Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
PEMINATAN KOMUNITAS
A. PENDAHULUAN
Praktek reflektif adalah kemampuan untuk melihat suatu peristiwa sebagai suatu proses
disertai dengan pembelajaran yang berkelanjutan (Schön, D., 1983). Praktek reflektif dipandang
sebagai strategi penting untuk tenaga kesehatan profesional yang menerapkan pembelajaran
seumur hidup (Hendricks, Mooney, & Berry, 1996). Tenaga kesehatan profesional khususnya
perawat dapat menggunakan praktek reflektif untuk mengidentifikasi kebenaran dari apa yang
mereka kerjakan, sehingga mereka tidak terjerumus pada kegiatan yang bersifat rutinitas saat
memberikan pelayanan keperawatan (Taylor, B. J., 2010).
Refleksi adalah atribut penting untuk pengembangan praktisi otonom, kritis, dan maju
(Mantzoukas & Jasper, 2004). Menurut Chong (2009), "Praktik reflektif harus menjadi siklus
terus menerus di mana pengalaman dan refleksi pengalaman saling terkait". Studi telah
menunjukkan bahwa perawat yang meluangkan waktu untuk merenungkan pengalaman sehari-
hari mereka memberikan asuhan keperawatan yang lebih baik, memiliki pemahaman yang lebih
baik tentang tindakan mereka, yang kemudian mengembangkan keterampilan profesional mereka
(Hansebo & Kihlgren, 2001).
Praktik reflektif adalah kemampuan untuk memeriksa tindakan dan pengalaman dengan
hasil pengembangan praktik mereka dan meningkatkan pengetahuan klinis. Praktik reflektif
mempengaruhi semua tingkat keperawatan, dari siswa, hingga praktik keperawatan lanjutan,
serta melatih perawat. Praktik reflektif merupakan komponen penting dalam kurikulum
keperawatan. Penelitian telah menunjukkan hubungan antara perawat siswa dan mentor mereka
sangat penting. Agar refleksi menjadi keterbukaan pikiran yang efektif, keberanian, dan kemauan
untuk menerima, dan bertindak terus, kritik harus hadir (Bulmam, Lathlean, & Gobbi, 2012).
Glaze (2013) mengeksplorasi 14 pengalaman praktisi perawat lanjut (ANPs) tentang
refleksi. Metodologi kualitatif digunakan untuk mengumpulkan data dengan melakukan
wawancara dan menggunakan kontrak pembelajaran refleksi. Peneliti menemukan semua kecuali
satu dari empat belas siswa menemukan refleksi dalam praktik keperawatan yang positif. Siswa
menggambarkan diri mereka lebih sadar, realistis, terbuka dan percaya diri dan juga melaporkan
adanya apresiasi yang meningkat untuk keperawatan. Pengembangan praktik keperawatan
mereka dipandang sebagai siswa ANP yang merasa terbebaskan dan lebih sadar secara politis
dari refleksi. Siswa ANP menyadari bahwa penting untuk dididik secara politis. Mereka
menyadari pentingnya terlibat dalam agenda praktisi, agensi, dan organisasi lainnya untuk
memasukkan agenda keperawatan dan untuk mendorong praktik keperawatan (Glaze, 2013).
Gustafsson & Fagerberg (2004) meneliti pengalaman refleksi perawat dalam kaitannya
dengan banyak situasi asuhan keperawatan sehari-hari. Penelitian kualitatif dilakukan dengan
mewawancarai empat perawat terdaftar. Gustadsson & Fagerberg (2004) menemukan banyak
keuntungan dari refleksi dalam pengembangan asuhan keperawatan. Refleksi adalah alat yang
digunakan untuk mempromosikan keberanian, untuk memenuhi kebutuhan pasien yang unik, dan
untuk membantu memberdayakan perawat (Gustafsson & Fagerberg, 2004). Perawat
berpengalaman dalam penelitian ini merasa bahwa refleksi berguna untuk "berkembang dan
berkembang secara profesional" (Gustafsson & Fagerberg, 2004, hal 278). Selama bertahun-
tahun berlatih dan memanfaatkan refleksi diri, perawat mendapati bahwa mereka tidak hanya
bisa belajar dari prestasi mereka dalam perawatan, namun mereka juga merasa kompeten untuk
mendidik perawat lain (Gustafsson & Fagerberg, 2004).
Cirocco (2007) juga memeriksa penggunaan refleksi perawat dalam praktik dan hasilnya.
Dengan menggunakan survei kualitatif, dia menemukan praktik reflektif membantu memperbaiki
praktik perawat dengan mengidentifikasi area kekuatan dan area yang perlu diperbaiki. Studi ini
menunjukkan bahwa refleksi memiliki potensi untuk meningkatkan perkembangan praktik
keperawatan.
Keperawatan komunitas adalah suatu bidang dalam ilmu keperawatan yang merupakan
perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health) melalui dukungan peran
serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif. Klien dalam
keperawatan komunitas meliputi individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai
kesatuan utuh melalui proses keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi
kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak,
dkk., 2006). Dalam pelaksanaan tugasnya perawat komunitas perlu melakukan praktek refleksi
guna meningkatkan ketrampilan profesional dan evaluasi diri mengenai kinerja yang dilakukan
selama bertugas. Makalah ini akan membahas praktik reflektif dan implikasi saat ini yang
berkaitan dengan keperawatan komunitas di Puskesmas.
B. Gibbs 'reflektif siklus
Siklus reflektif Gibbs adalah sebuah proses yang melibatkan enam langkah:
1. Deskripsi ==➔ Apa yang terjadi?
2. Perasaan ==➔Apa yang Anda pikirkan dan rasakan tentang
hal itu?
3. Evaluasi ==➔Apa sisi positif dan negatif?
4. Analisis ==➔Apa arti anda lakukan itu?
5. Kesimpulan ==➔Apa lagi yang bisa Anda lakukan?
6. Rencana Aksi ==➔Apa yang akan Anda lakukan waktu
berikutnya?
Ini adalah 'siklus' karena tindakan yang dilakukan dalam tahap akhir akan kembali ke tahap
pertama.
C. Peran dan Fungsi Perawat di Puskesmas
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75 Tahun 2014 tentang
Puskesmas. Untuk melaksanakan upaya kesehatan Puskemas harus menyelenggarakan:
a. Manajemen Puskesmas
b. Pelayanan Kefarmasian
c. Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat
d. Pelayanan Laboratorium
Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat dilakukan oleh perawat komunitas yang
merupakan peran dan fungsi perawat di puskemas. Upaya kesehatan yang dilakukan oleh
Puskesmas terdiri dari Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKM). UKM dibagi menjadi 2 yaitu UKM essensial dan UKM Pengembangan.
Menurut Pasal 36 ayat 2 Upaya Kesehatan Masyarakat esensial meliputi:
a. Pelayanan promosi kesehatan
b. Pelayanan kesehatan lingkungan
c. Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana
d. Pelayanan gizi
Upaya kesehatan masyarakat pengembangan merupakan upaya kesehatan masyarakat yang
kegiatannya memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan/ataubersifat ekstensifikasi dan
intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah
kerja dapotensi sumber daya yang tersedia di masing-masing Puskesmas.