You are on page 1of 7

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH

A. Topik
Pencegahan Demam Berdarah

B. Sasaran
1. Sasaran Penyuluhan : Klien dan keluarga

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit klien dan keluarga diharapkan mampu
memahami tentang Pencegahan Demam Berdarah.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan klien mampu:
a. Menjelaskan pengertian Demam Berdarah
b. Menyebutkan etiologi Demam Berdarah
c. Menyebutkan manifestasi klinik Demam Berdarah
d. Menyebutkan penatalaksanaan Demam Berdarah
e. Mengetahui cara Pencegahan Demam Berdarah

D. Materi
Materi penyuluhan yang akan diberikan meliputi :
1. Pengertian Demam Berdarah
2. Etiologi Demam Berdarah
3. Manifestasi klinik Demam Berdarah
4. Penatalaksaan Demam Berdarah
5. Pencegahan Demam Berdarah

E. Metode
Ceramah dan Tanya Jawab

1
F. Media
Media yang digunakan untuk penyuluhan, adalah : Lembar Flipchart dan Leaflet.

G. Waktu Pelaksanaan
1. Hari / Tanggal : Sabtu, 12 Maret 2016
2. Jam : 10.00 WIB
3. Alokasi Waktu : 30 menit
N Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
o
1. 5 menit Pembukaan :
Salam pembuka
1. Memperkenalkan diri, menjelaskan topik Mendengarkan dan
penyuluhan dan tujuan penyuluhan. memperhatikan.
2. Menggali pengetahuan tentang pengertian, Menjawab pertanyaan
etiologi, dan manifestasi klinik Demam yang diajukan oleh
Berdarah, serta cara pencegahannya. penyaji.

2. 15 menit Penyajian :
Menjelaskan materi tentang :
1. Pengertian, etiologi, manifestasi klinik Mendengarkan dan
Demam Berdarah memperhatikan.
2. Penatalaksanaan dan Pencegahan Demam
Berdarah Mengajukan pertanyaan
3. Memberi kesempatan untuk bertanya. bila kurang mengerti.
4. Menjawab pertanyaan. Mendengarkan dan
memperhatikan.
3. 10 menit Penutup :
1. Melakukan evaluasi dengan memberikan Menjawab pertanyaan
pertanyaan.
2. Menyimpulkan materi yang telah
disampaikan. Mengajukan pertanyaan
3. Memberi kesempatan kepada peserta untuk
bertanya kembali jika kurang jelas.

2
4. Mengucapkan salam penutup.
H. Tempat Pelaksanaan
1. Tempat
Ruangan Anggrek RSUD Ibnu Sina Gresik
2. Setting Ruangan
a. Moderator
b. Penyaji
c. Observer
d. Fasilitator
e. Pasien / Keluarga

B B

C
E E
D E D

I. Evaluasi
Pasien / keluarga yang dapat menyebutkan pengertian, etiologi, manifestasi,
penatalaksanaan dan pencegahan Demam Berdarah
 Baik : 100 %
 Sedang : 60 % - 90 %
 Kurang : < 50 %

3
ISI MATERI

A. Definisi
DHF (Dengue Haemoragic fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (betina). (Christantie Effendy, 1995).
DHF adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala
utama demam, nyeri otot, nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis
virus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (betina)
(Soeparma,1990)
DHF adalah suatu penyakit akut yang di sebabkan oleh virus yang di tularkan oleh
nyamuk aedes aegypti (seoparma 1996).
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue
hemorahagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis
virus yang tergolong abovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama
demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.

B. Etiologi
Virus dengue tergolong dalam famili/suku/grup flaviviridae dan dikenal ada 4
serotipe. Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke-III,
sedangkan dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953 – 1954.
Virus dengue berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi
oleh dietileter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 70 0 C. Dengue merupakan
serotype yang paling banyak beredar.

C. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan masa
inkubasi anatara 13 – 15 hari, tetapi rata-rata 5 – 8 hari. Gejala klinik timbul secara
mendadak berupa suhu tinggi, nyeri pada otot dan tulang, mual, kadang-kadang muntah
dan batuk ringan. Sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat pada daerah supra orbital

4
dan retroorbital. Nyeri di bagian otot terutama dirasakan bila otot perut ditekan. Sekitar
mata mungkin ditemukan pembengkakan, lakrimasi, fotofobia, otot-otot sekitar mata
terasa pegal.
Eksantem yang klasik ditemukan dalam 2 fase, mula-mula pada awal demam (6 –
12 jam sebelum suhu naik pertama kali), terlihat jelas di muka dan dada yang
berlangsung selama beberapa jam dan biasanya tidak diperhatikan oleh pasien.
Ruam berikutnya mulai antara hari 3 – 6, mula – mula berbentuk makula besar yang
kemudian bersatu mencuat kembali, serta kemudian timbul bercak-bercak petekia. Pada
dasarnya hal ini terlihat pada lengan dan kaki, kemudian menjalar ke seluruh tubuh.
Pada saat suhu turun ke normal, ruam ini berkurang dan cepat menghilang, bekas
bekasnya kadang terasa gatal. Nadi pasien mula-mula cepat dan menjadi normal atau
lebih lambat pada hari ke-4 dan ke-5. Bradikardi dapat menetap untuk beberapa hari
dalam masa penyembuhan.
Gejala perdarahan mulai pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekia, purpura,
ekimosis, hematemesis, epistaksis. Juga kadang terjadi syok yang biasanya dijumpai
pada saat demam telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda : klien menjadi
makin lemah, ujung jari, telinga, hidung teraba dingin dan lembab, denyut nadi terasa
cepat, kecil dan tekanan darah menurun dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang.

D. Klasifikasi
DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi
menjadi 4 derajat (Menurut WHO, 1986) :
1) Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan, uji tourniquet ,
trombositopenia dan hemokonsentrasi.
2) Derajat II
Derajat I dan disertai pula perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.
3) Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan daerah rendah
(hipotensi), gelisah, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari (tanda-tanda dini
renjatan).
4) Dejara IV

5
Renjatan berat (DSS)
E. Pencegahan
Pencegahan demam berdarah yang paling efektif dan efisien sampai saat ini adalah
kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus, yaitu :
1. Menguras, adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan
air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampung air
lemari es.
2. Menutup, yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum,
kendi, toren air, dan lain sebagainya.
3. Mengubur atau memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang
memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular Demam
Berdarah.
Adapun yang dimaksud dengan Plus adalah segala bentuk kegiatan pencegahan seperti:
1) Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan;
2) Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk;
3) Menggunakan kelambu saat tidur;
4) Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk
5) Menanam tanaman pengusir nyamuk,
6) Mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah
7) Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi
tempat istirahat nyamuk.

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :
a. Tirah baring atau istirahat baring.
b. Diet makan lunak.
c. Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri
penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi
penderita DHF.
d. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan cairan
yang paling sering digunakan.
e. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi
pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
f. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
g. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.
h. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.

6
i. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
j. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda
vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
k. Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam.

Pada kasus dengan renjatan pasien dirawat di perawatan intensif dan segera
dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang dan bila tidak tampak perbaikan
diberikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran sebanyak 20 – 30 ml/kg BB.
Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit dipertahankan 12 – 48 jam
setelah renjatan teratasi. Apabila renjatan telah teratasi nadi sudah teraba jelas,
amplitudo nadi cukup besar, tekanan sistolik 20 mmHg, kecepatan plasma biasanya
dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam.
Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang
hebat. Indikasi pemberian transfusi pada penderita DHF yaitu jika ada perdarahan
yang jelas secara klinis dan abdomen yang makin tegang dengan penurunan Hb yang
mencolok.
Pada DBD tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1½-2 liter dalam
24 jam. Cara pemberian sedikit demi sedikit dengan melibatkan orang tua. Infus
diberikan pada pasien DBD tanpa renjatan apabila :
a. Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam
terjadinya dehidrasi.
b. Hematokrit yang cenderung mengikat.

You might also like