Professional Documents
Culture Documents
Abstract
The aim of this research was to study the potential of organic fertilizer in order to increase growth and yield of
Brassica juncea L. Research was conducted at Soil Laboratory of BPTP Malang and Perum Jasa Tirta Malang
in 2000. The experiment was divided into two stages, the first stage was the method to make organic fertilizer
and the second one was to test the response of Brassica juncea L. plant to the fertilizer. Factorial Randomized
Blok Design with three replications was applied with the following treatments: Eichornia crassipes; Eichornia
crassipes + Lumbricus rubellus; Eichornia crassipes + EM4; Eichornia crassipes + manure; Organic market
waste; Organic market waste + Lumbricus rubellus; Organic market waste + EM4; Organic market waste +
cow manure; Musa textillis Nee; Musa textillis Nee + Lumbricus rubellus; Musa textillis Nee + EM4; Musa
textillis Nee + cow manure. After the first experiment, all organic fertilizers were applied to Brassica juncea L.
planted in polybags. Research results showed i) the different decomposer resulted in different decomposition
speed and C/N of the product, ii) the application of organics market waste + Lumbricus rubellus had the best
growth of the plant.
Key word : Eichornia crassipes, organic waste, Lumbricus rubellus, EM4, Musa textillis Nee.
27
Pengaruh Empat Macam ... 27 – 34 (Eko Setiawan)
penelitian ini disusun dengan menggunakan berbeda nyata, yang paling tinggi suhunya adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan A2B3, sedangkan suhu terendah
ulangan. Penelitian terdiri dari perlakuan A1B1 adalah perlakuan A1B1, A1B4, dan A3B4. Pada
(Eichornia crassipes); A1B2 (Eichornia Minggu II suhu tertinggi pada perlakuan A2B4
crassipes + Lumbricus rubellus); A1B3 dan A3B2 sedangkan suhu terendah pada
(Eichornia crassipes + EM4); A1B4 (Eichornia perlakuan A1B2, A3B1, dan A3B3. Pada
crassipes + pupuk kandang); A2B1 (Limbah Minggu III suhu tertinggi pada perlakuan A2B4
pasar organik); A2B2 (Limbah pasar organik + dan terendah pada A2B1 dan A3B3. Pada
Lumbricus rubellus); A2B3 (Limbah pasar Minggu IV suhu tertinggi pada perlakuan A3B2.
organik + EM4); A2B4 (Limbah pasar organik + Pada Minggu V suhu tertinggi pada perlakuan
pupuk kandang); A3B1 (Musa textillis Nee); A3B2 dan terendah pada A1B4 dan A3B3. Pada
A3B2 (Musa textillis Nee + Lumbricus rubellus); Minggu VI suhu tertinggi pada perlakuan A3B1.
A3B3 (Musa textillis Nee + EM4); A3B4 (Musa Pada minggu VII suhu tertinggi pada perlakuan
textillis Nee + pupuk kandang). Analisis A1B1 dan A3B2.
kandungan bahan oganik dilakukan di Proses pengomposan akan segera
Laboratorium BPTP Malang. Pupuk organik berlansung setelah bahan-bahan mentah
tersebut dicampur dengan tanah dengan dicampur. Proses pengomposan secara sederhana
perbandingan 1:1 dimasukkan ke dalam polibag dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif
dan ditanami sawi (Brassica juncea L.). dan tahap pematangan. Hasil Analisis kandungan
Pengamatan meliputi pertumbuhan tanaman dan bahan organik disajikan pada Tabel 2. Selama
bobot kering. Data yang diperoleh dianalisis tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-
ragam dengan menggunakan uji F pada taraf 5% senyawa yang mudah terdegradasi akan segera
atau 1%, jika terdapat perbedaan yang nyata dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu
antar sektor percabangan, analisis dilanjutkan tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat.
dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan
pH kompos. Dari Tabel 2 diketahui bahwa N
HASIL DAN PEMBAHASAN total semua bahan organik tergolong tinggi yaitu
diatas 0.51. Dekomposis dengan menggunakan
Suhu
EM4 dan cacing Lumbricus rubellus lebih cepat
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
jika dibandingkan dengan penambahan pupuk
antara macam bahan organik dengan cara
kandang pada bahan organik. C/N rasio yang
dekomposisi yang berbeda memberikan interaksi
sudah tergolong rendah adalah perlakuan A2B2
terhadap suhu pelapukan (Tabel 1). Pada
(Limbah pasar organik + Lumbricus rubellus)
pengamatan Minggu I perbedaan antar perlakuan
28
EMBRYO VOL. 6 NO. 1 JUNI 2009 ISSN 0216-0188
Tabel 1. Suhu (oC) selama proses dekomposisi bahan organik menjadi pupuk organik.
Selama proses pengomposan akan terjadi dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi
penyusutan volume maupun biomassa bahan. temperatur akan semakin banyak konsumsi
Pengurangan ini dapat mencapai 30 – 40% dari oksigen dan akan semakin cepat pula proses
volume/bobot awal bahan. dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi
Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. dengan cepat pada tumpukan kompos.
Ada hubungan langsung antara peningkatan suhu Temperatur yang berkisar antara 30 - 60oC
29
Pengaruh Empat Macam ... 27 – 34 (Eko Setiawan)
menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. umur tanaman (Tabel 3). Pada umur 10 hst
o
Suhu yang lebih tinggi dari 60 C akan perbedaan antar perlakuan berbeda nyata, yang
membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba paling baik adalah perlakuan A1B2, A1B3,
thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. A2B2, A3B2 dan A3B3. Namun mulai
Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba- pengamatan 15 hst perbedaan antar perlakuan
mikroba patogen tanaman dan benih-benih sangat nyata. Pada umur 15 hst tinggi tanaman
gulma. tertinggi pada perlakuan A3B2 dan tanaman
terendah adalah A1B1, A3B1, dan A3B4. Pada
Tinggi Tanaman umur 20 hst tanaman tertinggi pada perlakuan
Hasil analisis ragam menunjukkan A2B2 dan terendah pada A3B3. Pada umur 25
interaksi yang nyata antara jenis bahan organik dan 30 hst tanaman tertinggi pada perlakuan
(A) dengan cara dekomposisi yang berbeda (B) A2B2 dan terendah pada A1B2.
terhadap parameter tinggi tanaman pada semua
30
EMBRYO VOL. 6 NO. 1 JUNI 2009 ISSN 0216-0188
31
Pengaruh Empat Macam ... 27 – 34 (Eko Setiawan)
sedangkan luas daun terendah pada perlakuan A1B4, dan A2B2, sedangkan luas daun terendah
A3B1. Pada umur 15 hst sampai 25 hst luas daun adalah perlakuan A1B2. Pada umur 35 hst luas
tertinggi adalah A2B2 sedangkan luas daun daun tertinggi pada perlakuan A1B4 dan A2B2
terendah pada perlakuan A1B2. Pada umur 30 sedangkan luas daun terendah pada perlakuan
hst luas daun tertinggi adalah perlakuan A1B3, A1B2.
Tabel 6. Rata-rata luas daun tanaman (Cm2) akibat penggunaan pupuk organik
Perlakuan Ra ta ‐ra ta Lua s Da un Ta na ma n (Cm2)
10 hs t 15 hs t 20 hs t 25 hs t 30 hs t 35 hs t
Enceng gondok –Kontrol A1B1 4.46 bc 60.18 b 177.21 a 247.88 c 461.90 c 670.23 d
Enceng gondok – Ca ci ng A1B2 5.80 cd 47.49 a 145.30 a 167.90 a 228.00 a 273.83 a
Enceng gondok – EM4 A1B3 9.27 e 97.34 d 197.52 bc 298.91 de 666.10 e 752.77 f
Enceng gondok – Pupuk A1B4 7.27 d 88.60 d 233.45 c 382.42 fg 747.10 e 1030.83 g
Li mba h Pa s a r ‐ kontrol A2B1 4.50 b 85.72 d 187.24 b 220.03 b 320.00 a b 503.65 b
Li mba h Pa s a r ‐ Ca ci ng A2B2 8.14 e 142.23 f 299.23 e 494.86 h 738.30 e 995.27 g
Li mba h Pa s a r ‐ EM4 A2B3 2.98 a 96.57 d 245.66 d 408.28 g 341.50 b 789.35 f
Li mba h Pa s a r ‐ Pupuk A2B4 5.13 c 82.70 cd 191.84 b 280.15 d 416.50 bc 673.32 d
Aba ca ‐ Kontrol A3B1 1.17 a 85.05 d 195.31 b 209.90 b 345.50 b 513.22 b
Aba ca ‐ Ca ci ng A3B2 9.39 e 124.97 e 279.75 d 324.03 e 644.80 de 736.10 ef
Aba ca ‐ EM4 A3B3 8.45 e 121.79 e 237.26 cd 320.14 e 506.80 c 688.52 d
Aba ca ‐ Pupuk ka nda ng A3B4 4.03 b 69.84 bc 178.19 a 221.67 bc 360.20 b 679.77 c
32
EMBRYO VOL. 6 NO. 1 JUNI 2009 ISSN 0216-0188
Tabel 7. Rata-rata berat Kering tanaman (gram) akibat penggunaan pupuk organik
33
Pengaruh Empat Macam ... 27 – 34 (Eko Setiawan)
34