You are on page 1of 8

5.

4 Pentingnya Pendidikan ibu dalam Islam


5.4.1 Definisi Pendidikan menurut Islam
Secara bahasa pendidikan yang dalam bahasa Arab disebut “tarbiyah” memiliki tiga
asal makna. Makna pertama tarbiyah bermakna az-ziyadah dan an-namâ` yang berarti
bertambah atau tumbuh. Makna kedua tarbiyah adalah nasya`a dan tara’ra’ah yang bermakna
tumbuh dan berkembang. Dan makna ketiga, tarbiyah bermakna aslaha yang berarti
memperbaiki.
Menurut Ibnu Taimiyah, Pendidikan adalah ilmu yang bermanfaat merupakan asas
bagi kehidupan yang cerdas dan unggul. Sementara mempergunakan ilmu itu dapat menjamin
kelestarian dan kelangsungan masyarakat, tanpa itu masyarakat akan terjerumus ke dalam
kehidupan yang sesat. Jadi ilmu yang bermanfaat intinya adalah mengajak pada kehidupan
yang benar yang diarahkan pada hubungan dengan Tuhan serta dihubungkan dengan
kenyataan-kenyataan makhluk serta memperteguh rasa kemanusiaan.
Pengertian pendidikan bahkan lebih diperluas cakupannya sebagai aktivitas dan
fenomena. Pendidikan sebagai aktivitas berarti upaya yang secara sadar dirancang untuk
membantu seseorang atau sekelompok orang dalam mengembangkan pandangan hidup, sikap
hidup, dan keterampilan hidup, baik yang bersifat manual (petunjuk praktis) maupun mental,
dan sosial sedangkan pendidikan sebagai fenomena adalah peristiwa perjumpaan antara dua
orang atau lebih yang dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hidup, sikap hidup,
atau keterampilan hidup pada salah satu atau beberapa pihak, yang kedua pengertian ini harus
bernafaskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan
Sunnah (Hadist).
5.4.2 Tujuan Pendidikan dalam Islam
Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya
manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh
manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah
beribadah kepada Allah.
Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan
hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup manusia itu menurut
Allah ialah beribadah kepada Allah. Seperti dalam firman Allah :
Artinya : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku (QS. Adh-Zariyat (51) :56)
Menurut Al Syaibani, tujuan pendidikan Islam adalah :
1. Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuan,
tingkah laku masyarakat, tingkah laku jasmani dan rohani dan kemampuan-kemampuan yang
harus dimiliki untuk hidup di dunia dan di akhirat.
2. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, tingkah
laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, memperkaya pengalaman
masyarakat.
3. Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu,
sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat.
5.4.3 Tiga Objek Pendidikan dalam Al-Quran
Al-Quran membagi objek pendidikan menjadi tiga objek. Yang pertama adalah objek
individual. Kedua adalah objek keluarga dan orang-orang dekat, dan ketiga adalah objek
masyarakat.
Objek individual adalah bahwa objek pendidikan tersebut adalah dirinya sendiri.
Yakni seseorang mendakwahi dirinya sendiri. Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh
Rasulullah saw. sebelum Allah menurunkan wahyu kepada beliau saw. Allah memberikan
beliau semacam wahyu untuk menyendiri di dalam gua Hira. Tak lain tujuannya adalah untuk
mendakwahi diri sendiri dengan mentadaburi alam dan melihat keadaan sekitar berupa
masyarakat Makah yang sangat jauh dari nilai-nilai kemanusiaan. Sesuai dengan firman Allah
SWT

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan (QS. At-Tahrim (66) : 6)
Dalam ayat yang lainnya, bahkan Allah memperingatkan orang yang gemar
berdakwah kepada orang lain, tapi dirinya sendiri tidak ia dakwahi, dalam artian dia tidak
melaksanakan apa yang ia sampaikan kepada orang lain. Allah SWT berfirman :

Artinya : (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak
kamu kerjakan.(QS.. Ash-Shaff (61):3)

Ayat ketiga dari surat ash-shaf tersebut memberikan sinyal bahwa individu perlu
memperbaiki diri , maka dari itulah objek pertama adalah individu bukan yang lainnya. Di
samping itu, ketika individu memberikan sebuah pengajaran kepada orang lain, atau orang
dekat, namun ternyata apa yang individu perintahkan kepada orang lain tersebut tidak
dikerjakan oleh individu itu sendiri , maka perbuatan itu termasuk perbuatan cemoohan.
Objek ke-dua adalah objek keluarga dan orang-orang yang dekat . Ini adalah sasaran
kedua setelah individu. Sesuai dengan firman Allah yang terkandung dalam surat At-Tahrim
ayat 6, yang menyatakan “jagalah dirimu” dan Allah melanjutkan “ jagalah keluargamu”.
Dakwa seseorang kepada keluarga dekatnya dan juga kepada orang-orang yang hidup
bersamanya, mulai dari teman dan kolega, merupakan dakwah yang dilakukan oleh para nabi
termasuk Nabi Muhammad saw.
Nabi Muhammad SAW, ketika selesai mendapat perintah untuk berdakwah, beliau
tidak langsung menuju ke Ka’bah di mana Ka’bah adalah tempat berkumpulnya masyarakat
Makah waktu itu, tetapi beliau berdakwah kepada keluarganya terlebih dahulu. Hal ini juga
atas petunjuk dari Allah langsung sebagaimana firman Allah SWT :

Artinya : Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat (QS.


Al-Syuara (26) : 214)

Objek ke-tiga adalah objek masyarakat, Islam hadir tidak hanya untuk menshalihkan
individu tertentu dan atau keluarga tertentu, melainkan untuk menshalihkan semua orang
yang menginginkan kebaikan di dunia dan di akhirat.
Secara tegas Allah memperingatkan agar tidak egois dengan keadaan orang lain. Allah SWT
berfirman :

Artinya : Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan
melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih (QS. Ash-
Shura (42) :42)
Ayat tersebut indikasi bahwa jangan merasa aman ketika manusia sudah shalih.
Padahal di samping kanan dan kiri kita masih banyak orang yang berbuat kezhaliman. Maka
dapat dipahami bahwa objek ketiga dari pendidikan adalah masyarakat umum.
5.4.4 Pendidikan Ibu dalam Islam
Ibu merupakan komponen dalam keluarga dan masyarakat yang sangat menentukan
peranannya dalam membentuk generasi dan menciptakan peradaban.
Para wanita tangguh dalam sejarah tidak semata- mata menjadi tangguh, melainkan mereka
melalui proses pendidikan (tarbiyah) secara berkelanjutan.
Ada beberapa alasan mengapa pendidikan menjadi hal penting untuk muslimah. Dalam
firman Allah SWT :

Artinya ; Dan jika seseorang dari isteri-isterimu lari kepada orang-orang kafir, lalu kamu
mengalahkan mereka maka bayarkanlah kepada orang-orang yang lari isterinya itu mahar
sebanyak yang telah mereka bayar. Dan bertakwalah kepada Allah Yang kepada-Nya kamu
beriman (QS. Al-Mujadilah (58) :11)

Ayat tersebut menunjukan bahwa orang-orang yang berilmu akan memiliki derajat
lebih di sisi Allah dan manusia. Selain itu ilmu akan membuat seseorang menjadi takut
kepada Allah. Jika para ibu memiliki ilmu dan wawasan yang luas, maka ia akan mampu
mendidik anak-anaknya dengan lebih baik, mengetahui cara-cara untuk berbuat kebaikan
lebih banyak. Sehingga dapat menambah catatan amal dan pahalanya, serta dapat

mengajarkan kebaikan kepada orang lain.


Pendidikan dapat mendukung suami dalam berbuat baik, hal ini karena ibu merupakan
teman hidup suami. Sesuai dengan firman Allah SWT :

Artinya : Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah)
menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yawg makruf,
mencegah dari yang mungkar, mendirikan salat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada
Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah
Mahaperkasa lagi Mahabijaksana

Ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa perempuan dan laki-laki diciptakan oleh Allah
SWT untuk saling bekerjasama dan saling mengingatkan dalam kebaikan. Ibu yang terdidik
akan dapat memahami posisinya sebagai mitra suami dalam menjalankan tugas suami dalam
hal-hal kebaikan, mengetahui bagaimana cara menjadi seorang istri shalihah, senantiasa taat
pada suami dalam kebaikan, menjaga kehormatan dan harta suami, menyenangkan bila
dipandang suami dan mendukung, serta memotivasi suami dalam berbuat kebaikan..
Kesuksesan dalam mendidik anak juga bergantung pada pendidikan ibu . Anak
merupakan investasi pahala yang tak pernah putus bagi kedua orang tuanya. Dengan
memahami konsep tersebut, para ibu akan termotivasi untuk senantiasa memperhatikan dan
bersemangat dalam mendidik anak-anaknya menjadi generasi rabbani yang shalih dan
cerdas. Pemahaman tersebut hanya dapat terwujud melalui proses tarbiyah.
pelajaran dari sahabat muslimah, Al-Khansa, seorang ibu yang seluruh anaknya mendapatkan
anugerah syahid. Dialah seorang wanita terdidik yang tahu benar apa itu syahid, sehingga ia
tanamkan jiwa syuhada pada anak-anaknya sedari kecil.
Al-Ummu Madrasah Al-Ula (Ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya). Kata-
kata hikmah ini sudah lama kita dengar. Bukan hanya ‘sekolah pertama’, ibu sejatinya adalah
‘sekolah utama’ bagi putera - puterinya. Tentu karena ibu berperan besar dalam membentuk
watak, karakter dan kepribadian anak-anaknya. Ia adalah sekolah pertama dan utama sebelum
si kecil mengenyam pendidikan di sekolah mana pun.
5.5 Hubungan Pendidikan Akhir Ibu dengan Tingkat Kecemasan Ibu hamil dalam
Menghadapi Persalinan Pertama di Tinjau Menurut Islam
Notoatmodjo (2010), menyatakan semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan
semakin mudah seseorang menerima hal yang baru dan akan mudah menyesuaikan diri. Ibu
hamil yang memiliki tingkat pendidikan Islam rendah tidak akan mengetahui cara
menenangkan diri dari kecemasan menurut Islam.
Bagi yang tabah dan sabar maka mentalitas dan dirinya maka akan bertambah kuat
serta nilai reigiusitasnya akan tambah meningkat, justru dampak yang ada akan dapat
mengurangi tingkat kecemasan yang dideritanya. Sehingga ketakutan dan kekhwatiran
tentang sakitnya proses melahirkan serta ketakutan-ketakutan yang dihasilkan dari persalinan
akan hilang dengan sendirinya, karena ibu hamil yang memiliki tingkat religius yang tinggi,
lebih yakin bahwa dibalik semua kejadian Allah semua itu akan ada hikmahnya. Sebaliknya
bagi ibu hamil yang iman dan jiwanya lemah maka dia akan resah dan gelisah sehingga rasa
cemas akan mudah menghinggapi dalam jiwanya, sehingga dalam hal ini yang berperan
penting dalam mengurangi kecemasan dalam menghadapi proses persalinan adalah tingkatan
penghayatan religiusitasnya dalam mengurangi kecemasan disaat menghadapi persalinan. Hal
ini disebabkan karena kurangnya ilmu iman kepada Allah SWT dan tidak mengetahui cara
mendekatkan diri kepada Allah SWT agar diberi ketenangan dalam jiwa.
Setiap wanita hamil akan mengalami kecemasan apalagi mendekati persalinan
biasanya rasa cemas lebih besar yang membuat kegoncangan jiwa seperti gelisah, stres,
depresi, sedih dan lain sebagainya. Dan ini sejalan dengan yang ditemukan oleh William
James bahwa sesungguhnya terapi yang terbaik bagi kegelisahan tidak disangsikan adalah
iman, iman merupakan potensi yang harus dipenuhi untuk menolong seseorang atas
kehidupannya dan menghilangkan ancaman akan ketidakmampuan menghadapi penderitaan
hidup.
Dengan kata lain agama atau keimanan dapat menumbuhkan sikap positif seperti rasa
aman, tentram atau sebagai penawar kaum muslim. Krisis yang diderita oleh orang-orang
pada era modern ini bergantung pada substansinya yakni kemiskinan spiritualitas, dan bahwa
penyembuhan satu-satunya bagi keretakan yang mereka derita pada agama, Selain itu agama
atau keimanan yang sungguh-sungguh kepada Allah akan membekali dirinya dengan harapan
akan pertolongan, lindungan dan penjagaan Allah. Juga akan menambahkan kepercayaannya
pada dirinya, dan menambahkan kemampuannya untuk bersabar dan memikul kesulitan
hidup dengan tabah, menyebarkan rasa aman dan ketentraman dalam jiwa, membangkitkan
ketenangan pikiran dan memenuhi dengan perasaan-perasaan bahagia.

Pendidikan Agama sangat penting dalam kehidupan di dunia, karena merupakan


pegangan hidup bagi manusia yang beragama, agama mengatur segala hal seperti masalah
ibadah, syariah, akidah dan sebagainya. Khususnya umat islam mempunyai kitab yang dapat
dijadikan pegangan yaitu Al Qur’an dan Al Hadits.

Ajaran Islam selain mengajarkan aspek keimanan juga mengajarkan aspek ibadah. Aspek ini
seperti sholat, puasa, zakat, haji, dzikir, berdoa, dan lain sebagainya. Sebagai contoh ibadah
sholat yang kita jalankan sehari-hari sholat sesungguhnya memperbaharui perasaan aman dan
membebaskan pelakunya dari kegelisahan yang membantu kekuatan psikologis seseorang
yang terbelenggu dalam ikatan-ikatan kegelisahan.

Selain dimensi akidah dan ibadah, ajaran Islam juga mengandung aspek Muamalah.
Aspek ini bisa meliputi akhlak individu, sikap kepada Allah, diri dan lain sebagainya. Akhlak
dalam Islam sangat dijunjung tinggi karena akhlak merupakan aktualisasi dari ajaran-ajaran
Islam. Dan ajaran Islam sendiri sangat menekankan pada pemeluknya berakhlakul karimah,
seperti ajaran tentang bagaimana ketika seorang mukmin itu menghadapi ujian atau musibah
yang dihadapinya, diharapkan ketika seorang mukmin itu mendapati kecemasan akan suatu
musibah maka tetap bersikap sabar, lapang dada, dan tawakal. Allah sendiri memerintahkan
pada umatnya ketika ditimpa musibah tetap bersabar hal ini sesuai dengan firman Allah SWT
Artinya:155. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar. 156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan: “Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Mereka itulah yang mendapatkan
keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang
mendapat petunjuk. (QS. Al-Baqarah (2): 155- 157)

Ayat di atas dapat menyimpulkan bahwa penghayatan dan pendidikan ajaran-ajaran


agama dapat mempengaruhi penerimaan segala macam cobaan dan kekhawatiran dalam
kehamilan dan menghadapi persalinan. Dengan begitu penghayatan dan pengamalan ajaran
Islam dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati keimanan dan ketaqwaan akan melekat
pada dirinya. Taqwa adalah seseorang memelihara dari murka-murka Allah dan siksa-siksa
dengan menjauhi perbuatan maksiat dan ketekunan pada ajaran Allah SWT. Dan yang
dijelaskan oleh Rosulullah SAW, sehingga kita melakukan apa yang diperintahkan oleh Allah
dan apa yang dilarangnya.

You might also like