You are on page 1of 10

Evidence Based Penatalaksanaan Keperawatan

Pada Gangguan Sistem Pencernaan


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II

DISUSUN OLEH :
1. Rara Dwi Vega Pustoro Suwandi( 010116A066 )
2. Ummi Khabibatul Fitriani ( 010116A083)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS NGUDI WALUYO UNGARAN
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga pada kesempatan ini penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Evidence Based Tentang Penatalaksanaan
Keperawatan Pada Gangguan Pencernaan“ dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
2. Pak Priyanto, S.Kep, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengajaran
kepada kami.
3. Teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
4. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang baik secara
langsung maupun tidak langsung juga telah membantu dalam penyusunan makalah
ini.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan sampai terselesaikannya makalah


ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kemajuan dan perbaikan untuk masa mendatang. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Ungaran, 18 Maret 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

Judul................................................................................................................................
Kata Pengantar.................................................................................................................
Daftar Isi...........................................................................................................................
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang.....................................................................................................
B. Rumusan Masalah................................................................................................
C. Tujuan..................................................................................................................
Bab II Pembahasan..........................................................................................................
A. Evidence Based dalam keperawatan...................................................................
B. Evidence Based Penatalaksanaan Keperawatan Gangguan
Sistem Pencernaan..........................................................................................

Bab III Penutup

A. Simpulan........................................................................................................

Daftar Pustaka..................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan Sistem pencernaan adalah gangguan yang menjadi masalah besar di dunia
khususnya Indonesia diantaranya adalah penyakit gastritis, hernia, trauma abdomen, ca hepar,
ca rectum, dan lain-lain. Untuk mengatasi gangguan-gangguan dalam sistem pencernaan
tersebut perlu adanya penatalaksanaan keperawatan yang berdasarkan pada Evidence based.
Evidence Based adalah penggunaan bukti untuk pengambilan keputusan di pelayanan
kesehatan. Evidence Based Nursing merupakan penggabungan bukti dari hasil penelitian dan
praktek klinis ditambah dengan pilihan dari pasien ke keputusan klinis. Evidence based ini
digunakan sebagai

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Evidence Based?
2. Bagaimana Evidence Based dalam penatalaksanaan Keperawatan gangguan sistem
pencernaan?
3. Apa saja penatalaksanaan pada gangguan sistem pencernaan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi tentang Evidence Based
2. Untuk Mengetahui Evidence Based dalam penatalaksaan keperawatan gangguan
sistem pencernaan
3. Untuk Mengetahui penatalaksanaan pada gangguan sistem pencernaan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Evidence Based Dalam Keperawatan

Dalam praktik keperawatan yang mendasari praktiknya sesuai dengan ilmu pengetahuan,
ada empat pilar yang sekaligus proses yang membantu pearawat untuk mencapai praktik yang
terstandart. Pertama adalah Evidence Based Practice, kedua adalah research utilization,
ketiga adalah research conduct, dan yang terakhir adalah performance improvement.

Evidence Based Practice (EBP) dapat diartikan sebagai sebuah proses yang digunakan
untuk memanfaatkan atau menggunakan evidence atau bukti ( Research and quality
improvement), pengambilan keputusan dan nursing expertise untuk membimbing dalam
memberi asuhan keperawatan atau pelayanan yang holistic kepada pasien. Pada dasarnya
EBP diperlukan untuk mencapai patient outcomes, menghindari intervensi yang tidak perlu
dan tidak sesuai tentu saja untuk mengurangi/ menghindari komplikasi hasil dari perawatan
dan juga pengobatan.

B. Evidence Based Penatalaksanaan Keperawatan Gangguan Sistem Pencernaan


1. Appendisitis

Appendisitis adalah peradangan yang terjadi pada appendiks vermicularis dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering pada anak-anak maupun dewasa. Appendisitis
disebabkan karena adanya obstruksi pada lumen appendiks sehingga terjadi kongesti
vaskuler, iskemik, necrosis, dan akibatnya terjadi infeksi. Pada anamesis penderita mengeluh
nyeri atau sakit perut. Gejala lain munculnya demam dan mual. Penatalaksanaan untuk
mengatasi appendiksitis adalah dengan skor alvarado dan apendiktomi.

a. Penatalaksanaan Appendisitis dengan Score Alvarado

Appendisitis adalah peradangan yang terjadi pada appendiks vermicularis dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering pada anak-anak maupun dewasa. Appendisitis
disebabkan karena adanya obstruksi pada lumen appendiks sehingga terjadi kongesti
vaskuler, iskemik, necrosis, dan akibatnya terjadi infeksi. Pada anamesis penderita mengeluh
nyeri atau sakit perut. Gejala lain munculnya demam dan mual. Salah satu Penatalaksanaan
untuk mengatasi appendiksitis adalah dengan skor alvarado. Skor alvarado berfungsi untuk
diagnosis apendiksitis berdasarkan simptom dan tanda klinis serta pemeriksaan laboratorium ,
skor tersebut efektif dalam klasifikasi penata laksanaan pasien apendiksitis dimana pasien
dengan skor alvarado kurang dari 4 membutuhkan apendiktomi

Berdasarkan penelitian Melisa handoko wijoyo dalam jurnal aplikasi skor alvarado pada
penatalaksanaan apendisitis akut membuktikan keakuratan penggunaan aplikasi alvarado
scoring system.

Symptom Score
Migratory Right iliac Fossa pain 1
Nausea/Vomiting 1
Anorexsia 1
Signs
Tenderness in right fossa iliac 2
Rebound tenderness in right iliac fossa 1
Elevated temperature 1
Laboratory Findings
Leukocytosis 2
Shift to the left of neutrophils 1
Total Score 10
Ket: Score 5-6 = possible, 7-8= probable, >9= very probabably

b. Penatalaksanaan Kolesistitis dengan Laparaskopi dan Laparastomi

Batu empedu merupakan deposit kristal padat yang terbentuk di kandung empedu dimana
batu empedu dapat bermigrasi ke saluran empedu sehingga dapat menimbulkan komplikasi
dan mengancam jiwa. Keluhan utama Batu empedu adalah nyeri pada daerah epigastrium,
kuadran kanan atas lalu nyeri menjalar ke punggung dan bahu kanan. Nyeri ini berlangsung
selama berjam jam. Gejala kolesistitis akut seringkali dispepsia dan nyeri pada ulu hati.

Penatalaksaan kolesistitis adalah:

- Kolesisistektomi terbuka

Operasi ini merupakan standar terbaik untuk penanganan penderita dengan kolelitiasis
simtomatik. Komplikasi yang paling bermakna yang dapat terjadi adalah cedera duktus
biliaris yang terjadi pada 0,2% penderita. Angka mortalitas yang dilaporkan untuk
prosedur ini kurang dari 0,5%. Indikasi yang paling umum untuk kolesistektomi adalah
kolik biliaris rekuren, diikuti oleh kolesistitis akut

- Kolesistektomi laparaskopi

Laparaskopi adalah salah satu cara untuk melihat isi perut secara lasung serta
melakukan tindakan operasi kecil padanya . Laparoskopi adalah sebuah teknik melihat ke
dalam perut tanpa melakukan pembedahan besar. Teknik ini memungkinkan banyak
prosedur invansif minimal. Laparoskop adalah instrumen sempit serupa tabung
pencahayaan di bagian dalam dan melihat nyaris setiap bagian tubuh. Instrumen ini secara
lengkap bertahap menjadi canggih sehingga dokter bedah dapat melewatkan instrumen
halus melalui laparoskop untuk melakukan operasi kecil.

Berdasarkan penelitian dengan jurnal perbandingan tekhnik operasi mini laparastomi


kolesistektomi dengan laparoskopi kolesistektomi pada kolesistolitiasis terhadap lama
rawat inap di RSUP Dr. Karyadi semarang

Simpulan dari penelitian ini, berdasarkan lama rawat inap dari perbandingan ke dua
tekhnik operasi mini laparastomi kolesistektomi dengan laparoskopi kolesistektomi pada
pasien kolesistolitiasis ,lama rawat inap yang paling cepa adalah laparoskopi kolestektomi
dengan rata-rata lama rawat inap sebesar 5 hari. Lama rawat inap pada tindakan
laparaskopi kolesistetomi lebih cepat masa penyembuhannya sehingga di sarankan pada
penderita kolesitolitiasis untuk memilih tindakan laparoskopi kolesistektomi karena
ditinjau dari segi lama rawat inap yang lebih cepat di bandingkan mini laparotomi
koleistektomi.

c. Penatalaksanaan Ca colorectal dengan laparaskopik

Ca Colorectal merupakan sesuatu tumor malignan yang muncul pada jaringan epitel
dari kolon atau rektum. Umumnya tumor colorectal adalah adenokarsinoma yang
berkembang dari polip adenoma.

Penatalaksanaan ca colorectal:

- Tes laboratorium (jumlah sel darah, tes guaiac pada feses,CEA, pemeriksaan kimia
darah, x-ray, ct-scan, endoskopi, dll)
- Penatalaksaan medik menggunakan prosedur pembedahan seperti laparaskopik dan
laparastomi
- Penatalaksanaan keperawatan: pada pra-operatif dan pasca operatif seperti perawatan
luka, edukasi dan penatalaksaan komplikasi, menghilangkan nyeri.

Berdasarkan penelitian oleh M.hidayat dan Budiono dalam jurnal perbedaan visual analog
antara prosedur reseksi laparaskopik dengan laparatomi pada penderita ca colon di dapatkan
bahwa nyeri yang ditimbulkan pasca operasi laparaskopik lebih rendah karena trauma
jaringan lebih kecil dibandingkan dengan laparastomi. Jadi penggunaan prosedur bedah yang
lebih baik adalah laparaskopik karena memiliki outcome jangka pendek lebih baik dan
inflamasi yang terjadi lebih ringan.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis jurnal ada beberapa penatalaksanaan yang sudah diteliti dan
terbukti evidence basednya seperti Score Alvarado yang digunakan pada penatalaksanaan
appendisitis, Laparaskopi yang digunakan pada ca colorectal dan batu empedu atau
kolesistitis. Skor alvarado berfungsi untuk diagnosis apendiksitis berdasarkan simptom dan
tanda klinis. Sedangkan tindakan laparaskopi kolesistetomi lebih cepat masa
penyembuhannya sehingga di sarankan pada penderita kolesitolitiasis. Untuk penderita ca
colorectal disarankan menggunakan prosedur bedah laparaskopik karena trauma jaringan
lebih kecil sehingga memiliki outcome jangka pendek lebih baik dan inflamasi yang terjadi
lebih ringan.
DAFTAR PUSTAKA

Handoko, Mellisa Wiyono.2011. Jurnal: Aplikasi Skor Alvarado pada


penatalaksanaan Apendositis Akut. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Hidayat, M. Budi Kusumo dan Parish Budiono. 2016. Jurnal: Perbedaan Visual
Analogue Score ( VAS) Antara Prosedur Reseksi Laparaskopik dengan Laparatomi pada
Penderita Kanker Kolon. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Sjamsuhidajat and Wim de jong.2013. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

Surya, Anggara Baskara dkk. 2015. Jurnal; Perbandingan Teknik Operasi Laparatomi
Kolesistektomi dengan Laparoskopi Kolesistektomi pada Kolesistolitiasis terhadap Lama
RawatInap di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Fakultas kedokteran Universitas Diponegoro

Waluyo, Agung. 2102. Buku Panduan Kerja Mahasiswa. Fakultas Keperawatan


Universitas Indonesia

You might also like