You are on page 1of 18

RMK

AKUNTANSI KEUANGAN II

AKTIVA TETAP

Dosen : Dr. Drs. Herkulanus Bambang Suprasto, M.si., Ak., CA

Oleh :

1. NI LUH AYU SUARNINGSIH (1607532012)

2. KADEK PUTRI PRABANDARI (1515351029)

KELOMPOK : 1 (satu)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI NON REGULER

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2017
1. PENGERTIAN AKTIVA TETAP BERWUJUD

Aktiva tetap berwujud yaitu aktiva-aktiva berwujud yang sifatnya relatif


permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal. Istilah relatif permanen
menunjukkan aktiva yang bersangkutan dapat digunakan dalam jangka waktu cukup lama.

2. HARGA PEROLEHAN AKTIVA TETAP

a. Tanah

Dicatat sebagai tanah jika untuk usaha dan sebagai investasi jangka panjang jika tidak untuk
usaha.

Harga perolehannya meliputi : harga beli, komisi pembelian, pajak selama


tanah belum dipakai, bea balik nama, biaya merobohkan bangunan lama, biaya perataan
tanah, pembersihan dan pembagian, pajak-pajak yang jadi beban pembeli waktu pebelian
tanah.

b. Bangunan

Harga perolehannya meliputi : harga beli, biaya perbaikan sebelum gedung


dipakai,komisi pembelian, pajak-pajak yang menjadi tanggungan pembeli pada waktu
pembelian, bea balik nama,biaya pembuatan gedung, biaya perencanaan, biaya pengurusan
ijin bangunan, pajak selama masa pembangunan gedung, bunga selama masa pembuatan
gedung, dan asuransi selama masa pembangunan.

c. Mesin

Harga perolehannya meliputi : harga beli, komisi, biaya angkut, biaya


pemasangan,harga beli, pajak yang menjadi beban pembeli, asuransi selama dalam
perjalanan, biaya yang dikeluarkan selama percobaan mesin.

d. Alat-alat kantor

Harga perolehannya meliputi : harga beli, komisi, biaya angkut, dan lain-lain

e. Kendaraan
Harga perolehannya meliputi : harga faktur, bea balik nama, biaya angkut, dan lain-
lain

3. CARA-CARA MEMPEROLEH AKTIVA TETAP

1. Pembelian tunai : dicatat sebesar jumlah uang yang dikeluarkan, yang meliputi : harga
faktur & biaya-biaya lainnya seperti : biaya angkut, biaya pemasangan, dan lain-lain.

2. Pembelian angsuran : dalam hal ini harga perolehan aktiva tetap tidak boleh termasuk
bunga.

Contoh pembelian angsuran:

PT Risa Fadila membeli mesin seharga Rp 5.000.000 pada tanggal 1 januari 1991.
pembayaran pertama Rp 2.000.000 dan sisanya diangsur tiap tanggal 31 desember selama 3
tahun dengan bunga 12 % per tahun. Pencatatan harga perolehan mesin dan pembayaran
angsuran sebagai berikut ;

1 januari 1991, pembelian mesin

Mesin 5.000.000

utang 3.000.000

kas 2.000.000

31 desember 1991.

Pembayaran angsuran I Rp 1.000.000 dan bunga :

12% x Rp 3.000.000 = Rp 360.000

Jurnalnya :

Utang 1.000.000

biaya bunga 360.000

kas 1.360.000
31 desember 1992.

Pembayaran angsuran ke 2 dan bunga :

12 % x Rp 2.000.000 = 240.000

Jurnalnya

Utang 1.000.000

biaya bunga 240.000

kas 1.240.000

31 desmber 1992.

Pembayaran angsuran ke 3 dan bunga :

12 % x Rp 1.000.000 = Rp 120.000

Jurnalnya

Utang 1.000.000

biaya bunga 120.000

kas 1.120.000

Contoh kedua : PT Risa sayang pada tanggal 1 januari 1991 membeli mesin dengan
pembayaran angsuran tiap akhir tahun sebesar Rp 1.975.000 selama 3 tahun. Jumlah uang
yang dibayarkan dalam waktu 3 tahun sebesar 1.975.000 x 3 = Rp 5.926.500. jumlah itu
termasuk bunga. Oleh karena itu harga perolehan mesin dihitung dari jumlah Rp 5.926.500
dikurangi bunga. Apabila tingkat bunga sebesar 9 % pertahun. Harga perolehan mesin dapat
dihitung dengan metode nilai:

Nilai tunai = a n 7 p x jumlah angsuran


A n7p adalah simbol dari jumlah harga tunai Rp 1 yang diterima/dibayar setiap tahun selama
n tahun. Dalam tabel a n7p untuk n = 3 dan p = 9% didapat faktor nilai tunai 2,53129
sehingga nilai tunai angsuran pembelian mesin di atas dapat dihitung

Nilai tunai = 2,53129 x Rp 1.975.500

= Rp 5.000.000 (dibulatkan)

Bunga selama angsuran dihitung sebagai berikut :

Jumlah pembayaran 5.926.500

Harga perolehan 5.000.000 -

Bunga angsuran 926.500

Tahun Jumlah angsuran Bunga Pelunasan utang Pokok pinjaman yg belum


dibayar

1.975.500

1.975.500

1.975.500

5.000.000 x 9% = 450.000

3.474.500 x 9% = 312.700

1.811.700 x 95 = 163.800
1.525.500

1.662.800

1.811.700 5.000.000

3.474.500

1.811.700

5.926.500 926.500 5.000.000

1 januari 1991.

Mesin 5.000.000

Beban bunga ditangguhkan 926.500

utang angsuran 5.926.500

31 desember 1991.

Utang angsuran 1.975.500

Biaya bunga 450.000

kas 1.975.500

beban bunga ditangguhkan 450.000

31 desember 1992.

Utang angsuran 1.975.500

Biaya bunga 312.700

kas 1.975.500
beban bunga ditangguhkan 312.700

31 desember 1993.

Utang angsuran 1.975.500

Biaya bunga 163.800

kas 1.975.500

beban bunga ditangguhkan 163.800

3. Ditukar dengan surat berharga : dicatat sebesar harga pasar saham atau obligasi yang
dijadikan penukar.

Contoh ditukar dengan surat berharga:

Misalnya PT maya menukar sebuah mesin dengan 1.000 lembar saham biasa, nominal
@ Rp 10.000. pada saat pertukaran, harga pasar saham sebesar Rp 11.000 per lembar. Maka
jurnalnya :

Mesin 11.000.000

modal saham biasa 10.000.000

agio saham 1.000.000

4. Ditukar dengan aktiva tetap yang lain :

4.1 Ditukar dengan aktiva tetap yang tidak sejenis yaitu pertukaran aktiva tetap yang sifat
& fungsinya tidak sama, seperti pertukaran tanah dengan mesin.

Contoh pertukaran aktiva tetap tak sejenis:


Misalnya pada awal tahun 1992 PT maya menukarkan mesin produksi dengan truk baru.
Harga perolehan mesin produksi sebesar Rp 2.000.000 akumulasi depresiasi sampai tanggal
pertukaran sebesar Rp 1.500.000 sehingga nilai buku sebesar Rp 500.000. harga pasar mesin
produksi tersebut sebesar Rp 800.000 dan PT maya harus membayar uang sebesar Rp
1.700.000. harga perolehan truk adalah Rp 2.500.000 yang perhitungannya sebagai berikut :

Harga pasar mesin produksi 800.000

Uang tunau yang dibayar 1.700.000

Harga perolehan truk 2.500.000

Jurnal yang dibuat untuk mencatat pertukaran diatas:

Truk 2.500.000

Akumulasi depresiasi mesin 1.500.000

kas 1.700.000

mesin 2.000.000

laba pertukaran mesin 300.000

Laba pertukaran mesin Rp 300.000 dihitung sebagai berikut:

Harga pasar mesin 800.000

Harga perolehan mesin 2.000.000

Akumulasi depresiasi mesin 1.500.000

------------- 500.000

----------

Laba pertukaran mesin 300.000


4.2 Ditukar dengan aktiva tetap yang sejenis yaitu pertukaran aktiva tetap yang sifat &
fungsinya sama, seperti pertukaran merk A dengan mesin merk B.

Contoh I : Rugi Pertukaran

Misalnya PT risa fadila menukarkan truk merek A dengan truk merek B. Harga
perolehan truk A sebesar Rp 10.000.000 dan akumulasi depresiasinya sebesar Rp 4.000.000.
truk B harganya Rp 25.000.000 dan dalam penukaran ini truk A dihargai sebesar Rp
5.000.000 yaitu sebesar harga pasarnya. PT Risa Fadila membayar rp 20.000.000 tunai.
Jurnalnya:

Truk B 25.000.000

Akumulasi depresiasi truk A 4.000.000

Rugi pertukaran truk 1.000.000

truk a 10.000.000

kas 20.000.000

Perhitungannya sebagai berikut :

Harga truk baru (B) 25.000.000

Harga truk A dalam pertukaran 5.000.000

---------------

Uang yang harus dibayar 20.000.000

Harga pasar truk a 5.000.000

--------------
Harga perolehan truk 25.000.000

Rugi pertukaran truk sebesar Rp 1.000.000 dihitung sebagai berikut:

Nilai truk A 6.000.000

Harga pasar truk A 5.000.000 –

Rugi pertukaran truk 1.000.000

Contoh II : Laba pertukaran tanpa penerimaan kas

Misalnya PT risa fadila menukarkan mesin A dengan mesin B. Harga perolehan


mesin A sebesar Rp 12.000.000 dan akumulasi depresiasinya sebesar Rp 8.000.000. harga
pasar mesin A sebesar Rp 7.000.000 digunakan sebagai dasar pertukaran. Harga mesin B Rp
15.000.000 dan PT Risa fadila membayar uang Rp 8.000.000. Jurnal yang dibuat untuk
mencatat pertukaran:

Mesin B 12.000.000

Akumulasi depresiasi mesin A 8.000.000

mesin A 12.000.000

kas 8.000.000

Perhitungan harga perolehan mesin B

Harga mesin B 15.000.000

Nilai buku mesin A 4.000.000

Harga pasar mesin A 7.000.000

--------------

Laba pertukaran 3.000.000

-------------
Harga perolehan mesin B 12.000.000

Contoh III: Laba pertukaran dengan penerimaan kas

Rumusnya:

Laba = jumlah uang yang diterima

Diakui ----------------------------------- x jumlah laba

jumlah uang + harga pasar

yg diterima Aktiva tetap

yg diperoleh

Misalnya PT Risa Fadila menukarkan truk A dengan truk B. Informasi yang


berhubungan dengan pertukaran tersebut sebagai berikut :

Harga truk A Rp 50.000.000

Akumulasi depresiasi truk A Rp 20.000.000

Harga pasar truk B Rp 35.000.000

Jumlah uang yang diterima Rp 5.000.000

Jurnalnya :

Kas 5.000.000

Truk B 26.250.000

Akumulasi depresiasi truk A 20.000.000

truk A 50.000.000

laba pertukaran truk 1.250.000


Laba pertukaran :

Harga perolehan truk A 50.000.000

Akumulasi depresiasi 20.000.000

---------------

Nilai buku 30.000.000

Harga pasar truk A 40.000.000

---------------

Laba pertukaran 10.000.000

5.000.000

Laba diakui = ------------------------------- x 10.000.000 = Rp 1.250.000

5.000.000 + 35.000.000

Harga perolehan truk B dihitung :

Harga pasar truk B = Rp 35.000.000

Laba ditangguhkan 8.750.000 (10.000.000-1.250.000)

------------------

Rp 26.250.000
5. Diperoleh dari hadiah atau donasi : dicatat sebesar harga pasar dari hadiah yang
diperoleh.

Misalnya PT Maya menerima hadiah berupa tanah dan gedung yang dinilai sebagai
berikut :

Tanah Rp 2.500.000

Gedung Rp 4.000.000

-----------------

Rp 6.500.000

Jurnal :

Tanah 2.500.000

Gedung 4.000.000

modal – hadiah 6.500.000

6. Dibuat sendiri : dicatat sebesar biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses


pembuatan. Dalam pembuatan aktiva, semua biaya yang dapat dibebankan langsung seperti
bahan, upah langsung dan factory overhead langsung tidak menimbulkan masalah dalam
menentukan harga pokok aktiva yang dibuat. Tetapi biaya factory overhead tidak langsung
menimbulkan pertanyaan, berapa besar yang harus dialokasikan kepada aktiva yang
dikerjakan itu. Ada 2 cara untuk membebankan biaya factory overhead :

1. Kenaikan biaya factory overhead yang dibebankan pada aktiva yang dibuat dan

2. Biaya factory overhead dialokasikan dengan tarif kepada pembuatan aktiva dan
produksi
4. BIAYA-BIAYA SETELAH AKUISISI AKTIVA TETAP

Aktiva tetap yang dimiliki dan digunakan dalam usaha perusahaan akan memerlukan
pengeluaran-pengeluaran yang tujuannya agar dapat memenuhi kebutuhan perusahaan.
Pengeluaran-pengeluaran tersebut dikelompokkan menjadi :

Penambahan

Penambahan (additions) merupakan memperluas atau memperbesar fasilitas suatu aktiva


seperti penambahan ruang dalam bangunan, ruang parkir, dan lain-lain. Akhir-akhir ini

Penggantian dan Perbaikan

Perusahaan mengganti aktiva ke aktiva lainnya melalui perbaikan dan penggantian. Apa
perbedaan antara perbaikan dan penggantian? Perbaikan (betterment) adalah penggantian
aktiva yang sekarang sedang digunakan dengan aktiva lain yang lebih baik (katakanlah, lantai
kayu dengan lantai semen). Di pihak lain, penggantian (replacement) adalah subtitusi dari
aktiva yang sama (lantai kayu dengan lantai kayu).

Untuk mengilustrasikannya, asumsikan bahwa Instinct Enterprises meutuskan untuk


mengganti pipa-pipa dari sistem pipa ledengnya. Sebuah perusahaan pipa ledeng
menyarankan agar pipa besi dan tube baja diganti dengan tube plastic yang baru
dikembangkan. Pipa dan tube lama memiliki nilai buku sebesar $15.000 (biaya $150.000
dikurangi akumulasi penyusutan $135.000) dan nilai sisa sebesar $1000. Sistem tube plastik
memiliki biaya atau harga pokok sebesar $125.000. dengan asumsi bahwa Instinct harus
mebayar sebesar $124.000 untuk tube baru setelah menukarnya dengan tube lama, maka ayat
jurnalnya adalah:

Sistem ledeng 125.000

Akumulasi penyusutan 135.000

Kerugian Pelepasan Aktiva tetap 14.000

Sistem ledeng 150.000

Kas ($125.000 - $1.000) 124.000


Penyusunan Kembali dan Pemasangan Kembali

Biaya penyusunan kembali dan pemasangan kembali (rearrangement and reinstallation costs)
merupakan pengeluaran yang ditujukan untuk memberikan manfaat di periode masa depan.
Contohnya adalah penyusunan kembai dan pemasangan kembali sekelompok mesin untuk
memudahkan produksi di masa depan.

Reparasi

Reparasi biasa (ordinary repairs) adalah pengeluaran yang dilakukan untuk mempertahankan
aktiva tetap berada dalam kondisi siap operasi. Biaya ini dapat dibebankan kea kun beban
selama periode terjadinya, atas dasar bahwa periode tersebut merupakan periode yang paling
banyak menerima manfaat. Penggantian komponen kecil, pelumasan, dan penyetelan
peralatan, pengecatan kemmbali, dan pembersihan adalah contoh dari beban pemeliharaan
yang dilakukan secara teratur serta diperlakukan sebagi beban operasi biasa.

5. DISPOSISI AKTIVA TETAP

Aktiva tetap bisa dihentikan pemakaiannya dengan cara dijual, konversi terpaksa, ataupun
karena rusak. Pada waktu aktiva tetap dihentikan dari pemakaian maka semua rekening yang
berhubungan dengan aktiva tersebut dihapuskan.

Penjualan Aktiva Tetap

Penyusutan harus dicatat selama periode waktu antara tanggal ayat jurnal penyusutan terakhir
dibuat dan tanggal penjualan. Untuk mengilustrasikannya, misalnya: nesin yang dibeli pada
tanggal 1 Februari 1991 dengan harga Rp 3.200.000,00 , pada tanggal 1 Juli 1995 dijual
dengan harga Rp 650.000,00. Mesin tersebut ditaksir umurnya 5 tahun dan depresiasnya
dengan garis lurus, taksiran nilai residu Rp 200.000,00. Penjualan mesin pada tanggal 1 Juli
1995 dicatat dengan jurnal sebagai berikut:

Depresiasi mesin Rp 300.000,00

Akumulasi depresiasi mesin Rp 300.000,00

Perhitungan depresiasi 6 bulan :


6/12 x 1/5 x ( Rp 3.200.000,00 – Rp 200.000,00 ) = Rp 300.000,00

Kas Rp 650.000,00

Akumulasi depresiasi mesin Rp 2.650.000,00

Mesin Rp 3.200.000,00

Laba penjualan mesin Rp 100.000,00

Perhitungan:

Harga jual Rp 650.000,00

Nilai buku mesin:

Harga perolehan Rp 3.200.000,00

Akumulasi depresiasi:

1991 : 11 bulan = Rp 550.000,00

1992 : 12 bulan = Rp 600.000,00

1993 : 12 bulan = Rp 600.000,00

1994 : 12 bulan = Rp 600.000,00

1995 : 3 bulan = Rp 300.000,00

Rp 2.650.000,00

Rp 550.000,00

Laba penjualan aktiva tetap Rp 100.000,00

Koveksi Terpaksa

Kadang-kadang pelayanan suatu aktiva berakhir karena konveksi terpaksa (involountary


conversation) seperti kebakaran, banjir, pencurian, atau pembebasan. Selisih antara jumlah
yang dipulihkan (misalnya dari ganti rugi pembebasan atau klaim asuransi) dan nilai buku
aktiva tersebut jika ada, dilaporkan sebagai keuntungan atau kerugian. Keuntungan atau
kerugian akan diperlakukan dengan cara yang tidak berbeda dengan jenis disposisi lainnya.
Dala beberapa kasus, keuntungan atau kerugian sering kali dilaporkan dalam bagian pos luar
biasa pada laporan laba-rugi, jika kondisi disposisi itu bersifat tidak bisa dan jarang terjadi.

Untuk mengilustrasikannya, asumsikan bahwa Camel Transport Corp, terpaksa menjual


pabriknya yang berlokasi di tanah perusahaan yang berdiri tepat pada jalur jalan raya
antarnegara bagian. Selama beberapa tahun negara bagian bersangkutan telah berusaha untuk
membeli tanah tempat pabrik tersebut berdiri, tetapi perusahaan tersebut menolak. Negara
bagian itu akhirnya menggunakan haknya atas wilayah dan mengajukannya ke pengadilan.
Dalam penyelesaian perkara ini, Camel menerima $500.000, yang jauh lebih besar dari nilai
buku pabrik dan tanah sebesar $200.000 (biaya $400.000 dikurangi akumulasi penyusutan
$200.000). Camel mebuat jurnal berikut:

Kas 500.000

Akumulasi penyusutan-Aktiva Pabrik 200.000

Aktiva Pabrik 400.000

Keuntungan atas Pelepasan Aktiva Tetap 300.000

Jika kondisi yang melingkupi pembebasan ini dinilai tak lazim dan jarang terjadi, keuntungan
Camel sebesar $300.000 dilaporkan sebagai pos luar biasa

Masalah Lainnya

Jika suatu aktiva dibesituakan atau dibuang tanpa ada pemulihan kas, maka kerugian harus
diakui dalam julah yang sama dengan nilai buku aktiva. Jika terdapat nilai sisa, maka
keuntungan atau kerugian yang terjadi merupakan selisih antara nilai sisa aktiva dan nilai
bukunya. Jika suatu aktiva masih dapat digunakan meskipun telah disusutkan secara penuh,
maka aktiva itu dapat dicatat dalam pembukuan pada biaya historis dikurangi penyusutan.

Pengungkapan jumlah aktiva yang telah sepenuhnya disusutkan harus dibuat dalam catatan
atas laporan keuangan. Sebagai contoh, Petroleum Equipment Tools, Inc. dalam laporan
tahunannya mengungkapkan: “Jumlah aktiva yang telah sepenuhnya disusutkan mencakup
property, pabrik, dan peralatan per 31 Desember berjumlah $98.900.000.”
DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting. Yogyakarta:BPFE

Kieso, D.E., Weigandt. J.J. Warfield, T.D. 2007. Intermediate Accounting (Edisi 12 Bahasa
Indonesia). Edisi IFRS. John Wiley & Son. Inc.

You might also like