Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Hepatomegali
3.1.1 Definisi
Hepatomegali atau pembengkakan hati adalah suatu kondisi dimana
Ukuran hati normal sekitar 7,5 cm pada wanita dan 10,5 cm pada laki-laki.
Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai jenis penyebab seperti infeksi virus
keganasan (metastasis)2,3.
3.1.2 Etiologi
Di antara penyebab-penyebab hepatomegali, kasus paling umum
yang menjadi pemicu hepatomegali adalah berbagai penyakit dan kondisi
berikut2,3,10:
1. Kanker yang berasal dari hati itu sendiri.
2. Metastasis, kanker di hati yang berasal dari kanker di organ-organ lain.
3. Penyakit hati alkoholik atau Alcoholic liver diseases akibat konsumsi
minuman beralkohol berlebihan dapat menyebabkan terjadinya
penumpukan lemak pada hati. Penyakit yang termasuk dalam penyakit
hati alkoholik antara lain hepatitis alkohol, penyakit perlemakan hati
alkoholik, dan sirosis.
4. Penyakit perlemakan hati nonalkoholik atau Non-alcoholic fatty liver
diseases adalah gangguan pada proses metabolisme akibat pola hidup
tertentu.
5. Hepatitis A, B, C, D, atau E.
6. Beberapa kondisi penyakit lain dapat menjadi penyebab hepatomegali,
seperti infeksi bakteri dan parasit, berbagai kelainan pada jantung,
berbagai kanker, dan kelainan genetik.
22
7. Kelainan genetik dapat menyebabkan terjadinya penumpukan lemak,
protein, atau zat lain pada organ hati yang bisa berujung kepada terjadinya
pembesaran ukuran hati. Kelainan genetik tersebut antara lain penyakit
penimbunan glikogen, penyakit Wilson, dan hemokromatosis.
8. Sebagian jenis kanker, seperti kanker darah, limfoma, dan multiple
myeloma juga dapat menjadi pemicu hepatomegali. Berbagai kelainan
jantung juga termasuk faktor risiko hepatomegali, antara lain gagal
jantung kongestif dan stenosis pada katup jantung.
9. Pada bayi yang baru lahir dan anak-anak, hepatomegali juga dapat
disebabkan oleh penyakit gaucher, galaktosemia, malaria, infeksi
TORCH, talasemia, anemia sel sabit, dan obat-obatan.
3.1.3 Patofisiologi
Faktor-faktor resiko seperti rokok jamur, kelebihan zat dan infeksi
virus hepatitis B serta alkohol yang mengakibatkan sel-sel pada hepar rusak
serta menimbulkan reaksi hiperplastik dan mengakibatkan pembesaran hati.
Hepatomegali dapat mengakibatkan infasi pembuluh darah yang
mengakibatkan obstruksi vena hepatika sehingga menutup vena porta yang
mengakibatkan menurunnya produksi albumin dalam darah (hipoalbumin)
dan mengakibatkan tekanan osmosis meningkatkan yang mengakibatkan
cairan intra sel keluar ke ekstrasel dan mengakibatkan udema. Hepatomegali
juga dapat mengakibatkan vaskularisasi memburuk, sehingga mengakibatkan
nekrosis jaringan. Hepatomegali dapat mengakibatkan proses desak ruang,
yang mendesak paru, sehingga mengakibatkan sesak, proses desak ruang yang
melepas mediator radang yang merangsang nyeri3,10.
3.1.4 Manifestasi Klinis
Hati yang membesar biasanya tidak menyebabkan gejala. Tetapi jika
pembesarannya hebat, bisa menyebabkan rasa tidak nyaman di perut atau
perut terasa penuh. Jika pembesaran terjadi secara cepat, hati bisa terasa nyeri
bila diraba. Tanda dan gejala yang lain berupa3, :
• Umumnya tanpa keluhan
• Pembesaran perut
• Nyeri perut pada epigastrium/perut kanan atas
• Nyeri perut hebat, mungkin karena ruptur hepar
• Ikterus
23
• Sering disertai kista ginjal
3.1.5 Diagnosis
Ukuran hati bisa diraba/dirasakan melalui dinding perut selama
pemeriksaan fisik. Jika hati teraba lembut, biasanya disebabkan oleh hepatitis
akut, infiltrasi lemak, sumbatan oleh darah atau penyumbatan awal dari
saluran empedu. Hati akan teraba keras dan bentuknya tidak teratur, jika
USG Abdomen
CT scan abdomen
Tes fungsi hati.
3.1.6 Komplikasi
a. Hipertensi portal dengan pembesaran limpa
b. Asites (pengumpulan cairan dalam rongga perut)
c. Gagal ginjal sebagai akibat dari gagal hati (sindroma hepatorenalis)
d. Kebingungan (gejala utama dari ensefalopati hepatikum) atau
e. Kanker hati (hepatoma).
3.1.7 Penatalaksanaan
Penanganan dan pengobatan hepatomegali tergantung dari kondisi
badan (pada penderita obesitas), dan menerapkan diet makan yang sehat
3.2. Hepatoma
3.2.1 DEFINISI5,6
24
Secara umum tumor hati dibagi menjadi dua, yaitu tumor hati primer
dan tumor hati sekunder, dan tumor hati primer dibedakan lagi menjadi jinak
atau ganas. Tumor ganas hati primer yang paling sering ditemukan adalah
hepatoma yang berasal dari sel hepatosit, dan kolangiokarsinoma yang
merupakan kanker primer dari sel epitel bilier. Dari seluruh tumor ganas hati
yang pernah didiagnosis, 85% merupakan HCC; 10% CC, dan 5% adalah
jenis lainnya.
Karsinoma hepatoseluler atau hepatoma adalah keganasan pada
hepatosit dimana stem sel dari hati berkembang menjadi massa maligna yang
dipicu oleh adanya proses fibrotik maupun proses kronik dari hati (cirrhosis).
Tumor dapat muncul sebagai massa tunggal atau sebagai suatu massa
yang difus dan sulit dibedakan dengan jaringan hati disekitarnya karena
setelah massa menjadi besar. Tanpa pengobatan yang agresif, hepatoma dapat
3.2.2 ETIOLOGI3,5,10
proses banyak tahapan, serta peran serta banyak onkogen dan gen terkait,
mutasi multigenetik. Etiologi hepatoma belum jelas, menurut data yang ada,
25
virus hepatitis, aflatoksin dan pencemaran air minum merupakan 3 faktor
HBV
Hubungan antara infeksi kronik HBV dengan timbulnya
HCV
Infeksi HCV berperan penting dalam patogenesis hepatoma pada
3.2.2.2 Aflatoksin
26
satu mekanisme hepatokarsinogenesisnya ialah kemampuan AFB 1
menginduksi mutasi pada kodon 249 dari gen supresor tumor p53.
3.2.2.3 Malnutrisi8,9
Selain peran virus hepatitis kronis yang sangat penting dalam
menyebabkan karsinoma hepatoseluler, status gizi dan faktor gizi
spesifik tampaknya mempengaruhi risiko penyakit. Hal ini terlihat
pada peningkatan risiko yang terkait dengan sirosis hepatik non
alkohol yang terjadi dalam konteks obesitas, sindrom metabolik, dan
diabetes tipe 2. Nutrisi spesifik dan racun yang tertelan, termasuk
etanol, aflatoksin, mikrokonsin, zat besi, dan kemungkinan
komponen daging merah, juga dikaitkan dengan peningkatan risiko
karsinoma hepatoselular.
Malnutrisi adalah suatu keadaan tidak terpenuhinya energi,
protein atau keduanya dari asupan makanan. Malnutrisi pada pasien
bisa terjadi karena proses penyakit yang dideritanya yang bisa
mempengaruhi asupan makanan, meningkatkan kebutuhan, merubah
metabolisme dan bisa terjadi malabsorpsi dan bisa juga karena tidak
adekuatnya asupan kalori makanan yang dikonsumsi oleh pasien.
Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan kelainan faal
hati di antaranya adalah malnutrisi. Penderita malnutrisi sering
mengalami perlemakan pada hati dan ini merupakan suatu pre
sirosis serta dapat menyebabkan kanker hati; akan tetapi
mekanismesnya masih tetap kontroversi. Kerusakan hati dapat
disebabkan oleh hepatotoksin menghasilkan radikal bebas yang
dapat bereaksi dengan asam lemak tidak jenuh pada membran
organela. Pada keadaan kwarshiorkor, perlemakan hati ada
hubungannya dengan gagalnya sintesis apoprotein tertentu sehingga
menimbulkan kegagalan dalam proses sintesis lipoprotein densitas
rendah dan lipoprotein densitas sangat rendah yang dihasilkan oleh
sel hati. Dengan kata lain, kelainan faal hati dapat disebabkan oleh
kekurangan protein juga oleh karena ada kerusakan toksis pada sel
hati. Bagaimanapun, semua faktor risiko yang dapat menyebabkan
27
HCC dengan adanya sirosis hati juga merupakan faktor risiko untuk
pengembangan HCC tanpa adanya sirosis.
Studi biokimia menunjukkan bahwa defisiensi vitamin D
dapat berperan dalam penyebab dan perkembangan kanker.
Sebaliknya, diet kalsium, vitamin D, lemak dan protein dari sumber
susu dikaitkan dengan peningkatan risiko HCC sementara nutrisi
yang sama dari sumber non-susu menunjukkan asosiasi invers atau
nol.
mortalitas hepatoma secara jelas lebih tinggi dari peminum air sumur
karsinogen utama.
diduga karena laki-laki lebih sering terpajan oleh factor risiko HCC
28
Sirosis hati (SH) merupakan faktor risiko utama hepatoma di dunia
dan melatarbelakangi lebih dari 80% kasus hepatoma. Otopsi pada pasien
kadar alfa feto protein (AFP) serum, beratnya penyakit dan tingginya
3. Obesitas
5. Alkohol
29
6. Selain yang telah disebutkan di atas, bahan atau kondisi lain yang
tanik), tembakau.
3.2.4 PATOGENESIS3,14,15
Inflamasi, nekrosis, fibrosis, dan regenerasi dari sel hati yang terus
berlanjut merupakan proses khas dari sirosis hepatis yang juga merupakan
hepatoma, kelainan sirosis tidak selalu ada. Hal ini mungkin berhubungan
dengan proses replikasi DNA virus dari virus hepatitis yang juga
memproduksi HBV X protein yang tidak dapat bergabung dengan DNA sel
hati, yang merupakan host dari infeksi virus hepatitis, dikarenakan protein
tersebut merupakan suatu RNA. RNA ini akan berkembang dan mereplikasi
diri di sitoplasma dari sel hati dan menyebabkan suatu perkembangan dari
proliferasi sel hati. Para ahli genetika mencari gen–gen yang berubah dalam
perkembangan sel hepatoma ini dan didapatkan adanya mutasi dari gen p53,
menunjukan bahwa tidak ada progresi yang khusus dari nodul–nodul diatas
yang menuju kearah hepatoma tetapi, pada nodul displastik didapatkan bahwa
30
nodul yang terbentuk dari sel–sel yang kecil meningkatkan proses
pembentukan hepatoma. Sel sel kecil ini disebut sebagai stem cel dari hati.
Sel–sel ini meregenerasi sel–sel hati yang rusak tetapi sel–sel ini juga
adanya penyakit yang kronik yang disebabkan oleh infeksi virus. Nodul–
nodul inilah yang pada perkembangan lebih lanjut akan menjadi hepatoma.
Yang dimaksud hepatoma fase subklinis atau stadium dini adalah pasien
yang tanpa gejala dan tanda fisik hepatoma yang jelas, biasanya
primer.
31
2. Hepatoma fase klinis
(1) Nyeri abdomen kanan atas: hepatoma stadium sedang dan lanjut
sering datang berobat karena kembung dan tak nyaman atau nyeri
hepatoma.
(3) Perut kembung: timbul karena massa tumor sangat besar, asites dan
32
(5) Letih, mengurus: dapat disebabkan metabolit dari tumor ganas dan
kakeksia.
(6) Demam: timbul karena nekrosis tumor, disertai infeksi dan metabolit
(7) Ikterus: tampil sebagai kuningnya sclera dan kulit, umumnya karena
bahu belakang kanan, udem kedua tungkai bawah, kulit gatal dan
3.2.6 DIAGNOSIS15,16
A. Pemeriksaan laboratorium
1. Alfa-fetoprotein (AFP)
33
AFP dalam serum hampir lenyap, dalam serum orang normal hanya
AFP kembali muncul. Selain itu teratoma testes atau ovarium serta
beberapa tumor lain (seperti karsinoma gaster, paru dll.) dalam serum
pasien juga dapat ditemukan AFP; wanita hamil dan sebagian pasien
meningkat.
hepatoselular. Jika AFP > 500 ng/L bertahan 1 bulan atau > 200 ng/ L
dibuat diagnosis hepatoma, diagnosis ini dapat lebih awal 6-12 bulan
menilai hasil terapi. Pasca reseksi hepatoma, kadar AFP darah terus
dalam 2 bulan kadarnya turun hingga normal, jika belum dapat turun
hingga normal, atau setelah turun lalu naik lagi, maka pertanda terjadi
34
(DCP), alfa-L-fukosidase (AFU), gama-glutamil transpeptidase (GGT-
Karena lebih dari 90% hepatoma disertai sirosis hati, hepatitis dan
latar belakang penyakit hati lain, maka jika ditemukan kelainan fungsi
B. Pemeriksaan pencitraan
1. Ultrasonografi (USG)
Secara umum pada USG tumor primer hati sering diketemukan adanya
anekoik akibat adanya nekrosis, tepi ireguler. Yang sangat sulit ialah
35
Gambar 2: (A) Karsinoma hepatoseluler. USG menggambarakan lesi tidak berkapsul
yang sebagian hiperechoic, bagian dalam isoechoic dibandingkan dengan
gambaran parenkim sekitar. Kontur liver ireguler, batas hepar bulat.
Semua gambaran tersebut cocok dengan gambaran sirosis liver yang
diasosiasikan dengan tingginya resiko kejadian HCC. (B) Cholangiocellular
Carcinoma (CCC). Terdapat gambaran yang hipoechoic dibandingkan
jaringan hepar sekitarnya. Dilatasi duktus biliaris tidak tampak. (Dikutip
dari kepustakaan 12)
2. CT-Scan
sesudah 1-3 minggu dilakukan lagi pemeriksaan CT, pada waktu ini
36
Gambar 3 : HCC tipikal. Gambaran CT menunjukkan lesi homogen yang
menyangat. (dikutip dari kepustakaan 13)
3. MRI
pembuluh darah dan saluran empedu dalam hati, juga cukup baik
C. Pemeriksaan lainnya
nodul sub-kutis, mencari sel ganas dalam asites, perito-neoskopi dll. juga
Untuk pasien yang dicurigai hepatoma atau lesi penempat ruang dalam
37
invasif. Untuk kasus yang dengan berbagai pemeriksaan masih belum
E. Standar diagnosis
Pada tahun 2001 Komite Khusus Hepatoma Asosiasi Antitumor China
hepatoma primer.
38
2. Standar klasifikasi stadium klinis hepatoma primer
IIa : tumor tunggal atau dua tumor dengan diameter gabungan < 10
cm, di separuh hati, atau dua tumor dengan diameter gabungan <
5 cm, di kedua belahan hati kiri dan kanan, tanpa emboli tumor,
gabungan > 5 cm, di kedua belahan hati kiri dan kanan, tanpa
B.
IIIb : tidak peduli kondisi tumor, tidak peduli emboli tumor, metastasis;
Child C.
39
Tabel 2. Klasfikiasi Child-Pugh untuk Sirosis Hati
dan hepatitis serta sirosis hati dengan peninggian AFP. Pada tumor
relatif; rendah, dan tanpa latar belakang penyakit hati, USG dan CT serta
penempat ruang dalam hati, selain secara berkala harus diperiksa fungsi
40
2. Diagnosis banding hepatoma dengan AFP negatif
Hemangioma hati. Hemangioma kecil paling sulit dibedakan dari
riwayat penyakit yang panjang, progresi lambat, bisa tanpa latar belakang
hepatitis dan sirosis hati, zat petanda hepatitis negatif, CT tunda, MRI
tampak lesi multipel tersebar dengan ukuran bervariasi. Pada abses hati,
terdapat riwayat demam, takut dingin dan tanda radang lain, pencitraan
penyakit hati, umumnya kondisinya baik, massa besar dan fungsi hati
bersifat cair penempat ruang, dinding kista tipis, sering disertai ginjal
3.2.8 PENATALAKSANAAN15,16
Karena sirosis hati yang melatarbelakanginya serta tingginya kekerapan
multi-nodularis, resektabilitas HCC sangat rendah. Disamping itu kanker ini
juga sering kambuh meskipun sudah menjalani reseksi bedah kuratif.
Pilihan terapi ditetapkan berdasarkan ada tidaknya sirosis, jumlah dan
ukuran tumor, serta derajat perburukan hepatik.
A. Reseksi Hepatik
Untuk pasien dalam kelompok non-sirosis yang biasanya mempuyai
fungsi hati normal pilihan utama terapi adalah reseksi hepatik. Namun
untuk pasien sirosis diperlukan kriteria seleksi karena operasi dapat
41
memicu timbulnya gagal hati yang dapat menurunkan angka harapan
hidup. Kontraindikasi tindakan ini adalah adanya metastasis
ekstrahepatik, HCC difus atau multifokal, sirosis stadium lanjut dan
penyakit penyerta yang dapat mempengaruhi ketahanan pasien
menjalani operasi.
B. Transplantasi Hati
Bagi pasien HCC dan sirosis hati, transplantasi hati memberikan
kemungkinan untuk menyingkirkan tumor dan menggantikan parenkim
hati yang mengalami disfungsi.
C. Ablasi Tumor Perkutan
Destruksi dari sel neoplastik dapat dicapai dengan bahan kimia
(alkohol, asam asetat) atau dengan memodifikasi suhunya
(radiofrequency, microwave, laser dan cryoablation). Injeksi etanol
perkutan (PEI) merupakan teknik terpilih untuk tumor kecil (<5cm)
karena efikasinya tinggi, efek sampingnya rendah serta relatif murah.
Dasar kerjanya adalah menimbulkan dehidrasi, nekrosis, oklusi vaskular
dan fibrosis.
Radiofrequency ablation (RFA) menunjukkan angka keberhasilan
yang lebih tinggi daripada PEI an efikasinya tertinggi untuk tumor yang
lebih besar dari 3 cm, namun tetap tidak berpengaruh terhadap harapan
hidup pasien. Selain itu, RFA lebih mahal dan efek sampingnya lebih
banyak dibandingkan dengan PEI.
Guna mencegah terjadinya rekurensi tumor, pemberian asam
poliprenoik selama 12 bulan dilaporkan dapat menurunkan angka
rekurensi pada bulan ke-38 secara bermakna dibandingkan dengan
kelompok plasebo.
D. Terapi Paliatif
Sebagian besar pasien HCC diiagnosis pada stadium menengah
lanjut yang tidak ada terapi standarnya. Berdasarkan meta analisis, pada
stadium ini hanya TAE/TACE (transarterial embolization/chemo
embolization) saja yang menunjukkan penurunan pertumbuhan tumor
serta dapat meningkatkan harapan hidup pasien dengan HCC yang tidak
resektabel. TACE dengan frekuensi 3 – 4 kali setahun dianjurkan pada
pasien yang fungsi hatinya cukup baik serta tumor multinodular
asimptomatik tanpa invasi vaskular atau penyebaran ekstrahepatik, yang
tidak dapat diterapi secara radikal. Sebaliknya, bagi pasien yang daam
42
keadaan gagal hati, serangan iskemik akibat terapi ini dapat
mengakibatkan efek samping yang berat.
3.2.9 PROGNOSIS
saluran cerna atas, koma hepatik dan ruptur hati. Faktor yang mempengaruhi
prognosis terutama adalah ukuran dan jumlah tumor, ada tidaknya trombus
kanker dan kapsul, derajat sirosis yang menyertai, metode terapi, dll.
Okuda yaitu:
43
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Karsinoma hati primer (KHP) atau hepatoma adalah merupakan salah satu tumor
ganas hati yang paling sering ditemukan.7 Tumor hepar ganas sering dipaparkan
sebagai ikterus dan hilangnya berat badan. Tumor ini paling sering merupakan
metastasis dari berbagai organ lain. Yang tergolong tumor hepar ganas primer yaitu
karsinoma sel hepar (karsinoma hepatoseluler), kolangiokarsinoma
(adenokarsinoma ductus biliaris), angiosarkoma (neoplasma ganas endotel
vaskuler), dan hepatoblastoma (tumor hepar primer pada anak-anak).8 Karsinoma
hepatoseluler (hepatocellular carsinoma = HCC) merupakan tumor ganas hati
primer yang berasal dari hepatosit, demikian pula dengan karsinoma fibrolamelar
dan hepatoblastoma. Tumor ganas hati lainnya, kolangiokarsinoma
(cholangiocarsinoma = CC) dan sistoadenokarsinoma berasal dari sel epitel bilier,
sedangkan angiosarkoma dan leiomiosarkoma berasal dari sel mesenkim. Dari
seluruh tumor ganas hati yang pernah didiagnosis, 85% merupakan HCC; 10% CC,
dan 5% adalah jenis lainnya.11
Etiologi hepatoma belum jelas, menurut data yang ada, virus Hepatitis,
aflatoksin, dan pencemaran air minum merupakan 3 faktor utama yang terkait
dengan timbulnya hepatoma.9 Sampai saat sekarang, belum diketahui dengan pasti
penyebab sebenarnya dari karsinoma hati primer. Tetapi ada beberapa faktor yang
diduga menjadi penyebab atau merupakan faktor predisposisi.
44