You are on page 1of 23

Pengertian Termodinamika

Termodinamika (bahasa Yunani: thermos = ‘panas’ and dynamic =


‘perubahan’) adalah fisika energi , panas, kerja, entropi dan
kespontanan proses. Termodinamika berhubungan dekat dengan
mekanika statistik di mana banyak hubungan termodinamika berasal.

Pada sistem di mana terjadi proses perubahan wujud atau pertukaran


energi, termodinamika klasik tidak berhubungan dengan kinetika
reaksi (kecepatan suatu proses reaksi berlangsung). Karena alasan ini,
penggunaan istilah “ termodinamika “ biasanya merujuk pada
termodinamika setimbang. Dengan hubungan ini, konsep utama dalam
termodinamika adalah proses kuasistatik, yang diidealkan, proses
“super pelan”. Proses termodinamika bergantung-waktu dipelajari
dalam termodinamika tak-setimbang.

Karena termodinamika tidak berhubungan dengan konsep waktu,


telah diusulkan bahwa termodinamika setimbang seharusnya
dinamakan termostatik.

Hukum termodinamika kebenarannya sangat umum, dan hukum-


hukum ini tidak bergantung kepada rincian dari interaksi atau sistem
yang diteliti. Ini berarti mereka dapat diterapkan ke sistem di mana
seseorang tidak tahu apa pun kecual perimbangan transfer energi dan
wujud di antara mereka dan lingkungan. Contohnya termasuk
perkiraan Einstein tentang emisi spontan dalam abad ke-20 dan riset
sekarang ini tentang termodinamika benda hitam.

Konsep Dasar dalam Termodinamika


Pengabstrakan dasar atas termodinamika adalah pembagian dunia
menjadi sistem dibatasi oleh kenyataan atau ideal dari batasan.
Sistem yang tidak termasuk dalam pertimbangan digolongkan sebagai
lingkungan. Dan pembagian sistem menjadi subsistem masih mungkin
terjadi, atau membentuk beberapa sistem menjadi sistem yang lebih
besar. Biasanya sistem dapat diberikan keadaan yang dirinci dengan
jelas yang dapat diuraikan menjadi beberapa parameter.
Sistem Termodinamika
Sistem termodinamika adalah bagian dari jagat raya yang
diperhitungkan. Sebuah batasan yang nyata atau imajinasi
memisahkan sistem dengan jagat raya, yang disebut lingkungan.
Klasifikasi sistem termodinamika berdasarkan pada sifat batas sistem-
lingkungan dan perpindahan materi, kalor dan entropi antara sistem
dan lingkungan.

Ada tiga jenis sistem berdasarkan jenis pertukaran yang terjadi antara
sistem dan lingkungan:

sistem terisolasi:

 sistem terisolasi adalah tak terjadi pertukaran panas, benda atau kerja
dengan lingkunganwadah terisolasi, seperti tabung gas terisolasi.
 sistem tertutup: terjadi pertukaran energi (panas dan kerja) tetapi
tidak terjadi pertukaran benda dengan lingkungan. Rumah hijau
adalah contoh dari sistem tertutup di mana terjadi pertukaran panas
tetapi tidak terjadi pertukaran kerja dengan lingkungan. Apakah suatu
sistem terjadi pertukaran panas, kerja atau keduanya biasanya
dipertimbangkan sebagai sifat pembatasnya:
~ pembatas adiabatik: tidak memperbolehkan pertukaran panas.

~ pembatas rigid: tidak memperbolehkan pertukaran kerja.

 sistem terbuka: terjadi pertukaran energi (panas dan kerja) dan benda
dengan lingkungannya. Sebuah pembatas memperbolehkan
pertukaran benda disebut permeabel. Samudra merupakan contoh dari
sistem terbuka.
Dalam kenyataan, sebuah sistem tidak dapat terisolasi sepenuhnya
dari lingkungan, karena pasti ada terjadi sedikit pencampuran,
meskipun hanya penerimaan sedikit penarikan gravitasi. Dalam
analisis sistem terisolasi, energi yang masuk ke sistem sama dengan
energi yang keluar dari sistem.

Keadaan Termodinamika
Ketika sistem dalam keadaan seimbang dalam kondisi yang
ditentukan, ini disebut dalam keadaan pasti (atau keadaan sistem).

Untuk keadaan termodinamika tertentu, banyak sifat dari sistem


dispesifikasikan. Properti yang tidak tergantung dengan jalur di mana
sistem itu membentuk keadaan tersebut, disebut fungsi keadaan dari
sistem. Bagian selanjutnya dalam seksi ini hanya mempertimbangkan
properti, yang merupakan fungsi keadaan.

Jumlah properti minimal yang harus dispesifikasikan untuk


menjelaskan keadaan dari sistem tertentu ditentukan oleh Hukum fase
Gibbs. Biasanya seseorang berhadapan dengan properti sistem yang
lebih besar, dari jumlah minimal tersebut.

Proses Termodinamika
Kalor (Q) merupakan energi yang berpindah dari satu benda ke benda
yang lain akibat adanya perbedaan suhu. Berkaitan dengan sistem dan
lingkungan, bisa dikatakan bahwa kalor merupakan energi yang
berpindah dari sistem ke lingkungan atau energi yang berpindah dari
lingkungan ke sistem akibat adanya perbedaan suhu. Jika suhu sistem
lebih tinggi dari suhu lingkungan, maka kalor akan mengalir dari
sistem menuju lingkungan. Sebaliknya, jika suhu lingkungan lebih
tinggi dari suhu sistem, maka kalor akan mengalir dari lingkungan
menuju sistem.

Jika Kalor (Q) berkaitan dengan perpindahan energi akibat adanya


perbedaan suhu, maka Kerja berkaitan dengan perpindahan energi
yang terjadi melalui cara-cara mekanis (mekanis tuh berkaitan dengan
gerak)… Misalnya jika sistem melakukan kerja terhadap lingkungan,
maka energi dengan sendirinya akan berpindah dari sistem menuju
lingkungan. Sebaliknya jika lingkungan melakukan kerja terhadap
sistem, maka energi akan berpindah dari lingkungan menuju sistem.

Salah satu contoh sederhana berkaitan dengan perpindahan energi


antara sistem dan lingkungan yang melibatkan Kalor dan Kerja adalah
proses pembuatan popcorn. Dirimu ngerti popcorn tidak ? biji jagung
yang ada bunganya, garis besarnya seperti ini… Biasanya popcorn
dimasukkan ke dalam wadah tertutup (panci atau alat masak lainnya).
Selanjutnya, wadah tertutup tersebut dipanasi dengan nyala api
kompor. Adanya tambahan kalor dari nyala api membuat biji popcorn
dalam panci kepanasan dan meletup. Ketika meletup, biasanya biji
popcorn berjingkrak-jingkrak dalam panci dan mendorong penutup
panci. Gaya dorong biji popcorn cukup besar sehingga kadang tutup
panci bisa berguling ria… Untuk kasus ini, kita bisa menganggap
popcorn sebagai sistem, panci sebagai pembatas dan udara luar, nyala
api dkk sebagai lingkungan. Karena terdapat perbedaan suhu, maka
kalor mengalir dari lingkungan (nyala api) menuju sistem (biji
popcorn).

Adanya tambahan kalor menyebabkan sistem (biji popcorn) memuai


dan meletup sehingga mendorong penutup panci (si biji popcorn tadi
melakukan kerja terhadap lingkungan). Dalam proses ini, keadaan
popcorn berubah. Keadaan popcorn berubah karena suhu, tekanan
dan volume popcorn berubah saat memuai dan meletup… meletupnya
popcorn hanya merupakan salah satu contoh perubahan keadaan
sistem akibat adanya perpindahan energi antara sistem dan
lingkungan. Masih sangat banyak contoh lain, sebagiannya sudah
gurumuda ulas pada bagian pengantar… Perubahan keadaan sistem
akibat adanya perpindahan energi antara sistem dan lingkungan yang
melibatkan Kalor dan Kerja, disebut sebagai proses termodinamika.

Energi dalam dan Hukum Pertama Termodinamika


Energi dalam sistem merupakan jumlah seluruh energi kinetik molekul
sistem, ditambah jumlah seluruh energi potensial yang timbul akibat
adanya interaksi antara molekul sistem. Kita berharap bahwa jika
kalor mengalir dari lingkungan menuju sistem (sistem menerima
energi), energi dalam sistem akan bertambah.
Sebaliknya, jika sistem melakukan kerja terhadap lingkungan (sistem
melepaskan energi), energi dalam sistem akan berkurang…
Dengan demikian, dari kekekalan energi, kita bisa menyimpulkan
bahwa perubahan energi dalam sistem = Kalor yang ditambahkan
pada sistem (sistem menerima energi) – Kerja yang dilakukan oleh
sistem (sistem melepaskan energi). Secara matematis, bisa ditulis
seperti ini :

Keterangan :
 delta U = Perubahan energi dalam
 Q = Kalor
 W = Kerja
Persamaan ini berlaku untuk sistem tertutup (Sistem tertutup
merupakan sistem yang hanya memungkinkan pertukaran energi
antara sistem dengan lingkungan). Untuk sistem tertutup yang
terisolasi, tidak ada energi yang masuk atau keluar dari sistem,
karenanya, perubahan energi dalam = 0. Persamaan ini juga berlaku
untuk sistem terbuka jika kita memperhitungkan perubahan energi
dalam sistem akibat adanya penambahan dan pengurangan jumlah zat
(Sistem terbuka merupakan sistem yang memungkinkan terjadinya
pertukaran materi dan energi antara sistem tersebut dengan
lingkungan).

Aturan tanda untuk Kalor (Q) dan Kerja


Aturan tanda untuk Kalor dan Kerja disesuaikan dengan persamaan
Hukum Pertama Termodinamika.

Kalor (Q) dalam persamaan di atas merupakan kalor yang


ditambahkan pada sistem (Q positif), sedangkan Kerja pada
persamaan di atas merupakan kerja yang dilakukan oleh sistem (W
positif). Karenanya, jika kalor meninggalkan sistem, maka Q bernilai
negatif. Sebaliknya, jika kerja dilakukan pada sistem, maka W
bernilai negatif.
———————————————————

Sumber :
 Giancoli, Douglas C., 2001, Fisika Jilid I (terjemahan), Jakarta :
Penerbit Erlangga
 Halliday dan Resnick, 1991, Fisika Jilid I, Terjemahan, Jakarta :
Penerbit Erlangga
 Tipler, P.A.,1998, Fisika untuk Sains dan Teknik-Jilid I (terjemahan),
Jakarta : Penebit Erlangga
 J.F. Gabriel, Fisika Kedokteran Jakarta : Penerbit EGC
 John R. Cameron , Fisika tubuh Manusia Jakarta : Penerbit EGC
 Fisika Science untuk Keperawatan, Jakarta : Penebit EGC
 Fisika Kesehatan, Penerbit UNS
 Biomekanika

Kategori:Materi Kuliah

Fenomena Tekanan di dalam Tubuh


19 April 2011teguhsasmitosdp2Tinggalkan komentar
Tekanan (disimbolkan dengan huruf P) didefenisikan sebagai gaya per
satuan luas. Satuannya adalah N/m2, yang di dalam sistim satuan SI
dinyatakan dengan Pascal atau Pa. Di dalam dunia medis satuan
tekanan dinyatakan dalam millimeter mercuri atau disingkat dengan
mmHg. Tekanan atmosfer lingkungan kita adalah 760 mmHg.
Atmosfer memiliki tekanan sebesar 1 atm (atm adalah singkatan dari
atmosfer). Jadi 1 atm = 760 mmHg. Karena kita hidup di lingkungan
atmosfer, maka pengukuran tekanan apapun dihitung relatif terhadap
tekanan atmosfer.
Ada sejumlah tempat di dalam tubuh yang tekanannya relatif lebih
kecil dari tekanan atmosfer (atau bernilai negatif). Sebagai contoh,
ketika kita bernafas (menarik nafas), tekanan di dalam paru-paru kita
harus lebih kecil dari tekanan udara luar (atmosfer) agar supaya udara
di lingkungan kita dapat mengalir ke dalam paru-paru. Ketika
seseorang minum air dari sebuah gelas dengan menggunakan
sedotan, tekanan di dalam mulutnya harus jauh lebih kecil dari
tekanan atmosfer di sekitar gelas agar air di dalam gelas tersebut
dapat mengalir ke dalam mulut.

Di dalam tubuh kita, jantung berperan sebagai sebuah pompa


yang dapat menghasilkan tekanan yang betul-betul tinggi (~100
sampai 140 mmHg) untuk menghasilkan gaya dorong yang besar agar
darah dapat didorong mengalir dari paru-paru ke seluruh tubuh
melalui arteri. Darah yang telah dialirkan ke seluruh tubuh akan
dialirkan kembali ke paru-paru melalui venous (pembuluh darah), oleh
karena itu tekanan pada venous harus betul-betul cukup kecil agar
darah (khususnya pada bagian tubuh yang paling bawah seperti kaki)
dapat disedot kembali ke dalam jantung. Kegagalan dalam menyedot
kembali darah yang telah dialirkan ke wilayah kaki ini sering
menghasilkan pembengkakan pada pembuluh darah (veins).
Tekanan di dalam tengkorak

Ruang di sekitar otak di dalam tengkorak


memiliki sekitar 150 cm3 cairan otak (cerebrospinal fluid disingkat
dengan CSF). Cairan otak ini dapat mengalir keluar dari wilayah otak
melalui saluran ventrikel (venticle).
Ventricles adalah rongga-rongga berukuran sangat kecil yang
menghubungkan ruang otak dengan rongga tulang belakang (spinal
column). Aliran secara sirkulatif (bersirkulasi) cairan CSF
melalui ventricles dari ruang otak ke rongga tulang belakang dan
sebaliknya terjadi secara terus menerus. Jika ventricles mengalami
penyumbatan, cairan CSF akan terjebak di dalam ruang otak
(tengkorak) sehingga akan meningkatkan tekanan internal tengkorak.
Peningkatan tekanan internal tengkorak, pada taraf yang berlebihan
akan menyebabkan terjadinya pembesaran tengkorak (kepala
membesar secara tidak normal). Pembesaran kepala yang tidak
normal ini disebut sebagai hydrocephalus. Kondisi ini sering terjadi
pada bayi, dan menjadi permasalahan yang sangat serius. Namun jika
gejala ini secara dini dapat diketahui, penanggulangannya dapat
dilakukan melalui pembedahan dengan mem-by-pass sistim aliran CSF
yang tersumbat dengan teknologi yang ada.
Pengukuran penambahan tekanan CSF tidak dapat dilakukan secara
langsung. Metode pengukuran yang lazim dilakukan adalah dengan
mengukur panjang lingkaran keliling kepala (tengkorak) yang terletak
tepat sedikit di atas kuping. Nilai normal panjang keliling kepala untuk
bayi adalah 32 sampai 37 cm. Apabila ukuran ini dilebihi, maka bayi
tersebut memiliki kecenderungan terserang hydrocephalus.
Tekanan Pada Mata

Cairan bening di dalam bola mata yang terdapat antara permukaan


mata dan retina memiliki tekanan tertentu sehingga dapat menjaga
bola mata pada bentuk dan ukuran yang tetap. Dimensi atau bentuk
mata sangatlah kritis. Bila dimensinya tidak tepat, mata menjadi tidak
dapat melihat. Perubahan 0,1 mm pada diameternya menghasilkan
efek (pengaruh) terhadap kejelasan penglihatan. Jangan sekali-kali
menekan bola mata terlalu keras karena dapat berakibat fatal dimana
tekanan internal mata tidak dapat mengembalikan bola mata ke dalam
bentuk semula dan oleh karena itu dapat menyebabkan kebutaan.
Tekanan normal cairan bening mata (tekanan mata) berada pada
interval 12 sampai 23 mmHg.

Cairan di bagian depan mata tersusun sebagaian besar dari air. Mata
secara kontinu menghasilkan cairan, dan oleh sistim pengaliran yang
dimilikinya membuat cairan yang berlebihan dapat dibuang dengan
baik. Apabila sistim pengaliran ini mengalami penyumbatan sehingga
sirkulasi tidak berjalan dengan sewajarnya, maka akan mengakibatkan
tekanan di dalam mata menjadi meningkat (bertambah). Peningkatan
tekanan ini dapat membatasi suplai darah ke retina mata sehingga
mempengaruhi kejelasan penglihatan. Kondisi seperti ini disebut
dengan glaucoma. Bila kondisi seperti ini sudah pada taraf yang
sangat parah dapat menyebabkan kebutaan. Tekanan yang dihasilkan
cairan mata ini (tekanan mata) dapat diukur dengan alat yang diberi
nama tonometer.
Tekanan Pada Sistem Pencernaan
Sistim pencernaan memiliki pintu masukan, yaitu melalui mulut dan
menuju ke persambungan antara kerongkongan dan lambung
(stomach-esophagus junction), dan pintu pengeluaran melalui anus
(anal sphincter). Panjang sistim pencernaan manusia dari mulut
sampai anus lebih kurang 6 m. Sistim pencernaan dilengkapi dengan
katub-katub (valves) yang berperan sebagai pembuka dan penutup
sehingga sistim pencernaan berproses dengan sempurna. Katub di
dalam usus berperan untuk meratakan penyaluran (pengaliran)
makanan di dalamnya. Katub-katub terdapat pada antara lambung
dan usus kecil (pylorus; yang berperan untuk menghidari aliran
makanan dari usus kecil kembali ke lambung) dan antara usus kecil
dan usus besar (valve between small and large intestine). Pada
beberapa kejadian aliran penyaluran terbalik dapat saja terjadi, seperti
pada saat muntah, aliran makanan berbalik dari yang normalnya.

Tekanan di dalam lambung dan usus


(bagian-bagian dari sistim pencernaan) lebih besar dari pada tekanan
atmosfer. Makanan yang dimakan (setelah kenyang) meningkatkan
tekanan pada sistim pencernaan. Pertambahan tekanan ini ditandai
dengan semakin tegangnya kulit perut.
Di samping itu, pada saat makan biasanya udara yang sempat dihirup
melalui pernafasan tertahan dan terjebak di dalam tubuh. Udara yang
terjebak ini menambah tekanan secara signifikan pada sistim
pencernaan. Tekanan di dalam sistim pencernaan dapat juga
dibangkitkan oleh gas-gas yang dihasilkan oleh bakteri-bakteri yang
terdapat di dalam usus. Gas-gas ini umumnya dikeluarkan dalam
bentuk kentut (flatus).

Kadang-kadang suatu bentuk penyumbatan terjadi pada katub antara


usus besar dan usus kecil dan membangkitkan tekanan yang
berlebihan sehingga menghalangi organ pembuluh darah yang ada di
perut untuk mengalirkan darah ke organ-organ penting di dalamnya.
Jika tekanan yang terjadi ini menjadi cukup besar akan menghentikan
mekanisme sistim aliran darah di dalam perut yang dapat berakibat
pada kematian. Suatu teknik intubation (memasukkan pipa kecil
melalui hidung, lambung dan usus) biasanya dilakukan untuk
mengurangi tekanan tersebut. Jika usaha ini gagal, selanjutnya diatasi
dengan melakukan pembedahan. Penambahan tekanan yang besar di
dalam usus akan menyebabkan resiko infeksi pada dinding usus,
karena tekanan yang besar akan menyebabkan dinding usus
cenderung robek atau retak-retak seperti teriris terluka kecil, dan gas-
gas yang terjebak di dalam usus akan dengan cepat menyebar dan
memasuki luka-luka tersebut. Resiko ini dapat direduksi dengan
melakukan pembedahan di ruangan bertekanan tinggi, dimana
tekanan ruangan lebih tinggi dari tekanan usus penderita.
Tekanan di dalam kandung kemih
Satu dari tekanan internal tubuh yang juga sangat penting adalah
tekanan yang terjadi pada kandung kemih (bladder). Peningkatan
tekanan yang terjadi pada kandung kemih adalah akibat adanya
akumulasi (pertambahan terus menerus) volume air kencing (urine).
Untuk orang dewasa volume maksimum kandung kemih adalah 500 ml
dengan tekanan rata-rata 30 cmH2O. Jika kontraksi dinding kandung
kemih terjadi, tekanan ini dapat ditingkatkan sampai mencapai 150
cmH2O. Anak-anak lelaki kadang-kadang sering menggunakan cara
klasik untuk mengukur seberapa besar tekanan kandung kemihnya
dengan melakukan kencing secara vertikal mengarah ke suatu tembok
dan mengukur tinggi maksimum semburan yang dicapai. Untuk orang
penderita prostatic (saluran kandung kemihnya tersumbat), tekanan
kandung kemihnya dapat mencapai lebih 100 cmH2O.

Tekanan di dalam kandung kemih dapat diukur


dengan memasukkan suatu catheter yang dilengkapi dengan sensor
tekanan ke dalam kandung kemih melalui urethra (saluran
keluar urine).
Tekanan pada kandung kemih dapat bertambah pada saat batuk, saat
duduk dan pada saat dalam keadaan tegang. Khusus untuk wanita
hamil, tekanan pada kandung kemihnya akan bertambah dengan
bertambah beratnya janin yang dikandung dan biasanya oleh karena
itu ia sering buang air kecil. Pada situasi yang stress pun juga dapat
meningkatkan tekanan pada kandung kemih, belajar saat mau ujian
membuat anda sering buang air kecil ke toilet. Hal ini disebabkan
karena “nerves”.
__________________________________________

 J.F. Gabriel, Fisika Kedokteran Jakarta : Penerbit EGC


 John R. Cameron , Fisika tubuh Manusia Jakarta : Penerbit EGC
 Fisika Science untuk Keperawatan, Jakarta : Penebit EGC
 Fisika Kesehatan, Penerbit UNS, Biomekanika
Kategori:Materi Kuliah

Besaran Vektor
19 April 2011teguhsasmitosdp2Tinggalkan komentar
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa apabila suatu
besaran tidak hanya memiliki besarnya saja akan tetapi juga memiliki
arah maka besaran tersebut disebut sebagai besaran vector.
Penanganan terhadap besaran vector sangat berbeda dengan
penanganan terhadap besaran scalar. Penjumlahan besaran scalar
cukup dengan menjumlahkan angka-angka dari nilai besaran tersebut.
Pengukuran volume darah merupakan besaran scalar. Bila di ruang
penyimpanan darah Palang Merah Indonesia terdapat 3 bungkus labu
darah dengan volume masing-masing 200 ml, maka jumlah volume
total darah dapat dijumlahkan dengan cara yang sederhana, yaitu:
200 ml + 200 ml + 200 ml = 600 ml. Kita dengan mudah dapat
menghitung jumlah total volume darah yang ada, yaitu: 600 ml.

Sangat berbeda halnya bila kita berhadapan dengan besaran vector


seperti gaya. Bila seorang perawat mendorong suatu strecher (suatu
alat dimana si pasien dapat ditidurkan di atasnya) untuk
memindahkan pasien dari kamar rawat yang satu ke kamar rawat
yang lain, dibutuhkan gaya yang relatif besar yang biasanya dilakukan
oleh 2 orang perawat. Agar kecepatan dorong menjadi besar maka
kedua perawat tersebut harus mendorong strecher ke arah yang
sama. Jika kedua perawat tersebut mendorong strecher masing-
masing berlawanan arah, maka strecher tersebut dapat saja tidak
akan berpindah. Katakanlah F1 adalah gaya yang dihasilkan oleh
perawat yang pertama yaitu 4 N dan F2 adalah gaya yang dihasilkan
oleh perawat yang kedua yaitu 5 N, maka proses penjumlahan
vektornya untuk kasus yang searah adalah sebagai berikut :

Bila kedua perawat mendorong strecher ke arah yang sama seperti


ditunjukkan pada gambar di atas, maka gaya dorong total yang
dihasilkan adalah hasil penjumlahan aljabar langsung dari kedua gaya
tersebut, yaitu : 4N + 5N. Dari hasil penjumlahan ini didapatkan gaya
dorong total sebesar 9 N.
Bila kedua perawat mendorong strecher dengan arah yang berlawanan
(lihat gambar 2), penjumlahan aljabar langsung dapat dilakukan
dengan memperhatikan arah kedua gaya. Bila kita menetapkan
sebagai acuan arah vector gaya F2 adalah positif (ke arah kanan)
maka vector gaya F1 yang arahnya berlawanan (ke arah kiri) harus
bernilai negatif sehingga cara penjumlahannya adalah (-4N) + 5N
yang menghasilkan gaya dorong total sebesar 1 N. Dari kedua kasus
tersebut jelaslah terlihat bahwa penjumlahan kedua besaran vector
gaya F1 dan F2 memiliki hasil yang sangat bergantung pada arah
masing-masing gaya.
Coba perhatikan kasus dimana gaya F1 membentuk sudut
600 terhadap gaya F2 seperti ditunjukkan pada gambar 3. Pada kasus
ini dibutuhkan teknik tertentu yang sesuai dengan aturan penjumlahan
vector untuk menyelesaikannya. Untuk menjumlahkan kedua vector
gaya tersebut secara aljabar pada arah gaya F2 maka haruslah
terlebih dahulu gaya F1 diproyeksikan searah dengan vector gaya
F2. Penjumlahan aljabar dua buah vector atau lebih dapat dilakukan
apabila vector-vektor tersebut searah atau berlawanan arah. Dalam
kasus yang ditunjukkan oleh gambar 3, vector gaya F1 dapat
diproyeksikan searah dengan F2. Hasil proyeksi vector gaya F1 ke arah
gaya F2 adalah F1 cos 600. Dengan demikian, kedua besaran vector
tersebut dapat dijumlahkan secara aljabar (jumlah total besar vector
yang searah dengan F2), yaitu:

Sekarang perhatikan yang berikut ini !


Tampak bahwa nilai total gaya pada kasus ketiga ini
berbeda dengan nilai total dari dua kasus sebelumnya. Kasus pada
gambar 1 menghasilkan total gaya sebesar 9 N, sementara kasus pada
gambar 2 menghasilkan total gaya sebesar 1 N dan kasus pada
gambar 3 menghasilkan total gaya sebesar 7 N. Artinya, jelaslah
bahwa arah dari gaya-gaya yang akan dijumlahkan mempengaruhi
nilai hasil penjumlahannya. Teknik cerdik untuk menentukan arah dan
besarnya gaya-gaya sangat dibutuhkan pada teknologi pengobatan
secara mekanik. Lazim di dalam dunia kesehatan bahwa untuk
meluruskan suatu tulang yang bengkok dapat dilakukan dengan
menggunakan gaya pemberat dari suatu beban yang digantungkan
padanya. Arah gaya yang dihasilkan beban didisain sedemikian rupa
sehingga dapat dimanfaatkan secara efesien dan efektif untuk menarik
tulang yang akan diluruskan.
Lengan Gaya
Perhatikan sistim neraca lengan yang ditunjukkan pada gambar 4.
Pada zaman dahulu alat timbang (neraca) seperti ini digunakan untuk
menimbang berbagai jenis bahan obat-obatan, namun oleh karena
kemajuan teknologi digital, alat timbang yang digunakan saat ini
adalah alat timbang digital yang murni berbasis elektronika. Mari kita
pelajari cara kerja alat timbang yang ditunjukkan oleh gambar 4 untuk
memahami apa yang dimaksud dengan lengan gaya.

Yang dimaksud dengan lengan gaya adalah jarak antara titik A ke O


atau jarak antara B ke O. Titik O adalah titik tumpuan, sementara titik
A atau titik B adalah titik pertemuan ujung lengan dengan gaya
penariknya. Gaya penarik lengan L1 (lengan A ke O) adalah W1 dan
gaya penarik lengan L2 (lengan B ke O) adalah W2. Yang
menyebabkan adanya gaya W1 adalah massa beban m1 dan yang
menyebabkan adanya gaya W2 adalah massa beban m2. Gaya W1
memaksa sistim neraca berotasi (berputar) berlawanan arah dengan
putaran jarum jam dan gaya W2 memaksa sistim neraca berotasi
searah putaran jarum jam. “Sesuatu” yang dapat menimbulkan suatu
sistim berotasi disebut sebagai “gaya torsi” atau singkatnya disebut
torsi (disimbolkan dengan τ ; dibaca “tau”). Torsi didefenisikan sebagai
perkalian antara gaya dengan lengan.

Pada sistim neraca lengan (gambar 4) gaya-gaya yang ada adalah W1


dan W2, sedangkan lengan gaya adalah L1 dan L2. Oleh karena itu,
torsi yang searah perputaran jarum jam adalah τ2 = W2xL2 dan torsi
yang berlawanan dengan arah perputaran jarum jam adalah τ1 =
W1xL1. Bila sistim neraca dalam keadaan setimbang
diam maka torsi ke kanan (searah perputaran jarum jam) sama
dengan torsi ke kiri (berlawanan arah dengan perputaran jarum jam)
dan dituliskan sebagai: τ2 = τ1.
Bila diketahui massa m1 = 2 kg dan panjang lengan neraca masing-
masing adalah 0,25 m, maka berapa besarnya m2 agar sistim neraca
berada dalam keadaan setimbang diam? Sebagaimana telah diuraikan
sebelumnya, syarat keadaan setimbang diam pada neraca lengan
adalah besar torsi ke arah kanan harus sama dengan besar torsi ke
arah kiri, yaitu : (ambil grafitasi bumi = g)
Kategori:Materi Kuliah

Biomekanika
18 April 2011teguhsasmitosdp2Tinggalkan komentar
Mekanika adalah salah satu cabang ilmu dari bidang ilmu fisika
yang mempelajari gerakan dan perubahan bentuk suatu materi yang
diakibatkan oleh gangguan mekanik yang disebut gaya. Mekanika
adalah cabang ilmu yang tertua dari semua cabang ilmu dalam fisika.
Tersebutlah nama-nama seperti Archimides (287-212 SM), Galileo
Galilei (1564-1642), dan Issac Newton (1642-1727) yang merupakan
peletak dasar bidang ilmu ini.

Galileo adalah peletak dasar analisa dan eksperimen dalam ilmu


dinamika. Sedangkan Newton merangkum gejala-gejala dalam
dinamika dalam hukum-hukum gerak dan gravitasi.

Mekanika teknik atau disebut juga dengan mekanika terapan


adalah ilmu yang mempelajari peneraapan dari prinsip-prinpsip
mekanika. Mekanika terapan mempelajari analisis dan disain dari
sistem mekanik.

Biomekanika didefinisikan sebagai bidang ilmu aplikasi


mekanika pada system biologi. Biomekanika merupakan kombinasi
antara disiplin ilmu mekanika terapan dan ilmu-ilmu biologi dan
fisiologi. Biomekanika menyangkut tubuh manusia dan hampir semua
tubuh mahluk hidup. Dalam biomekanika prinsip-prinsip mekanika
dipakai dalam penyusunan konsep, analisis, disain dan pengembangan
peralatan dan sistem dalam biologi dan kedoteran.

Pada dasarnya biomekanika adalah cabang ilmu yang relatif


baru dan sedang berkembang secara dinamis. Akan tetapi sebenarnya
bidang ilmu sudah eksis sejak abad ke lima belas masehi ketika
Leonardo Da Vinci (1452-1519) membuat catatan akan siginikansi
mekanika dalam penelitian-penelitian biologi yang dia lakukan.
Kontribusi dari para peneliti dalam bidang ilmu biologi, kedokteran,
ilmu-ilmu dasar, dan teknik mewarnai perkembangan biomekanika
akhir-akhir ini.

Gerak dan Gaya


Gaya adalah sebuah konsep yang digunakan untuk menerangkan
interaksi fisik dari obyek dengan sekelilingnya. Gaya dalam fisika
didefinisikan sebagai kuantitas yang dapat menyebabka perubahan
dari state dari suate benda sehingga terjadi percepatan pada benda
itu.

Gerakan Tubuh Manusia


Filosof Yunani Aristotle (384-322 SM) adalah orang yang pertama kali
melakukan studi secara sistematik terhadap gerakan tubuh manusia.
Banyak prinsip yang mendeskripsikan aksi dan karakteristik
gemometri dari otot. Walaupun penemuan Aristotle untuk
menerangkan gerakan banyak mengandung kontradiksi, usaha awal
yang telah ia ristis menjado pondasi bagi studi berikutnya seperti
Galen (131-201), Galileo (1564-1643), Borelli (1608-1679), Newton
(1642-1727), dan Marey (1830-1904). Studi dari para filosof dan
ilmuwan tersebut telah mengakibatkan kita bisa membuktikan bahwa
gerakan tubuh manusia merupakan konsekuensi dari interkasi anatara
otot dan gaya yang diakibatkan oleh lingkungan sekitar tubuh
manusia.

Seperi yang ditulis oleh Aristotle bahwa bianatang yang


berjalan membuat posisisnya berubah dengan menekan apa yang ada
dibawahnya. Pernayataan ini menekankan bahwa dalam studi gerakan
harus menekankan pada (Higgins, 1985):

 Pengkarateran interaksi fisik anatara hewan (manusia) dan


lingkungan sekitar.
 Menetukan cara hewan (manusia) mengorganisasikan interkasi fisik
tersebut.
Dengan kerangka seperti ini maka gerakan tubuh system biologis
dapat diakui sebagai hasil interaksi system biologis dengan lingkungan
sekelilingnya. Beberapa faktor berikut turut menentukan interaksi
tersebut:

 Stuktur dari lingkunngan (bentuk dan stabilitas).


 Medan dari gaya (arah relatif terhadap gravitasi, kecepatan gerakan).
 Stuktur dari sistem (susunan tulang, aktifitas otot, sususan segment
dari tubuh, ukuran, integrasi motorik yang dibutuhkan untuk
mendukung postur).
 Peranan dari keadaan psikologis (level keatifan, motivasi).
 Bentuk gerakan yang akan dikerjakan (kerangka dari organisasi dari
gerakan).
Higgins menyatakan bahwa gerakan adalah bagian yang tak
terpisahkan dengan struktur yang mendukungnya dan lingkungan
yang mendefinisikannya.

Goniometri
Istilah goniometri berasal dari bahasa Yunani, gonia yang berarti sudut
dan metros yang mempunyai makna maengukur. Sedangkan
geniometer adalah alat untuk mengukur sudut. Gonimetri
berhubungan dengan pengukuran sudut yang dibentuk oleh sgement
dari organ tubuh manusia yang dihubungkan oleh sendi. Dalam
prakteknya pengukuran sudut dari sendi, dilakukan dengan
melekatkan gonio meter pada sgement-segment yang diukur
sudutnya. Goniometer dapat digunkan untuk mengukur sudut pada
suatu posisi tertentu maupun seacra kontinyu dalam melakukan suatu
gerakan.

Pemodelan
Dibutuhkan asumsi-asumsi tertentu untuk membuat penyederhanaan
dari sebuah sistem yang kompleks sehingga penyelesaian analitis bisa
dicapai. Sebuah model yang lengkap memperhitungkan efek-efek dari
keseluruhan bagian penyususn sistem secara detail. Akan tetapi model
yang lengkap dan detail sulit diwujudkan dan bila dapat akan sulit
menghasilkan solusi dari masalah yang akan diselesaikan. Tidak
selalu mungkin untuk memodelkan system secara lengkap dan bahkan
kadang-kadang tidak perlu untuk menyertakan setial detail dari sistem
dalam analisis. Sebagai contoh adalah pada hampir semua gerakan
tubuh manusia, banyak kelompok otot (muscle) yang terlibat untuk
menggerakkan organ-organ tubuh. Akan tetapi untuk keperluan
analisis gaya yang terlibat pada sendi dan otot pada suatu gerakan
tertentu, pendekatan yang terbaik adalah dengan memprediksi
kelompok otot yang mana yang paling aktif dan mengabaikan
kelompok otot-otot yang lain.

Secara umum, pemodelan suatu sistem selalu diawali dengan


model yang sederhana. Dari model sederhana ini berangsur-angsur
kompleksitasnya ditingkatkan sejalan dengan pemahaman karakterstik
system dan dari pengamatan terhdapa model sederhana tersebut.
Peneliti dapat merancang model yang cukup sederhana untuk dianalisa
sehingga menujukkan fenomena yang diteliti dalam batas-batas
kepuasan tertentu. Dari pengetahuan akan sistem yang dimodelkan
sistem sederhana terseebut kemudian disempurnakan. Makin banyak
belajar, makin banyak pula yang dipahami dari sistem dan lebih detail
pula analisis yang dapat dilakukan.

Pemodelan gerakan tubuh manusia dapat digolongkan


berdasarkan pendekatan yang diambil:

 Pendekatan teori yang menggunkan basis pengetahuan dalam bidang


fisiologi, mekanika, dan robotika untuk merancang persamaan
matematika yang mengepresikan gerakan tubuh manusia.
Selanjutnya gait dapat dipelajari dengan simulasi menggunakan model
tersebut dan hasilnya dibandingkan dengan data asli yang diukur dari
manusia.
 Pengukuran gait secara langsung mendapatkan model yang
representatif menggambarkan hibungan antar variabel dalam
gerakan tubuh manusia.
Kedua pendekatan ini akan bertemu, utamanya bila sebuah studi
gerakan tubuh manusia diarahkan pada aplikasi tertentu, misalnya
analysa patologi maupun rehabilitasi dari suatu kelumpuhan tertentu.

Kategori:Materi Kuliah

PENGANTAR FISIKA KESEHATAN


23 September 2010teguhsasmitosdp21 komentar
Ilmu fisika kesehatan atau disebut dengan medical physics adalah ilmu
yang menggabungkan dua bidang kajian yang sangat luas, yaitu : ilmu
fisika dan ilmu kesehatan serta keterkaitannya. Fisika kesehatan
mengacu pada dua bidang kajian utama, yaitu:
1. pertama, penerapan fungsi ilmu fisika pada tubuh manusia dan
penerapannya untuk mengatasi penyakit yang dialami oleh tubuh.
2. kedua, penerapan ilmu fisika pada kegiatan teknik pemeriksaan
medis.
Bagian yang pertama sering disebut physics of physiology; sementara
bagian yang kedua melibatkan seluruh pemahaman tentang konsep
dasar dan cara kerja instrumen-instrumen (peralatan) kedokteran
yang digunakan untuk mendiagnosa para pasien. Kedua bidang kajian
tersebut menjadi sangat penting untuk menjaga (bagian yang
pertama) kesehatan dan (bagian yang kedua) untuk mengatasi atau
menyembuhkan tubuh bila telah terserang penyakit.
Bidang ilmu fisika kesehatan terdiri dari beberapa sub-divisi. Di
Amerika Serikat fisika kesehatan lebih difokuskan pada bidang kajian
radiologi. Ilmu fisika digunakan menganalisis secara sempurna tentang
proses fisis peristiwa radiasi dan memberikan solusi lengkap tentang
cara mengatasi permasalahan-permasalahan yang mungkin terjadi
pada tubuh manusia akibat pemberian perlakuan radiasi tersebut.
Proses penyembuhan tubuh manusia dari berbagai penyakit dengan
cara radiasi dengan demikian dapat dilakukan dengan baik dan
sempurna.
Matematika sebagai alat bantu
Sekalipun para fisikawan dapat dengan mudah menyelesaiakan
berbagai persoalan fisis yang ada, namun di sisi lain banyak
permasalahan fisis yang lain, termasuk pada bidang kesehatan, harus
diselesaikan dengan melibatkan sedikit perumusan matematika.
Dengan bantuan teknik matematis yang lihai, banyak permasalahan
medis terselesaikan. Dalam dunia fisika sendiri matematika menjadi
alat bantu untuk menyelesaikan berbagai persoalan. Menyelesaikan
berbagai persamaan gerak tubuh, aliran darah, proses detak jantung,
proses interaksi antar sel-sel tubuh, dilakukan dengan menggunakan
alat bantu teknis perumusan matematis yang relevan. Jadi dengan
demikian, memiliki pemahaman matematika yang baik sangat
membantu untuk menyelesaikan berbagai permasalahan kesehatan
dengan sempurna.

Pengukuran Besaran
Di dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melakukan pengukuran.
Pada dunia kesehatan pengukuran menjadi tugas rutin yang dilakukan.
Mengukur temperatur tubuh, mengukur tinggi badan, mengukur detak
jantung, mengukur denyut aliran darah adalah contoh yang banyak
kita temukan. Proses pengukuran ini akan melibatkan angka-angka
pada berbagai digit.

Semua alat ukur yang digunakan pada proses pengukuran


tentu memiliki skala pengukuran yang terkecil, yaitu skala terkecil
yang ditunjukkan pada alat ukur. Kita menyadari bahwa sebagai
manusia kita memiliki banyak keterbatasan. Dalam proses pengukuran
yang kita lakukan, oleh karena keterbatasan itu, akan menghasilkan
sedikit kesalahan dalam batas toleransi, yang oleh fisikawan dan
matematikawan dikategorikan sebagai ketidakpastian.

hasil pengukuran. Itulah sebabnya sering dianjurkan agar mengukur


sesuatu besaran harus dilakukan berulang kali dan mengambil rata-
ratanya sebagai hasil akhir yang dilaporkan. Semua itu dilakukan agar
didapatkan hasil yang lebih akurat sehingga hasil pengukuran tersebut
betul-betul menyatakan keadaan yang sebenarnya. Kesalahan terkecil
yang mungkin dilakukan pada setiap pengukuran adalah setengah kali
dari besar skala terkecil alat ukur yang digunakan.

Umumnya pada kehidupan kita sehari-hari besaran-besaran


hasil pengukuran yang kita dapatkan adalah hanya melibatkan
besarnya saja atau nilai angkanya saja. Besaran ini disebut sebagai
besaran scalar. Kita jarang berfikir tentang apa saja yang melekat
pada besaran itu. Jika suatu proses pengukuran hanya menghasilkan
besarnya saja, maka pengukuran tersebut hanya menghasilkan nilai
skalar pengukuran. Tapi dalam kehidupan nyata dan dunia kesehatan,
banyak besaran yang harus diukur tidak hanya memiliki besar akan
tetapi juga memiliki arah. Suatu besaran yang memiliki besar dan arah
disebut sebagai besaran vector. Misalnya, katakanlah anda mendorong
seorang teman dengan kuat sehingga teman tersebut terjatuh dan
terhempas ke lantai sehingga terluka. Anda dalam proses itu tentu
“memberikan” gaya sebesar tertentu untuk mendorong teman itu. Tapi
di samping nilai gaya yang anda “berikan” tersebut tentu ada arah
kemana anda mendorongnya. Jadi gaya yang anda “berikan” itu
memiliki besar dan arah, sehingga gaya itu disebut sebagai besaran
vector. Banyak besaran vector yang akan kita gunakan dalam
menyelesaikan berbagai permasalahan kesehatan tubuh.

Satuan Besaran Fisika


Gaya yang anda gunakan untuk mendorong teman tersebut memiliki
besar dan arah. Di samping itu gaya juga memiliki satuan
sebagaimana besaran-besaran yang lainnya. Gaya memiliki satuan
Newton yang sama dengan kg.m/dt2. Pada kesempatan lain mungkin
saja anda menemukan satuan gaya menjadi gr.cm/dt2. Sekilas terlihat
ada perbedaan dari kedua satuan itu walaupun sama-sama satuan dari
besaran gaya. Mengapa besaran yang sama memiliki satuan yang
berbeda ? Kajian fisika sebenarnya mengizinkan adanya perbedaan
penulisan itu. Perbedaan yang terjadi pada penulisan satuan gaya di
atas hanya pada sistim satuan yang digunakan. Kg.m/dt2 adalah sistim
satuan internasional (SI) atau sering disebut sistim MKS yang berasal
dari kata Meter Kilogram Second, sementara gr.cm/dt2 adalah sistim
CGS yang berasal dari kata Centimeter Gram Second. Beberapa
negara di Eropa menggunakan sistim satuan CGS, sementara Amerika
Serikat lebih menyukai sistim satuan MKS. Di dalam buku ini kita akan
lebih sering menggunakan sistim satuan MKS. Satuan dari besaran-
besaran yang lain dapat dilihat pada berbagai buku ajar yang ada. Di
dalam dunia kesehatan kita akan banyak berhadapan dengan satuan
seperti: kg (berat badan), oC (temperatur tubuh), cm3 (volume cairan
yang akan disuntikkan ke dalam tubuh), dll.
Besaran Pokok dan Besaran Turunan
Besaran yang digunakan dalam suatu perhitungan sering melibatkan
besaran pokok dan besaran turunan. Besaran pokok adalah besaran
dasar yang tak teruraikan lagi. Besaran turunan adalah besaran
dimana tersusun dari lebih dari satu besaran pokok.

Besaran Pokok
1. Panjang (jarak) meter (m)
2. Massa kilogram (kg)
3. Waktu second (sec) atau detik
4. Temperatur Kelvin (K) atau Celcius (C)
5. Arus listrik Ampere (A)
6. Intensitas cahaya Candela (Cd)
7. Jumlah zat mole (mol)
Besaran Turunan
1. Kecepatan m/det
2. Luas m2
3. Volume m3
4. Gaya kg.m/dt2
5. dll.

You might also like