiapan dilakukan, selanjutnya dimulai tahap inspeksi itu


sendiri. Pada tahap ini, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut :

o Mengunakan rencana awal yang telah ditetapkan


o Menggunakan daftar periksa (checklist)
o Menekankan segi positif
o Mengambil tindakan perbaikan (penting) bersifat sementara,
sebelum perbaikan permanen dilakukan
o Mengklasifikasi bahaya
o Melaporkan barang-barang yang tampak tidak berguna.

3. Mengembalikan langkah perbaikan

Tahap ini merupakan tahap koreksi yaitu pengembangan langkah-langkah


perbaikan atas apa yang terdeteksi saat inspeksi. Banyak pilihan yang dapat
dilakukan untuk memperbaiki keadaan yang tidak memenuhi standar, yang sangat
berfarisi baik dalam biaya, efektifitas maupun metode kontrolnya. Beberapa
diantaranya mampu menguranngi peluang terulangnya kejadian serupa, tetapi ada
yang sifatnya mengurangi tingkat keparahan atau besarnya kerugian apabila
kecelakaan yang kita duga benar-benar terjadi.

4. Tindak lanjut perbaikan

Rekomendasi yang dibuat jika tanpa diikuti tindak lanjut, tidak


memberikan bobot terhadap inspeksi, oleh karena itu perusahaan perlu
memeriksa sistim formal yang terpola yang mampu memonitor pelaksanaan
rekomendasi. Rekomendasi hendaknya memuat siapa petugas yang

9
bertanggung jawab melakukan tindakan koreksi dan tetapkan targer waktu
penyelesaianya.

Rekomendasi-rekomendasi yang tidak disetujui atau karena sesuatu hal


tidak dapat dilaksanakan hendaknya dijelaskan secara teknis tertulis mengapa
demikian, dan untuk itu perlu didiskusikan dengan ketua tim inspeksi yang
bersangkutan sebagai tindak lanjut rekomendasi, yaitu :

 Mengeluarkan perintah kerja


 Membuat anggaran dan memantau pengadaan bahan dan biaya
perbaikan
 Memastikan ketepatan waktu penyelesaian perbaikan
 Memeriksa rencana dan jadwal kerja, ikuti jalannya proses konstruksi
atau modifikasi
 Memerikasa dan memastikan bahwa pekerjaan perbaikan telah selesai
dilakukan secara memadai (sesuai waktu yang ditentukan), misalnya
dengan memeriksa peralatan, melakukan evaluasi pelatihan yang
diperlukan, atau menelaah prosedur yang ada.
 Menelaah kembali secara keseluruhan untuk menentukan efektifitas
tindakan perbaikan, kendala atau kemungkinan timbulnya efek
samping.

5. Pelaporan Inspeksi

Penulisan suatu laporan adalah bagian penting lain dari suatu


pemeriksaan. Laporan adalah dimana kita mengkomunikasikan informasi dan
menghidari duplikasi pemborosan tenaga.

Laporan inspeksi memberi umpan balik para manajer tingkat menengah


dan atas pada permasalahan keselamatan. Hal ini membantu mereka membuat

10
keputusan yang lebih baik pada peralatan, material, dan orang-orang yang
dibutuhkan dalam semua unsur-unsur program, seperti pengendalian
pembelian, pelatihan, peralatan pelindung dan disain tempat kerja. Salinan
laporan yang dibagi-bagikan, atau informasi yang diambil dari mereka, dapat
bersama membantu mengidentifikasi permasalah serupa di lain area.

Laporan yang tertulis, dengan penggolongan bahaya, mengkomunikasikan


informasi tentang kondisi-kondisi dan praktek di bawah standar lebih baik
pada laporan lisan. Laporan tertulis mendorong orang-orang untuk ingat apa
yang harus mereka lakukan, dan melakukannya. Laporan mendokumentasikan
semua tindakan sehingga berusaha tidak terulang. Tindakan korektif yang
tidak teratur sering terjadi konflik dan pemborosan.

F. PEMERIKSAAN YANG EFEKTIF

Menurut DNV Modern Safety Management 1996, terdapat beberapa point yang perlu
diinspeksi dan diperhatikan saat dilakuakn pemeriksaan yaitu :

1. Kondisi Fisik Secara Umum

Kondisi fisik lingkungan dan fasilitas dapat diklasifikasikan menjadi


beberapa kelompok tergantung pada jenis kegiatan yang ada, peralatan yang
digunakan, serta sarana penunjang yang terlibat didalamnya. Contoh berikut
ini menggambarkan klasifikasi untuk fasilitas operasi secara umum.

 Peralatan listrik : antara lain kabel, sambungan-sambungan dan ground


 Peralatan mekanik : kondisi umum, perlengkapan “guarding” bagian-
bagian yang berputar, bagian yang tajam atau runcing, kondisi roda
gigi dan sebagainya
 Tabung gas yang bertekanan

11
 Bahan yang mudah terbakar
 Perkakas tangan
2. Peralatan pencegahan dan pengendalian kebakaran

Sistem alarm dan deteksi kebakaran

Sistem sprikler

Evakuasi kebakaran

Alat pemadam api ringan

Hydrant

Pencegahan dan Pemadam kebakaran

 Bahaya lingkungan Kerja


o Bahan berbahaya dan beracun (B3) : label pada tempat B3,
penanganan, pemyimpanan, pembuangan, mengatasi ceceran/polusi
o Ventilasi : ketersediaan ventilasi yang memadai untuk mengatsi asap,
uap, arah angin bertiup.
o Kebisingan : pengendalian dan pengukuran
o Radiasi : pengendalian dan pengukuran
o Suhu yang ekstrem
o Penerangan

12
G. Tanggung Jawab Inspeksi

Inspektor (pelaksana inspeksi) harus memahami kebijaksanaan dan norma-


norma keselamatan kerja, selain itu juga harus menguasai undang-undang dan
peraturan-peraturan keselamatan kerja yang dikeluarkan oleh pemerintah
maupun standart-standart lainnya (Alkon, 1998). Inspektor atau pelaksana
inspeksi keselamatan kerja dibedakan menjadi dua , yaitu :

1. Ekstern Perusahaan
Inspeksi keselamatan kerja yang dilaksanakan oleh pengawas dari instansi
pemerintah atau pihak ketiga.

2. Intern Perusahaan
Inspeksi yang dilakukan oleh orang yang berkepentingan seperti supervisor
dan manager lini dan juga mempunyai spesialisasi dibidangnya seperti safety
advisor dan teknisi atau ahli yang terbaik setiap unsur karyawan dari level
terendah sampai tingkat tinggi (top management).
Inspeksi keselamatan kerja dilakukan melalui :
a) Tahap Persiapan Inspeksi dalam perusahaan

1) Periksa jadwal dan tim kerja


2) Analisa kecelakaan yang ada
3) Analisa laporan inspeksi yang lalu
4) Buat checklist (daftar periksa)
5) Buat peta inspeksi berdasarkan gambar lokasi
6) Periksa prosedur kerja atau kartu analisa kerja
7) Rencanakan jalur-jalur inspeksi
8) Anggaran waktu yang cukup
9) Siapkan alat pelindung diri

13
b) Pelaksanaan inspeksi
1) Pendahuluan
Yaitu menghubungi penanggung jawab bagian yang akan dikunjungi
untuk menjelaskan bahwa akan diadakan inspeksi diarea kerja.
2) Peta Inspeksi
Usahakan mengikuti peta inspeksi seperti yang telah direncanakan
3) Pengamatan
Mengamati semua kegiatan proses produksi untuk memastikan ada atau
tidaknya pelanggaran terhadap peraturan keselamatan kerja.
4) Observasi
Observasi tindakan-tindakan perorangan untuk mencocokan dengan
syarat-syarat keselamatan kerja.
5) Penelitian
Penelitian dilakukan untuk mengumpulkan atau juga cross-check data.
6) Koreksi
Koreksi sementara dengan segera apabila dalam melaksanakan inspeksi
atau tindakan berbahaya atau membahayakan.
7) Catat
Buat catatan ringkas tentang ketidak sesuaian dan kesesuaian peralatan,
tindakan dan kondisi terhadap standart kemudian periksa pedoman
identifikasi bahaya
Seorang inspektor harus menunjukan tempat dan penjelasan setiap bahaya
yang ditemukan dalam pemeriksaan, dan juga harus membuat catatan
yang mendetail untuk menjawab kemungkinan-kemungkinan pertanyaan
yang akan timbul. Potensi kerugiannya supaya diperkirakan agar dapat
membuat klasifikasi dalam laporan.

14
H. TAHAP PELAPORAN

Setiap inspeksi harus ditindak lanjuti dengan laporan tertulis tanpa laporan
tertulis inspeksi tidak mempunyai arti dan hanya seperti single seeing tour saja. Tipe
laporan inspeksi ada 3 yaitu

1. Laporan Keadaan Darurat


Segera dibuat tanpa menunggu untuk keadaan berbahaya, kritis atau
katastropik, yaitu termasuk kategori bahaya IA, IIB.
2. Laporan Berkala (periodik)
Mencakup keadaan bahaya yang tidak tergolong emergency yang
ditemukan dalam inspeksi berkala. Laporan supaya dibuat dalam 24 jam
setelah inspeksi.
3. Laporan Ringkas (summary)
Mencakup semua item dari laporan berkala terdahulu untuk jangka waktu
tertentu.

Laporan harus menyebutkan nama departemen dan area yang di inspeksi, nama
serta jabatan yang mengadakan inspeksi, tanggal laporan dibuat dan nama untuk siapa
laporan dibuat. Adapun statistik membuat laporan yang ada dianjurkan agar mudah
dipahami dan ditindak lanjuti yaitu :

1). Catat item temuan yang belum ditindak lanjuti dan beri tanda pengukang
kembali.
2). Tiap item harus diberi nomor urut.
3). Tiap item supaya diberi klasifikasi bahaya.
4). Sedapat mungkin sebutkan akan tindak lanjuti dan oleh siapa dari item yang
ditulis ulang.
5). Laporan inspeksi supaya dialamatkan kepada departemen yang diinspeksi

15
dengan tembusan kepada atasan.
6). Usaha perbaikan sebagai tindak lanjut.
7). Untuk mengetahui kondisi dari setiap keadaandan upaya yang dilakukan
dalam manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3), maka sangat perlu
adanya langkah evaluasi tersebut maka kita dapat menentukan tindak lanjut
yang akan dilakukan untuk pengembangan.
Inspeksi adalah tindakan preventif dari adanya potensi bahaya sebelum
potensi bahaya tersebut menjadikan kecelakaan. Rekomendasi dari laporan dapat
dijadikan dasar untuk membuat rencana kerja yang menyusun prioritas dalam rencana
kerja. Untuk penindak lanjutan, rekomendasi dapat dikelompokan menurut :
1). Daerah bahaya ditemukan.
2). Penanggung jawab perbaikan.
Kemudian rekomendasi tersebut perlu dikirim kepada yang berwenang untuk
persetujuan pelaksanaan perbaikan. untuk pelaksanaannya dibuat form, penerima
form rekomendasi harus memberi jawaban tentang tindak lanjutnya dalam waktu
yang ditentukan dalam prosedur, apabila menyetujui rekomendasi diminta memberi
kepastiannya kapan tindak lanjutnya telah dilaksanakan, apabila menolaknya supaya
menjelaskan apa alasannya. Untuk memudahkan administrasi dan penindaklanjutan,
form dibuat dalam beberapa salinan.

Ada 4 tahap yang perlu diikuti oleh inspektor dalam membuat rekomendasi yaitu :
1. Sedapat mungkin seorang inspektor memperbaiki sebab dari deviasi
(penyimpangan) yang ditemukan. Jangan hanya memperbaiki hasil terakhir
dan membiarkan permasalahannya.
2. Perbaiki apa saja yang mungkin diperbaiki secara langsung.
3. Laporkan kondisi yang ada dikuar wewenang anda dan usulkan solusinya.
4. Ambil tindakan sementara bila perlu.
Pada waktu tertentu supervisor harus melaporkan perkembangan dari
pelaksanaan rekomendasi kepada P2K3 pusat. Sebaliknya P2K3 pusat harus

16
memeriksa secara berkala perkembangan pelaksanaannya sudah memenuhi
syarat yang dimaksut. Keadaan berbahaya yang tidak diperbaiki memberi
indikasi adanya komunikasi yang tidak baik antara departemen dalam
pelaksanaan program.

I. FREKUENSI INSPEKSI

Makin sering inspeksi K3 dilakukan, mencerminkan makin baik usaha


pencgahan keceelakaan yang dilakukan yaitu berupa banyaknya kondisi dan
tindakan tidak aman yang terdeteksi. Menurut CNOOC HSEGP, 2001, Inspeksi
K3 dilakukan satu bulan sekali pada peralatan tetap (fixed facilities) seperti
anjungan proses & produksi, dan sekali setiap dua/tiga bulan untuk
“drilling/workover units”.

Sedangkan menurut DNV Loss control Management Training 1996, isnpeksi


secara umum sering dibuat frekwensi berkisar antara bulanan sampai triwulan,
kadang-kadang lebih sering dan kadang-kadang lebih sedikit. Frekwensi jumlah
maksimum tergantung pada tingkat dan jenis pajanan kerugian dan resiko, seperti
halnya tingkat perubahan area operasi, perubahan personil, peralatan, material dan
faktor lingkungan yang dapat menciptakan situasi yang asing.

17
POIN-POIN PENTING DALAM KEGIATAN INSPEKSI

1. Buat Standart Prosedur Inspeksi ( SPI) secara jelas sebelum melulai inspeksi
2. Siapkan Checklist sesuai dengan kebutuhan Inspeksi
3. Pada waktu membuat checklist, TK perlu diajak diskusi sehingga kita tahu
isu-isu K3 yang sedang dihadapi.
4. Bila memungkinkan, beri saran praktis dan petunjuk keselamatan kepada
tenaga kerja terhadap metode atau cara kerja yang benar & aman dari
permasalahan K3.
5. Jika pada waktu inspeksi ditemukan kondisi-kondisi yang tidak selamat atau
tidak sehat, secepatnya hal tersebut dilaporkan kepada senior manajer.
6. Buatlah laporan inspeksi dan laporkan kepada manajemen yang menangani
bidang K3 untuk segera dilakukan tindakan korektif.
7. Segera lakukan tindakan korektif berdasarkan skala prioritas tingkat resiko
8. Arsipkan laporan sebagai dokumentasi K3 dan juga bisa di share / di
publikasikan dengan informasi yang relevan lainnya.

18
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Inspeksi K3 adalah suatu proses untuk menemukan potensi bahaya yang ada
ditempat kerja untuk mencegah terjadinya kerugian maupun kecelakaan ditempat
kerja dalam penerapan keselamatan dan kesehatan di tempat kerja..

B. SARAN
Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini dapat
menambah pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok bahasan makalah
ini bagi para pembacanya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

19

You might also like