You are on page 1of 15

TUGAS

RANGKUMAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DISUSUN OLEH :

MUHAMAD IMRON

201501033

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

POLITEKNIK ENJINERING INDORAMA

PURWAKARTA

2017
1. HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM

A. Pengertian Hakikat
Hakikat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia di artikan inti sari atau dasar juga diartikan
kenyataan yang sebenarnya (sesungguhnya). Hakikat juga bisa dikatakan inti dari segala
sesuatu.atau yang menjadi jiwa sesuatu. Di kalangan tasawuf orang mencari hakikat diri
manusia yang sebenarnya karena itu muncul kata-kata diri mencari sebenar-benarnya. Jadi
Sama halnya dengan pengertian dalam mencari suatu hakikat roh, nyawa dan lain-lain.

B. Konsep Manusia
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘manusia’ diartikan sebagai ‘makhluk yang berakal
budi (mampu menguasai makhluk lain); insan; orang’ (1989:558). Menurut pengertian ini
manusia adalah makhluk Tuhan yang diberi potensi akal dan budi, nalar dan moral untuk
dapat menguasai makhluk lainnya demi kemakmuran dan kemaslahatannya. Sedangkan
dalam bahasa Arab, kata ‘manusia’ ini bersepadan dengan kata-kata al-nas, basyar, insan,
mar’u, ins dan lain-lain. Kata “Basyar” dalam Al-Qur’an disebut 27 kali, memberikan
referensi pada manusia sebagai mahkluk Biologis. Adapun acuan pendapat ini adalah surat
Ali Imran [3]:47; Al-Kahfi[18]:110; Fushshilat [41]:6; Al-Furqan [25]:7; dan 20; dan Yusuf
[12]:31.

Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah, alaqah, dan
mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna yang memiliki berbagai
kemampuan. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal tanah dengan mempergunakan
bermacam-macam istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah. Hal ini dapat
diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari bermacam-macam unsur kimiawi yang
terdapat dari tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam proses selanjutnya, al-Quran tidak
menjelaskan secara rinci.[1] Manusia yang sekarang ini, prosesnya dapat diamati meskipun
secara bersusah payah. Berdasarkan pengamatan yang mendalam dapat diketahui bahwa
manusia dilahirkan ibu dari rahimnya yang proses penciptaannya dimulai sejak pertemuan
antara permatozoa dengan ovum.

D. Tujuan Penciptaan Manusia

Tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah kepada penciptanya yaitu Allah.
Pengertian penyembahan kepada Allah tidak boleh hanya diartikan secara sempit, dengan
hanya membayangkan aspek ritual yang hanya tercermin dalam shalat saja. Pengertian
penyembahan berarti ketundukan manusia pada Allah dalam menjalankan kehidupan dimuka
bumi ini, baik yang menyangkut hubungan vertical (manusia dengan Tuhan) maupun
horizontal (manusia dengan manusia dan alam semesta).[1] Dalam hukum Allah tentunya
memuat berbagai macam peraturan yang mengatur kehidupan manusia dengan tujuan
terciptanyan kehidupan yang adil, dami dan tentram.

Dalam Al-Qur’an surat Al-Dzariyat ayat 56-58 Allah berfirman, yang artinya:

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya ia menyembahku. Aku tidak
menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan aku tidak menghendaki supaya mereka
memberi aku makan. Sesungguhnya Allah, Dialah Maha Pemberi Rezeki yang mempunyai
kekuatan lagi Sangat Kokoh”.
1. Fungsi dan Peranan Manusia

Pada Al-Qur’an QS 2 (al-Baqarah) : 30, Allah SWT berfirman yang artinya:

“Ingatlah ketika tuhanmu berfirman kepada para malaikat: sesungguhnya aku hendak
menjadikanmu sebagai khalifah di muka bumi”, mereka berkata: mengapa engkau hendak
menjadikan khalifah di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji engkau dan
mensucikan engkau?”. Allah berfirman: “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui”.

Dari ayat tersebut dapat diambil pengertian bahwa fungsi dan peranan manusia sebagai
khalifah atau pemimpin dimuka bumi ini. Sehingga peran yang dilakukan sesuai ketetapan
Allah, di antaranya yaitu:

1. Belajar (surat an-Naml : 15-16 dan al-Mukmin : 54)

Belajar tentunya membuat seseorang mengetahui banyak hal yang sebelumnya ia belum
mengetahuinya. Belajar dinyatakan pada surat al-‘Alaq ayat 1 adalah mempelajari ilmu Allah
dan ayat kedua dijelaskan juga yang termasuk ilmu Allah adalah al-Kitab. Jadi tidak lain ilmu
Allah yang berwujud al-Qur’an dan ciptaanNya.[1]

2. Mengajarkan ilmu (al-Baqarah : 31-39)

Selain belajar khalifatullah juga harus mengajarkan ilmu yang didapat. Ilmu yang diajarkan
tidak hanya ilmu yang dikarang manusia akan tetapi juga ilmu Allah yaitu al-Qur’an dan al-
Bayan (ilmu pengetauan).[2] Dalam Al-Qur’an itu sendiri berisi berbagai aturan yang
mengatur kehidupan manusia. Al-Qura’an digunakan sebagai pedoman hidup manusia,
sehingga dengan mengajarkan al-Qur’an berarti mengajarkan cara hidup yang benar menurut
Allah SWT.

3. Membudidayakan Ilmu (al-Mu’min : 35)

Ilmu yang sudah didapat tidah hanya disampaikan orang lain, tetapi yang utama ialah untuk
diamalkan oleh diri sendiri terlebih dahulu sehingga membudaya seperti yang di contohkan
oleh nabi SAW yaitu setelah diri sendiri dan keluarganya,kemudian teman dekatnya dan baru
orang lain. Proses pembudidayaan ilmu Allah berjalan seperti proses pembentukan
kepribadian dan proses iman. Tau, mau, dan melakukan apa yang diketahui.

E. TanggungJawab Manusia sebagai Hamba Allah

Makna yang esensial dari kata ‘abf (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan.
Ketaatan dan ketundukan dan ketaatan seorang manusia sebagai hamba hanta ditujukan,
diberikan kepada Allah. Kepatuhan kepada Allah ditunjukkan dengan selalu mematuhi
perintahNya dan menjahui laranganNya.

F. Tanggung jawab Manusia Sebagai Khalifah Allah

Al-Qur;an telah menjelaskan bahwa manusia diciptakan didunia ini adalah sebagai khalifah
atau wakil-Nya dalam pengertian ia memperoleh mandat dari Allah untuk mewujudkan
kemakmuran dimuka Bumi.[1] Dengan ini manusia berkewajipan menegakkan kebenaran,
kebaikan, mewujudkan kedamaian, menghapuskan kemungkaran serta penyelewengan dan
penyimpangan dari jalan Allah.

Firman Allah SWT :

Artinya :

“Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: Sesungguhnya Aku jadikan di
bumi seorang Khalifah. Berkata Malaikat: Adakah Engkau hendak jadikan di muka bumi ini
orang yang melakukan kerusakan dan menumpahkan darah, sedangkan kami sentiasa
bertasbih dan bertaqdis dengan memuji Engkau? Jawab Allah: Aku lebih mengetahui apa
yang kamu tidak ketahui.”

(Al-Baqarah:30)

2. DEFINISI HUKUM HAM DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

A. Hukum Hak Asasi Manusia


Hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang telah dipunyai seseorang sejak ia dalam
kandungan dan merupakan pemberian dari Tuhan dan berlaku secara universal. Sedangkan
menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999, Hak Asasi Manusia merupakan hak dasar
yang secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena
itu harus dilindungi, dihormati, dipertahankan dan tidak boleh diabaikan, dikurangi atau
dirampas oleh siapapun. Hukum tentang Hak Asasi Manusia itu sendiri telah tercantum
dalam UUD 1945 Republik Indonesia seperti pada pasal 27 ayat 1, pasal 28, pasal 29 ayat 2,
pasal 30 ayat 1, dan pasal 31 ayat 1.

B. Demokrasi
Menurut H. Harris Soche (1985), Demokrasi adalah bentuk pemerintahan rakyat,
karena itu kekuasaan pemerintah itu melekat pada diri rakyat atau diri orang banyak dan
merupakan hak bagi rakyat dan orang banyak untuk mengatur, mempertahankan dan
melindungi dirinya dari paksaan dan pemerkosaan orang lain atau badan yang diserahi
untuk memerintah.

C. Hukum HAM dan Demokrasi dalam Islam


.1 Hukum HAM dalam Islam
Ketentuan-ketentuan HAM dalam islam selalu bersumber pada Al-Qur’an dan Al-
Hadist yang merupakan ajaran normatif. Sehingga, Hak Asasi Manusia dalam pandangan
islam berbeda dengan hak asasi manusia menurut definisi HAM menurut pandangan
Barat yang menyebutkan bahwa seluruh hak merupakan kewajiban bagi negara
maupun individu yang tidak boleh diabaikan. Sedang Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya darahmu, hartamu dan kehormatanmu haram atas kamu." (HR. Bukhari
dan Muslim). Maka seharusnya negara bukan saja menahan diri dari menyentuh hak-
hak asasi manusia, melainkan mempunyai kewajiban memberikan dan menjamin hak-
hak tersebut. Konsep HAM dalam islam juga sangat menjungjung harkat dan martabat
manusia dalam kehidupannya. Hak asasi manusia dalam islam juga tidak semata-mata
menekankan pada hak asasi manusia saja, tetapi hak-hak itu dilandasi kewajiban asasi
manusia untuk mengabdi kepada Allah sebagai penciptanya.
Sistem HAM Islam mengandung prinsip-prinsip dasar tentang persamaan,
kebebasan dan penghormatan terhadap sesama manusia. Persamaan, artinya Islam
memandang semua manusia sama dan mempunyai kedudukan yang sama, satu-satunya
keunggulan yang dinikmati seorang manusia atas manusia lainya hanya ditentukan oleh
tingkat ketakwaannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat Al-Hujarat ayat
13, yang artinya sebagai berikut: “Hai manusia, sesungguhnya Kami ciptakan kamu dari
laki-laki dan perempuan, dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kaum adalah
yang paling takwa.”
Berikut adalah bukti beberapa HAM yang dilindungi dalam islam, antara lain:
a. Hak untuk hidup, salah satunya tercantum dalam surah An-Nissa:93, yang berbunyi:
“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya
ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya
serta menyediakan azab yang besar baginya.”
b. Hak memeluk agama, salah satunya tercantum dalam surah Al-Baqarah ayat 256,
yang berbunyi: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya
telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang
ingkar kepada Thaghut[1] dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah
berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
c. Hak memperoleh pendidikan, salah satunya tercantum dalam surah Al-Mujadillah
ayat 11, yang berbunyi: “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.”
d. Hak kepemilikan, salah satunya terdapat pada surah Al-Baqarah ayat 188 yang
berbunyi: “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di
antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta
itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda
orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.”

.2 Demokrasi dalam Islam


Demokrasi dalam islam bertumpu pada tiga landasan, yaitu Syura
(musyawarah), ijma dan ijtihad. Musyawarah berartikan bahwa setiap melakukan
sesuatu yang dilakukan secara bersama-sama, harus atas kesepakatan bersama dan
tidak memaksakan kehendak. Ijma adalah kesepakatan ulama di suatu negeri atas
hukum sesuatu yang disepakati bersama, misalnya adalah ketika kesepakatan saat
membukukan Al Quran. Ijtihad adalah mengerahkan sesuatu dengan segala
kesungguhan atau mengerahkan segala potensi dan kemampuan semaksimal mungkin
untuk menetapkan untuk menetapkan hukum hukum Islam. Ketiga landasan ini benar-
benar harus diterapkan dengan baik untuk mendapatkan demokrasi yang islami.
Demokrasi dalam artian islam dan demokrasi dalam artian barat tidak
sepenuhnya sejalan, ada beberapa hal yang menganut hal yang sama dan ada beberapa
pula yang bertentangan. Beberapa hal yang sama antara lain:
1. Demokrasi tersebut berada di bawah payung agama islam.
2. Rakyat diberi kebebasan untuk menyuarakan aspirasinya.
3. Pengambilan keputusan senantiasa dilakukan dengan musyawarah.
4. Suara mayoritas tidaklah bersifat mutlak meskipun tetap menjadi
pertimbangan utama dalam musyawarah.
5. Musyawarah atau voting hanya berlaku pada persoalan ijtihadi; bukan
pada persoalan yang sudah ditetapkan secara jelas oleh Alquran dan Sunah.
6. Produk hukum dan kebijakan yang diambil tidak boleh keluar dari
nilai-nilai agama.
7. Hukum dan kebijakan tersebut harus dipatuhi oleh semua warga.

Dan beberapa hal yang sangat bertentangan antara lain:


a. Islam mengakui bahwa kedaulatan hanya di tangan Allah dan para wali-Nya yang
terpilih, yaitu sebagai khalifah. Seorang khalifah memerintah suatu negara atas nama
Allah. Dia bukanlah pemimpin yang berdiri sendiri dan bebas berkehendak sesuai
kehendak hatinya. Al-Quran menyatakan bahwa segala sesuatu yang ada di langit dan
di bumi adalah milik Allah SWT dan tiada seorangpun yang sederajat dengan-Nya.
b. Al-Quran menjelaskan : “katakanlah (wahai Muhammad): Wahai Tuhan yang
mempunyai kerajaan (kedaulatan), engkau berikan kerajaan kepada yang engkau
kehendaki dan engkau cabut kerajaan dari yang engkau kehendaki. Engkau muliakan
orang yang engkau kehendaki dan engkau hinakan orang yang engkau kehendaki” (Qs.
Al-Imran :26).

3 .ETIKA MORAL DAN AHLAK

Definisi etika secara umum

Etika (etimologi), berasal dari bahasa Yunani ”Ethos” yang berarti watak kesusilaan atau
adat. Identik dengan perkataan moral yang berasal dari kata lain “Mos” yang dalam bentuk
jamaknya “Mores” yang berarti juga adat atau cara hidup (Zubair, 1987:13).

Definisi etika menurut islam

Etika dalam islam disebut akhlak. Berasal dari bahasa Arab al-akhlak yang merupakan
bentukjamakdari al-khuluq yang berartibudipekerti, tabiat atau watak yang tercantum dalam
al-qur’an sebagai konsideran. (Pertimbangan yg menjadi dasar penetapan
keputusan,peraturan

“ Sesungguhnya engkau Muhammad berada di atas budi pekerti yang agung”

Istilah etika dalam ajaran Islam tidak sama dengan apa yang diartikan oleh para ilmuan barat.
Bila etika barat sifatnya ”antroposentrik” (berkisar sekitar manusia), maka etika islam
bersipat ”teosentrik” (berkisar sekitar Tuhan). Dalam etika Islam suatu perbuatan selalu
dihubungkan dengan amal saleh atau dosa dengan pahala atau siksa, dengan surga atau
neraka (Musnamar, 1986

Definisi moral

Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu mos sedangkan
bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang sama yaitu
kebiasaan, adat. Bila kita membandingkan dengan arti kata ‘etika’, maka secara etimologis,
kata ’etika’ sama dengan kata ‘moral’ karena kedua kata tersebut sama-sama mempunyai arti
yaitu kebiasaan,adat. Dengan kata lain, kalau arti kata ’moral’ sama dengan kata ‘etika’,
maka rumusan arti kata ‘moral’ adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan
bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang
membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu ‘etika’ dari bahasa Yunani dan ‘moral’ dari
bahasa Latin. Jadi bila kita mengatakan bahwa perbuatan pengedar narkotika itu tidak
bermoral, maka kita menganggap perbuatan orang itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma
etis yang berlaku dalam masyarakat. Atau bila kita mengatakan bahwa pemerkosa itu
bermoral bejat, artinya orang tersebut berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang tidak
baik.

Definisi akhlak

“akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”. (ibnu miskawiah)

4. ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN SENI DALAM ISLAM

A. ILMU PENGETAHUAN

Pengetahuan yang sudah diklasifikasi, diorganisasi, dan disistematisasi sehingga


menghasilkan kebenaran obyektif dan sudah diuji kebenarannya

B. TEKNOLOGI

Keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan


dan kenyamanan hidup manusia.

C. SENI

1. Ki Hajar Dewantara, Seni merupakan segala perbuatan mansia yang timbul dari
perasaannya dan bersifat indah hingga dapat menggerakan jiwa perasaan manusia.

2. Prof. Drs. Suwaji Bastomi, Seni adalah aktifitas batin dengan pengalaman estetik
yang dinyatakan dalam bentuk agung yang mempunyai daya membangkitkan rasa
takjub dan haru.

3. Drs. Sudarmaji, Seni adalah segala manisvestasi batin dan pengalaman estetis dengan
menggunakan media bidang, garis, warna, tekstur, volume dan gelap terang.

4. Enslikopedia Indonesia, Seni adalah penciptaan segala sesuatu hal atau bendayang
karena keindahannya orang senang melihatnya atau mendengarkan.

D. IPTEKS DAN IMAN


1. Dengan pemahaman atas IPTEKS kesadaran atas kemahaEsaan Allah semakin
mempertebal iman sehingga menuntut ilmu menjadi kewajiban bagi manusia. Dengan
menuntut ilmu berarti manusia memanfaatkan semua anugerah fasilitas akal dan alam
semesta.

2. Memikirkan perihal pembentukan, susunan dan evolusi alam semesta dalam tinjauan
astronomi merupakan cara mengenal kekuasaan Allah yang pada gilirannya akan
memperkuat Aqidah.

3. Untuk mengembangkan Etos keilmuan perlu senantiasa diciptakan stabilita yang


dinamis dalam kehidupan bernegara. Melalui keadaan yang stabil itu proses-proses
mempertajam pikiran, memperluas pandangan syiar ilmu, menciptakan buah pikiran
dan menggerakkan aktifitas memajukan IPTEK dapat dilaksanakan dengan baik.

4. Salah satu pilar penting kemajuan suatu bangsa adalah bergantung pada kemajuan
penguasaan terhadap ilmu dan teknologi. Ilmu dan teknologi membawa bangsa ke
derajat kemuliaan, kebahagiaan dan kekuasaan.

E. KEUTAMAAN BERILMU

1. Orang yang berilmu itu sangat dimuliakan Allah, karena itu umat Islam diwajibkan
menuntut ilmu sepanjang hayatnya. (Al-Hadits)

2. Orang yang beriman dan berilmu dijamin oleh Allah akan ditinggikan derajatnya,
bahkan tidurnya orang yang berilmu itu lebih utama daripada ibadahnya orang bodoh.
(QS.58:11)

3. Di antara yang lebih berhak untuk dijadikan sebagai pemimpin adalah mereka yang
lebih tinggi ilmunya (Q.S.2:247)

4. Orang yang berilmu merupakan salah satu pilar dalam tegaknya kehidupan dunia (Al-
Hadits)

5. Orang yang paling takut kepada Allah adalah orang yang berilmu (Q.S. 35:28)

6. Manusia diangkat sebagai khalifah Allah adalah karena ilmunya (Q.S. 2:30-32)

7. Ibadah yang diterima Allah adalah yang dilakukan atas dasar iman dan ilmu yang
benar (Al-Hadits)
5. KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAM

A.Definisi Kerukunan
Kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh muatan makna “baik” dan “damai”.
Intinya, hidup bersama dalam masyarakat dengan “kesatuan hati” dan “bersepakat” untuk
tidak menciptakan perselisihan dan pertengkaran (Depdikbud, 1985:850) Bila pemaknaan
tersebut dijadikan pegangan, maka “kerukunan” adalah sesuatu yang ideal dan didambakan
oleh masyarakat manusia. Kerukunan [dari ruku, bahasa Arab, artinya tiang atau tiang-tiang
yang menopang rumah; penopang yang memberi kedamain dan kesejahteraan kepada
penghuninya] secara luas bermakna adanya suasana persaudaraan dan kebersamaan antar
semua orang walaupun mereka berbeda secara suku, agama, ras, dan golongan.
B. Kerukunan antara umat beragama
Kerukunan antar umat beragama adalah suatu kondisi sosial ketika semua golongan
agama bisa hidup bersama tanpa menguarangi hak dasar masing-masing untuk melaksanakan
kewajiban agamanya. Masing-masing pemeluk agama yang baik haruslah hidup rukun dan
damai. Karena itu kerukunan antar umat beragama tidak mungkin akan lahir dari sikap
fanatisme buta dan sikap tidak peduli atas hak keberagaman dan perasaan orang lain. Tetapi
dalam hal ini tidak diartikan bahwa kerukunan hidup antar umat beragama member ruang
untuk mencampurkan unsur-unsur tertentu dari agama yang berbeda , sebab hal tersebut akan
merusak nilai agama itu sendiri.

Cara Menjaga Kerukunan Antar Umat Beragama

 Menjunjung tinggi toleransi antar umat Beragama di Indonesia. Baik yang merupakan
pemeluk Agama yang sama, maupun dengan yang berbeda Agama. Rasa toleransi
bisa berbentuk dalam macam-macam hal. Misalnya seperti, pembangunan tempat
ibadah oleh pemerintah, tidak saling mengejek dan mengganggu umat lain dalam
interaksi sehari – harinya, atau memberi waktu pada umat lain untuk beribadah bila
memang sudah waktunya mereka melakukan ibadah. Banyak hal yang bisa dilakukan
untuk menunjukkan sikap toleransi. Hal ini sangat penting demi menjaga tali
kerukunan umat beragama di Indonesia, karena jika rasa toleransi antar umat
beragama di Indonesia sudah tinggi, maka konflik – konflik yang mengatasnamakan
Agama di Indonesia dengan sendirinya akan berkurang ataupun hilang sama sekali.
 Selalu siap membantu sesama dalam keadaan apapun dan tanpa melihat status orang
tersebut. Jangan melakukan perlakuan diskriminasi terhadap suatu agama, terutama
saat mereka membutuhkan bantuan. Misalnya, di suatu daerah di Indonesia
mengalami bencana alam. Mayoritas penduduknya adalah pemeluk agama Kristen.
Bagi Anda yang memeluk agama lain, jangan lantas malas dan enggan untuk
membantu saudara sebangsa yang sedang kesusahan hanya karena perbedaan agama.
Justru dengan membantu mereka yang kesusahan, kita akan mempererat tali
persaudaraan sebangsa dan setanah air kita, sehingga secara tidak langsung akan
memperkokoh persatuan Indonesia.
 Hormatilah selalu orang lain tanpa memandang Agama apa yang mereka anut.
Misalnya dengan selalu berbicara halus dan sopan kepada siapapun. Biasakan pula
untuk menomor satukan sopan santun dalam beraktivitas sehari harinya, terlebih lagi
menghormati orang lain tanpa memandang perbedaan yang ada. Hal ini tentu akan
mempererat kerukunan umat beragama di Indonesia.
 Bila terjadi masalah yang membawa nama agama, tetap selesaikan dengan kepala
dingin dan damai, tanpa harus saling tunjuk dan menyalahkan. Para pemuka agama,
tokoh masyarakat, dan pemerintah sangat diperlukan peranannya dalam pencapaian
solusi yang baik dan tidak merugikan pihak – pihak manapun, atau mungkin malah
menguntungkan semua pihak. Hal ini diperlukan karena di Indonesia ini
masyarakatnya sangat beraneka ragam.

6.MASYARAKAT MADANI DAN KESEJAHTERAAN UMAT

Masyarakat madani, konsep ini merupakan penerjemahan istilah dari konsep civil
society yang pertama kali digulirkan oleh Dato Seri Anwar Ibrahim dalam
ceramahnya pada simposium Nasional dalam rangka forum ilmiah pada acara festival
istiqlal, 26 September 1995 di Jakarta. Konsep yang diajukan oleh Anwar Ibrahim ini
hendak menunjukkan bahwa masyarakat yang ideal adalah kelompok masyarakat
yang memiliki peradaban maju. Lebih jelas Anwar Ibrahim menyebutkan bahwa yang
dimaksud dengan masyarakat madani adalah sistem sosial yang subur yang
diasaskan kepada prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan
perorangan dengan kestabilan masyarakat.

Konsep Masyarakat Madani


Konsep “masyarakat madani” merupakan penerjemahan atau pengislaman konsep
“civil society”. Orang yang pertama kali mengungkapkan istilah ini adalah Anwar
Ibrahim dan dikembangkan di Indonesia oleh Nurcholish Madjid. Pemaknaan civil
society sebagai masyarakat madani merujuk pada konsep dan bentuk masyarakat
Madinah yang dibangun Nabi Muhammad. Masyarakat Madinah dianggap sebagai
legitimasi historis ketidakbersalahan pembentukan civil society dalam masyarakat
muslim modern.

Karakteristik Masyarakat Madani

Ada beberapa karakteristik masyarakat madani, diantaranya:

1. Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok ekslusif kedalam


masyarakat melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.

2. Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang mendominasi


dalam masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan-kekuatan alternatif.

3. Dilengkapinya program-program pembangunan yang didominasi oleh negara dengan


program-program pembangunan yang berbasis masyarakat.

4. Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan negara karena keanggotaan


organisasi-organisasi volunter mampu memberikan masukan-masukan terhadap
keputusan-keputusan pemerintah.

5. Tumbuhkembangnya kreatifitas yang pada mulanya terhambat oleh rejim-rejim


totaliter.

6. Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust) sehingga individu-individu


mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri.

7. Adanya pembebasan masyarakat melalui kegiatan lembaga-lembaga sosial dengan


berbagai ragam perspektif.

8. Bertuhan, artinya bahwa masyarakat tersebut adalah masyarakat yang beragama,


yang mengakui adanya Tuhan dan menempatkan hukum Tuhan sebagai landasan
yang mengatur kehidupan sosial.
9. Damai, artinya masing-masing elemen masyarakat, baik secara individu maupun
secara kelompok menghormati pihak lain secara adil.

10. Tolong menolong tanpa mencampuri urusan internal individu lain yang dapat
mengurangi kebebasannya.

11. Toleran, artinya tidak mencampuri urusan pribadi pihak lain yang telah diberikan
oleh Allah sebagai kebebasan manusia dan tidak merasa terganggu oleh aktivitas
pihak lain yang berbeda tersebut.

12. Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial.

13. Berperadaban tinggi, artinya bahwa masyarakat tersebut memiliki kecintaan


terhadap ilmu pengetahuan dan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan untuk
umat manusia.

Untuk mewujudkan masyarakat madani dan agar terciptanya kesejahteraan umat maka
kita sebagai generasi penerus supaya dapat membuat suatu perubahan yang signifikan. Selain
itu, kita juga harus dapat menyesuaikan diri dengan apa yang sedang terjadi di masyarakat
sekarang ini. Agar di dalam kehidupan bermasyarakat kita tidak ketinggalan berita. Adapun
beberapa kesimpulan yang dapat saya ambil dari pembahasan materi yang ada di bab II ialah
bahwa di dalam mewujudkan masyarakat madani dan kesejahteraan umat haruslah berpacu
pada Al-Qur’an dan As-Sunnah yang diamanatkan oleh Rasullullah kepada kita sebagai umat
akhir zaman. Sebelumnya kita harus mengetahui dulu apa yang dimaksud dengan masyarakat
madani itu dan bagaimana cara menciptakan suasana pada masyarakat madani tersebut,
serta ciri-ciri apa saja yang terdapat pada masyarakat madani sebelum kita yakni pada zaman
Rasullullah.

7 . KEBUDAYAAN ISLAM

Definisi kebudayaan secara umum

Secara umum difinisi kebudayaan dapat dilihat melalui beberapa pendekatan, antara lain :

1. Pendekatan Deskriftif, menyatakan kebudayaan merupakan keseluruhan yang amat


kompleks meliputi ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, dan berbagai
kemampuan serta kebiasaan yang di terima manusia sebagai anggota masyarakat.
2. Pendekatan Historis, kebudayaan merupakan sejumlah totalitas dari organisasi dan warisan
sosial yang diterima sebagai sesuatu yang bermakna yang dipengerahui oleh watak dan
sejarah hidup suatu bangsa.

3. Pendekatan Normatif, kebudayaan merupakan pandangan hidup dari sekumpulan ide-ide


dan kebiasaan yang mereka pelajari, mereka miliki kemudian diwariskan dari satu generasi
kegenerasi lain.

4. Pendekatan Psikologi, kebudayaan merupakan semua kelangsungan dari proses belajar


suatu masyarakat.

5. Pendekatan Struktural, kebudayaan merupakan pekerjaan dan kesatuan aktivitas sadar


manusia yang berfungsi membentuk pola umum dan melangsungkan penemuan-penemuan,
baik yang material maupun yang non material.

6. Pendekatan Genetik, kebudayaan merupakan produk, alat-alat, benda-benda ataupun ide


dan simbol.

Definisi kebuduyaan menurut islam

kebudayaan Islam adalah hasil olah akal, budi, cipta rasa, karsa, dan karya manusia yang
berlandaskan pada nilai-nilai Tauhid dan Syari’ah Islam.

Sejarah intelektual islam

Menurut Prof. Dr. Harun Nasution, periodisasi sejararah kebudayaan Islam dapat di
kelompokkan menjadi 3 fase/periode, yakni :

1. Periode Klasik, yaitu periode yang dimulai dari tahun 650-1250 M.

Pada periode ini, lahir beberapa ulama dan filosof besar dalam Islam. Dalam pada itu,
para imam Mazhab yang terkenal dengan al-imamu madzahibul arbain yang terdiri
atas, Imam Syafi’I, Imam Hanafi, Imam Maliki dan Imam Hambali, merupakan tokoh
yang hidup dan mengembangkan dialektika pemikiran keagamaannya pada periode
ini.

2. Periode Pertengahan, yaitu periode antara tahun 1250-1800 M.

Pada periode ini Islam bisa dikatakan sedang mengalami masa kemunduran. Hal ini di
tandai dengan munculnya kecenderungan untuk mempertentangkan antara :
- Akal dengan wahyu

- Iman dengan Ilmu

- Dunia dan akhirat

3. Periode Modern, yaitu antara tahun 1800- sekarang

Merupakan periode yang ditandai dengan munculnya gerakan-gerakan pembaharuan


dalam pemikiran Islam.

Beberapa tokoh yang terkenal dalam gerakan pembaharuan Islam seperti Muhammad
Abduh, Rasyid Ridla, Fazlur Rahman, Jamaluddin al-afghani.

Periode ini sekaligus menandai berkembangnya resistensi terhadap pemikiran al-


Gazali yang menyatakan pinti Ijtihad dalam Islam telah tertutup.

You might also like