You are on page 1of 17

PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES

Disusun untuk melengkapi salah satu tugas dari dosen mata kuliah Strategi Belajar Mengajar Matematika

Oleh:

LUTHFIYADI . dkk.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2008/2009
BAB I

PENDAHULUAN

Kurikulum yang berorientasi pada materi dan tujuan sekarang nampaknya sudah tidak
sesuai lagi dengan tuntutan jaman. Perlu ditambahkan satu pemikiran lain, yaitu bagaimana
memproses hasil belajar berupa konsep dan fakta yang diperoleh itu untuk mengembangkan diri,
untuk menemukan sesuatu yang baru. Dengan fakta dan konsep yang yang tidak banyak, tapi
dipahami betul, dapat diproses untuk menguasai dan/atau menemukan fakta dan konsep yang
lebih banyak. Justru pemberian konsep dan fakta yang terlalu banyak dapat menghambat
kreatifitas siswa.

Perkembangan baru terhadap pandangan pelaksanaan belajar mengajar membawa


konsekuensi kepada guru untuk meningkatkan peranan dan kompetensinya, karena proses belajar
mengajar dan hasil belajar siswa sebagian besar dientukan oleh peran dan kompetensi guru. Guru
yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih
mampu mengelola kelasnya, sehingga hasil belajar siswaberada pada tingkat optimal. Salah satu
peran guru dalam proses belajar mengajar adalah evaluator. Dalam satu kali proses belajar
mengajar, guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan
untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah
materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui
kegiatan evaluasi atau penilaian. Dengan penlaian, guru dapat mengetahui keberhasilan
pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode
mengajar. Tujuan lain dari penilaian diantaranya adalah untuk mengetahui kedudukan siswa, di
dalam kelas ataupun kelompoknya. Dengan penilaian, guru dapat mengklasifikasikan apakah
seorang siswa termasuk siswa yang pandai, sedang kurang, atau cukup baik di kelasnya jika
dibandingkan dengan teman-temannya. Penelaahan pencapaian tujuan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru dapat diketahui, apakah proses belajar mengajar yang dilakukan cukup
efektif memberikan hasil yang baik dan memuaskan, atau sebaliknya.

Jadi, jelaslah bahwa guru hendaknya mampu dan terampil melaksanakan penilaian,
karena dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah ia

2
melaksanakan proses belajar. Salah satu penilaian yang dapat dilakukan oleh guru dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar adalah penilaian keterampilan proses. Dalam fungsinya
sebagai penilaian hasil belajar siswa, guru hendaknya terus menerus mengikuti hasil belajar yang
telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini
merupakan umpan balik (feedback) terhadap proses belajar mengajar. Umpan balik ini akan
dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya.
Dengan demikian, proses belajar mengajar akan terus menerus ditingakatkan untuk memperoleh
hasil yang optimal.

3
BAB II

PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES

A. Pengertian Keterampilan Proses

Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan


pengembangan keterampilan- keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari
kemampuan- kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa (DEPDIKBUD,
dalam Moedjiono, 1992/ 1993 : 14)

Menurut Semiawan, dkk (Nasution, 2007 : 1.9-1.10) menyatakan bahwa keterampilan proses
adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan- kemampuan yang mendasar
yang dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan
berhasil menemukan sesuatu yang baru.

Dimyati dan Mudjiono (Sumantri, 1998/1999: 113) mengungkapkan bahwa pendekatan


keterampilan proses bukanlah tindakan instruksional yang berada diluar jangkauan kemampuan
peserta didik. Pendekatan ini justru bermaksud mengembangkan kemampuan- kamapuan yang
dimiliki peserta didik.

Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-


kemampuan mental, fisik,dan social yang mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan
yang lebih tinggi. Kemampuan-kemampuan mendasar yang telah dikembangkan dan telah
terlatih lama-kelamaan akan menjadi suatu keterampilan, sedangkan pendekatan keterampilan
proses adalah cara memandang anak didik sebagai manusia seutuhnya. Cara memandang ini
dijabarkan dalam kegiatan belajar mengajar memperhatikan pengembangan pengetahuan, sikap,
nilai, serta keterampilan. Ketiga unsure itu menyatu dalam satu individu dan terampil dalam
bentuk kreatifitas.

Pendekatan pembelajaran proses adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada


kegiatan ketrampilan proses yang digunakan untuk mengungkap dan menemukan fakta dan
konsep serta menumbuhkan sikap dan nilai yang dilakukan oleh murid. Proses pembelajaran

4
dengan pendekatan inidimulai dari obyek nyata atau obyek yang sebenarnya dengan
menggunakan pengalaman langsung, sehingga siswa diharapkan terjun dalam kegiatan belajar
mengajar yang lebih realistis, dan anak juga diajak ,dilatih, dan dibiasakan melakukan observasi
langsung dan membuat kesimpulan sendiri.

Jadi, pendekatan keterampilan proses menekankan pada bagaimana siswa belajar, bagaimana
mengelola perolehannya, sehingga dipahami dan dapat dipakai sebagai bekal untuk memenuhi
kebutuhan dalam kehidupannya di masyarakat.

B. Tujuan Keterampilan Proses

Tujuan pengajaran sains sebagai proses adalah untuk meningkatkan keterampilan berpikir
siswa, sehingga siswa buakn hanya mampu dan terampil dalam bidang psikomotorik, melainkan
juga bukan sekedar ahli menghafal. Berdasarkan penjelasan di atas, pada keterampilan proses,
guru tidak mengharapkan setiap siswa akan menjadi ilmuwan, melainkan dapat mengemukakan
ide bahwa memahami sains sebagian bergantung pada kemampuan memandang dan bergaul
dengan alam menurut cara-cara seperti yang diperbuat oleh ilmuwan.

Selain itu, melalui proses belajar mengajar dengan pendekatan keterampilan proses
dilakukan dengan keyakinan bahwa sains adalah alat yang potensial untuk membantu
mengembangkan kepribadian siswa, di mana kepribadian siswa yang berkembang ini merupakan
prasyarat untuk melanjutkan ke jalur profesi apapun yang diminatinya.

C. Rasional Keterampilan Proses

Pendekatan pembelajaran proses karena dengan pendekatan pembelajaran proses diharapkan


siswa dapat mengalami sendiri tentang materi yang disampaikan dengan berinteraksi langsung
dengan obyek nyata atau sebenarnya sehingga siswa dapat membuat kesimpulan sendiri.

Dalam menerapkan keterampilan proses dasar sains dalam kegiatan belajar mengajar, ada dua
alasan yang melandasinya yaitu:

1. Bahwa dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka laju pertumbuhan
produk-produk ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi pesat pula, sehingga tidak

5
mungkin lagi guru mengajarkan semua konsep dan fakta kepada siswa. Jika guru tetap
mengajarkan semua fakta dan konsep dari berbagai cabang ilmu, maka sudah jelas target
itu tidak mugkin tercapai. Oleh karena itu, siswa perlu dibekali dengan keterampilan
untuk mencari dan mengolah informasi dari berbagai sumber,dan tidak semata-mata dari
guru.
2. Bahwa sains itu dipandang dari dua dimensi, yaitu dimensi produk dan dimensi proses.
Dengan melihat alasan ini, betapa pentingnya keterampilan proses bagi siswa untuk
mendapatkan ilmu yang akan berguna bagi siswa di masa yang akan datang, sehingga
bangsa kita akan dapat sejajar dengan bangsa yang maju lainnya.

Conny Setiawan mengemukakan empat alasan mengapa pendekatan keterampilan proses


harus diwujudkan dalam proses belajar dan pembelajaran, yaitu:

1. Dengan kemajuan yang sangat pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, guru tidak
mungkin lagi mengajarkan semua fakta dan konsep dari sekian mata pelajaran, karena
waktunya tidak akan cukup.
2. Siswa-siswa, khususnya dalam usia perkembangan anak, secara psikologis lebih mudah
memahami konsep,apalagi yang sulit, bila disertai dengan contoh-contoh kongkrit,
dialami sendiri, sesuai dengan lingkungan yang dihadapi. J. Piaget mengatakan bahwa
intisari pengetahuan adalah kegiatan atau aktivitas, baik fisik maupun mental.
3. Ilmu pengetahuan boleh dikatakan bersifat relative, artinya, suatu kebenaran teori pada
suatu saat berikutnya bukan kebenaran lagi, tidak sesuai lagi dengan situasi. Suatu teori
bias gugur bila ditemukan teori-teori yang lebih baru dan lebih jitu. Jadi, suatu teori
masih dapat dipertanyakan dan diperbaiki. Oleh karena I tu, perlu orang-orang yang
kritis, mempunyai sikap ilmiah. Wajar kiranya kalau anak-anak atau siswa sejak dini
sudah ditanamkan dalam dirinya sikap ilmiah dan sikap kritis ini. Dengan menggunakan
keterampilan proses, maksud tersebut untuk saat ini pantas diterima.
4. Proses belajar dan pembelajaran bertujuan membentuk manusia yang utuh artinya cerdas,
terampil dan memiliki sikap dan nilai yang diharapkan. Jadi, pengembangan pengetahuan
dan sikap harus menyatu. Dengan keterampilan memproses ilmu, diharapkan berlanjut
kepemilikan sikap dan mental.

6
D. Kemampuan Dasar dalam Keterampilan Proses

Ilmuwan-ilmuwan yang menemukan suatu yang baru, menurut pengamatan, tidak


menguasai semua konsep dan fakta dalam suatu bidang ilmu, namun mereka mempunyai
kemampuan dasar untuk mengembangkan konsep dan fakta yang terbatas itu, sehingga mereka
mampu menciptakan dan menemukan sesuatu yang baru.

Kemampuan-kemampuan dasar yang dimaksud antara lain mengobservasi, menghitung,


mengukur, mengklasifikasi, mencari hubungan ruang waktu, membuat hipotesis, merencanakan
penelitian atau eksperimen, mengendalikan verbal, menafsirkan data, membuat kesimpulan
sementara, meramalkan, menerapkan, mengkomunikasikan(Conny Setiawan, 1987:17-18).

Senada dengan kemampuan dasar yang diajukan di atas, Sriyono membuat suatu daftar
keterampilan proses yang diikuti oleh indicator-indikator.

No Keterampilan Proses INDIKATOR


• Bertanya mengapa, apa, dan bagaimana
• Bertanya untuk meminta penjelasan
1 Mengajukan pertanyaan
• Bertanya yang berlatar belakang
hipotesis
• Menemukan fakta yang relevan dan
memadai
2 Mengamati

• Menggunakan sebanyak mungkin indra


3 Menafsirkan/pengamatan • Mencatat setiap pengamatan secara
terpisah
• Menghubungkan pengamatan-
pengamatan yang terpisah

7
• Menemukan suatu pola dalam satu seri
pengamatan
• Dengan menggunakan pola-pola
(hubungan-hubungan) mengemukakan
4 Meramalkan
apa yang mungkin terjadi pada keadaan
yang belum diamati
• Menggunakan alat dan bahan untuk
5 Mengatur alat dan bahan
memperoleh pengalaman langsung
• Menentukan alat, bahan, dan sumber
yang akan dipakai untuk digunakan
dalam penelitian
• Menentukan variable-variabel
• Menentukan variable yang harus dibuat
6 Merencanakan penelitian tetap sama, dan mana yang berubah
• Menentukan apa yang harus diamati,
diukur, dan ditulis

• Menentukan cara dan langkah-langkah


kerja
• Menentukan bagaimana mengolah
pengamatan
• Menggunakan konsep-konsep yang

7
telah dipelajari dalam suatu situasi baru
Menerapkan konsep

• Menerapkan konsep pada pengalaman


baru untuk menjelaskan apa yang
sedang terjadi
8 Berkomunikasi • Menyusun dan menyampaikan laporan
secara sistematis
• Menjelaskan hasil penelitian
• Mendiskusikan hasil penelitian

8
• Menggambarkan data dengan grafik,
table, atau diagram

Berikut ini akan diuraikan mengenai pengertian dari setiap kemampuan atau keterampilan
beserta kata kerja operasional dari masing-masing kemampuan atau keterampilan.

1. Keterampilan Mengobservasi (Mengamati)

Keterampilan mengobservasi menurut Esler dan Esler (1984) adalah keterampilan yang
dikembangkan dengan menggunakan semua indera yang kita miliki untuk mengidentifikasi dan
memberikan nama sifat- sifat dari objek- objek atau kejadian- kejadian. Definisi serupa
disampaikan oleh Abruscato (1988) yang menyatakan bahwa mengobservasi artinya
mengunakan segenap panca indera untuk memperoleh imformasi atau data mengenai benda atau
kejadian. (Nasution, 2007: 1.8- 1.9). Jadi keterampilan mengobservasi adalah keterampilan
mengumpulkan data atau informasi melalui penerapan dengan indera.

Kegiatan yang dapat dilakukan yang berkaitan dengan kegiatan mengobservasi misalnya
menjelaskan sifat- sifat yang dimiliki oleh benda- benda, sistem- sistem, dan organisme hidup.
Sifat yang dimiliki ini dapat berupa tekstur, warna, bau, bentuk ukuran, dan lain- lain. Contoh
yang lebih konkret, seorang guru sering membuka pelajaran dengan menggunakan kalimat tanya
seperti apa yang engkau lihat ? atau bagaimana rasa, bau, bentuk, atau tekstur…? Atau mungkin
guru menyuruh siswa untuk menjelaskan suatu kejadian secara menyeluruh sebagai pendahuluan
dari suatu diskusi.

Kata kerja operasional : melihat, mendengar, merasa, meraba, membau, mencicipi,


mengecap, menyimak, mengukur, membaca.

2. Keterampilan Mengklasifikasi (Menggolongkan)

Keterampilan mengklasifikasi menurut Esler dan Esler merupakan ketermpilan yang


dikembangkan melalui latihan- latihan mengkategorikan benda- benda berdasarkan pada (set
yang ditetapkan sebelumnya dari ) sifat- sifat benda tersebut. Menurut Abruscato mengkalsifikasi

9
merupakan proses yang digunakan para ilmuan untuk menentukan golongan benda- benda atau
kegaitan- kegiatan. (Nasution, 2007 : 1.15)

Jadi Keterampilan mengklasifikasi yaitu keterampilan menggolongkan benda,


kenyataan, konsep, nilai, atau kepentingan tertentu. Untuk membuat penggolongan, perlu
ditinjau persamaan dan perbedaan antara benda, kenyataan, atau konsep sebagai dasar
penggolongan.

Bentuk- bentuk yang dapat dilakukan untuk melatih keterampilan ini misalnya memilih
bentuk- bentuk kertas, yang berbentuk kubus, gambar- gambar hewan, daun- daun, atau kancing-
kancing berdasarkan sifat- sifat benda tersebut. Sistem- sistem klasifikasi berbagai tingkatan
dapat dibentuk dari gambar- gambar hewan dan tumbuhan (yang digunting dari majalah) dan
menempelkannya pada papan buletin sekolah atau papan panjang di kelas.

Contoh kegiatan yang lain adalah dengan menugaskan siswa untuk membangun skema
klasifikasi sederhana dan menggunakannya untuk kalsifikasi organisme- organisme dari carta
yang diperlihatkan oleh guru, atau yang ada didalam kelas, atau gambar tumbuh- tumbuhan dan
hewan- hewan yang dibawa murid sebagai sumber klasifikasi

Kata kerja operasional : mencari persamaan, menyamakan, membedakan, membandingkan,


mengontraskan, mencari dasar penggolongan.

3. Keterampilan Menginferensi / Menafsirkan ( menginterpretasikan )

Keterampilan menginferensi menurut Esler dan Esler dapat dikatakan juga sebagai
keterampilan membuat kesimpulan sementara. Menurut Abruscato , menginferensi/ menduga/
menyimpulakan secara sementara adalah adalah menggunakan logika untuk memebuat
kesimpulan dari apa yagn di observasi( Nasution, 2007 : 1.49).

Keterampilan menginferensi yaitu keterampilan proses menafsiran sesuatu berupa benda,


kenyataan, peristiwa, konsep, atau informasi yang telah dikumpulkan melalui pengamatan,
perhitungan, penelitian, atau eksperimen.

10
Contoh kegiatan untuk mengembangkan keterampilan ini adalah dengan menggunakan suatu
benda yang dibungkus sehingga siswa pada mulanya tidak tahu apa benda tersebut. Siswa
kemudian mengguncang- guncang bungkusan yang berisi benda itu, kemudian menciumnya dan
menduganya apa yang ada di dalam bungkusan ini. Dari kegiatan ini, siswa akan belajar bahwa
akan muncul lebih dari satu jenis inferensi yang dibuat untuk menjelaskan suatu hasil observasi.
Disamping itu juga belajar bahwa inferensi dapat diperbaiki begitu hasil observasi dibuat

Kata kerja operasional : menaksir, memberi arti, mengartikan, memposisikan, mencari


hubungan ruang waktu, menentukan pola, menarik kesimpulan, mengeneralisasikan.

4. Keterampilan Memprediksi (Meramalkan)

Memprediksi adalah meramal secara khusus tentangapa yang akan terjadi lpada observasi
yang akan datang (Abruscato Nasution, 2007 : 1.55) atau membuat perkiraan kejadian atau
keadaan yang akan datang yang diharapkan akan terjadi (Carin, 1992). Keterampilan
memprediksi menurut Esler dan Esler adalah keterampilan memperkirakan kejadian yang akan
datang berdasarkan dari kejadian- kejadian yang terjadi sekarang, keterampialn menggunakna
grafik untuk menyisipkan dan meramalkan terkaan- terkaan atau dugaan- dugaan. (Nasution,
2007 : 1.55) .

Keterampilan Memprediksi yaitu mengantisipasi atau menyimpulkan suatu hal yang akan
terjadi pada waktu yang akan datang berdasarkan perkiraan atas kecenderungan atau pola
tertentu atau hubungan antar data atau informasi.

Jadi dapat dikatakan bahwa memprediksi sebagai menyatakan dugaan beberapa kejadian
mendatang atas dasar suatu kejadian yang telah diketahui Contoh kegiatan untuk melatih
kegiatan ini adalah memprediksi berapa lama (dalam menit, atau detik) lilin yang menyala akan
tetap menyala jika kemudian ditutup dengan toples (dalam berbagai ukuran) yang
ditelungkupkan.

Kata kerja operasional : mengantisipasi berdasarkan kecenderungan, pola atau hubungan


antar data atau informasi.

11
Yaitu menggunakan hasil belajar berupa informasi, kesimpulan, konsep, hokum, teori,
keterampilan. Melalui penerapan, hasil belajar dapat dimanfaatkan, diperkuat, dikembangkan,
atau dihayati.

Kata kerja operasional : menggunakan ( informasi, kesimpulan, konsep, hokum, teori, sikap,
nilai, atau keterampilan dalam situasi ), menghitung, menentukan variable, mengendalikan
variable, menghubungkan konsep, merumuskan konsep, pertanyaan penelitian, menyusun
hipotesis, membuat modul.

5. Keterampilan Mengenal Hubungan Bilangan- bilangan (Menerapkan)

Keterampilan mengenal hubungan bilangan- bilangan menurut Esler dan Esler meliputi
kegaitan menemukan hubungan kuantitatif diantara data dan menggunakan garis biangan untuk
membuat operasi aritmatika (matematika). Carin mengemukakan bahwa menggunakan angka
adalah mengaplikasikan aturan- aturan atau rumus- ruumus matematik untuk menghitung jumlah
atau menentukan hubungan dari pengukuran dasar. Menurut Abruscato, menggunakan bilangan
merupakan salah satu kemampuan dasar pada keterampilan proses.( Nasution, 2007: 1.61- 1.62).

Menerapkan yaitu, menggunakan hasil belajar berupa informasi, kesimpulan, konsep,


hokum, teori, keterampilan. Melalui penerapan, hasil belajar dapat dimanfaatkan, diperkuat,
dikembangkan, atau dihayati.

Kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan ini adalah menentukan nilai pi
dengan mengukur suatu rangkaian silinder, menggunakan garis bilangan untuk operasi
penambahan dan perkalian. Latihan- latihan yang mengharuskan siswa untuk mengurutkan dan
membandingkan benda- benda atau data berdasarkan faktor numerik membantu untuk
mengembangkan keterampilan ini. contoh pertanyaan yang membantu siswa agar mengerti
tentang hubungan bilangan antara lain adalah : “ lebih jauh mana benda A jika dibandingkan
dengan benda B?” “ Berapa derajat suhu tersebut turun dari – 100 C ke - 200 C ? ”

6. Keterampilan Mengenal Hubungan Ruang dan Waktu (Merencanakan penelitian)

12
Keterampilan mengenal hubungan ruang dan waktu menurut Esler dan Esler meliputi
keterampilan menjelaskan posisi suatu benda terhadap lainnya atau terhadap waktu atau
keterampilan megnubah bentuk dan posisi suatu benda setelah beberapa waktu. Sedangkan
menurut Abruscato menggunakan hubungan ruang- waktu merupakan keterampilan proses yan
gberkaitan dengan penjelasan- penjelasan hubungan- hubunagn tentang ruang dan waktu beserta
perubahan waktu.

Untuk membantu mengembangkan pengertian siswa terhadap hubungan waktu- ruang,


seorang guru dapat memberikan pelajaran tentang pengenalan dan persamaan bentuk- bentuk dua
dimensi (seperti kubus, prisma, elips). Seorang guru dapat menyuruh sisiwa menjelaskan
posisinya terhadap sesuatu, misalnya seorang siswa dapat menyatakan bahwa ia berada ia berada
di baridsan ketiga bangku kedua dari kiri gurunya.

Merencanakan penelitian merupakn keterampilan yang amat penting karena menentuken


berhasil tidaknya penelitian. Keterampilan ini perlu dilatih, karena selama ini pada umumnya
kurang diperhatikan dan kurang terbina. Pada tahap ini ditentukan masalah atau objek yang akan
diteliti, tujuan, dan ruang lingkup penelitian, sumber dat atau informasi, cara analisis, alat dan
bahan atau sumber kepustakaan yang diperlukan. Jumlah orang yang terlibat, langkah-langkah
pengumpulan dan pengolahan data atau informasi, serta tata cara melakukan penelitian.

Kata kerja operasional : menentukan masalah atau objek yang akan diteliti, menentukan
tujuan penelitian, menentukan ruang lingkup penelitian, menentukan sumber data, menentukan
alat, bahan, dan sumber kepustakaan, menentukan cara penelitian.

8. Keterampilan Mengkomunikasikan

Menurut Abruscato (Nasution, 2007: 1.44 ) mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil


pengamatan yang berhasil dikumpulkan atau menyampaikan hasil penyelidikan. Menurut Esler
dan Esler ((Nasution, 2007: 1.44) dapat dikembangkan dengan menghimpun informasi dari
grafik atau gambar yang menjelaskan benda- benda serta kejadain- kejadian secara rinci. Jadi
keterampilan mengkomunikasikan adalah menyampaikan perolehan atau hasil belajar kepada
orang lain dalam bentuk tulisan, gambar, gerak, tindakan, atau penampilan.

13
Kegiatan untuk keterampilan ini dapat berupa kegiatan membaut dan menginterpretasi
informasi dari grafik, charta, peta, gambar, dan lain- lain. Misalnya siswa mengembangkan
keterampilan mengkomunikasikan deskripsi benda- benda dan kejadian tertentu secar rinci.
Siswa diminta untuk mengamati dan mendeskrifsikan beberapa jenis hewan- hewan kecil
( seperti ukuran, bentuk, warna, tekstur, dan cara geraknya), kemudain siswa tersebut
menjelaskan deskrifsi tentang objek yang diamati didepan kelas.

Kata kerja operasonal : berdiskusi, mendeklamasikan, mendramakan, bertanya,


merenungkan, meragakan, mengungkapkan, melaporkan ( dalam bentuk lisan, tulisan, gerak atau
penampilan ).

Keterampilan proses memerlukan latihan atau penggunaan secara terus menerus agar dapat
dimiliki oleh siswa. Perkembangannya berlangsung sedikit demi sedikit dan memerlukan waktu
lama. Oleh karana itu, penelitian kemampuan keterampilan proses tidak perlu dilakukan pada
tiap pembelajaran, tetapi bias sekali atau dua kali dalam satu semester untuk melihat
perkembangannya.

E. Penilaian Keterampilan Proses

Penilaian merupakan usaha untuk memperoleh informasi tentang perolehan belajar siswa
secara menyeluruh, baik pengetahuan, konsep, sikap, nilai maupun keterampilan proses. Hal ini
dapat digunakan oleh guru sebagai balikan maupun keputusan yang sangat diperluka dalam
menentukan strategi belajar mengajar. Untuk maksud tersebut, guru perlu mengadakan penilaian,
baik terhadap proses maupun terhadap hasil belajar siswa. Penilaian proses ( Usman, 1999 )
dapat diartikan penilaian terhadap proses belajar yang sedang berlangsung, yang dilakukan oleh
guru dengan memberikan umpan balik secara langsung kepada seorang siswa atau kelompok
siswa. Dalam melatih keterampilan proses sekaligus dikembangkan sikap-sikap yang
dikehendaki seperti kreatif, kerjasama, bertanggung jawab, dan berdisiplin sesuai dengan
penekanan bidang studi yang bersangkutan.

Untuk menilai keterampilan proses dapat digunakan cara non tes dengan menggunakan
lembar pengamatan. Agar tidak memberatkan guru, pelaksanaanya dapat dilakukan secara

14
bertahap lima orang siswa, begitu seterusnya sampai seluruh siswa mendapat giliran. Hal ini
dilakukan oleh gurupada waktu siswa sedang belajar.

Dalam menentukan atau membuat lembar pengamatan, perlu memperhatikan hal-hal berikut.

a. menentukan keterampilan yang akan diamati


b. membuat criteria penilaian untuk masing masing keterampilan.

Penilaian terhadap keterampilan proses dapat pula dilakukan dengan tes tertulis, namun tidak
menjangkau semua kemampuan, karena menggunakan indera pendengaran dan perabaan tidak
mungkin diliai dengan tes tertulis. Di samping itu, penilaian keterampilan proses dapat dilakukan
dengan tes perbuatan, tetapi dalam hal ini diperlukan lembar pengamatan yang lebih rinci untuk
menilai tingkah laku yang diharapkan.

15
BAB III

PENUTUP

Dengan demikian, pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan belajar


mengajar yang mengarah kepada pengembangan kemampuan kemampuan mental, fisik, dan
social yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu
siswa.

Proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh peranan
dan kompetensi guru, guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar
yang efektif dan hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik.

Kemampuan-kemampuan dasar yang perlu dimiliki oleh siswa diantaranya adalah


mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan menerapkan, merencanakan penelitian,
dan mengkomunikasikan.

Dengan melakukan penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan


dalam pembelajaran. Peran guru dalam pelaksanaan penilaian keterampilan proses adalah selaku
pengamat yang menentukan penilaian selama proses pembelajaran berlangsung ( untuk alat ukur
non tes ) baik siswa perindividu maupun untuk seluruh siswa dalam satu kelas. Guru dapat
melakukan penilaian keterampilan proses sebanyak dua atau tiga kali dalam satu semester.

16
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Noehi, dkk.2007. Pendidikan IPA di SD. Jakarta : Universitas Terbuka

Moedjiono dan Moh. Dimyati. 1992/ 1993. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: DEPDIKBUD

Sugand,i Achmad, dan Haryanto.2006.Teori Pembelajaran.Semarang:UPT UNNES PRESS

Sumantri, Mulyani dan Johar Permana.1998/ 1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
DEPDIKBUD

17

You might also like