You are on page 1of 36
Remove Watermark Now Pertanian dan Industrialisasi Di Indonesia Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M. Ec. Be cenoanucuan odul ini membahas proses transformasi pertanian Indonesia ke era industrialisasi yang berkembang pesat dewasa ini beserta masalah- masalah struktural yang melingkupinya, Pada awalnya akan dipaparkan sojarah perkembangan pertanian Indonesia sejak era kolonialisme hingga era liberalisasi (glabalisasi ekonomi). Secara khusus ditelaah masalah struktural yang menghambat kemajuan pertanian Indonesia beserta kebijakan-kebijakan dan strategi pembangunan pertanian yang diharapkan mampu mengangkat kesejahteraan petani. Pada agian sclanjuinya diuraikan sejarah perkembangan industrialisasi di Indonesia beserta masalah-masalah struktural yang menyertainya. Modul memfokuskan pada analisis struktur industri di Indonesia yang cendenmg terkonsentrasi dan analisis kebijakan membangun industri nasional untuk menghadapi tantangan global. Modul ini menekankan pada analisis ekonomi-politik yang dipadukan dengan pendekatan struktural dan kelembagaan. Dengan mempelajari modul ini seeara umum Anda diharapkan dapat menganalisis kondisi dan masalah dalam pembangunan pertanian dan industri di Indonesia, sekaligus mampu menecari alternatif cara pemecahan masalahnya, Setelah mempelajari modul ini, secara khusus Anda diharapkan mampu: 1. menjelaskan sejarah perkembangan pertanian dan industri Indonesia; 2. menjelaskan masalah struktural pertanian dan industrialisasi berdasarkan kondisi dan struktur yang ada untuk meneari alternatif pemecahannya; 3. menganalisis kebijakan dan strategi pembangunan pertanian pemerintah yang terkait dengan pelaksanaan liberalisasi pertanian; 4, menganalisis kebijakan dan tantangan industrialisasi di Indonesia; 5. menerangkan nasib dan kescjahteraan petani kecil di Indonesia, i ndiesnamesmmmiasunemnenasinenmeenneatin KEGIATAN BERT durlca ely Pertanian Indonesia A. PERKEMBANGAN PERTANIAN INDONESIA. Dinamika perkembanganpertanian Indonesia menunjukkan kecenderungan yang cukup memprihatinkan. Dalam kurun waktu tahun 2001-2003 scbanyak 610.596 ha sawah (termasuk yang produktify berganti menjadi kawasan pemukiman dan kegistan lain, Meski Iahan pertanian menyempit, jumlah petani justra meningkat dari 20,8 juta (tahun 1993) menjadi 25,4 juta (Sensus Pertanian 2003). Rata-rata kepemilikan lahan petani mengalami penurunan drastis, yaitu tinggal kurang dari 0,25 ha per jiwa (Bambang Ismawan, 2005). Kondisi makin mengkhawatirkan karena tingkat pendapatan petani yang tidak berubah secara signifikan. Pendapatan semusim (padi) hanyalab antara Rp325.000,00 — Rp$43.000,00 atau hanya Rp81.250,00 — Rp135.000,00 per bulan. Dalam suatu studi ditemukan bahwa 80 persen pendapatan rumah tangga petani kecil berasal dari kegiatan di luar sektor pertanian (non-farm), misalnya Kuli bangunan, ojek, tukang becak, membuka warung, sektor informal, dan Iain-lainnya, Dalam kategori ini, sebenarnya dapat dikatakan fidak ada lagi “masyarakat petani”, yakni mereka yang bekerja di sektor pertanian dan kebutuhan hidupnya dieukupi dari kegiatan itu. Situasi diperburuk dengan terancamnya ekologis (lingkungan) yang menjadi basis produksi pertanian. Rusaknya sistem ekologis itu ditandai dengan merasotnya tingkat kesuburan tanah antara lain Karena massifnya penggunaan bahan an-organik dalam pupuk dan obat pembasmi hama. Departemen Kimpraswil menyatakan bahwa 1,5 juta ha lahan irigasi yang menjadi tumpuan penyediaan air bagi tanaman pertanian telah rusak. Hal ini mengakibatkan kekeringan yang meluas di beberapa wilayah pertanian. Pada saat yang sama, hewan-hewan alami seperti burung, ikan, dan berbagai jenis binatang Iain, jumlahnya makin menurun dan banyak yang mendekati kepunahan, Hal ini sebagian discbabkan kegiatan cksplorasi_ dan industrialisasi yang merambah di wilayah-wilayah perhutanan, Sementara, jumlah dan jenis tanaman, baik tanaman pangen, hias, maupun pelindung pun makin merosot. ios aetna entemeaininemes Fenomena di atas tidak terlepas dari konteks histori) :{yj(eo/-)\-\aurig ov ckonomi-politik pertanian di Indonesia sejak era Kownar omg era liberalisasi dewasa ini, Seeara garis besar fase-fase penting perkembangan kondisi, sistem, dan struktur pertanian Indonesia adalah sebagai berikut. 1. Struktur pertanian Indonesia tidak lepas dari bentukan proses kolonialisme bangsa asing yang berlangsung sangat lama, Struktur pertanian yang menempatkan mayoritas petani kecil tetap miskin di lapis paling bawah disubordinasi oleh pelaku ekonomi besar pun merupakan warisan sistem dan struktur ekonomi kolonial. Pasea kemerdekaan belum terjadi reformasi sosial yang mampu mengubsh pola hubungan ekonomi yang timpang tersebut. Petani dan pertanian rakyat kita begitu terpuruk pasca monopoli kongsi dagang VOC yang kemudian makin dihisap lagi setelah pemerintah kolonial menerapkan sistem tanam paksa (culture stelsel). Petani dipaksa menanam komoditi yang dibutuhkan pasaran Eropa. 2, Sistem kapitalis-liberal yang berlaku sesudahnya pun hanya menjadikan Indonesia sebagai ondernaming besar sekaligus sumber buruh murah bagi perusahaan-perusahaan swasta Belanda, Perkebunan-perkebunan. besar mereka Kuasai dan lagi-lagi produksinya ditujukan untuk memenuhi pasar Iuar negeri. Pertanian rakyat tetap saja diperas dan makin kehilangan dayanya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan memakmurkan petani. 3. Reformasi agraria melalui UU Pokok Agraria 1960 yang mengatur redistribusi tanah dan UU Perjanjian Bagi Hasil (1964) yang mengubah pola bagi hasil untuk mengoreksi struktur pertanian kolonial jusiru makin kehilangan vitalitasnya, terlebih di era Orde Baru yang berorientasi_mengejar pertumbuhan ekonomi tinggi (dan menganut developmentalisme) 4, Revolusi Hijau yang mengimbas ke Indonesia ditandai dengan penggunaan bibit-bibit bara dan teknologi (biologis dan kimiawi) pemberantasan hama dari luar negeri Indonesia memang mampu melakukan swasembada beras pada tahun 1984, Namun, revolusi hijaw termyata lebih menguntungkan petani bertanah Iuas. Produksi naik, tetapi pendapatan turun akibat mahalnya input pertanian, misalnya pupuk. Term of trade petani pun turun dan distribusi pendapatan makin timpang. 5. Liberalisasi pertanian yang disyaratkan TMF dan WTO kini ditandai olch bebas masuknya produk-produk pertanian (pangan) seperti beras, gula, ndiesnamesmmmiasunemnenasinenmeenneatin daying, ayam, Jagung, dan buah-iuanan yang memstut jE Cun Cine ee negeri, Liberalisasi ini menguntungkan korporat besar yang menguasat input pertanian (benih, pupuk, dan obat-obatan) dan perdagangan (pasar) internasional, Kesejahteraan petani dalam negeri tidak meningkat secara signifikan, B. MASALAH STRUKTURAL PERTANIAN INDONESIA Pembangunan pertanian yang belum mampu mengangkat kesejahteraan petani, bahkan terjadi bencana kelaparan dan gizi buruk di berbagai daerah, merupakan indikasi belum dipecahkannya masalah-masalah struktural yang membelit pertanian Indonesia. Masalah ini berat Karena menyangkut keseluruhan aspek struktur, sistem (aturan main), dan kebijakan pertanian, bukan sekadar masalah yang terkait dengan usaha pertanian. Setiawan (2003) merumuskan bahwa masalah struktural itu adalah bagaimana mentransformasikan puluban juta kaum tani miskin marjinal ke dalam dunia pertanian yang lebih modem dan yang memungkinkan mereka hidup layak. Prof, Mubyarto pada tahun 1989 sudah menguraikan berbagai persoalan mendasar ekonomi pertanian di Indonesia, di antaranya adalah scbagai berikut. 1. Jarakwaktu yang lebar antara pengeluaran dan penerimaan pendapatan dalam pertanian Pendapatan petani hanya diferima setiap musim panen, sedangkan pengeluaran harus diadakan setiap hari, setiap minggu, atau bahkan kadang- kadang dalam waktu yang sangat mendesak sebelum panen, Pada musim panen (dalam keadaan pasar yang normal) terdapat harga yang tendah dan pada musim paceklik harganya tinggi. Karena itu petani dua kali terpukul, pertama barga produksinya rendah dan kedua ia harus menjual lebih banyak untuk mencapai keperluannya, Yang sering merugikan petani adalah pengeluaran-pengeluaran yang kadang-kadang tidak dapat diatur dan tidak dapat ditunggu sampai panen tiba, Dalam hal demikian petani sering menjual tanamannya pada saat masih hijau di sawah baik dengan harga penuh atau berupa pinjaman sebagian (dikenal dengan sistem ijon) ios aetna entemeaininemes 2. Pembiayaan Pertanian Remove Watermark Now Dengan titik tolak adanya kemelaratan yang luas-ar kalangan petant, keterlibatan mereka pada utang, baik utang biasa maupun dengan sistem ijon, maka sering dapat disimpulkan bahwa persoalan yang paling sulit dalam ekonomi pertanian Indonesia adalah persoalan pembiayaan pertanian. Jatuhnya petani dalam sistem ijon karena tidak adanya kredit alternatif kredit yang lebih baik bagi petani, padahal mereka memerlukan kredit murah agar mampu meningkatkan produksi dan pendapatannya. 3. Tekanan Penduduk Persoalan penduduk di Indonesian begitu kompleks yaitu penduduk sangat padat dan pertambahan tiap tahun yang tinggi, tetapi juga persebarannya yang tidak merata antardaerah. Adanya persoalan penduduk dalam kenteks ekonomi pertanian dapat dilihat dari tanda-tanda bahwa: 1) persediaan tanah pertanian yang makin kecil, 2) produksi bahan makanan per jiwa yang terus menurun, 3) bertambahnya pengangguran, 4) memburuknya hubungan-hubungan pemilik tanah dan. bertambahnya utang-utang pertanian. Dengan demikian, masalah penduduk tidak lagi sematamata merupakan perbandingan jumlah kelahiran dan produksi makanan, persebaran (geografisosial), demografi (KB) atau masalah keschatan dan gizi, melainkan gabungan keseluruhan persoalan kehidupan petani schari-hari 4. Pertanian Subsistem Pertanian subsistem diartikan sebagai suatu sistem bertani di mana tujuan wtama dari si petani adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya beserta keluarganya. Produksi subsistem murni ditandai tidak adanya aspek- aspek komersial dan penggunaan wang. Hubungan antara usaha tani dan rumah tanga petani sangatlah erat, kegiatan produksi menyatu dengan kegiatan konsumsi. Karena teori ekonomi menganalisis dua kegiatan itu secara terpisah schingga teori ini tidak dapat dipakai. Kebijakan pemerintah yang tidak berpijak pada kondisi ini sering kali berakibat yang sebaliknya, tidak sesuai sasaran dan tyjuan yang diinginkan, Persoalan menjadi makin berat seiring bertambahnya jumlah burch tani dan petani subsistem yang hidupnya serba miskin, yang merupakan warisan struktur dan sistem ekonomi kolonial ndiesnamesmmmiasunemnenasinenmeenneatin Kepemilikan lahan yang sempit dan makin menurun (rata-re) styrene 0 jiwa) merupakan masalah struktural pertanian Indonesia yang krustal iat Tat terjadi karena tanah (lahan) merupakan aset produktif yang turut menentukan corak (cara) produksi dalam pertanian Indonesia, Konsentrasi_ pemilikan Jahan cenderung mengakibatkan cara-cara produksi yang tidak demokratis, dalam arti tidak dapat melibatkan partisipasi petani kecil sceara Iuas dalam proses produksi, Demokratisasi dalam proses produksi tidak akan efektif tanpa ada upaya melakukan redistribusi asct produktif tersebut. Di sisi lain, masalah yang cukup pelik adalah belum meratanya distribusi modal dalam sektor pertanian, baik modal dalam bentuk material, intelektual, maupun institusional. Modal material berupa Kredit murah tanpa.agunan masih sulit diperoleh petani kecil karena minimnya ketersediaan dana dan prosedur yang cenderng konvensional. Modal intelektual berupa peningkatan wawasan dan keahlian petani dan akses pendidikan yang murah dan berkualitas bagi keluarga (anakeanak) mereka pun masih sulit ditingkatkan, Di sisi lain, modal institusional berupa pemberdayaan organisasi-organisasi tani sebagai kekuatan kolektif untuk meningkatkan daya tawar mereka pun sulit diwujudkan. Demokratisasi modal periu dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah tersebut. Harga komoditi pertanian (terutama beras) yang rendah pun. menjadi masalah tersendiri dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani, Dalam hal ini berlaku sistem yang merugikan petani, di mana mereka harus menyangga kebutuhan pokok masyarakat perkotaan dengan Kontraprestasi yang sangat minimal. Harga rendah tersebut merupakan paksaan dari situasi di mana upah buruh di perkotaan cendening ditekan serendah mungkin, padahal mereka haus tetap memenuhi kebutuhan hidup minimal seperti halnya pangan. Para petanilah yang menyediakan kebutuhan mereka dengan harga yang rendah, sesuai dengan daya beli mereka. Jadi di sini berlaku sistem di mana petani mensubsidi korporat (bergaji tinggi) dan ekonomi pedesaan mensubsidi ckenomi perkotaan, Sebuah pola hubungan ekonomi yang subordinatif dan eksploitatif yang menjadi masalah struktural stagnasi kesejahteraan petani kecil. Mengacu pada kerangka pemikiran John Madeley (2005), masalah struktural pertanian adalah berupa kerawanan pangan, yang terkait dengan kedaulatan dan ketahanan pangan, Dalam konteks pertanian Indonesia, berbagai aspek internal-cksternal yang menjadi faktor penyebab (langsung dan tidak langsung) kerawanan pangan di Indonesia di antaranya adalah: ios aetna entemeaininemes ee 1. Tanah tandus dan beneana slam yang menurunl syle (ania hou menghancurkan tanaman pangan. 2. Terbatasnya sumber-sumber pendanaan yang dapat diakses petani secara mudah, murah, dan terarah kepada petani kecil (miskin), 3. Banyaknya utang negeri yang membebani anggaran negara dan penuh persyaratan (misalnya harus melakukan liberalisasi impor), schingga membatasi kemampuan negara dalam mengembangkan komoditas pangen. 4. Pengabaian peran perempuan sebagai pelaku sektor pertanian yang produlktif. 5. Konflik kepentingan dalam penguasaan dan penggunaan Iahan yang sering berakhir dengan penggusuran lahan pertanian pangan berganti bisnis lain, 6. Perubahan iklim akibat pemanasan global yang disebabkan industrialisasi yang tidak berwawasan (bahkan merusak) konservasi sumber daya alam. 7. Pertambahan jumlah penduduk yang makin pesat, yang diikuti dengan makin mengecilnya luas pemilikan Iahan karena konversi (misal perumahan) 8 Merosotnya ketersediaan air untuk usaha pertanian dengan makin tumbuhnya bisnis-bisnis baru, termasuk usaha air minum, yang berdekatan dengan areal tanaman pangan. 9. Tidak dikembangkannya diversifikasi pangan secara serius padahal potensi biodiversifikasi Indonesia sangatlah Tuar biasa. 10. Pemangkasan dana kesehatan yang meningkatkan pengeluaran petani keeil schingga berpotensi memperburuk kondisi gizi pangan mereka, C. KEBIJAKAN-KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN Peranan pemerintah dalam pembangunan pertanian Indonesia adalah berupa pembuatan kebijakan-kebijakan yang ditujukan untuk memperbaiki kesejahteraan petani, Meskipun kadang kebijakan yang dibuat pemerintah pun dapat merugikan bahkan memperturuk kesejahteraan petani. Bidang- bidang kebijakan pertanian yang spesifik meliputi kebijakan harga, kebijakan pemasaran, dan kebijakan struktural, Bidang kebijakan yang lebih kiusus Jainnya menyangkut pengaturan-pengaturan kelembagaan baik yang langsung terdapat di sektor pertanian maupun di sektor-sektor lain yang ada ndiesnamesmmmiasunemnenasinenmeenneatin hubungannya dengan sektor pertanian, misalnya laneveform, seme aur y Nel pertanian, dan lain-lain (Mubyarto, 1989). 1. Kebijakan Harga: kebijakan pangan murah Secara teoretis kebijakan harga dapat dipakai mencapai tiga tujuan, ‘yaitu: 1) Stabilisasi hargacharga hasil pertanian terutama pada tingkat petani, 2) Meningkatkan pendapatan petani melalui perbaikan dasar tukar (term af trade), 3) Memberikan arah dan petunjuk pada jumlah produksi, Kebijakan harga yang diterapkan di Indonesia misalnya kebijakan harga beras minimum dan harga beras maksimum. Kebijakan ini ditekankan untuk mencapai tujuan ‘yang pertama, yaitu stabilisasi harga hasil pertanian, Kebijakan umum yang ditempuh pemerintah adalah kebijakan pangan murah, Hal ini dikaitkan dengan strategi pembangunan ekonomi yang berorientasi untuk mengejar pertumbuhan ekonomi tinggi. Strategi ini dijalankan dengan mendorong industrialisasi yang berbasis di wilayah perkotaan. Kebijakan ini justra menghambat perbaikan kesejahteraan petani, selain juga tidak mendorong perkembangan ckenomi pedesaan 2. Kebij Kebijakan pemasaran dilakukan untuk memasarkan hasil-hasil pertanian ‘yang berfujuan ekspor, selain pengaturan distribusi sarana produksi bagi petani. Pemerintah berusaha menciptakan persaingan yang schat di antara pedagang dengan melayani kebutuhan petani seperti pupuk, insektisida, pestisida, dan lain-lain, schingga petani dapat membeli sarana produksi tersebut dengan harga yang tidak terlalu tinggi. Perubahan peranan pemerintah Karena liberalisasi pertanian telah mengecilkan kemampuan pemerintah dalam mengatur pasar, schingga petani Kesulitan untuk mendapatkan sarana produksi tersebut dengan harga yang terjangkau. Hal ini misalnya diindikasikan dengan makin mahalnya harga pupuk, yang sering disebabkan oleh langkanya persediaan di pasaran padahal pemerintah menjelaskan bahwa pasokan sarana produksi tersebut cukup memadai, bahkan berlebih kan Pemasaran Kobijakan struktural dalam pertanian dimaksudkan untuk memperbaiki struktur produksi misalnya Tuas pemilikan lahan, pengenalan dan pengusahaan alat-alat pertanian yang bara, dan perbaikan sarana pertanian ios aetna entemeaininemes yang umumnya tak prasarana fs maupun soa ko Ue ene produktif berupa lahan yang terlalu kecil dan tidak meraes mengaxibatxan rendahnya produktivitas yang berimbas pada sulitnya upaya peningkatan kesejahteraan petani kecil, Kebijakan pemerintah dalam hal ini adalah dengan mengatur kembali distribusi pemilikan Iahan (land reform) yang diupayakan secara adil dan demokratis. Kebijakan lain yang dilakukan pemerintah adalah dengan mengembangkan teknologi lokal dan mengenalkan teknologi baru yang sesuai dengan kebutuhan petani melalui pelatihan-pelatihan dan penyuluhan yang intensif. Di samping itu, kebijakan yang terkait dengan upaya pemberdayaan petani adalah kebijakan penanggulangan kemiskinan. Kebijakan ini ditempuh melalui pembuatan program-program yang ditujukan untuk meningkatkan pendapatan petani, memperkuat kelembagaan kelompok tani, dan mempermudah akses petani miskin terhadap sarana produksi, pasar, dan pembiayaan usaha tani. Pola yang lazim digunakan adalah pola kredit bergulir (revolving grand yang diarahkan sebagai basis pengembangan lembaga keuangan mikro. D. PERTANIAN INDONESIA DI ERA LIBERALISASI Liberalisasi scktor pertanian diawali dengan masuknya Indonesia ke dalam Perjanjian Pertanian (Agriculture on Agreement/AoA) di tahun 1995 dan diterimanya Letter of Intent (loi) IMF di tahun 1997. Liberalisasi pertanian secara scdethana diwujudkan dengan menyerahkan sistem pertanian (dan nasib petani) kepada mekanisme pasar (bebas), yang kemudian berlaku liberalisme pertarungan bebas (free-fight liberalism), Beberapa ketentuan yang diatur dalam AoA adalah sebagai berikut (Setiawan, 2003: 73) 1. Pengurangan dukungan domestik; pengurangan total atas subsidi domestik yang dianggap “mendistorsi perdagangan” berkisar pada 20 persen dari ukuran dukungan agregat dari acuan tahun 1986-1988. 2. Pengurangan subsidi ekspor; jumlah subsidi ckspor akan dikurangi sebesar 21 persen dari tiap produk sesuai rata-rata tahun 1986-1990, pengeluaran anggaran subsidi ckspor dikurangi 36 persen selama 6 tahun, a ndiesnamesmmmiasunemnenasinenmeenneatin 3. Perluasan akses pasar; seluruh hambatan impor akan diko|/=tyslovWFl cairns Nel tarif dan dikurangi hingga 36 persen selama 6 tahun (negara mayuy Gan 24 persen selama 10 tahun (negara berkembang). Liberalisasi pertanian telah merugikan pertanian Indonesia, Misalnya, liberalisasi perberasan yang dilakukan TMF telah berdampak buruk pada kebijakan perberasan, yaitu (Setiawan: 69): 1, Subsidi pupuk dicabut pada tanggal 2 Desember 1998, diikuti dengan liberalisasi pupuk yang sebelumnya dimonopoli PUSRI. Akibatnya biaya produksi melonjak, schingga harga dasar gabah dinaikkan dari Rp1000,00/kg menjadi Rp1400,00 - Rp1S00,00/kg tergantung wilayahnya 2. Monopoli impor beras oleh Bulog dicabut akhir tahun 1999, schingga kini impor terbuka bagi siapa saja dan tidak terkontrol lagi. 3. Bea masuk komoditas pangan dipatok maksimum 5 persen. Bagi beras, walaupun monopoli impor oleh Bulog dicabut, bea masuk tetap 0 persen. Akibatnya arus impor beras, gula, bahkan bawang merah yang. deras makin memukul petani Indonesia. Liberalisasi pertanian merupakan ckses penerapan pasar (perdagangan) bebas. Pasar bebas pertanian sendiri sebenarnya mempunyai “cacat" baik dalam tataran filosofi-teoretis, maupun tataran empiris-aplikatifnya, Secara teoretis, pasar bebaspertanian hanya akan —_-menguntungkan (menyejahterakan) kedua belah pihak apabila dua asumsi utamanya terpenuhi, yaitu tingkat kemajuan ekonomi dan teknologi antar kedua negara seimbang, dan modal tidak dapat bergerak lintas negara. Kenyataannya, asumsi ini tidak terpenuhi Karena kekuatan ekonomi antamegara sangatlah timpang dan modal bebas bergerak ke manapun. Sepintas mungkin terjadi perdagangan antamegara, tetapi bisa jadi yang berdagang sebenamya adalah kerporat asing (di dalam negeri) dengan Korporat di Iuar negeri, sehingga kesejahteraan masyarakat tidak berubah secara signifikan, Hal ini makin meyakinkan bahwa liberalisasi (pasar bebas) pertanian adalah kepentingan korporat dan negara maju. Liberalisasi perfanian digunakan untuk memperluas dan menguasai pasar komoditi pertanian di negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Secara empiris, terbukti AS dan Eropa yang paling gencar mempropagandakan perdagangan bebas justru adalah negara-negara yang ios aetna entemeaininemes felt protektif terhadap pertanian mereka. Setiap petani di [Sua cur y Ne (termasuk Jepang) mendapat subsidi dari pemeriman setempat agar produknya mampu bersaing dan menguasai pasar luar negeri, Bahkan seeker sapi di Inggris memperoleh subsidi sebesar 2 USS per hari agar mempunyai daya saing yang tinggi karena dapat dijual dengan harga yang relatif murah. Total dukungan Uni Eropa terhadap pertanian mereka adalah senilai USS 35,5 milyar per tahun, sedangkan dukungan AS berjumlah sekitar USS 85 milyar per tahunnya. Proteksi yang dilakukan negara maju tidak lagi berupa tarif dan kebijakan sejenisnya, melainkan sudah mengarah pada proteksi yang terkait dengan kemajuan teknologi. Biasanya mereka mensyaratkan kriteria- Iariteria tertenfu bagi masuknya komoditi dari negara sedang berkembang yang sulit mereka penuhi, seperti halnya standar lingkungan, pekerja, dan standar mut lainnya E. PEMBANGUAN PERTANIAN YANG MENYEJAHTERAKAN PETANI Mubyarto (2000) menegaskan bahwa kebijakan pembangunan pertanian yang berorientasi pada kesejahteraan petani harus berisi kebijakan-Kebijakan tentang penanggulangan kemiskinan, karena dalam kenyataan petani yang Jahan garapannya sangat sempit (petani gurem) selalu berpola nafkah ganda, yaitu tidal: mungkin menggantunglan pendapatannya. hanya dari usaha tani saja tetapi juga dari usaha-usaha lain (offfarm) di Tuar usaha tani. Program P4K (Program Peningkatan Pendapatan Petani Kecil dan Nelayan) di seluruh Indonesia dilaporkan telah berhasil mengembangkan pola usaha dan pola nafkah ganda usaha tani. Program-program semacam ini harus ditingkatkan oleh pemerintsh atau departemen Pertanian agar senantiasa dapat meningkatkan kesejahteraan petani, Secara spesifik Mubyarto menguraikan beberapa kebijakan komoditi pertanian yang berorientasi pada kesejahteraan petani sebagai berikut. 1. Indonesia patut kembali mewujudkan swasembada beras. Keterbatasan produksi dalam negeri dapat menyebalbkan Indonesia mengimpor beras di pasar dunia. Unink itu Indonesia harus terus-menerus memberikan perangsang pada petani produsen beras dalam negeri agar terus bergairah meningkatkan produksi, jika perlu melalui berbagai subsidi sarana produksi termasuk subsidi kredit usaha tani, Subsidi pertanian seperti aa een yang diterapkan di negara-negara maju tidak boleh dianggay) susle\))F gulp Nell ndiesnamesmmmiasunemnenasinenmeenneatin kebijakan yang keliru di Indonesia Tidak hanya beras tetapi juga komoditi jagung dan kedelai kini diimpor dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sub- sektor petemakan Indonesia kini membutuhkan jagung dan kedelai serra kacang tanah yang merupakan sumber protein nabati yang diperlukan Indonesia setelah kebutuhan akan karbohidrat terpenuhi, Kebijakan peningkatan produksi komoditi-komoditi pertanian palawija yang selama ini relatif terlantar sangat dianjurkan sehingga Indonesia tidak “terpaksa” lagi mengimpor komoditi pertanian tersebut dalam jumlah besar, khususnya dalam mendukung perkembangan industri petemakan, Tika kini Indonesia mengimpor gula hampir sama besar dengan volume produksi dalam negeri menimbulkan pertanyaan kebijakan pertanian, apa ‘yang salah di masa lalu? Inpres No. 9/1975 tentang TRI (tebu rakyat intensifikasi) melarang pabrik-pabrik gula (BUMN maupun pabrike pabrik swasta) menyewa tanah rakyat untuk menanam tebu dengan alasan naif “tebu harus ditanam oleh petani sendiri”, Keluamya Inpres ini membuktikan betapa pemerintah membuat kebijakan tanpa memahami kondisi riil usaha tani tebu. Inpres No. 9/1975 telah ‘memusak” atau “menghancurkan” sistem produksi dan hubungan- hubungan produksi dan perdagangan tebu dan gula dalam negeri, yang mengakibatkan produksi gula Indonesia merosot padahal konsideran Inpres TRI sesungguhnya adalah untuk menaikkan produksi dan produktivitas gula di dalam negeri, Kita memeriukan pembaruan kebijakan usaha tani tebu dan industri gula yang bersifat menyeluruh dan “nasionalistik” yang tidak dapat dipisahkan dari kebijakan harga dasar padiberas, ‘Untuk mempertahankan perangsang berproduksi bagi petani dalam berbagai kemoditi yang dihasilkannya, pemerintzh harus merevitalisasi kebijakan harga dasar padi sckaligus dalam kaitannya dengan harga- harga gula, jagung, kedelai, dan harga tertinggi bagi sarana produksi pupuk dan ebat-obatan (pestisida dan insektisida). Hubungan-hubungan harga-harga yang menarik antara komoditi pertanian dengan sarana produksi yang diperlukan petani (nilai tukar atau Term of Trade) tidak pemah secara serius digarap oleh pemerintah dan Departemen Pertanian. Pendekatan dan pengembangan sistem agribisnis yang terkesan semakin “agresif” berakibat pada penekanan berlel ios aetna entemeaininemes ene aspek Keuntungan dan “efisiensi* berusaha mengabaikan kenyataan masih besarnya peran Using tant SUDSIsieM dalam pertanian kita yang tidak harus menomorsatukan asas efisiensi Petani miskin dalam pertanian subsistem harus diberdayakan bukan justru dianggap ‘tidak ada’, atau “perlu dihilangkan”, karena harus mengikuti hukum-hukum bisnis pertanian komersial, Tuntutan yang kelima agar pertanian Indonesia meningkatkan daya saing dengan mengikuti hukum-hukum —persaingan —intemnasional, yang “mengharamkan subsidi”, harus dilawan dengan segala kekuatan oleh pakar-pakar kita Ttak memperitalam pemalaman Ant mengsuas malcry eb sas, scerjakainl wh Latihad berikut! 1) Telaskan dampak revolusi hijan bagi pembangunan pertanian di Indonesia! 2) Apa pengaruh Iiberalisasi pertanian terhadap kondisi kesejahteraan petani Indonesia? 3) Apa kebijskan yang seharusnya ditempuh pemerintah untuk memberdayakan petani kecil di Indonesia? Petunjuk Jawaban Latihan 1) Dampak revolusi hijau di Indonesia adalah: peningkatan produksi pertanian, penurunan tingkat pendapatan akibat mahalnya input pertani nilai tukar/term of trade petani menurun, ketimpangan dalam distribusi pendapatan Boge 2) Liberalisasi pertanian cenderimg merugikan petani dalam negeri karena kurang memiliki daya saing yang kuat akibat keterbatasan kemampuan penggunaan teknologi pertanian, Kuslitas produksi pertanian yang kurang bagus dan keterbatasan input. Kesejahteraan petani tidak meningkat secarasignifikan. Liberalisasi_pertanian —_justru oe ndiesnamesmmmiasunemnenasinenmeenneatin menguntungkan korporat besar yang menguasai input p)stayre/-\/Flaurins son) perdagangan internasional. 3) Kebijakan yang harus ditempuh pemeriniah untuk memberdayakan petani kecil di Indonesia antara lain: a kebijakan harga untuk produk pertanian dengan tujuan_ untuk meningkatkan pendapatan petani, stabilitas harga di sektor pertanian, dan perbaikan dasar tukar petani, b, Kebijakan pemasaran yang dilakukan untuk membanta petani dalam memasarkan produk pertanian untuk tujuan ekspor, ¢. Kebijakan struktural dimaksudkan untuk memperbaiki struktur produksi misainya Iuas pemilikan lahan, pengenalan alat-alat pertanian modern, dan perbaikan sarana pertanian. Modernisasi pertanian belum mengubah struktur dan pola hubungan ekonomi warisan sistem kolonial yang menempatkan petani kecil sebagai mayoritas di stratum terbawah dengan kepemilikan aset dan pendapatan yang minim. Rendahnya taraf kesejahteraan petani terkait dengan masalah struktural pertanian yaitu jarak yang lebar antara pengeluaran dan pendapatan petani, tekanan penduduk, pembiayaan, dan pertanian subsistem. Kebijakan pemeriniah dalam membangun pertanian bertumpu pada tiga pilar uiama, yaitu kebijakan harga (harga pangan murah), kebijakan pemasaran, Kebijakan struktural, dan kebijakan yang terkait dengan ‘upaya penanggulangan kemiskinan. Kebijakan ini belum sepenuhnya mampu memecahkan masalah struktural pertanian yang terkait intensifnya liberalisasi pertanian yang merugikan petani dalam negeri. Liberalisasi pertanian meliputi pengurangan dukungan domestik, pengurangan subsidi ekspor, dan perluasan akses pasar. Upaya untuk —menyejahterakan petani dilakukan dengan mewujudkan kebijakan swasembada beras, meningkatkan produksi Komoditi pertanian palawija, pembaruan kebijakan usaha tani tebu dan industri gula yang bersifat_menyeluruh dan “nasionalistik”, dan pemerintah harus merevitalisasi kebijakan harga dasar padi sekaligus dalam kaitannya dengan harga-harga gula, jagung, kedelai, dan harga ios aetna entemeaininemes rene tertinggi bagi sarana produksi pupuk dan obat-obiMTT iT MEICMUE La) insektisida) ‘Pilildah satn jawabaut yang paling tepat! 1) Salah satu akibat berkembangnya Revolusi Hijau di Indonesia adalah A. penggunaan pestisida B._penggunaan pupuk organik C.penggunaan pupuk kandang, D._pencabutan subsidi di sektor pertanian 2) Suatu sistem usaha tani di mana petani hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri discbut . A. sistem ijon B._pertanian komersial C. pertanian subsistem D._pertanian semi-tradisional 3) Salah satu wujud penerapan liberalisasi pertanian yang merugikan petani Indonesia adalah... ‘A. bea masuk beras 0-persen B. peningkatan subsidi ckspor 10-persen CC. kuota impor tekstil dari AS D._ subsidi pupuk naik 5 persen 4) Kebijakan untuk menata ulang kepemilikan lahan yang disertai upaya untuk melakukan redistribusi aset-aset produktif (tanah) pertanian dikenal dengan istilah .. A. land-cuttivation B. land-reform C. green revolution D._ intensifikasi pertanian 5) Upava yang perlu dilakukan untuk menyejahterakan petani adalah ... menetapkan harga tertinggi bagi pupuk harga terendah bagi produk pertanian menurunkan harga beras dan gula diversifikasi produk komoditi palawija gape nee ndiesnamesmmmiasunemnenasinenmeenneatin Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes For) ej) eae Ne terdapat di bagian akhir modul ini, Hitunglah jawaban Yang dena. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda tethadap materi Kegiatan Belajar 1 Jumlah Jawaban yang Benar 1oo% ingkat penguasaan eee Jumlah Soal Arfi tingkat penguasaan: 90 - 100% —baik sckali RO 89% —baik 70. 79% =cukup < 70% = kurang Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagust Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, torutama bagian yang belum dikuasai ios aetna entemeaininemes et Keo aT ana a grea eaid Industrialisasi di Indonesia A. SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRIALISASI DI INDONESIA Industrialisasi mulai berkembang di Indonesia pada pemerintahan rezim Orde Baru. Melalui UU No.1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA), pemerintah melakukan liberalisasi untuk menarik modal asing dengan tujuan menggairahkan perekonomian yang lesu. Pada saat itu pemerintah harus mengambil keputusan yang dilematis, di satu sisi masuknya modal asing akan menggairahkan perckonomian dengan aliran modal, teknologi dan penyerapan tenaga Kerja, sedangkan di sisi Tain terdapat ancaman kemungkinan dominasi perekonomian oleh PMA (Pangestu, 1995:1-3). Sejak awal dekade 1970.an hingga pertengahan dekade 1980-an pemerintah mengembangkan strategi Industri Substitusi Impar (ISD. Strategi ini bertujuan untuk menghemat devisa dengan cara mengembangkan industri ‘yang menghasillan barang pengganti barang impor. Didasarkan pada strategi tersebut pemerintah membatasi masuknya investor asing dengan berbagai ketentuan antara lain pembatasan pemberian lisensi, penetapan pangsa modal PMA relatif terhadap modal domestik, dan pelarangan PMA bergerak di sektor pertahanan-keamanan, sektor strategis (telekomunikasi), dan sektor publik (listrik dan air minum) (Pangestu, 1995:1-3), Meski strategi IST diharapkan mampu menghemat devisa, namun yang terjadi justra sebalilmya karena pemerintah justra menekankan pada produksi barang mewah yang berteknologi tinggi dan padat modal serta sangat tergantung pada pasokan input dari negara maju. Akibatnya, industri yang ada justra menguras devisa karena harus membeli barang modal dan input antara yang sebagian besar harus diimpor (Kuncoro, 2003:360). Didorong oleh keadaan terscbut dan jatuhnya harga minyak pada awal tahun 1980-an, pemerintah mengubah strategi industrialisasi dari Industri Substitusi Impor (ISI) menjadi Industri Promosi Ekspor (IPE), Sojak saat itu, pemerintah berusaha memacu pertumbuhan industri berorientasi ekspor dengan memberi kemudahan permodalan dan izin investasi untuk PMA dan PMDN. fio ndiesnamesmmmiasunemnenasinenmeenneatin Deregulasi pada tahun 1984 menggairahkan industri terul) [stay tov enV Elaur ita oa) manufaktur, Pada tahun 1986, pemerintah meringankan syarat Fata gengan memperbolehkan kepemilikan modal sampai 20 persen dan berkembang hingga 51 persen setelah 10 tahun beroperasi. Kebijakan paling ekpansif terjadi pada tahun 1999 dengan PP. No, 20/1999 yang memungkinkan kepemilikan modal PMA hingga 95 persen Di sisi lain, pemerintah menetapkan kebijakan harga pada beberapa industri penghasil produk strategis seperti cengkeh, baja, dan kertas koran, Restrukturisasi, penyesuaian eksternal, peningkatan daya saing, efisiensi dan deregulasi merupakan alasan yang sering dijargon-kan pemerintah untuk menetapkan kebijakan industri, Namun sesungguhnya ada tarik menarik antara pro-nasionalis dan pro-efisiensi B. STRUKTUR INDUSTRI DI INDONESIA Struktur industri di Indonesia masih belum dalam (shallow) dan belum seimbang (twtbalanced). Berbagai penelitian yang memanfaatkan tabel input- owiput menunjukkan bahwa kaitan ekonomis antara industri skala besar, menengah, dan kecil masih sangat minim, kecuali untuk subsektor makanan, produk kayu, dan kulit, Ini diperparah dengan struktur industri yang masih cuasi-monopolistik dan oligopolistik. Struktur industri dapat dilihat dari rasio kkonsentrasinya seperti tabel berikut. Tabel 2.1. Rasio Konsentrasi dalam Sektor Manufaktur (pangsa 4 perusahaan terbesar, dalam persen) Klasifikasi Tahun Kode IST Subsektor 1985 | 1991 31 __|Makanan, minuman, tembakau 59,1 | 615 32__|Tekstil, pakaian jadi, kulit 249 24.0 33 [Produk kayu 13.4 | 15,9 34 [Kertas, 438 | 50.2 38 ___[Kimia M64 | 446 36 [Bahan galian bukan logam 75,7 58,1 37___|Logam dasar 82,0 | 7L8 ios aetna entemeaininemes ote Kode IST Subsektor 198s | 1991 38 [Barang dari logam, mesin dan peralatannya__| 49,7 | 57,4 39 _|Pengolahan lain 719 | 49,0 [Rata-rata tertimbang 49,5 | 47,1 Sumber: BEPM Berdasarkan Tabel 2.1. rata-rata tingkat Konsentrasi untuk sektor manufaktur sebesar 47 persen, lebih tinggi dibandingkan kensentrasi industri di negara maju (Inggris 22 persen dan AS 36 persen). Struktur pasar industri manufaktur Indonesia berciri oligopolis karena empat perusahaan terbesar dalam industri yang sama mempunyai konsentrasi industri di atas 40 persen Padahal mayoritas 7 dari 9 subsektor industri manufaktur memiliki tasio konsentrasi di atas 40 persen. Penyebab turunnya konsentrasi industri setidaknya karena efek intensitas dan efek struktural (penurunan pangsa industri dengan tingkat konsentrasi tinggi). Pada tahun 1975-1981 efek intensitas lebih kuat dibandingkan dengan efek struktural; antara tahun 1981-1997 kedua efek tersebut saling memperkuat; dan pada tahun 1992 efek struktural lebih dominan dibanding efek intensitas. Struktur semacam itu menyebabkan tiadanya tekanan persaingan untuk melakukan minimisasi biaya, Hal ita semakin sulit diatasi Karena masih mendapatkan proteksi tarif dan non-tarif yang tinggi dari pemerintah Akibatnya harga domestik produk jauh lebih tinggi daripada harga internasional. Berdasarkan paparan di atas, industri besar di Indonesia dikuasai oleh perusahaan-perusahaan besar yang dimiliki oleh sedikit orang. Mereka mendapatkan berbagai fusilitas yang menguntungkan dari pemerintah Sebaliknya industri rakyat yang dikerjakan oleh lebih banyak orang tidak mendapatkan fasilitas yang memadai, Padahal tidak ada kaitan. ekonomis yang berarti antara industri besar dan industri rakyat tersebut. C. MASALAH STRUKTURAL INDUSTRI DI INDONESIA Apabila kita mencermati pertumbuhan industrialisasi di Indonesia dapat disimpulkan relatif masih rendah dibanding beberapa negara di ASEAN. oa ndiesnamesmmmiasunemnenasinenmeenneatin Hasil penelitian UNIDO (United Nation Industrial |) Varese Organization), badan khusus PBB yang berfungsi meningkatkan- proses industrialisasi di negara-negara berkembang dan untuk pemberian country service framework for Indonesia (CSET), menunjukkan adanya peningkatan Industrialisasi di Indonesia, meskipun masih tertinggal bila dibandingkan dengan negara di ASEAN, Pernelitian tersebut menunjukkan bahwa Indonesia sejak tahun 1980 di peringkat 75 menjadi $4 tahun 1990 dan naik lagi menjadi 38 pada tahun 2000. Dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia, Indonesia cukup tertinggal. Malaysia pada tahun 1980 berada di peringkat 50, yang menjadi peringkat 15 pada tahun 2000. Thailand dari peringkat 47 tahun 1980 menjadi 23 pada tahun 2000, sementara Philipina dari peringkat 42 tahun 1980 menjadi 25 pada tahun 2000, Berdasar peringkat ini tampak sckali bahwa kondisi pertumbuhan industrialisasi di Indonesia memang lambat_ Peringkat tersebut didasarkan pada kemampuan ckspor di pasar intemasional, nilai tambah industri, dan penggunaan teknologi dalam kegiatan industri. Peningkatan industri dalam negeri yang masih lemah dapat menyebabkan kelesuan sektor industri dan sektor lain karena sulitnya investasi baik dari dalam negeri maupun Iuar negeri. Padahal, keseimbangan antara human capital dengan capital tuvestment sangat diperlukan untuk kondisi Indonesia. Kurang berkembangnya industri di Indonesia discbabkan kebijakan yang kurang tepat dan kurang mendukung perkembangan industri, Ada lima faktor yang dapat mendorong terjadinya pertumbuhan industri, Pertama yaitu peningkatan kemampuan sumber daya manusia (SDM), Pembangunan SDM. mutlak diperlukan untuk menyiapkan pelaku industri yang berpendidikan dan berkeahlian, Investasi pengembangan sumber daya manusia merupakan investasi jangka panjang berkelanjutan yang hasilnya tidak dapat dilihat secara cepat. Pada era 80-an, di saat negara berkembang di ASEAN masih disibukkan dengan konflik dalam negeri, Indonesia sudah memulai ferobosan awal dalam pengembangan SDM. Terobosan ini berupa pengiriman karya siswa berbakat dalam perjanjian tugas belajar ke Iuar negeri. Di antaranya adalah program OFP (Overseas Fellowship Program), STMDP (Science and Technology for Man Power Development Program), maupun STAID (Science and Technology Advance for Industrial Development), yang telah dilakukan dalam rentang waktu lebih dari 15 tahun. ios aetna entemeaininemes fett Kedua alah pembanguran infestuktur yang nerf Se Chae OU perkembangan industri diperlukan infrastruktur yang mencuKup! Keourunan industri, Infrastruktur yang memadai dapat meningkatkan perkembangan investasi di wilayah tersebut. Di Indonesia industri lebih terkonsentrasi di Pulau Jawa, Padahal di uar Pulau Jawa memiliki areal yang lebih luas, namun kurangnya infrastruktur yang memadai menyebabkan investor kurang berminat menjalankan usahanya di luar Jawa, selain industri pertambangan yang memang sangat menguntungkan bagi mereka. Faktor ketiga yang mempengaruhi perkembangan industri adalah adanya investasi asing langsung atan Foreign Direct Investment (FDI). Investasi langsung dapat meningkatkan perfumbuhan industri, bahkan pertumbuhan ckonominya. Kenapa harus investasi secara langsung? Investasi asing yang langsung akan ditandai adanya pembangunan pabrik-pabrik baru. Adanya modal asing yang masuk berupa pabrik akan ada perubahan pola industri yang somula tradisional ke arah modemisasi dan adanya alih teknologi. Hal ini tentu saja dengan asumsi keberadaan pabrik tersebut tidak merusak lingkungan, tidak meminggirkan aktivitas ekonomi rakyat, dan tidak merusak tatanan sosial-budaya masyarakat setempat. Faktor keempai yaitu pembayaran yang dihasilkan dari investasi menarik, Return yang tinggi dari hasil investasi akan menarik investor lebih meningkatkan modalnya di Indonesia. Modal yang berbentuk uang_ akan selalu mencari bentuk usaha yang memberikan hasil investasi yang lebih tinggi. Dengan demikian tingkat return yang tinggi akan meningkatkan pertumbuhan industri di Indonesia. Sclain itu proses berinvestasi. di Indonesia, hendaknya dipermudah dan tidak banyak birokrasi yang berbelit- belit, Adanya proses yang lama juga dapat menyebabkan investasi menurun, Lama proses investasi di Indonesia yang mencapai 151 hari lebih tidak diminati apabila dibandingkan dengan Malaysia yang hanya 30 hari sedangkan di Singapura lebih pendek lagi yakni & hari. Faktor yang kelima adalah peningkatan riset dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai, Adanya riset dan pengembangan iptek dapat meningkatkan daya saing produk di pasar intemasional baik dari segi harga-harga maupun segi kualitasnya. Untuk dapat bersaing dengan produk negara lain perusahaan harus efisien, yang dapat dicapai melalui kegiatan-kegiatan riset dan pengembangan iptek tersebut. Alokasi perusahsan industri di Tndonesia untuk melakukan riset dan pengembangan masih tergolong rendah dan jarang dilakukan, eat ndiesnamesmmmiasunemnenasinenmeenneatin Pengalaman beberapa negara dalam kegiatan alih teknolo) si j)/-)\\- qari Ne dengan memberikan keleluasaan kepada warganya untuk beraktivias penun di industri dan teknologi hulu untuk kemudian di bawa pulang ke negara asal, Taiwan, sebuah negara kecil dengan penduduk tidak lebih dari 22 juta bisa membangun industri dalam negeri berbasis Aigh-fech, Bahkan Amerika dan Jepang harus mengakui keunggulan microchip dan memory buatan Taiwan Termasuk juga Korea, yang memulai industi mobil jauh setelah Jepang menanamkan saham untuk memproduksi (body assembly) mobil di Indonesia, Temyata sekarang justra mobil produk Korea turut menghiasi jalan.jalan di Toukota. Dan juga contoh lain seperti Pakistan, yang berhasil mengembangkan teknologi nuklir pertama dan terkuat di negara Tslam sampai saat ini. Pengembangan fhifech nasional, berbalikan dengan kegiatan alih teknologi seperti di atas, yaitu berupa alih teknologi dengan mendatangkan teknologi dari sumbemya. Caranya adalah memberi peluang dan suasana yang kondusif bagi PMA untuk investasi industri di Indonesia. Kegiatan seperti ini sudah dilakukan, bahkan pemerintah sudah menyediakan kluster justri seperti di kawasan Cibitung, Kaligawe atau daerah lainnya, Hanya saja, semua industri tersebut di atas hanya sebagai industri berbasis produksi (production based industry), yang lebih menguntungkan PMLA industri, kkarena bisa leluasa memakai tenaga kerja produktif lokal dengan gaji murah dibanding standar Upsh Minimum Regional (UMR} internasional, Indonesia akan menjadi tempat pembuangan sampah limbah industri berupa logam berat dan zat kimia berbahaya, yang schenamya di negara asal PMA pemakaiannya dilarang. Kasus Newmont, PTFI, adalah contohnya, Di sisi lain tidak ada sumbangan teknologi dari PMA industri untuk pengembangan teknologi nasion Beberapa kendala yang bisa ditengarai terkait dengan alih teknologi ini adalah seperti keterbatasan kemampuan pemerintah dalam memberikan arahan kepada tiga lembaga KMNRT, Deperindag, dan Perguruan Tinggi dalam pengembangan ristek nasional. Arahan ini agar ketiga lembaga terscbut memiliki visi yang sama dalam pengembangan teknologi nasianal Di samping itu juga kemampuan pemerintah dalam menghasilkan peraturan pemerintah dan regulasi yang bijak scbagai political will yang mengarahkan dan mendulung misi R&D teknologi nasional yang dibuat oleh tiga lembaga terscbut, Terbatasnya kemampuan pemerintah untuk memberikan fasilitas ios aetna entemeaininemes fey balk erups fsa untuk meningkatkan kelaatan Lille ene Cine ee inkubator dengan penelitian terkini juga menjadi hambatan tersenaitt Political will pemerintah akan terlihat dari seberapa besar alokasi APBN untuk ristek nasional. Paling tidak diperlukan sckitar 8 persen dari APBN’ untuk Kegiatan pengembangan industri dan teknologi nasional di luar dana APBN untuk pendidikan, Seperti Jepang misalnya, menyisihkan budget lebih dari US $7 M atau setara dengan p64 wilyun, dan 13.4 persen darinya untuk riset unggulan bersaing. D. BIROKRASI YANG BELUM EFISTEN Tingkat efisiensi waktu dan biaya yang harus dikeluarkan oleh investor untuk melaksanakan suatu investasi di suatu negara harus diwujudkan. Perkembangan negara-negara di wilayah ASEAN yang memiliki percepatan industri yang baik ditandai dengan kemmudahan birokrasi dalam pelaksanaan izin pendirian dan scbagainya. Birokrasi perizinan di Indonesia tergolong memakan waktu lama bila dibandingkan dengan negara tetangga di ASEAN. Faktor birokrasi dan waktu tunggu tersebut dapat menyebabkan investasi di Indonesia menjadi tidak menarik lagi, schingga banyak modal yang akan mengalir ke negara yang lebih menjanjikan. Selain itu kondisi perekonomian memang berpengaruh terhadap iklim berinvestasi. Bayangkan saja apabila kita ingin berinvestasi ke Indonesia harus melewati 12 prosedural dengan 15 | hari. Mestinya Cina dan Korea Selatan memiliki jumlah prosedur yang sama dengan Indonesia, akan tetapi lama waktu untuk mengurusnya lebih pendck dan bahkan Korea Selatan hanya 22 hari, Apabila kita sebagai investor, maka kita tidak akan memilih Indonesia sebagai tujuan investasi. Negara lain yang birokrasinya lebih mudah lebih banyak dan mungkin dengan tingkat return ‘yang lebih tinggi pula. oie ndiesnamesmmmiasunemnenasinenmeenneatin Perbandingan biaya bisnis (birokrast) di beberapa nego illMeseekessaiMlCcGNCa Negara | Jumlah prosedur | Lama/durasi Cina 12 4 ‘Hongkong 3 iL India u 89 Indonesia 12 151 Korea selatan 12, 22 Malaysia % 30 Filipina u 50. Singapura 7 8 Taiwan & 48 Thailand g 33 ‘Vietnam W 56 “Amerika serikat 5 5 Sumber: Global Markets Standard Chartered Bank, diola E. KLASIFIKAST DAN KONSENTRASI INDUSTRI DI INDONESIA Sektor industri saat ini merupakan sektor utama dalam perekonomian Indonesia, Hal itu karena scktor ini merupakan penyumbang terbesar dalam pembentukan PDB Indonesia selama sepuluh tahun terakhir, Misalnya pada tahun 2002, secktor industri pengolahan diperkirakan mencapai lebih dari seperempat atau 28,01 persen komponen pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), sementara sektor pertanian hanya. menyumbang sekitar 17,47 persen, Penggolongan industri di Indonesia dibagi menjadi empat kategori, yaitu industri besar, industri sedang, industri kecil, dan industri kerajinan rumah tangga. Dasar pengelompokan ini adalah pada banyaknya jumlah tenaga kerja yang ada di dalamnya, tanpa memperhatikan penggunaan mesin produksi yang digunakan, Industri besar yaitu perusahaan yang mempunyai pekerja 100 orang atau lebih, Industri sedang adalah perusahaan yang pekerjanya aniara 20-99 orang, industri kecil memiliki pekerja antara 5-19 orang, sedangkan industri rumah tanga adalah usaha industri yang mempunyai tenaga kerja antara 1-4 orang. ios aetna entemeaininemes fay Dari sisi hasil, industri dapat dikelompokkan mer) sintey-\-\edaeiee ho primer, sekunder, dan tersier, Sektor primer melipus, st ra petemakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, Sektor sekunder meliputi; industri makanan, tekstil, barang dari kulit, industri kayu, kertas dan percetakan, kimia dan farmasi, karet dan plastik, mineral non logam, logam, mesin dan elektronika, alat kedokteran dan kendaraan bermotor. Sektor industri tersicr meliputi; listrik, gas dan air, konstruksi, perdagangan dan reparasi, hotel dan restoran, transportasi, gudang dan komunikasi, perumahan, kavrasan industri, serta perkantoran. ‘Nilai investasi asing yang merupakan cerminan pertumbuhan industri di dalam negeri dari tahun ke tahun mengalami pasang surut. Terlebih setelah isis ekonomi melanda Indonesia sejak tahun 1997/1998. Dari tiga sektor industri yang paling banyak mendapat investasi asing dari mulai tahun 1997 sampai tahun 2005 adalah scktor industri selunder. Hal itu terlihat dari 2,629.8 juta US dolar tahun 1997 meningkat menjadi 4,028.5 juta dolar. Masuknya investasi sektor industri sekunder mulai menurun semenjak tahun 2001 menjadi 2,172.0 juta dolar. Tahun 2004 mulai naik kembali menjadi 2,820.9 juta dolar, Industri primer dari tahun ke tahun sejak 1997 tidak mengalami pertumbuhan yang signifikan. Padahal jumlabnya banyak, karena merupakan industri rumah tangga dengan modal yang kecil, Akan tetapi ketika investasi industri sekunder turun, sektor primer tidak mengalami penurunan yang drastis pula. Pada industri tersier cukup besar karena menempati urutan kedua setelah sektor sekunder. Pada tahun 2003 saat industri sekunder mengalami penurunan, justru industri tersier mengalami peningkatan yang tajam dari 1 413.2 juta dolar menjadi 3,316.4 juta dolar tahun 2003, Tabel 2.3. Nilai investasi modal asing di Indonesia tahun 1997-2004 (dalam juta dolar AS) Sektor | 1997 | 1998 1999 | 2000 | 2001 | 2002 | 2003 | 2004 Tndustipimer [314 [625 [1260 [1154 | 1583 [1025 [2706 [3398 Tndust 2O29E| 40285 | 5.6270 | 47599) 21720] 1.5606 | 18389) 28209 sekunder Indust tersier [@12,2 [7747 | 2,466.9 |§.002,1| 1.153.9| 1.413.2 |3.3164| 1.4085 Total ‘3473 4 | 4.865,7 | 8.229,9 | 9.877,4 | 3.482,2 | 3.085,3 | 5.425,9 | 4.569,3, Sumber: BKPM, diolah eae ndiesnamesmmmiasunemnenasinenmeenneatin Nilai investast domestik dalam negeri tahun 1997-2004(Dalam |v silbany acetal SON? Soktor | 1997 | 1998 | 1999 | 2000 | 2001 | 2002 | 2003 | 2004 Industri | 1.6188 | 1.3023 |2.366,0 | 24173 | 1.1638) 1.025,2 | 610.0 | 927,2 primer Indusbi | 12628.8) 99576 | W271] 178642) 58561) 83704 | 61250 | 10756. sekunder Industi [41062 [52726 (S696 [19565 (28609) 16007 | 4098 [35I44 tersier Total _| 18628,8) 16.5125] 16.286,7| 220380) 9880.8) 120203) 11.5448] 15.227.) Sumber. BKPM, diolah Tabel 2.5. Perkembangan penanaman modal di Indonesia tahun 1990-2004 PHN (miiar - x PMA (uta US Tahun mpish) bee Proyek | Nila iso | 353 | 23684 100 | 708d j9oi_| 265 3.686, 149 | 1.0597) 92 | 225 8.0874 155 | 1.9409) jos 30482860183 jot | 582 127869 392 1995 | 375 11.3125 287 | 6.6984) 357 334 906 | 450 18.6097 i997 | 345 18.628, joa | age 16.5125 412 | 4.9857) jeg | ada 16.2867, 504 | 8.2009) 2000 | sno | 22.0380 638_| 9.774) 2001 | 158 452 | 3.482.2 2002 | 103, 435 | 3.086,3 2003 | 11 545 | 5.4259) 2o0¢ | 125 4,569.3 Surber: BRPM ios aetna entemeaininemes feat F. KEPEMILIKAN DAN PENGEMBANGAN INE enter Nou Dalam hal aturan kepemilikan terhadap suatu perusahaan, di Indonesia tidak ada aturan yang tegas. Sampai tahun 1980-an perusahaan milik pemerintah menyumbang banyak terhadap penerimaan negara, kira-kira 30 persen dari GDP. Perusahaan pemerintah merupakan aktor yang uiama hampir semua faktor dari manufaktur, finansial sampai pada pertanian. Saat itm belum ada investasi asing yang besar di Indonesia, karena masih adanya pembatasan terhadap masuknya modal asing. Apabila ada swasta yang mampu berkembang, maka harus mendekati keluarga presiden Kepemilikan manufaktur menunjukkan adanya kebijakan-kebijakan yang saling mempengaruhi dan fuktor ekonomi industrial. Apabila investasi asing diizinkan di Indonesia tahun 1980-an, maka cksploitasi besar besaran akan terjadi karena keunggulan mereka dalam teknologi dan sumber daya manusi: Sektor keuanganlah yang mampu bersaing dalam proses liberalisasi tahun 1988, padahal masih menunjukkan minimnya kepemilikan asing dalam perusahaan manufaktur di Indonesia. Sebelum krisis ekonomi melanda Indonesia masih banyak perusahaan dalam negeri yang dimiliki oleh pemerintah, Pemerintah mengendalikan perusahaan sesuai dengan keinginan rezim yang berkuasa, Adanya hambatan tarif dan non tarif terhadap produk asing semakin membuat perusahaan dalam negeri terutama milik negara tidak melakukan pembenahan dirinya, Kris ekonomi dan keuangan yang terjadi menysbabkan perusahaan banyak yang kolaps. Sektor yang paling banyak terkena dampaknya adalah perbankan. Perbankan di Indonesia hampir sebagian besar mengalami kesulitan likuiditas keuangan, schingga pemerintah melalui bank Indonesia memberikan bantuan dengan dana Badan Likuiditas Bank Indonesia (BLBD. Ketidakjelasan tentang kepemilikan dan aturan yang memadai menyebabkan kerugian yang dialami olch negara dan swasta akibat krisis sangat besar, Bank-bank yang tidak schat keuangannya diserahkan kepada BPPN untuk dilakukan restrukturisasi dan disehatkan. Saat krisis inilah International Monetary Fund (MF) masuk dan memberikan berbagai persyaratan untuk memberikan pinjaman di Indonesia. Salah satu syaratnya adalah penjualan asct-aset negara kepada swasta, atau dalam kata lain mengurangi kepemilikan pemerintah dalam perusahaan.

You might also like