You are on page 1of 8

EMBRYO VOL. 6 NO.

1 JUNI 2009 ISSN 0216-0188

PENGARUH EMPAT MACAM PUPUK ORGANIK TERHADAP


PERTUMBUHAN SAWI (BRASSICA JUNCEA L.) (THE EFFECTS OF
FOUR ORGANIC FERTILIZERS ON THE GROWTH OF BRASSICA
JUNCEA L.)

Eko Setiawan Dosen Jurusan Agroekoteknologi Universitas Trunojoyo

Abstract

The aim of this research was to study the potential of organic fertilizer in order to increase growth and yield of
Brassica juncea L. Research was conducted at Soil Laboratory of BPTP Malang and Perum Jasa Tirta Malang
in 2000. The experiment was divided into two stages, the first stage was the method to make organic fertilizer
and the second one was to test the response of Brassica juncea L. plant to the fertilizer. Factorial Randomized
Blok Design with three replications was applied with the following treatments: Eichornia crassipes; Eichornia
crassipes + Lumbricus rubellus; Eichornia crassipes + EM4; Eichornia crassipes + manure; Organic market
waste; Organic market waste + Lumbricus rubellus; Organic market waste + EM4; Organic market waste +
cow manure; Musa textillis Nee; Musa textillis Nee + Lumbricus rubellus; Musa textillis Nee + EM4; Musa
textillis Nee + cow manure. After the first experiment, all organic fertilizers were applied to Brassica juncea L.
planted in polybags. Research results showed i) the different decomposer resulted in different decomposition
speed and C/N of the product, ii) the application of organics market waste + Lumbricus rubellus had the best
growth of the plant.

Key word : Eichornia crassipes, organic waste, Lumbricus rubellus, EM4, Musa textillis Nee.

PENDAHULUAN untuk mencari teknologi pembuatan pupuk


organik dari beberapa limbah dan untuk
Penanganan sampah organik salah
mengetahui apakah pupuk organik dengan cara
satunya dengan memprosesnya menjadi pupuk
pembuatan dan sumber yang berbeda akan
organik. Penggunaan pupuk organik dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman sawi
mengurangi ketergantungan terhadap
(Brassica juncea L.). Hasil akhir dari
penggunaan pupuk kimia. Bahan organik dari
pengomposan ini merupakan bahan yang sangat
kegiatan pertanian di negara berkembang sangat
dibutuhkan untuk kepentingan tanah-tanah
melimpah, misalnya sekam, sisa-sisa tanaman,
pertanian di Indonesia, sebagai upaya untuk
sampah pasar dan lain sebagainya. Bahan
memperbaiki sifat kimia, fisika dan biologi
organik yang mudah didapat merupakan
tanah, sehingga produksi tanaman menjadi lebih
alternatif untuk meningkatkan kesuburan tanah
tinggi.
dan meningkatkan kesuburan tanah serta
meningkatkan efisiensi biaya. Penambahan
BAHAN DAN METODE
bahan organik ke dalam tanah sangat diperlukan
untuk kehidupan mikroorganisme di dalam tanah Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April
(Handajanti, 1999). Penelitian ini bertujuan 2000 di Perum Jasa Tirta, Malang. Rancangan

  27
Pengaruh Empat Macam ... 27 – 34 (Eko Setiawan)

penelitian ini disusun dengan menggunakan berbeda nyata, yang paling tinggi suhunya adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan A2B3, sedangkan suhu terendah
ulangan. Penelitian terdiri dari perlakuan A1B1 adalah perlakuan A1B1, A1B4, dan A3B4. Pada
(Eichornia crassipes); A1B2 (Eichornia Minggu II suhu tertinggi pada perlakuan A2B4
crassipes + Lumbricus rubellus); A1B3 dan A3B2 sedangkan suhu terendah pada
(Eichornia crassipes + EM4); A1B4 (Eichornia perlakuan A1B2, A3B1, dan A3B3. Pada
crassipes + pupuk kandang); A2B1 (Limbah Minggu III suhu tertinggi pada perlakuan A2B4
pasar organik); A2B2 (Limbah pasar organik + dan terendah pada A2B1 dan A3B3. Pada
Lumbricus rubellus); A2B3 (Limbah pasar Minggu IV suhu tertinggi pada perlakuan A3B2.
organik + EM4); A2B4 (Limbah pasar organik + Pada Minggu V suhu tertinggi pada perlakuan
pupuk kandang); A3B1 (Musa textillis Nee); A3B2 dan terendah pada A1B4 dan A3B3. Pada
A3B2 (Musa textillis Nee + Lumbricus rubellus); Minggu VI suhu tertinggi pada perlakuan A3B1.
A3B3 (Musa textillis Nee + EM4); A3B4 (Musa Pada minggu VII suhu tertinggi pada perlakuan
textillis Nee + pupuk kandang). Analisis A1B1 dan A3B2.
kandungan bahan oganik dilakukan di Proses pengomposan akan segera
Laboratorium BPTP Malang. Pupuk organik berlansung setelah bahan-bahan mentah
tersebut dicampur dengan tanah dengan dicampur. Proses pengomposan secara sederhana
perbandingan 1:1 dimasukkan ke dalam polibag dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif
dan ditanami sawi (Brassica juncea L.). dan tahap pematangan. Hasil Analisis kandungan
Pengamatan meliputi pertumbuhan tanaman dan bahan organik disajikan pada Tabel 2. Selama
bobot kering. Data yang diperoleh dianalisis tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-
ragam dengan menggunakan uji F pada taraf 5% senyawa yang mudah terdegradasi akan segera
atau 1%, jika terdapat perbedaan yang nyata dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu
antar sektor percabangan, analisis dilanjutkan tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat.
dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan
pH kompos. Dari Tabel 2 diketahui bahwa N
HASIL DAN PEMBAHASAN total semua bahan organik tergolong tinggi yaitu
diatas 0.51. Dekomposis dengan menggunakan
Suhu
EM4 dan cacing Lumbricus rubellus lebih cepat
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
jika dibandingkan dengan penambahan pupuk
antara macam bahan organik dengan cara
kandang pada bahan organik. C/N rasio yang
dekomposisi yang berbeda memberikan interaksi
sudah tergolong rendah adalah perlakuan A2B2
terhadap suhu pelapukan (Tabel 1). Pada
(Limbah pasar organik + Lumbricus rubellus)
pengamatan Minggu I perbedaan antar perlakuan

  28
EMBRYO VOL. 6 NO. 1 JUNI 2009 ISSN 0216-0188

Tabel 1. Suhu (oC) selama proses dekomposisi bahan organik menjadi pupuk organik.

Suhu  ba ha n orga ni k (dera ja t Cel ci us )


Perlakuan
Mi nggu I Mi nggu II Mi nggu III Mi nggu IV Mi nggu V Mi nggu VI Mi nggu VII
Enceng gondok –Kontrol A1B1 28.00 a 27.33 b 26.67 cd 25.67 bc 25.67 bc 25.67 cd 25.67 c
Enceng gondok – Cacing A1B2 28.33 a b 26.00 a 26.00 b 25.67 bc 25.00 a b 24.33 a 24.33 a
Enceng gondok – EM4 A1B3 28.33 a b 26.67 a b 26.00 b 25.00 a 25.00 a b 25.00 b 25.00 bc
Enceng gondok – Pupuk  A1B4 27.67 a 26.67 a b 25.67 a b 25.00 a 24.33 a 24.00 a 24.00 a
Limbah Pasar ‐ kontrol A2B1 28.33 a b 27.67 bc 25.55 a 23.33 bc 25.00 a b 25.00 b 25.00 bc
Limbah Pasar ‐ Cacing A2B2 29.33 bc 27.00 b 26.33 bc 25.67 bc 25.33 b 25.00 b 24.67 b
Limbah Pasar ‐ EM4 A2B3 33.67 d 26.67 a b 26.67 cd 25.67 bc 25.33 b 25.33 bc 25.00 bc
Limbah Pasar ‐ Pupuk  A2B4 29.33 bc 28.33 c 27.67 e 25.67 bc 25.00 a b 25.00 b 25.00 bc
Abaca ‐ Kontrol A3B1 27.33 a 26.33 a 26.00 b 26.00 cd 26.00 cd 26.00 d 25.00 bc
Abaca ‐ Cacing A3B2 29.33 bc 28.67 c 27.33 de 27.00 d 26.67 d 25.33 bc 25.33 c
Abaca ‐ EM4 A3B3 30.67 c 25.67 a 25.00 a 24.33 a 24.33 a 24.00 a 24.00 a
Abaca ‐ Pupuk kandang A3B4 28.00 a 27.33 b 25.67 a b 25.33 bc 25.00 a b 25.00 b 25.00 bc

Tabel 2. Hasil analisis laboratorium pupuk organik dari berbagai perlakuan


Hasil Analisis Laboratorium Tanah Lama Dekomposisi 
Perlakuan
pH  % C Organik N Total C/N Rasio (minggu)
Enceng gondok –Kontrol A1B1 7.28 16.20 0.90 18.00 14
Enceng gondok – Cacing A1B2 6.80 16.10 1.10 14.64 14
Enceng gondok – EM4 A1B3 6.80 12.10 0.76 15.92 5
Enceng gondok – Pupuk kandang A1B4 7.18 11.80 0.92 12.87 6
Limbah Pasar ‐ kontrol A2B1 6.80 14.40 2.84 17.14 14
Limbah Pasar ‐ Cacing A2B2 6.81 8.00 1.00 8.00 5
Limbah Pasar ‐ EM4 A2B3 6.64 8.50 0.58 14.66 3
Limbah Pasar ‐ Pupuk kandang A2B4 6.70 13.00 0.70 18.57 14
Abaca ‐ Kontrol A3B1 6.72 14.40 0.71 20.28 14
Abaca ‐ Cacing A3B2 6.70 10.40 0.66 15.76 4
Abaca ‐ EM4 A3B3 6.72 12.90 0.68 18.97 3
Abaca ‐ Pupuk kandang A3B4 6.74 13.80 0.67 20.60 14
Keterangan
Rendah sekali : < 4.1 < 1 <0.10 < 5.0
Rendah  : 4.0 ‐ 5.5 1.1 ‐2.0 0.11 ‐ 0.20 5.0 ‐ 10.0
Sedang : 5.6 ‐ 7.5 2.1 ‐ 3.0 0.21 ‐ 0.50 11.0 ‐ 15.0
Tinggi : 7.5 ‐ 8.0 3.1 ‐ 5.0 0.51 ‐ 0.75 16.0 ‐20.0
Tinggi sekali : > 8.0 > 5.0 > 0.75 >20

Selama proses pengomposan akan terjadi dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi
penyusutan volume maupun biomassa bahan. temperatur akan semakin banyak konsumsi
Pengurangan ini dapat mencapai 30 – 40% dari oksigen dan akan semakin cepat pula proses
volume/bobot awal bahan. dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi
Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. dengan cepat pada tumpukan kompos.
Ada hubungan langsung antara peningkatan suhu Temperatur yang berkisar antara 30 - 60oC

  29
Pengaruh Empat Macam ... 27 – 34 (Eko Setiawan)

menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. umur tanaman (Tabel 3). Pada umur 10 hst
o
Suhu yang lebih tinggi dari 60 C akan perbedaan antar perlakuan berbeda nyata, yang
membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba paling baik adalah perlakuan A1B2, A1B3,
thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. A2B2, A3B2 dan A3B3. Namun mulai
Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba- pengamatan 15 hst perbedaan antar perlakuan
mikroba patogen tanaman dan benih-benih sangat nyata. Pada umur 15 hst tinggi tanaman
gulma. tertinggi pada perlakuan A3B2 dan tanaman
terendah adalah A1B1, A3B1, dan A3B4. Pada
Tinggi Tanaman umur 20 hst tanaman tertinggi pada perlakuan
Hasil analisis ragam menunjukkan A2B2 dan terendah pada A3B3. Pada umur 25
interaksi yang nyata antara jenis bahan organik dan 30 hst tanaman tertinggi pada perlakuan
(A) dengan cara dekomposisi yang berbeda (B) A2B2 dan terendah pada A1B2.
terhadap parameter tinggi tanaman pada semua

Tabel 3. Rata-rata tinggi tanaman (Cm) akibat penggunaan pupuk organik


Ra ta ‐ra ta  Ti nggi  Ta na ma n (Cm)
Perlakuan
10 hs t 15 hs t 20 hs t 25 hs t 30 hs t 35 hs t
Ence ng gondok –Kontrol A1B1 7.83 a 16.17 a 22.33 bc 23.43 b 25.17 c 27.50 cd
Ence ng gondok – Ca ci ng A1B2 8.00 b 17.00 a b 21.67 b 22.50 a 23.00 a 23.33 a
Ence ng gondok – EM4 A1B3 8.00 b 18.00 bc 22.17 b 24.97 d 28.17 fg 30.17 e
Ence ng gondok – Pupuk  A1B4 7.17 a 19.00 cd 24.17 cd 26.17 e 27.33 e 34.50 h
Li mba h Pa s a r ‐ kontrol A2B1 7.33 a 18.33 c 22.17 b 24.50 cd 26.50 d 27.33 c
Li mba h Pa s a r ‐ Ca ci ng A2B2 8.50 b 20.33 de 25.67 d 27.33 f 30.17 h 33.50 g
Li mba h Pa s a r ‐ EM4 A2B3 7.00 a 18.33 c 22.33 bc 26.67 ef 28.33 g 31.67 f
Li mba h Pa s a r ‐ Pupuk  A2B4 7.17 a 17.33 b 20.17 a b 25.00 de 26.50 d 27.17 c
Aba ca  ‐ Kontrol A3B1 7.00 a 16.67 a 22.33 bc 24.50 cd 26.83 de 28.33 d
Aba ca  ‐ Ca ci ng A3B2 8.67 b 20.67 e 24.33 c 26.17 e 28.83 g 31.00 e f
Aba ca  ‐ EM4 A3B3 8.50 b 18.67 c 23.67 c 25.00 de 26.83 de 28.17 d
Aba ca  ‐ Pupuk ka nda ng A3B4 7.52 a 16.50 a 20.00 a 23.67 bc 24.00 b 25.50 b

Jumlah Daun terdapat interaksi antara macam bahan organik


Hasil analisis ragam menunjukkan dengan cara dekomposisi. Pada 25 hst, jumlah
terdapat interaksi yang sangat nyata antara daun terbanyak pada perlakuan A1B4, A2B2,
macam bahan organik (A) dengan cara A2B3, A3B2, dan A3B3, sedangkan yang
dekomposisi yang berbeda (B) terhadap terendah adalah perlakuan A1B2. Pada umur 30
parameter jumlah daun pada umur pengamatan hst jumlah daun terbanyak pada perlakuan A1B4
10 hst, 25 hst, 30 hst, 35 hst (Tabel 4). Tanaman dan A2B2, sedang yang terendah adalah
pada umur 10 hst jumlah daun antar perlakuan perlakuan A1B2. Pada umur 35 hst daun
berbeda nyata, terbanyak pada perlakuan A1B3, terbanyak pada perlakuan A1B4 dan yang
A2B1, dan A3B2. Pada umur 15 hst tidak terendah adalah perlakuan A1B2.

  30
EMBRYO VOL. 6 NO. 1 JUNI 2009 ISSN 0216-0188

Tabel 4. Rata-rata jumlah daun akibat penggunaan pupuk organik


Rata‐rata Jumlah Daun (helai)
Perlakuan
10 hst 20 hst 25 hst 30 hst 35 hst
Enceng gondok – Kontrol A1B1 3.33 a 5.83 a 6.33 ab 7.50 bc 8.00 b
Enceng gondok – Cacing A1B2 3.67 ab 6.00 ab 6.00 a 6.00 a 6.33 a
Enceng gondok – EM4 A1B3 4.00 b 5.67 a 7.00 b 8.50 de 10.33 e
Enceng gondok – Pupuk  A1B4 3.67 ab 5.83 a 8.00 c 9.67 f 11.00 f
Limbah Pasar ‐ kontrol A2B1 3.83 b 6.00 ab 6.33 ab 7.17 b 8.00 b
Limbah Pasar ‐ Cacing A2B2 3.33 a 6.67 b 7.67 c 9.33 f 10.50 ef
Limbah Pasar ‐ EM4 A2B3 3.00 a 6.67 b 7.33 c 8.17 cd 9.67 de
Limbah Pasar ‐ Pupuk  A2B4 3.00 a 5.17 a 7.17 bc 8.00 c 9.33 de
Abaca ‐ Kontrol A3B1 3.00 a 5.50 a 7.00 b 8.00 c 8.83 cd
Abaca ‐ Cacing A3B2 4.00 b 6.0 ab 7.50 c 9.00 f 10.00 e
Abaca ‐ EM4 A3B3 3.67 ab 6.17 b 7.33 c 8.17 cd 9.00 d
Abaca ‐ Pupuk kandang A3B4 3.33 a 5.17 a 6.33 ab 7.17 b 7.50 b

Berat Basah berat basah yang tertinggi pada perlakuan A1B3


Hasil analisis ragam menunjukkan dan A3B2. Pada umur 15 hst sampai 25 hst berat
interaksi yang sangat nyata antara macam bahan basah tertinggi adalah A2B2. Pada umur 30 hst
organik (A) dengan cara dekomposisi yang dan 35 hst berat basah tertinggi pada perlakuan
berbeda (B) terhadap parameter berat basah pada A2B2 sedangkan berat basah terendah pada
semua umur pengamatan (Tabel 5). Pada 10 hst perlakuan A1B2.

Tabel 5. Rata-rata berat basah (gram) akibat penggunaan pupuk organik


Ra ta ‐ra ta  Bera t Ba s a h (gra m)
Perlakuan
10 hs t 15 hs t 20 hs t 25 hs t 30 hs t 35 hs t
Enceng gondok –Kontrol A1B1 0.86 a 3.74 a 10.28 a 23.40 c 44.49 b 50.12 b
Enceng gondok – Ca ci ng A1B2 0.95 b 3.63 a 9.98 a 15.83 a 27.38 a 38.90 a
Enceng gondok – EM4 A1B3 1.29 e 5.97 cd 10.86 a 29.33 f 58.60 ef 69.16 e
Enceng gondok – Pupuk  A1B4 0.96 bc 5.94 c 14.64 b 30.21 g 69.99 k 82.84 h
Li mba h Pa s a r ‐ kontrol A2B1 0.83 a 5.35 b 10.85 a 21.62 b 45.87 c 54.57 c
Li mba h Pa s a r ‐ Ca ci ng A2B2 1.25 de 8.84 g 19.09 e 35.14 j 66.48 j 79.73 g
Li mba h Pa s a r ‐ EM4 A2B3 0.85 a 7.09 e 15.96 c 34.01 i 61.47 g 75.80 f
Li mba h Pa s a r ‐ Pupuk  A2B4 0.90 a b 4.56 b 10.24 a 25.73 d 58.82 f 65.33 d
Aba ca  ‐ Kontrol A3B1 0.78 a 5.08 b 10.80 a 26.35 d 48.69 d 52.99 c
Aba ca  ‐ Ca ci ng A3B2 1.28 e 7.56 f 16.95 d 32.74 h 62.58 h 74.36 f
Aba ca  ‐ EM4 A3B3 1.09 cd 6.54 de 14.90 b 33.66 h 65.76 l 75.20 f
Aba ca  ‐ Pupuk ka nda ng A3B4 0.88 a 5.40 bc 10.66 a 28.27 e 58.00 e 69.64 e

Luas Daun berbeda (B) terhadap parameter luas daun


Hasil analisis ragam menunjukkan tanaman pada semua umur pengamatan (Tabel
interaksi yang sangat nyata antara macam bahan 6). Pada umur 10 hst luas daun tertinggi adalah
organik (A) dengan cara dekomposisi yang perlakuan A1B3, A2B2, A3B2, dan A3B3,

  31
Pengaruh Empat Macam ... 27 – 34 (Eko Setiawan)

sedangkan luas daun terendah pada perlakuan A1B4, dan A2B2, sedangkan luas daun terendah
A3B1. Pada umur 15 hst sampai 25 hst luas daun adalah perlakuan A1B2. Pada umur 35 hst luas
tertinggi adalah A2B2 sedangkan luas daun daun tertinggi pada perlakuan A1B4 dan A2B2
terendah pada perlakuan A1B2. Pada umur 30 sedangkan luas daun terendah pada perlakuan
hst luas daun tertinggi adalah perlakuan A1B3, A1B2.

Tabel 6. Rata-rata luas daun tanaman (Cm2) akibat penggunaan pupuk organik
Perlakuan Ra ta ‐ra ta  Lua s  Da un Ta na ma n (Cm2) 
10 hs t 15 hs t 20 hs t 25 hs t 30 hs t 35 hs t
Enceng gondok –Kontrol A1B1 4.46 bc 60.18 b 177.21 a 247.88 c 461.90 c 670.23 d
Enceng gondok – Ca ci ng A1B2 5.80 cd 47.49 a 145.30 a 167.90 a 228.00 a 273.83 a
Enceng gondok – EM4 A1B3 9.27 e 97.34 d 197.52 bc 298.91 de 666.10 e 752.77 f
Enceng gondok – Pupuk  A1B4 7.27 d 88.60 d 233.45 c 382.42 fg 747.10 e 1030.83 g
Li mba h Pa s a r ‐ kontrol A2B1 4.50 b 85.72 d 187.24 b 220.03 b 320.00 a b 503.65 b
Li mba h Pa s a r ‐ Ca ci ng A2B2 8.14 e 142.23 f 299.23 e 494.86 h 738.30 e 995.27 g
Li mba h Pa s a r ‐ EM4 A2B3 2.98 a 96.57 d 245.66 d 408.28 g 341.50 b 789.35 f
Li mba h Pa s a r ‐ Pupuk  A2B4 5.13 c 82.70 cd 191.84 b 280.15 d 416.50 bc 673.32 d
Aba ca  ‐ Kontrol A3B1 1.17 a 85.05 d 195.31 b 209.90 b 345.50 b 513.22 b
Aba ca  ‐ Ca ci ng A3B2 9.39 e 124.97 e 279.75 d 324.03 e 644.80 de 736.10 ef
Aba ca  ‐ EM4 A3B3 8.45 e 121.79 e 237.26 cd 320.14 e 506.80 c 688.52 d
Aba ca  ‐ Pupuk ka nda ng A3B4 4.03 b 69.84 bc 178.19 a 221.67 bc 360.20 b 679.77 c

Berat Kering pada perlakuan A1B1. Pada umur 20 hst berat


Hasil analisis ragam menunjukkan kering tertinggi pada perlakuan A2B2 dan yang
interaksi yang sangat nyata antara macam bahan terendah A2B4, A3B1, dan A3B4. Pada umur 25
organik (A) dengan cara dekomposisi yang hst berat kering tertinggi adalah A1B4 dan
berbeda (B) terhadap parameter berat kering A2B2, sedangkan berat kering terendah adalah
tanaman (gram) pada semua umur pengamatan perlakuan A1B2, A3B1, dan A3B4. Pada umur
kecuali umur 10 hst (Tabel 7). Pada umur 10 hst 30 hst dan 35 hst berat kering tertinggi adalah
berat kering yang tertinggi pada perlakuan A2B2, perlakuan A2B2, sedangkan berat kering
dan A3B2. Pada umur 15 hst berat kering terendah adalah perlakuan A1B2.
tertinggi pada perlakuan A2B2 dan terendah

  32
EMBRYO VOL. 6 NO. 1 JUNI 2009 ISSN 0216-0188

Tabel 7. Rata-rata berat Kering tanaman (gram) akibat penggunaan pupuk organik

Ra ta ‐ra ta  Bera t Keri ng Ta na ma n (gra m)


Perlakuan
10 hs t 15 hs t 20 hs t 25 hs t 30 hs t 35 hs t
Enceng gondok –Kontrol A1B1 0.11 b 0.52 a 2.37 b 4.84 bc 6.26 c 10.15 d
Enceng gondok – Ca ci ng A1B2 0.12 bc 0.86 b 2.51 bc 3.61 a 4.27 a 5.61 a
Enceng gondok – EM4 A1B3 0.13 c 0.93 b 2.42 b 4.66 b 12.09 g 14.50 g
Enceng gondok – Pupuk  A1B4 0.11 b 1.20 d 2.95 de 6.67 e 13.75 h 14.99 h
Li mba h Pa s a r ‐ kontrol A2B1 0.09 a b 0.97 bc 2.30 a b 4.45 b 5.27 b 10.35 d
Li mba h Pa s a r ‐ Ca ci ng A2B2 0.12 bc 1.65 f 4.17 f 6.89 e 14.48 l 16.20 j
Li mba h Pa s a r ‐ EM4 A2B3 0.08 a 1.15 cd 3.26 e 4.77 b 9.57 e 13.98 f
Li mba h Pa s a r ‐ Pupuk  A2B4 0.10 b 0.95 b 2.07 a 4.49 b 7.85 d 13.14 e
Aba ca  ‐ Kontrol A3B1 0.06 a 0.92 b 1.93 a 3.25 a 6.51 c 9.13 b
Aba ca  ‐ Ca ci ng A3B2 0.13 c 1.43 e 3.28 e 5.25 cd 10.85 f 14.38 g
Aba ca  ‐ EM4 A3B3 0.11 b 1.25 d 2.82 cd 5.35 d 10.54 f 15.72 l
Aba ca  ‐ Pupuk ka nda ng A3B4 0.10 b 0.94 b 2.21 a 3.54 a 6.45 c 9.56 c

PEMBAHASAN dan gas-gas lainnya dapat diketahui dengan


adanya bau busuk yang menyengat hidung.
Jumlah karbon dalam bahan organik
Menurut Crawford (2003) kompos
segar sangat banyak, sedangkan jumlah nitrogen
didefinisikan sebagai berikut: kompos adalah
relatif sedikit. Dengan demikian nisbah C dan N
hasil dekomposisi parsial/tidak lengkap,
tinggi. Nisbah karbon dan nitrogen mempunyai
dipercepat secara artifisial dari campuran bahan-
arti penting bagi tanah, yaitu adanya persaingan
bahan organik oleh pupulasi berbagai macam
bila bahan organik mempunyai C/N rasio tinggi.
mikroba dalam konsisi lingkungan yang hangat,
Bila bahan oganik dengan C/N rasio tinggi
lembab, dan aerobik.
dimasukkan ke dalam tanah, maka nitrat dalam
Laju dekomposisi C-organik akan
tanah akan tidak tersedia karena perkembangan
meningkat pada tahap awal proses dekomposisi
jasad mikro membutuhkan banyak membutuhkan
dan kemudian cenderung menurun dengan waktu
nitrogen untuk pembentukan dirinya
dikarenakan pada tahap akhir kandungan C-
(perkembangbiakan).
organik yang tinggal relatif resisten terhadap
Adanya panas/sumber energi dalam
proses dekomposisi. Setelah energi yang ada
bahan organik dapat dilihat dengan adanya
dalam bahan organik (makanan pengurai) habis,
perubahan suhu yang diamati setiap minggu.
maka suhu akan konstan. Kegiatan pengurai
Tinggi rendahnya suhu dipengaruhi oleh
berkurang dan banyaknya (jumlah pengurai)
jumlah/banyaknya baha. Semakin banyak bahan
kembali sedikit seperti semula karena banyak
organik maka energi yang tersimpan/tersedia
yang mati (energi atau makanan tidak cukup).
semakin tinggi. Penurunan suhu bahan organik
Pada perlakuan cacing Lumbricus rubellus L.,
merupakan indikator adanya perombakan atau
habisnya energi (makanan) menyebabkan banyak
dekomposisi bahan organik dan hilanya energi
cacing Lumbricus rubellus L. lari atau hilang dari
atau panas dari bahan organik. Pembebasan CO2
tempatnya dan pindah ke tempat lain. Wiryono

  33
Pengaruh Empat Macam ... 27 – 34 (Eko Setiawan)

(2006), melaporkan bahwa pemberian seresah 2. Terdapat interaksi antara pemberian


dan cacing telah meningkatkan kesuburan tanah pupuk organik dari bahan serta teknik
secara menyeluruh. Peningkatan kesuburan tanah pembuatan terhadap pertumbuhan
ini tercermin pada pertumbuhan tanaman, yaitu tanaman sawi.
diameter, tinggi, dan berat. Diduga fermikompos 3. Limbah pasar organik dan Abaca
mengalami dekomposisi lanjutan sehingga hara- terdekomposisi dengan baik oleh cacing
hara yang dikandungnya terbebaskan (Bertham, dan EM4.
2002). 4. Enceng gondok terdekomposisi secara
Transformasi dari residu organik baik dengan menggunakan pupuk
menjadi bahan organik yang stabil (humus) atau kandang sapi dan EM4.
disebut pupuk organik akan memberikan 5. Perlakuan limbah pasar organik + cacing
hubungan yang konsisten antara C dan N. Hal Lumbricus rubellus L. memberikan
tersebut menunjukkan proses dekomposisi telah pengaruh positif terhadap pertumbuhan
berlangsung sempurna dan hasil dekomposisi tanaman sawi pada semua parameter dan
tersebut (pupuk organik) dapat dipakai sebagai semua umur pengamatan.
pupuk organik alternatif yang ditunjukkan
dengan nisbah C/N tanah yaitu 10-12. DAFTAR PUSTAKA
Untuk mengetahui pengaruh dari
perlakuan macam pupuk organik pada tanaman Bertham, Y.H. 2002. Potensi Pupuk Hayati
dalam peningkatan Produktivitas Kacang
sawi maka dapat diamati beberapa parameter
Tanah dan Jedelai pada Tanah Seri
seperti tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, Kandanglimun Bengkulu. Jurnal Ilmu-
ilmu Pertanian Indonesia. Vol 4 (1) : 18-
berat basah dan berat kering. Tanaman yang
26.
tercukupi kebutuhan unsur haranya akan
Crawford. J.H. . Composting of Agricultural
tumbuhbaik. Hal tersebut dibuktikan dengan
Waste. in Biotechnology Applications
pertambahan tinggi tanaman, pertambahan and Research, Paul N, Cheremisinoff and
R. P.Ouellette (ed). p. 68-77.
biomasa tanaman. Luas dau sangat berhubungan
erat dengan fotosintesis tanaman yang akan Handajani, T. 1999. Mengenal Teknologi
Mikroorganisme Efektif. BLPP
disimpan dan dapat dilihat hasilnya dengan
Ketindan. Malang
pertambahan berat basah dan berat kering
Wiryono. 2006. Pengaruh Pemberian Seresah
tanaman.
dan Cacing Tanah Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Lamtoro
KESIMPULAN (Leucaena leucocephala Lam De Wit)
dan Turi (Sesbania grandiflora) pada
Media Tanam Tanah Bekas
1. Pada teknik pembuatan pupuk organik,
Penambangan Batu Bara. . Jurnal Ilmu-
waktu atau lama dekomposisi ilmu Pertanian Indonesia. Vol 8 (1) : 50-
55.
dipengaruhi oleh jenis mikroorganisme
pengurai.

  34

You might also like