Professional Documents
Culture Documents
Abstract. Environmental management in industrial estate is the strategic policy model which is needed to be developed referring
to the Indonesian Government Decree number 24 year 2009, that state almost all of the new industrial developments should be
located in industrial estate. The complexity in this environmental management was approached by “green rating” of PROPER’s
criteria regulated by Ministry of Environment & Forestry (KLHK). PROPER is the assessment program of company performance
rating in environmental management. Green rating is classified by PROPER in terms of beyond compliance performance. The
result of the case study in Jababeka Industrial Estate (KIJA) Bekasi, based on its environmental situational analysis year 2014 by
multidimensional scaling (MDS) method, showed that only the management dimension had a sustainability performance. The re-
sults of prospective analysis on leverage factors of MDS showed that the key factors of the environmental management model were
(1) DRKPL (summary document of environmental management performance), (2) implementation of water conservation and re-
ducing water pollution program, (3)funding for water conservation, (4) monitoring and evaluation of community development
program, (5) implementation of 3R (reduce, reuse, recycle) programs of hazardous waste, (6) technology of 3R, and (7) bench-
marking. Based on the key parameters and referred to the possibilities conditions, three scenarios have been developed to approach
the implementative policy. The moderate scenario was recommended to be the right policy in term of consideration of technology,
funding availability, time of implementation and organization skills.
melibatkan berbagai pemangku kepentingan yang sal- penggunaan kembali dan daur ulang limbah padat non
ing berinteraksi. Dengan demikian pendekatan yang B3, e) pengurangan pencemar udara dan emisi gas ru-
bersifat komprehesif diperlukan agar lebih mewakili mah kaca, f) pencapaian di bidang efisiensi air dan
(representative) terhadap kenyataan permasalahan yang penurunan beban pencemaran air, g) perlindungan
sebenarnya (Kodrat 2006). Untuk itu diperlukan ana- keanekaragaman hayati, dan h) pemberdayaan
lisis atas kondisi pengelolaan yang sedang berlangsung. masyarakat.
Mengingat kemajemukan tolok ukur pengelolaan ling- Selanjutnya dari hasil evaluasi dan penilaian
kungan bagi suatu kawasan industri, dalam penelitian melebihi ketaatan, dihasilkan peringkat hijau untuk pe-
ini kriteria pengelolaan lingkungan dilakukan dengan nanggung jawab usaha dan/ atau kegiatan yang telah
analisis berdasarkan kriteria penilaian PROPER melakukan pengelolaan lingkungan hidup dalam bi-
(Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengel- dang sistem manajemen lingkungan, pemanfaatan sum-
olaan Lingkungan) peringkat hijau. Ketentuan ber daya secara efisien dan melakukan upaya pem-
PROPER pada penelitian ini mengacu pada Peraturan berdayaan masyarakat dengan baik.
Menteri Lingkungan Hidup No: 03 tahun 2014 Penelitian ini dilakukan dengan tujuan utama mem-
mengenai Program Penilaian Peringkat Kinerja Perus- buat skenrio kebijakan pengelolaan lingkungan kawa-
ahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. san industri sesuai dengan kriteria PROPER KLHK
Berdasarkan perbedaan keadaan yang diinginkan peringkat hijau. Untuk mencapai tujuan itu dilakukan
sesuai kriteria peringkat hijau PROPER dengan kondisi beberapa tahapan tujuan khusus yaitu:
situasional yang sebenarnya, selanjutnya dibuat model a. Menganalisis perkembangan kinerja keberlanjutan
kebijakan. Diharapkan model tersebut menjadi pertim- pengelolaan lingkungan selama tahun 2008 sampai
bangan untuk pembuatan koreksi atas kebijakan dalam tahun 2014 ditinjau dari dimensi ekonomi,
pengelolaan lingkungan hidup agar sesuai dengan krite- teknologi, ekologi, sosial, dan kelembagaan dengan
ria yang diinginkan. Peringkat hijau dalam PROPER menggunakan atribut sesuai multi dimensi kriteria
merupakan kategori melampaui standar ketaatan (be- PROPER KLHK peringkat hijau.
yond compliance) atas peraturan dan perundang-un- b. Menentukan faktor-faktor pengungkit pengelolaan
dangan yang berlaku. lingkungan kawasan industri berdasarkan analisis
Perkembangan PROPER tidak dapat terlepas dari multi dimensi kondisi tahun 2014 sebagai base line.
program Prokasih sejak tahun 1990 hingga tahun 1995. c. Mengindentifikasi faktor-faktor penting yang ber-
PROPER merupakani perbaikan dan penyem- pengaruh dalam pengelolaan lingkungan kawasan
purnaannya dari Prokasih sejak tahun 2002. Penilaian industri dengan analisis prospektif.
PROPER berdasarkan kriteria yang berbeda-beda, yang d. Menyusun skenario kebijakan operasional yang im-
makin lama makin disempurnakan, ketat, dan rinci. plementatif pada pengelolaan lingkungan kawasan
Pelaksanaan PROPER dilakukan terhadap usaha dan industri dengan kriteria PROPER KLHK peringkat
/atau kegiatan wajib Amdal atau UKL-UPL (Upaya hijau berdasarkan faktor-faktor penting dan ber-
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan), yang a) pengaruh pada keadaan yang mungkin terjadi di
hasil produknya tujuan ekspor, b) terdapat dalam pasar masa mendatang.
bursa, c) menjadi perhatian masyarakat dalam lingkup
regional maupun nasional, d) skala kegiatan signifikan
untuk menimbulkan dampak terhadap lingkungan 2. Metodologi
hidup (KLH 2012).
Pelaporan ketaatan lingkungan wajib disusun se- 2.1. Tempat, Waktu Penelitian dan Pengumpulan
bagai Dokumen Ringkasan Kinerja Pengelolaan Ling- Data
kungan (DRKL) dengan mengikuti format tertentu
mengikuti ketentuan pada Lampiran II Peraturan Men- Penelitian dilakukan di kawasan industri Jababeka
teri LH No 3 tahun 2014. Selanjutnya status ketaatan (KIJA) yang berlokasi di Cikarang Kabupaten Bekasi.
akan menjadi dasar pemeringkatan dari yang terendah Dengan akses jalan tol Jakarta-Cikampek km 31 dan
hitam, merah, biru, hijau, dan yang tertinggi peringkat 24.7, KIJA mengalami pertumbuhan yang pesat. KIJA
emas. Adapun peringkat biru untuk penanggung jawab mempunyai luas sebesar 510 ha pada saat berdiri tahun
usaha dan/ atau kegiatan yang telah sesuai dengan per- 1989 dan awal tahun 2015 telah mencapai lebih dari
syaratan sebagaimana diatur dalam peraturan perun- 3.000 ha. Total proyek KIJA seluas 5.600 ha termasuk
dang-undangan. kawasan perumahan, lapangan golf, kawasan komersial,
Menurut KLH (2012), untuk penanggung jawab kawasan pendidikan, pelabuhan darat, serta pembang-
usaha dan/atau kegiatan yang memperoleh peringkat kit listrik. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan per-
biru dengan syarat a) tidak ada temuan yang signifikan timbangan skala luas kawasan yang besar, telah
pada saat dilakukan pengawasan dan b) tidak terjadi beroperasi lebih dari 25 tahun, tempat berlokasinya
konflik dengan masyarakat pada saat dan setelah dil- lebih dari 1.650 perusahaan industri dan komersial
akukan pengawasan, dapat dilakukan penilaian yang berasal dari 30 negara, serta jenis industri yang
melebihi ketaatan dengan menyerahkan DRKPL yang beragam. Jenis industri di KIJA terdiri dari industri
meliputi a) penerapan sistem manajemen lingkungan, tekstil, makanan dan minuman, kimia, farmasi, el-
b) pencapaian di bidang efisiensi energi, c) pengu- ektronik, otomotif, kosmetik dan aneka industri lainnya.
rangan dan pemanfaatan limbah bahan berbahaya dan
beracun (B3), d) penerapan prinsip pengurangan,
112
JPSL Vol. 5 (2): 111-120, Desember 2015
Menurut Dewi (2009), output perekonomian Kabu- a. Analisis situasional, yaitu membuat kajian kondisi
paten Bekasi sangat dipengaruhi secara signifikan oleh berdasarkan data tahunan kinerja pengelolaan KIJA
ouput sektor industrinya, sedangkan output sektot in- dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2014. Ana-
dustrinya dipengaruhi oleh investasi asing dan nilai ek- lisis juga juga didukung data-data sekunder lain dari
spor. instansi-instansi yang terkait.
Penelitian dilakukan selama 4 bulan, yaitu dari bulan b. Analisis multi dimensi (MDS) dilakukan dengan
Januari 2015 sampai dengan April 2015. Data yang dik- bantuan software rapfish yang telah dimodifikasi
umpulkan meliputi data sekunder maupun data primer. menjadi rap-Proindes, yaitu rapid analysis of
Proper’s industrial estate. Dari hasil analisis MDS
2.2. Alat dan Bahan diperoleh faktor-faktor penting dalam pengelolaan
lingkungan kawasan industri. Menurut Kavanagh
Komputer dilengkapi dengan software Rapfish dan dan Pitcher (2004), metoda rapfish memiliki be-
software Excel. berapa keunggulan yaitu sederhana, mudah, cepat,
serta biaya yang murah. Hasil analisis MDS tahun
2.3. Prosedur Penelitian 2014 sebagai base line untuk analisis prospektif
lebih lanjut.
a. Dilakukan pengamatan kondisi di lokasi penelitian c. Analisis prospektif atas hasil analisis MDS oleh De-
dan pengambilan data sekunder pada Manajemen wan Pakar yang dipilih secara purposive sesuai bi-
KIJA. Selain itu data sekunder pendukung juga be- dang keahlian dan kepakarannya. Hasil analisis pro-
pektif adalah faktor-faktor penentu dan penghubung
rasal Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi, Badan
yang selanjutnya digunakan untuk membangun
Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) model.
Jawa Barat, dan Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan. Selain itu, beberapa data diambil
juga dari publikasi resmi dari instansi-instansi 3. Hasil dan Pembahasan
terkait.
b. Dilakukan interview terhadap para pakar yang ter- 3.1. Analisis Situasional
pilih. Dalam penelitian ini terdiri dari tiga ke-
Data kondisi pengelolaan lingkungan KIJA dari ta-
lompok sesuai dengan tahapan penelitian:
hun 2008 sampai dengan tahun 2014 menunjukkan te-
Tahapan penentuan atribut, definisi, serta lah dilakukan upaya-upaya sehingga sesuai dengan per-
kriteria skor dalam analisis MDS berdasarkan syaratan sebagaimana diatur dalam peraturan perun-
kriteria PROPER KLHK peringkat hijau dang-undangan. Ini dibuktikan dengan selalu
sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup tercapainya PROPER peringkat biru, bahkan pada ta-
No 03 tahun 2014. Dalam tahap ini dil- hun 2009 dan 2011 dicapai peringkat hijau. Ini menun-
aksanakan dengan tiga orang pakar, yaitu dari jukkan pada tahun 2009 dan 2011 pernah berhasil men-
capai kriteria beyond compliance. Ringkasan imple-
pihak perusahaan KIJA, perusahaan industri mentasinya terhadap 8 kriteria PROPER peringkat hi-
dan Kementerian KLHK. jau adalah sebagai berikut:
Tahapan pengisian skor atribut MDS dengan a. Sistem Manajemen Lingkungan : telah diimplemen-
cara FGD (forum group discussion) internal tasikan integrasi QHSE yaitu quality, health, safety
KIJA. FGD bersifat internal karena data-data and environment , dengan implementasi ISO 9001:
yang digunakan berasal dari data tahunan 2008, OHSAS 18001: 2007, ISO 14001: 2004, serta
akreditasi ISO 17025 untuk laboratorium ling-
PROPER perusahaan tahun 2008 sampai
kungan.
dengan 2014. b. Pengelolaaan sumberdaya:
Tahapan analisis prospektif dengan pengisian Energi: dilakukan upaya efisiensi dengan
form kuesioner oleh enam orang pakar yang pemasangan alat inverter dengan perubahan sis-
terdiri dari manajemen KIJA, tokoh masyara- tem filtrasi dari sistem pompa menjadi gravitasi
kat, perusahaan industri, Dinas Lingkungan pada instalasi air bersih maupun air limbah.
Hidup Bekasi, BPLHD Jawa Barat, dan Ke- Air: dilakukan upaya penurunan air yang “hilang”
pada sistem distribusi air bersih.
menterian KLHK.
Emisi udara: penanaman pohon, dan penggantian
c. Membangun skenario kebijakan yang imple- material non CFC pada APAR dan sistem air con-
mentatif berdasarkan faktor-faktor kunci hasil dari ditioning.
analisis prospektif.
Limbah padat B3: penurunan volume limbah B3
dengan perbaikan sistem pengeringan dan ker-
2.4. Analisis Data jasama dengan industri semen sebagai alternatif
material.
Analisis data dilakukan dengan beberapa tahapan Limbah padat non B3: pengoperasioan pilot pro-
yang terdiri dari: ject pada unit composting.
113
e-ISSN 2460-5824 JPSL Vol. 5 (2): 111-120
114
JPSL Vol. 5 (2): 111-120, Desember 2015
116
JPSL Vol. 5 (2): 111-120, Desember 2015
117
e-ISSN 2460-5824 JPSL Vol. 5 (2): 111-120
dapat dilihat bahwa faktor-faktor kunci yang ber- terhadap nilai PROPER dapat digunakan untuk menen-
pengaruh tersebut apabila dibandingkan dengan kontri- tukan prioritas terhadap skenario kebijakan yang paling
businya terhadap nilai PROPER sebesar 336.5 dari nilai implementatif dengan nilai yang besar.
maksimal 950, atau sebesar 35.4 % sesuai Peraturan Sebenarnya banyak kemungkinan skenario ke-
Menteri LH No 03 tahun 2014. Dengan melihat bijakan yang dapat disusun, namun pada penelitian ini
seberapa besar kontribusi faktor berpengaruh tersebut dibatasi hanya tiga skenario yang dikembangkan yaitu
skenario pesimis, moderat dan optimis (Tabel 5).
Tabel 4. Pemetaan keadaan faktor-faktor penentu pengelolaan lingkungan kawasan industry sesuai kriteria PROPER KLHK hijau
%- terhadap
Faktor Keadaan (state )
nilai proper
1A 1B 1C
Semakin meningkat karena Tetap seperti sekarang, Peningkatan kemampuan
adanya pelatihan-pelatihan peningkatan kemampuan penyusunan DRKPL di
penyusunan DRKPL yang penyusunan DRKPL bawah rata-rata terhadap
informatif dan memenuhi termasuk rata-rata terhadap kemampuan perusahaan lain
DRKPL 15.8%
ketentuan sehingga perusahaan lain (pesaing) (pesaing)
melampaui peningkatan
kemampuan perusahaan lain
(pesaing)
2A 2B 2C
Semakin meningkat dengan Tetap seperti sekarang,
Implementasi konservasi perbaikan sistem distribusi air implementasi konservasi air
air dan penurunan beban 4.4% bersih dan penegakan tidak meningkat dan beban
pencemaran air limbah peraturan terhadap industri pencemaran air limbah tidak
berkurang
3A 3B 3C
Semakin meningkat dengan Tetap seperti sekarang, tidak
adanya alokasi dana rutin ada alokasi dana program
Alokasi dana konservasi
tahunan untuk program konservasi air dan penurunan
air dan penurunan beban 1.6%
konservasi air dan penurunan beban pencemaran air
pencemaran air
beban pencemaran air
4A 4B 4C
Semakin meningkat dengan Tetap seperti sekarang, tidak
adanya monitoring dan ada monitoring dan evaluasi
Monitoring dan evaluasi
evaluasi program program pengembangan
program pengembangan 1.8%
pengembangan masyarakat masyarakat
masyarakat
serta melibatkan partisipasi
pihak terkait
5A 5B 5C
Semakin meningkat dengan
optimasi IPAL untuk Tetap seperti sekarang, tidak
Implementasi 3R limbah mengurangi limbah B3 dan terjadi peningkatan
4.4%
B3 peningkatan kerjasama pengurangan dan
pemanfaatan limbah B3 pemanfaatan limbah B3
dengan pihak eksternal
6A 6B 6C
Semakin meningkat dengan Tetap seperti sekarang, tidak
diseminasi teknologi 3R dilakukan knowledge
Teknologi 3R limbah B3 1.1%
limbah B3 di jurnal ilmiah management terkait
minimal tingkat nasional teknologi 3R limbah B3
7A 7B 7C
Semakin meningkat karena Tetap seperti sekarang, yang Semaki menurun dengan
termasuk dalam minimal 5 mendapat penghargaan di tidak mendapatkannya
besar tingkat nasional di tingkat minimal tingkat penghargaan sama sekali
Benchmarking 6.3% bidang efisiensi air, efisiensi nasional hanya program pada semua bidang
energi, 3R limbah B3, 3R pengembangan masyarakat
limbah non B3, penurunan
emisi udara dan kehati
Total nilai faktor penting 35.4% 336.5
Total nilai proper 100.0% 950.0
Keterangan : Kondisi base line saat ini (2014)
Skenario pesimis
Skenario moderat
Skenario optimis
Tabel 5. Skenario pengelolaan lingkungan kawasan industri sesuai Skenario pesimis merupakan keadaan yang mungkin
PROPER KLHK hijau
terjadi apabila ada penurunan kemampuan perusahaan
Kondisi sekarang bersaing dengan perusahaan lain sesama kandidat
1B - 2B - 3B - 4B - 5B - 6B - 7B
(base line ) PROPER peringkat hijau dalam penyusunan DRKPL
No Skenario Keadaan sehingga nilai DRKPL tidak termasuk melebihi rata-
1 Pesimis 1C - 2B - 3B - 4B - 5B - 6B - 7C rata dari seluruh kandidat PROPER hijau. Dalam
1A - 2A - 3A - 4A - 5A - 6B - 7B
keadaan ini sesuai prosedur yang berlaku menurut
2 Moderat
peraruran Menteri Lingkungan Hidup No 03 tahun
3 Optimis 1A - 2A - 3A - 4A - 5A - 6A - 7A 2014, pihak perusahaan langsung gagal dalam proses
118
JPSL Vol. 5 (2): 111-120, Desember 2015
Daftar Pustaka
120