You are on page 1of 31

BAB I

PENDAHULUAN

Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap sebagai kelainan yang


berbahaya . Perdarahan pada kehamilan muda disebut abortus , sedangkan pada
kehamilan tua disebut perdarahan antepartum . Batas teoritis antara kehamilan muda dan
tua adalah 22 minggu .
Frekwensi perdarahan antepartum sendiri sekitar 3% sampai 4% dari semua
persalinan . Sedangkan kejadian perdarahan antepartum di RS lebih tinggi karena
menerima rujukan .
Perdarahan antepartum yang bersumber pada kelainan yang secara klinis
biasanyatidak terlampau sukar untuk menentukan ialah plasenta previa atau solusio
plasenta .
Plasenta previa ialah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah
rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum . Ada
beberapa faktor yang dapat mengakibatkan ibu hamil mengalami plasenta previa ,
diantaranya yaitu multiparitas dan umur lanjut (>35tahun) , defek vaskularisasi desidua
oleh peradangan dan atrofi , cacat/jaringan parut pada endometrium oleh bekas-bekas
pembedahan (sc, kuret dan lain-lain ) , khorion leave perssisten ,korpus luteum bereaksi
terlambat , plasenta besar pada hamil ganda dan eritroblastosis atau hidrops fetalis serta
kebiasaan merokok .
Kejadian plasenta previa bervariasi diberbagai tempat berkisar antara 0,3%
sampai 0,6% dari seluruh persalinan , sedangkan di RS lebih tinggi karena menerima
rujukan dari luar .
Selain itu , Archibong El dan Ahmed WSM (1997-2000) di RS Abha Maternity
dengan 6 kasus paritas diatas ,didapatkan prevalensi meningkat secara bermakna
berdasarkan paritas.

1
BAB II
ISI

2.I ANATOMI
Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15-20 cm dan
tebal lebih kurang 2,5 cm. Beratnya rata-rata 500 gram. Umumnya plasenta terbentuk
lengkap pada kehamilan 16 minggu dengan ruang amnion membesar sehingga amnion
tertekan kearah korion.

Letak plasenta biasanya umumnya di depan atau di belakang dinding uterus, agak
ke atas ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukaan bagian atas
korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi. Di tempat-
tempat tertentu pada implantasi plasenta terdapat vena-vena yang lebar (sinus) untuk
menampung darah kembali. Pada pinggir plasenta di beberapa tempat terdapat suatu
ruang vena yang luas untuk menampung darah yang berasal dari ruang interviller di atas.
Darah ibu yang mengalir di seluruh plasenta diperkirakan naik dari 300 ml tiap menit
pada kehamilan 20 minggu sampai 600 ml tiap menit pada kehamilan 40 minggu.
Perubahan-perubahan terjadi pula pada jonjot-jonjot selama kehamilan berlangsung. Pada
kehamilan 24 minggu lapisan sinsitium dari vili tidak berubah akan tetapi dari lapisan
sitotropoblast sel-sel berkurang dan hanya ditemukan sebagai kelompok-kelompok sel-
sel; stroma jonjot menjadi lebih padat, mengandung fagosit-fagosit, dan pembuluh-
pembuluh darahnya lebih besar dan lebih mendekati lapisan tropoblast.

2.2DEFINISI
Plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim, sehingga
dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum (OUI) . Plasenta yang ada di
depan jalan lahir. (prae = di depan, vias = jalan), jadi yang di maksud adalah plasenta
implantasinya tidak normal sehingga menutupi seluruh atau sebahagian jalan lahir
(Ostium Uteri Internium).

2
2.3EPIDEMIOLOGI

Di Amerika SerikatPlasenta previa terjadi pada 0,3-0,5% dari semua kelahiran.


Ada peningkatan risiko sebesar 1,5 sampai 5 kali lipat jika disertai riwayat seksio sesarea
(cesarean delivery). Dengan peningkatan jumlah kelahiran secara seksio sesarea, risiko
ini dapat menjadi sebesar 10%. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kelahiran secara
seksio sesarea sebelumnya tidak meningkatkan jumlah plasenta previa yang terdeteksi
dengan ultrasonography pada trimester kedua.

Bagaimanapun juga, rata-rata perpindahan plasenta yang diamati (observed) pada


28-36 minggu masa gestation (perkembangan embrio) dapat mengidentifikasi pasien
yang lebih mungkin untuk melahirkan per vagina dengan resolution previa.

Dari semua plasenta previa, frekuensi plasenta previa total (complete) sebesar 20-
45%, plasenta previa parsial sekitar 30%, dan plasenta previa marginal sebesar 25-50%.
Mortalitas/Morbiditas

Faktor-faktor yang memengaruhi morbiditas dan risiko relatifnya:

1. Perdarahan antepartum: 10
2. Kebutuhan akan histerektomi: 33
3. Transfusi darah: 10
4. Septikemia: 5,5
5. Tromboflebitis: 5

3
6. Rata-rata mortalitas perinatal yang berhubungan dengan plasenta previa sebesar2-
3%.
7. Mortalitas maternal sebesar 0,03% di Amerika Serikat.
8. Ras
Plasenta previa tidak memiliki predileksi untuk ras tertentu.
9. Jenis Kelamin (Plasenta previa hanya terjadi pada wanita hamil)
10. Usia
Risiko plasenta previa berhubungan dengan usia adalah sebagai berikut:

1. Usia 12-19 tahun – 1%


2. Usia 20-29 tahun – 0,33%
3. Usia 30-39 tahun – 1%
4. Usia di atas 40 tahun – 2%

2.4 FAKTOR PREDISPOSISI


1. Melebarkan pertumbuhan plasenta
a. Kehamilan kembar (gemelli)
b. Tumbuh kembang plasenta tipis

2. Kurang suburnya endometrium


a. Malnutrisi ibu hamil
b. Melebarnya plasenta karena gemelli
c. Sering dijumpai pada grandemultipara
3. Terlambat implantasi
a. Endometrium fundus kurang subur
b. Terlambatnya tumbuh kembang hasil konsepsi dalambentuk blastula yang siap
untuk nidasi.

4
2.5. ETIOLOGI
1. Perdarahan (hemorrhaging), jika berhubungan dengan kehamilan (labor), dapat
sekunder ke dilatasi serviks dan gangguan (disruption) implantasi plasenta dari
servikas dan segmen bawah rahim (lower uterine segment). Segmen bawah rahim
tidak mampu berkontraksi dan oleh karenanya tidak dapat
menekan/mempersempit (constrict) pembuluh darah di korpus uterus,
menyebabkan perdarahan yang terus-menerus.
2. Usia lebih dari 35 tahun
3. Multiparitas
4. Pengobatan infertilitas
5. Multiple gestation (larger surface area of the placenta)
6. Erythroblastosis
7. Riwayatoperasi/pembedahan uterus sebelumnya (prior uterine surgery)
8. Keguguran berulang (recurrent abortions)
9. Status sosioekonomi yang rendah
10. Jarakantarkehamilan yang pendek (short interpregnancy interval)
11. Merokok
12. Penggunaankokain
13. Penyebablainnyatermasukpemeriksaandenganjari (digital exam), abruption (pre-
eclampsia, hipertensikronis, penggunaankokain, dll) danpenyebab trauma lainnya
(seperti: trauma postcoital).

2.6 KLASIFIKASI
Klasifikasi plasenta previa tidak didasarkan pada keadaan anatomik melainkan
fisiologik. Sehingga klasifikasinya akan berubah setiap waktu. Umpamanya, plasenta
previa total pada pembukaan 4 cm mungkin akan berubah menjadi plasenta previa pada
pembukaan 8 cm.
Beberapa klasifikasi plasenta previa:
a. Menurut de Snoo, berdasarkan pembukaan 4 -5 cm
1. Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 cm teraba plasenta
menutupi seluruh ostea.
2. Plasenta previa lateralis; bila mana pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan
ditutupi oleh plasenta, dibagi 2 :

5
2.1 Plasenta previa lateralis posterior; bila sebagian menutupi ostea bagian
belakang.
2.2 Plasenta previa lateralis anterior; bila sebagian menutupi ostea bagian depan.
2.3 Plasenta previa marginalis; bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostea yang
ditutupi plasenta.
b. Menurut penulis buku-buku Amerika Serikat :
1. Plasenta previa totalis ; seluruh ostea ditutupi uri.
2. Plasenta previa partialis ; sebagian ditutupi uri.
3. Plasenta letak rendah, pinggir plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir pembukaan
Pada periksa dalam tak teraba.

6
c. Menurut Browne:
1. Tingkat I, Lateral plasenta previa :
Pinggir bawah plasenta berinsersi sampai ke segmen bawah rahim, namun tidak
sampai ke pinggir pembukaan.
2. Tingkat II, Marginal plasenta previa:
Plasenta mencapai pinggir pembukaan (Ostea).
2.1.Gejala klinis
a. Gejala utama plasenta previa adalah pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri
dari biasanya berulang darah biasanya berwarna merah segar.
b. Bagian terdepan janin tinggi (floating). sering dijumpai kelainan letak janin.
c. Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal,
kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya, sehingga pasien sempat
dikirim ke rumah sakit. Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleeding)
biasanya lebih banyak.
d. Janin biasanya masih baik.

2.2.Pemeriksaan in spekulo
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium uteri
eksternum atau dari kelainan cervix dan vagina. Apabila perdarahan berasal dari
ostium uteri eksternum, adanya plasenta harus dicurigai.

2.3.Penentuan letak plasenta tidak langsung


Dapat dilakukan dengan radiografi, radio sotop dan ultrasonografi. Akan tetapi
pada pemerikasaan radiografi clan radiosotop, ibu dan janin dihadapkan pada
bahaya radiasi sehingga cara ini ditinggalkan. Sedangkan USG tidak
menimbulkan bahaya radiasi dan rasa nyeri dan cara ini dianggap sangat tepat
untuk menentukan letak plasenta.

2.4.Penentuan letak plasenta secara langsung


Pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan perdarahan banyak.
Pemeriksaan harus dilakukan di meja operasi. Perabaan forniks. Mulai dari
forniks posterior, apa ada teraba tahanan lunak (bantalan) antara bagian terdepan
janin dan jari kita. Pemeriksaan melalui kanalis servikalis. Jari di masukkan hati-
hati kedalam OUI untuk meraba adanya jaringan plasenta.
7
2.7 PATOFISIOLOGI
Plasenta previa belum jelas. Bahwasanya vaskularisasi yang berkurang, atau
perubahan atrofi pada desidua akibat persalinan yang lampau dapat menyebabkan
plasenta previa tidaklah selalu benar, karena tidak nyata dengan jelas bahwa plasenta
previa didapati untuk sebagian besar pada penderita dengan paritas yang tinggi.
Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan pertama dari
plasenta previa. Pada setiap perdarahan antepartum, pertama kali harus dicurigai bahwa
penyebabnya ialah plasenta previa sampai kemudian dugaan itu salah.

Kondisi yang multifaktorial telah dipostulatkan berhubungan dengan multipara,


gestasi berkali-kali, umur kehamilan dini, kelahiran dengan sesarea sebelumnya, abortus,
dan mungkin merokok. Berbeda pada pedarahan trimester awal, pada perdarahan
trimester dua dan tiga biasanya sekunder karena implantasi abnormal dari plasenta.
Plasenta previa diawali dengan implantasi embrio (embryonic plate) pada bagian bawah
(kauda) uterus. Dengan melekatnya dan bertumbuhnya plasenta, plasenta yang telah
berkembang bisa menutupi ostium uteri. Hal ini diduga terjadi karena vaskularisasi
desidua yang jelek, inflamasi, atau perubahan atropik.

2.8. GAMBARAN KLINIK

Tanda dan Gejala

Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan tanpa nyeri
yang biasanya baru terlihat setelah kehamilan mendekati akhir trimester kedua atau
sesudahnya. Namun demikian, banyak peristiwa abortus mungkin terjadi akibat lokasi
abnormal plasenta yang sedang tumbuh. Sering perdarahan akibat plasenta previa terjadi
tanpa tanda-tanda peringatan pada wanita hamil yang sebelumnya tampak sehat-sehat
saja. Tidak nyeri dan perdarahan pervaginam berwarna merah terang pada umur
kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga merupakan tanda utama plasenta
previa.

8
Ciri-ciri plasenta previa:

1. Perdarahan tanpa nyeri

2. Perdarahan berulang

3. Warna perdarahan merah segar

4. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah

5. Timbulnya perlahan-lahan

6. Waktu terjadinya saat hamil

7. His biasanya tidak ada

8. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi

9. Denyut jantung janin ada

10. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina

11. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul

12. Presentasi mungkin abnormal

2.9 DIAGNOSIS

Ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan beberapa pemeriksaan

1. Anamnesis

Gejala pertama yang membawa si sakit ke dokter atau rumah sakit ialah perdarahan
pada kehamilan setelah 28 minggu atau pada kehamilan lanjut (trimester III). Sifat
perdarahannya tanpa sebab (causeless), tanpa nyeri (painless), dan berulang
(recurrent). Perdarahan timbul sekonyong-konyong tanpa sebab apapun. Kadang-
kadang perdarahan terjadi sewaktu bangun tidur ; pagi hari tanpa disadari tempat tidur
sudah penuh darah. Perdarahan cenderung berulang dengan volume yang lebih
banyak sebelumnya.
9
2. Pemeriksaan Fisik

a. Semua wanita hamil diluar trimester pertama yang mengalami perdarahan vagina
memerlukan pemeriksaan speculum diikuti oleh diagnostic ultrasound, jika
sebelumnya tidak ada konfirmasi riwayat plasenta previa.
b. Karena risiko perdarahan yang membahayakan kehidupan (provoking life-
threatening hemorrhage), maka pemeriksaan dengan jari (a digital examination)
mutlak dikontraindikasikan sampai plasenta previa di-exclude, dengan kata lain,
terbukti tidak ada plasenta previa.
c. Monitoring aktivitas uterus mengungkapkan bahwa sekitar 20% pasien memiliki
kontraksi yang bersamaan (concurrent/simultaneous) dengan perdarahan.

3. Pemeriksaan luar

Inspeksi

a. Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak atau sedikit, darah beku
dansebagainya
b. Kalau telah bwrdarah banyak maka ibu kelihatan anemis

Palpasi

a. Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah
b. Sering dijupai kesalahan letak janin
c. Bagian terbawah janin belum turun , apabila letak kepala, biasanya kepala masih
goyang atau terapung (floating) atau mengolak di atas pintu atas panggul
d. Bila cukup pengalaman, dapat dirasakan suatu bantalan pada segmen bawah
rahim terutama pada ibu yang kurus.

Pemeriksaan dalam sangat berbahaya sehingga kontraindikasi untuk dilakukan


kecuali fasilitas operasi segera tersedia.

4. Pemeriksaan Laboratorium dan Penunjang

a. Meskipunkejadian coagulopathy jarangditemukan,


hitungdarahlengkapdantrombosit (a complete blood count with platelets)
dapatbermanfaat.
10
b. Profil disseminated intravascular coagulopathy (DIC) denganprothrombin time
(PT), activated partial thromboplastin time (aPTT), fibrinogen, dan fibrin split
products dapatjugamembantu.

Imaging Studies

1. Studi yang paling bermanfaatdan paling murahadalahmenggunakantransvaginal


ultrasonography yang akurasinya (ketepatannya) mencapai 100%
dalammengidentifikasiplasentaprevia.

2. Sebagai alternatif dapat dipakai transabdominal ultrasonography yang akurasinya


mencapai 95%; meskipun demikian, false-positive dan false-negative dapat berkisar
antara 2% sampai 25%. Translabial sonography juga merupakan alternatif lainnya.
3. MRI dapat digunakan untuk mengidentifikasi kehamilan yang disertai dengan
plasenta akreta, plasenta inkreta, atau plasenta perkreta. Semua abnormalitas plasenta
invasif ini lebih umum terjadi (misalnya, plasenta akreta terjadi pada 0,2% dari
kehamilan) karena peningkatan pada persalinan sesarea, peningkatan usia ibu
(advancing maternal age), hypertensive disease, merokok, dan kasus plasenta previa.
Meskipun dalam banyak situasi, MRI tidak lagi lebih sensitif dalam mendiagnosis
plasenta akreta dibandingkan dengan ultrasonography, MRI masih lebih unggul
(superior) dalam menegakkan diagnosis posterior placenta accreta atau lebih invasif
untuk plasenta inkreta dan plasenta perkreta. Untuk wanita dengan risiko tinggi untuk
plasenta akreta, suatu protokol 2 tahap (2-step) yang pertama menggunakan
ultrasonography dan kemudian MRI untuk kasus-kasus dengan inconclusive
ultrasonographic features dapat menegakkan diagnosis dengan optimal dan akurat.
11
Tes Lainnya

1. Evaluasi ultrasonografi janin (fetus) bermanfaat untuk mengidentifikasi usia dan berat
perkembangan embrio terakhir (current gestational), kelainan kongenital potensial
(potential congenital anomalies), malpresentation, dan bukti terjadinya fetal growth
restriction. Evaluasi ultrasonografi juga direkomendasikan untuk mengidentifikasi
insersi tali pusat (umbilical cord insertion) dan mengeluarkan/mengeksklusi
(excluding) insersi velamentous.
2. Pemeriksaan dengan spekulum yang steril sebaiknya dilakukan untuk mengevaluasi
ruptur membran pada fetus.

2.10 DIAGNOSIS BANDING


Diagnosis banding plasenta previa antara lain solusio plasenta, vasa
previa,laserasi serviks atau vagina. Perdarahan karena laserasi serviks atau vagina dapat
dilihat dengan inspekulo.
Vasa previa, dimana tali pusat berkembang pada tempat abnormal selain di tengah
plasenta, yang menyebabkan pembuluh darah fetus menyilang servix. Vasa previa
merupakan keadaan dimana pembuluh darah umbilikalis janin berinsersi dengan
vilamentosa yakni pada selaput ketuban. Hal ini dapat menyebabkan ruptur pembuluh
darah yang mengancam janin. Pada pemeriksaan dalam vagina diraba pembuluh darah
pada selaput ketuban. Pemeriksaan juga dapat dilakukan dengan inspekulo atau
amnioskopi. Bila sudah terjadi perdarahan maka akan diikuti dengan denyut jantung janin
yang tidak beraturan, deselerasi atau bradikardi, khususnya bila perdahan terjadi ketika
atau beberapa saat setelah selaput ketuban pecah.

2.11 PENANGANAN dan TATALAKSANA


Semua pasien dengan perdarahan per vagina pada kehamilan trimester ketiga,
dirawat di rumah sakit tanpa periksa dalam. Bila pasien dalam keadaan syok karena
pendarahan yang banyak, harus segera diperbaiki keadaan umumnya dengan pemberian
infus atau tranfusi darah.
Selanjutnya penanganan plasenta previa bergantung kepada :
1. Keadaan umum pasien, kadar hb.
2. Jumlah perdarahan yang terjadi.
3. Umur kehamilan/taksiran BB janin.

12
4. Jenis plasenta previa.
5. Paritas clan kemajuan persalinan.
Kriteria : - Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.

Penatalaksanaan

Medikamentosa
Belum ada medikasi yang spesifik dan bermanfaat untuk pasien dengan plasenta
previa. Tocolysis dapat dipertimbangkan secara hati-hati pada keadaan tertentu.
Dukunglah, besarkanlah hati, dan berilah semangat pada pasien dengan plasenta previa
untuk mempertahankan asupan (intake) zat besi dan asam folat sebagai safety margin
terutama bila terjadi perdarahan.

Sebagai tambahan, tocolytics dapat juga diberikan pada kasus-kasus perdarahan


minimal dan extreme prematurity untuk memberikan kortikosteroid antenatal. Jika terjadi
lebih dari satu episode perdarahan selama gestation (pada perkembangan dan
pertumbuhan normal/viability atau lebih dari 24 minggu), maka dokter sebaiknya
menyarankan pasien untuk mondok di rumah sakit (hospitalization) sampai melahirkan,
mengingat ini berpotensi tinggi untuk terjadi solusio plasenta dan kematian janin (fetal
demise).

Tocolytics

A. Manfaat

Mencegah preterm labor atau kontraksi.

B. Nama Obat

Magnesium sulfat.

C. Deskripsi

Suplemen nutrisional pada total parenteral nutrition(hyperalimentation); kofaktor


pada sistem enzim; terlibat dalamtransmisi neurochemical dan muscular excitability.
Pada dewasa,60-180 mEq potassium, 10-30 mEq magnesium, dan 10-40 mEqfosfat
per hari sangatlah penting untuk respon metabolik yangoptimum. Berilah secara
13
intravena (IV) atau intramuskular (IM)untuk profilaksis kejang pada preeklamsia.
Gunakanlah jalur IVuntuk onset kerja yang lebih cepat pada eklamsia sejati(true
eclampsia).Hentikanlah pengobatan jika terjadi efek desired.Pengulangan dosis
tergantung dari adanya reflek patela yangberlanjut dan fungsi pernafasan yang cukup
(adequate).

D. Dosis Dewasa

Loading dose: 6 g IV di atas/lebih dari 20 menit; lalu 2-4 g/jamditeruskan infusion;


aturlah untuk mengurangi kontraksi;jangan melebihi 4 g/jam.

E. Kontraindikasi

1. Hypersensitivity
2. Heart block
3. Addison disease
4. Myocardial damage (kerusakanototjantung)
5. Myasthenia gravis
6. Impaired renal function
7. Severe hepatitis (hepatitis berat)

F. Perhatian

1. Monitoring janin amat penting, karena dapat terjadipenurunan rata-rata jantung


janin (fetal heart rate).
2. Keracunan (toxicity) magnesium pada ibu (maternal) dapatterjadi baik pada
ekstrak (infusion) kadar tinggi maupun rendah.
3. Magnesium dapat merubah konduksi jantung, memicu terjadinyaheart block pada
pasien yang diberi obat digitalis/stimulanjantung yang kuat.
4. Monitorlah rata-rata pernafasan (respiratory rate), refleks tendon dalam (deep
tendon reflex), dan fungsi ginjal (renal function)saat elektrolit
diberikan/diresepkan parenteral.
5. Berhati-hatilah saat memberikan magnesium karena dapatmenimbulkan hipertensi
yang signifikan atau asistol.
6. Jika overdosis, berikanlah calcium gluconate (10-20 mL IVdari 10% solution)
sebagai antidotum untuk hypermagnesemiayang signifikan secara klinis.
14
Penanganan ekspektatif tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur,
penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Upaya
diagnosis dilakukan secara non invasif. Pemantauan klinis dilakukan secara ketat dan
baik.

1. Perdarahan sedikit
2. Belum ada tanda-tanda persalinan
3. Keadaan umum baik, kadar Hb 8 gr% atau lebih.
Rencana Penanganan :
1. Istirahat baring mutlak.
2. Infus D 5% dan elektrolit
3. Spasmolitik. tokolitik, plasentotrofik, roboransia.
MgSO4 4 g IV dosis awal dilanjutkan 4 g setiap 6 jam
Nifedipin 3x20 mg/hari
Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin
4. Periksa Hb, HCT, COT, golongan darah.
5. Pemeriksaan USG.
6. Awasi perdarahan terus-menerus, tekanan darah, nadi dan denyut jantung janin.
7. Apabila ada tanda-tanda plasenta previa tergantung keadaan pasien ditunggu sampai
kehamilan 37 minggu selanjutnya penanganan secara aktif.

Penanganan aktif
Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak,
harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin.Cara
menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa
Kriteria
1. umur kehamilan >/ = 37 minggu, BB janin >/ = 2500 gram.
2. Perdarahan banyak 500 cc atau lebih.
3. Ada tanda-tanda persalinan.
4. Keadaan umum pasien tidak baik ibu anemis Hb < 8 gr%.
Untuk menentukan tindakan selanjutnya SC atau partus pervaginum, dilakukan
pemeriksaan dalam kamar operasi, infusi transfusi darah terpasang.

Seksio caesarea

15
Prinsiputamadalammelakukanseksiosesareaadalahuntukmenyelamatkanibu,
sehinggawalaupunjaninmeninggalatautakpunyaharapanuntukhidup,
tindakaninitetapdilakukan.

Tujuan seksio sesarea :


a. Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan
menghentikan perdarahan. Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak
vaskularisasi sehingga serviks uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan
mudah robek. Selain itu, bekas tempat implantasi plasenta sering menjadi sumber
perdarahan karena adanya vaskularisasi dan susunan serabut otot dengan korpus
uteri
b. Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks uteri, jika janin
dilahirkan pervaginam
Persiapan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu dan
perawatan lanjut pascabedah termasuk pemantauan perdarahan, infeksi, dan
keseimbangan cairan masuk-keluar.

Indikasi Seksio Sesarea :


1. Plasenta previa totalis.
2. Plasenta previa pada primigravida.
3. Plasenta previa janin letak lintang atau letak sungsang
4. Anak berharga dan fetal distres

5. Plasenta previa lateralis jika :


a. Pembukaan masih kecil dan perdarahan banyak.
b. Sebagian besar OUI ditutupi plasenta.
c. Plasenta terletak di sebelah belakang (posterior).
6. Profause bleeding, perdarahan sangat banyak dan mengalir dengan cepat.

Partus per vaginam


Dilakukan pada plasenta previa marginalis atau lateralis pada multipara dan anak
sudah meninggal atau prematur.
1. Jika pembukaan serviks sudah agak besar (4-5 cm), ketuban dipecah (amniotomi)
jika hid lemah, diberikan oksitosin drips.
16
2. Bila perdarahan masih terus berlangsung, dilakukan SC.
3. Tindakan versi Braxton-Hicks dengan pemberat untuk menghentikan perdarahan
(kompresi atau tamponade bokong dan kepala janin terhadap plasenta) hanya
dilakukan pada keadaan darurat, anak masih kecil atau sudah mati, dan tidak ada
fasilitas untuk melakukan operasi.

2.12 KOMPLlKASI
1. Perdarahan dan syok.
2. Infeksi.
3. Laserasi serviks.
4. Plasenta akreta.
5. Prematuritas atau lahir mati.
6. Prolaps tali pusar
7. Prolaps plasenta

2.13 PROGNOSIS
Dengan penanggulangan yang baik seharusnya kematian ibu karana plasenta
rendah sekali atau tak ada sama sekali. Sejak diperkenalkannya penanganan pasif pada
tahun 1945, kematian perinatal berangsur-angsur dapat diperbaiki. Walaupun demikian,
hingga kini kematian perinatal yang disebabkan prematuritas tetap memegang peranan
utama.

17
BAB III
PENUTUP

III.1 KESIMPULAN

Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen
bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum
(OUI) . Plasenta yang ada di depan jalan lahir. (prae = di depan, vias = jalan), jadi yang
di maksud adalah plasenta implantasinya tidak normal sehingga menutupi seluruh atau
sebahagian jalan lahir (Ostium Uteri Internium).
Dari semua plasenta previa, frekuensi plasenta previa total (complete) sebesar 20-
45%, plasenta previa parsial sekitar 30%, dan plasenta previa marginal sebesar 25-50%.
Mortalitas/Morbiditas

Etiologi

1. Perdarahan (hemorrhaging), jika berhubungan dengan kehamilan (labor), dapat


sekunder ke dilatasi serviks dan gangguan (disruption) implantasi plasenta dari
serviks dan segmen bawah rahim (lower uterine segment). Segmen bawah rahim
tidak mampu berkontraksi dan oleh karenanya tidak dapat menekan/mempersempit
(constrict) pembuluh darah di korpus uterus, menyebabkan perdarahan yang terus-
menerus.
2. Usia lebih dari 35 tahun
3. Multiparitas
4. Pengobatan infertilitas
5. Multiple gestation (larger surface area of the placenta)
6. Erythroblastosis
7. Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya (prior uterine surgery)
8. Keguguran berulang (recurrent abortions)
9. Status sosioekonomi yang rendah
10. Jarak antar kehamilan yang pendek (short interpregnancy interval)
11. Merokok
12. Penggunaan kokain

18
13. Penyebab lainnya termasuk pemeriksaan dengan jari (digital exam), abruption (pre-
eclampsia, hipertensi kronis, penggunaan kokain, dll) dan penyebab trauma lainnya
(seperti: trauma postcoital).

Beberapa klasifikasi plasenta previa:


a. Menurut de Snoo, berdasarkan pembukaan 4 -5 cm
1. Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 cm teraba plasenta
menutupi seluruh ostea.
2. Plasenta previa lateralis; bila mana pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan
ditutupi oleh plasenta, dibagi 2 :
2.1 Plasenta previa lateralis posterior; bila sebagian menutupi ostea bagian
belakang.
2.2 Plasenta previa lateralis anterior; bila sebagian menutupi ostea bagian depan.
2.3 Plasenta previa marginalis; bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostea yang
ditutupi plasenta.

b. Menurut penulis buku-buku Amerika Serikat :


1. Plasenta previa totalis ; seluruh ostea ditutupi uri.
2. Plasenta previa partialis ; sebagian ditutupi uri.
3. Plasenta letak rendah, pinggir plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir pembukaan
Pada periksa dalam tak teraba.

19
c. Menurut Browne:
1. Tingkat I, Lateral plasenta previa :
Pinggir bawah plasenta berinsersi sampai ke segmen bawah rahim, namun tidak
sampai ke pinggir pembukaan.
2. Tingkat II, Marginal plasenta previa:
Plasenta mencapai pinggir pembukaan (Ostea).

Ciri-ciri plasenta previa:

1. Perdarahan tanpa nyeri


2. Perdarahan berulang
3. Warna perdarahan merah segar
4. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah
5. Timbulnya perlahan-lahan
6. Waktu terjadinya saat hamil
7. His biasanya tidak ada
8. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
9. Denyut jantung janin ada
10. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
11. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul
12. Presentasi mungkin abnormal

Diagnosis

1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

1. Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak atau sedikit, darah beku
dan sebagainya
2. Kalau telah bwrdarah banyak maka ibu kelihatan anemis

Palpasi

1. Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah

20
2. Sering dijupai kesalahan letak janin
3. Bagian terbawah janin belum turun , apabila letak kepala, biasanya kepala masih
goyang atau terapung (floating) atau mengolak di atas pintu atas panggul
4. Bila cukup pengalaman, dapat dirasakan suatu bantalan pada segmen bawah rahim
terutama pada ibu yang kurus.

Pemeriksaan dalam sangat berbahaya sehingga kontraindikasi untuk dilakukan


kecuali fasilitas operasi segera tersedia.

3. Pemeriksaan Laboratorium dan Penunjang

a. USG
b. MRI

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Mochtar R, Sinopsis obstetri, Penerbit Buku Kedokteran EGC , Jilid I,Edisi 2,


Jakarta,1998.
2. Sastrawinata S. Ginekologi. 1989. Obstetri dan Ginekologi. Bandung: Fakultas
Kedokteran Universitas Padjajaran-Bandung Percetakan Elstar Offset.
3. http://irwanashari.blogspot.com/2008/01/plasenta-previa.html
4. http://www.litbang.com
5. http://adilla-itsme.blogspot.com/2009/02/plasenta-previa.html
6. images.arikbliz.multiply.multiplycontent.com
7. http://bidansherly.wordpress.com/2009/04/27/tentang-placenta-previa/
8. http://thedoctorwannabe.blogspot.com/2009/10/gambaran-klinik-plasenta-previa.html
9. http://www.klikdokter.com/illness/detail/128
10. http://tonang.staff.uns.ac.id/placenta-previa-plasenta-bisa-pindah/2006/04/12/
11. obstetri-tmhanafiah2.pdf,previa
12. www.nejm.com

22
STATUS PASIEN

Anamnesa Pribadi

Nama : Suriatri

Umur : 30 tahun

Pekerjaan : IRT

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia

Pendidikan : SMU

Alamat : Jln. Mt.Haryono Lingkungan III

Nama Suami : Irwansyah

Tgl. Masuk : 28-09-2012

Anamnesa Penyakit

KU : Pendarahan

Telaah : Os dating ke RSUD. DR.R.M. DJOELHAM dengan


keluhan keluar darah pada tanggal 28-09-2012 pada pukul 07.00 wib. Os juga
mengatakan sudah 3x ganti duk. Os juga mengatakan darah yang keluar berwarna merah
segar dan tidak ada terasa nyeri, mules (-).

Riwayat menstruasi sebelumnya :

 Menarche : 13 Tahun
 Siklus : 28 hari
 Banyak : 2 kali ganti duk
 Lamanya : 5 hari

23
Riwayat Paritas : Os mempunyai anak 1 orang umur 6 tahun, BB anak 3400
gr, dan penolong partus Bidan.

RPT :-

RPO :-

Pemeriksaan Fisik

Status Present

1. Keadaan Umum

Sensorium : Compos Mentis

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Respirasi Rate : 24 x/menit

Nadi : 88x/ menit

Suhu : 36,5 0C

2. Keadaan Penyakit

Anemia : (-)

Sianosis : (-)

Dyspnoe : (-)

Ikterus : (-)

Edema : (-)

24
Status Lokalisata

1. Kepala

Mata : Reflek pupil (+/+), conjungtiva palpebra inferior (-/-)

Telinga : dbn

Hidung : dbn

Leher : TVJ normal, pembesaran kelenjar getah bening (-/-)

2. Thorax

Inspeksi :Simetris

Palpasi : Sterm fremitus kanan dan kiri sama

Perkusi : Sonor dikedua lapangan paru

Auskultasi : Vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)

3. Abdomen

Inspeksi : Massa (-), striae gravidarum (+), bekas operasi (-)

Palpasi : Hati tidak teraba, Lien tidak teraba, nyeri tekan abdomen

(+)

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Peristaltik usus normal

4. Ekstremitas

Superior : dbn

Inferior : dbn

25
Status Obstetri dan Ginekologi

Gravidarum: 2, Partus: 1, Abortus: 0

HPHT : 22 – 12 -11

TTP : 29-09-12

TBBJ : 2790 gr

DJJ : 146 x/i

L1 : 31 cm, 2 jari di atas pusat

L2 : PUKA

L3 : LK

L4 : Masih jauh dari PAP

Inspeksi: Dalam batas normal

Palpasi : nyeri (-)

26
Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

Dilakukan pada tanggal 23/Juli/2012 (Setelah masuk RS)

 Darah rutin :

- Hb : 9,2 gr/dl N = (12-14 gr/dl)


- Leukosit : 7.300/ mm3 N = (4.000-12.000/mm3)
- Eritrosit : 4,00 106/ mm3 N = (4,00-5,10 x 106 / mm3)
- Trombosit : 40 x 104/ ul N = (150 – 450 x 104/ ul)

2. USG

Dilakukan pada tanggal 24 – 07 -2012 (sesudah masuk RS) dengan hasil


: Hamil 26 minggu + LK + Plasenta Previa Partialis

27
RESUME

Anamnesa Penyakit

KU : Pendarahan

Telaah : Os dating ke RSUD. DR.R.M. DJOELHAM dengan


keluhan keluar darah pada tanggal 23-07-2012 pada pukul 07.00 wib. Os juga
mengatakan sudah 3x ganti duk. Os juga mengatakan darah yang keluar berwarna merah
segar dan tidak ada terasa nyeri, mules (-).

Status Obstetri dan Ginekologi

Gravidarum: 2, Partus: 1, Abortus: 0

HPHT : 22 – 12 -11

TTP : 29-08-12

TBBJ : 2790 gr

DJJ : 146 x/ i

L1 : 31 cm, 2 jari di atas pusat

L2 : PUKA

L3 : LK

L4 : Masih jauh dari PAP

Inspeksi: Dalam batas normal

Palpasi : nyeri (-)

28
Pemeriksaan Penunjang

3. Laboratorium

Dilakukan pada tanggal 23/Juli/2012 (Setelah masuk RS)

 Darah rutin :

- Hb : 9,2 gr/dl N = (12-14 gr/dl)


- Leukosit : 7.300/ mm3 N = (4.000-12.000/mm3)
- Eritrosit : 4,00 106/ mm3 N = (4,00-5,10 x 106 / mm3)
- Trombosit : 40 x 104/ ul N = (150 – 450 x 104/ ul)

4. USG

Dilakukan pada tanggal 24 – 07 -2012 (sesudah masuk RS) dengan hasil


: Hamil 26 minggu + LK + Plasenta Previa Partialis

Diagnosa Banding

- Plasenta previa
- Solutio Plasenta

Diagnosa Kerja

Hamil (26 minggu) + LK +AH + JT + Placenta previa Partialis

Penatalaksanaan

- IVFD RL + Duvadilam 1 amp 20 gtt/i


- Cefotaxime 1 gr / 12 gr
- Kalnex 1amp/8 j
- Premaston 3x1

29
Laporan SC

- Pasien akan di anjurkan untuk SC jika kehamilannya dapat dipertahankan karena ini
merupakan placenta previa partialis yang tidak dapat dilahirkan pervaginam sebab
mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya pendarahan hebat.
- Kemudian sebelum dilakukan SC disarankan agar pasien melakukan transfusi darah
sampai Hb nya normal agar mempermudah tindakan SC.

Follow Up Tgl 23 / 7 /2012 Tgl 24 / 7 /2012


KU Anemis Baik
Kesadaran Compos Mentis Compos Mentis
Keluhan Lemas -
Vital Sign TD : 110 / 70 mm Hg TD : 120 / 80 mm Hg

Pulse : 82 x / i Pulse : 85 x / i

RR : 22 x/ i RR : 24 x / i

T : 36,7 OC T : 37OC
Terapi - IVFD RL + Duvadilam 1 amp 20 gtt/i - IVFD RL + Duvadilam 1
- Cefotaxime 1 gr / 12 gr amp 20 gtt/i
- Kalnex 1amp/8 j - Cefotaxime 1 gr / 12 gr
- Kalnex 1amp/8 j
-Premaston 3x1
-Premaston 3x1
Pemeriksaan - Hb : 9,2 gr/dl N - Hb : 9,2 gr/dl
= (12-14 gr/dl)
- Leukosit : 7.300/ mm3 - Leukosit : 7.500/

- Eritrosit : 4,00 106/ mm3 mm3

- Trombosit : 40 x 104/ ul - Eritrosit : 4,10 106/


mm3
- Trombosit : 40

30
x 104/ ul

Pasien PBJ pada tanggal 25 / 07 /2012 pada pukul 10.00 WIB dengan diberikan terapi :

31

You might also like