You are on page 1of 12

HUBUNGAN ANTARA KNOWLEDGE, ATTITUDE, PRACTICE SAFE BEHAVIOR

PEKERJA DALAM UPAYA UNTUK MENEGAKKAN


KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Mohammad Nasrullah, Tjipto Suwandi


Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Email: mh.nasrul@gmail.com

ABSTRACT
Number of work accidents that occurred are still quite high and cause major losses. The behavior of
the workers should be improved in an attempt to prevent workplace accidents and to support safety in
the workplace. The behavior of workers divided into three domain, which consists of knowledge,
attitude, and practice (KAP). KAP measurements identify what is known and done by workers and
how the theirs attitude in performing their daily work.The aims of this study were to determine the
level of KAP of safe behavior and to indentify the relationship between knowledge, attitude, practice
safe behaviors of workers.Data obtained by conducting interviews and distributing questionnaires to
41 workers in West Assembly unit at PT. XYZ. The contingency coefficient was used to calculate the
strength of the relationships among variables. The results of this study showed that there is a
moderate relationship between knowledge and the the attitude of safe behavior (R: 0,405), the very
low relationship between knowledge and action of safe behavior (R: 0,042), and attitude and practice
of safe behavior (R: 0,087).The conclusions of this study are the workers knowledge and attitude of
safe behavior is quite good but the practice of safe behavior need some improvement. The suggestion
of this research is to provide skills and safety training. The management also needs toincreasesafety
supervision. Furthermore, managementshould provide punishment and reward in an attempt to
increase overall worker safety behavior.

Keywords : KAP,measurement, safe behavior

ABSTRAK
Jumlah kecelakaan kerja yang terjadi masih cukup tinggi menyebabkan kerugian yang besar. Perilaku
para pekerja harus ditingkatkan dalam upaya untuk mencegah kecelakaan kerja dan untuk mendukung
keselamatan dan kesehatan di tempat kerja. Perilaku pekerja dibagi menjadi tiga domain, yang terdiri
dari pengetahuan, sikap, dan praktek (KAP). Pengukuran KAP ini mengidentifikasi apa yang telah
diketahui dan dilakukan oleh pekerja dan bagaimana sikap mereka dalam melaksanakan pekerjaan
sehari-hari.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan tingkat KAP perilaku aman dan untuk
mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan, sikap, tindakan yang aman pekerja. Berdasarkan
pengumpulan data, penelitian ini termasuk penelitian observasional dan berdasarkan pada desain
penelitian, penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Data diperoleh dengan melakukan
wawancara dan menyebarkan kuesioner kepada 41 pekerja di unit West Assembly di PT. XYZ.
Koefisien kontingensi digunakan untuk menentukan kekuatan hubungan antar variabel.Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang cukup kuat antara variabel pengetahuan dan sikap dalam
perilaku yang aman (R: 0405), hubungan yang sangat rendah antara pengetahuan dan tindakan dalam
perilaku aman (R: 0,042)dan sikap dan tindakan dalam yang aman perilaku (R: 0087).Kesimpulan dari
penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap perilaku aman pekerja cukup baik tetapi tindakan perilaku
aman perlu ditingkatkan. Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah untuk memberikan
pelatihan keterampilan dan memberikan pelatihan K3 serta meningkat pengawasan K3. Upaya lain
yakni memberikan punishment serta reward dalam upaya meningkat perilaku aman pekerja secara
keseluruhan.

Kata kunci: KAP, pengukuran, perilaku aman

82
83 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 3, No. 1 Jan-Jun 2014:82-93

PENDAHULUAN
Angka kecelakaan kerja yang terjadi et al., 2009). Sehingga dapat disimpulkan
masih terlampau cukup tinggi dan bahwa secara umum faktor manusia dan
menyebabkan kerugian yang besar. secara khusus perilaku manusia adalah
International Labour Organization (ILO) penyebab dominan terjadinya kecelakaan
menyatakan setiap tahunnya terjadi kerja.
kecelakaan kerja sebanyak 250 juta Perilaku aman merupakan suatu hal
kecelakaan kerja yang menyebabkan 160 yang kompleks. Menurut Bloom dalam
juta pekerja menjadi sakit dan 1,2 juta Notoatmodjo (2010), ranah perilaku terdiri
pekerja lainnya meninggal akibat atas kognitif, afektif, dan psikomotor atau
kecelakaan dan sakit di tempat kerja dalam bentuk yang lebih operasional dapat
(International Labour Organization, 2013). diukur dengan knowledge (pengetahuan),
Menurut kalkulasi ILO, kerugian yang attitude (sikap) dan practice (tindakan).
harus ditanggung akibat kecelakaan kerja Dengan adanya pengukuran knowledge,
di negara-negara berkembang juga tinggi, attitude dan practice ini nantinya dapat
yakni mencapai 4% dari GNP (gross diidentifikasi apa yang telah diketahui dan
national product). Sementara itu, data dari dilakukan pekerja serta bagaimana sikap
PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja pekerja dalam melakukan pekerjaan sehari-
(Jamsostek) memperlihatkan bahwa hari apakah sudah mencerminkan perilaku
sebanyak192.911 peserta Jamsostek aman atau belum. Hasil pengukuran
mengalami kecelakaan kerja di Indonesia knowledge, attitude dan practice ini dapat
dan menyebabkan klaim asuransi dijadikan sebuah acuan untuk pengambilan
kecelakaan kerja yang harus dibayar keputusan perusahaan dalam melakukan
sebesar Rp 618, 49 miliar (Baihaqi, 2014). suatu manajemen K3 yang lebih baik agar
Kerugian akibat kecelakaan kerja safe behavior pekerja menjadi meningkat.
sebenarnya dapat dihindarkan dengan cara PT. XYZ merupakan salah satu
mencegah terjadinya kecelakaan kerja. perusahaan yang bergerak dalam bidang
Kecelakaan kerja pada dasarnya dapat manufaktur dan jasa perkeretaapian. Proses
dicegah karena kecelakaan kerja produksi di PT. XYZsangat kompleks. PT.
merupakan sebuah mata rantai sebab XYZ menggunakan berbagai bahan baku
akibat. Menurut Heinrich dalam Ridley utama, bahan baku pembantu, bahan baku
(2004) bahwa sebuah accident terjadi tambahan serta sarana pendukung.Unit
layaknya domino, dimana accident tidak West Assemblydi PT. XYZ termasuk
serta merta terjadi namun ada kejadian dalam proses menengah dalam produksi.
tertentu yang mendahuluinya. Menurut Pada tahap ini terdapat proses pengelasan,
teori ini kecelakaan terjadi karena multi grinding, reformingbahan produksi.
faktor dan berkembang melalui urutan Proses-proses tersebut tentu saja sangat
yang relatif panjang. Oleh karena itu, mengandung potensi bahaya.
faktor penyebab harus ditemukan dan Hasil analisis resiko menyatakan
dihilangkan untuk memutus rangkaian bahwa unit West Assembly tergolong
proses terjadinya kecelakaan. tempat kerja yang sangat berbahaya.
Penyebab kecelakaan menurut Menurut data sekunder dari tahun 2004-
Cooper (2001) sebanyak 85%-90% 2010 telah terjadi kecelakaan kerja di PT.
disebabkan karena unsafe behavior. XYZ pada tahun 2004 sebanyak 4
Sementara menurut teori domino Heinrich kecelakaan, tahun 2005 terjadi sebanyak 2
menyatakan bahwa penyebab kecelakaan kecelakaan, tahun 2006 terjadi sebanyak 6
sebesar 88% kasus disebabkan oleh human kecelakaan, tahun 2008 terjadi sebanyak 4
error atau kesalahan manusia yang kecelakaan, tahun 2009 terjadi 4
disebabkan olehunsafe action (Ben-Daya, kecelakaan dan tahun 2010 terjadi 2
Mohammad N dan Tjipto S, Hubungan antara Knowledge…84

kecelakaan. Sebanyak 14 kecelakaan dari tindakan pekerja mengenai perilaku aman


22 kecelakaan dari tahun 2004 hingga (safe behavior). Data yang telah diambil
2010 disebabkan karena human error. kemudian diolah dalam bentuk tabel dan
Sementara data terbaru pada tahun 2012 dinarasikan. Selain itu dilakukan
terjadi 6 kali kecelakaan dan pada tahun perhitungan nilai koefisien kontiengensi
2013 terjadi 3 kali kecelakaan. Penyebab untuk menentukan seberapa tinggi kuat
kesembilan kecelakaan tersebut adalah hubungan antar variabel.
unsafe act antara lain tidak mengecek Menurut World Health
peralatan, gagal menggunakan APD, Organization (2008) kegiatan
kurang berkonsentrasi, tidak mengecek pengumpulan data pada studi KAP ini
kondisi sekitar. dilakukan secara lisan dengan cara
Mengingat telah terjadinya interview (wawancara) terstruktur. Data
kecelakaan kerja dan kondisi di tempat yang diperoleh kemudian dapat dianalisis
kerja yang mengandung bahaya bagi secara kuantitatif maupun kualitatif
pekerja, maka bagian K3 PT. XYZ sebagai tergantung pada tujuan dan design
unit kerja yang berperan dalam penelitian.
keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Pengukuran tingkat pengetahuan
XYZ sebenarnya telah mengupayakan safe behavior menggunakan 10 butir
beberapa hal yang untuk mencegah pertanyaan pengetahuan responden tentang
terjadinya kecelakaan. Upaya yang perilaku aman. Tiap pertanyaan dengan
dilakukan salah satunya melakukan jawaban yang benar mempunyai skor 1 dan
pengawasan K3,pengadaan alat pelindung tiap pertanyaan dengan jawaban yang salah
diri, pemasangan poster keselamatan dan tidak mendapat skor. Pertanyaan
kesehatan kerja, melakukan inspeksi pengetahuan mengukur kemampuan
tempat kerja yang dilakukan baik pihak K3 responden untuk menjawab pertanyaan
secara langsung maupun pengawas/ atasan seputar tentang perilaku aman (safe
yang didelegasikan pada tiap-tiap unit behavior), pemakaian alat pelindung diri,
kerja. Selain itu, telah dilakukan safety pemahaman Standar Operating Procedure
briefing kepada pekerja sebelum pekerjaan kerja dan contoh unsafe act.
di mulai pada saat apel pagi. Peneliti Pengukuran sikap safe behavior
tertarik untuk mengkaji seberapa tinggi menggunakan 10 butir pernyataan
tingkat knowledge, attitude, practice dalam menggunakan sekala Likert terkait perilaku
hal safe behavior sehingga nantinya hasil aman. Sistem penilaian untuk pernyataan
penelitian ini dapat menjadi masukan positif: Sangat setuju bernilai 4, setuju
kepada manajemen perusahaan dalam hal bernilai 3, tidak setuju bernilai 2, sangat
upaya peningkatan keselamatan dan tidak setuju bernilai 1. Sedangkan untuk
kesehatan kerja. pernyataan negatif sistem penilaiannya:
Sangat setuju bernilai 1, setuju bernilai 2,
METODE tidak setuju bernilai 3, sangat tidak setuju
bernilai 4. Pernyataan positif adalah
Dalam tujuannya untuk pernyataan nomor 1, 3, 5, 7, dan 9
mendapatkan data, peneliti menyebarkan sedangkan pernyataan negatif adalah
kuesioner dan melakukan wawancara pernyataan nomor 2, 4, 6, 8 dan 10.
kepada 41 pekerja yang berada di unit Responden diminta untuk memberikan
West AssemblyPT. XYZ. Penelitian ini respon terhadap perilaku aman seperti
termasuk penelitian deskriptif dan menaati peraturan, menggunakan APD,
pengambilan data dilakukan secara menaati SOP kerja, menggunakan alat
observasional. Berdasarkan desain kerja dengan aman dan sebagainya.
studinya penelitian ini termasuk penelitian Hal yang diukur pada pengukuran
cross sectional. Data yang diambil antara tindakan safe behavior adalah semua
lain tingkatpengetahuan, sikap dan
85 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 3, No. 1 Jan-Jun 2014:82-93

tindakan responden mengenai tindakan Menurut Riduwan (2010) interpretasi nilai


nyata atau kegiatan responden yang r berdasarkan kekuatan terbagi menjadi
mencerminkan perilaku aman seperti kuat hubungan sangat rendah, rendah,
menggunakan alat pelindung diri seperti cukup, kuat dan sangat kuat seperti yang
memakai helm, sumbat telinga (ear plug), tertera pada tabel 1 akan ditampilkan
baju kerja khusus, sarung tangan kulit, interpretasi nilai r.
sepatu safety, masker, kacamata safety Sebelum pengambilan data yang
dengan benar dan lengkap. Selain itu sebenarnya, peneliti melakukan uji
tindakan aman yang lain adalah tidak validitas dan reliabilitas. Pengujian
menggunakan handphone saat bekerja, validitas dan reliabilitas dilakukan dengan
berkonsentrasi (tidak bergurau) dengan menyebarkan kuesioner kepada 20
rekan kerja, tidak merokok saat bekerja, responden percobaan diluar subjek
mengingatkan rekan kerja untuk menaati penelitian. Uji validitas dengan melakukan
peraturan K3, mengoperasikan alat dengan korelasi skor setiap pertanyaan dengan
aman serta bekerja dengan kecepatan aman total skor pada tiap variabel menggunakan
dan tidak tergesa-gesa pada saat bekerja uji Pearson. Variabel dinyatakan valid jika
Pengukuran variabel tindakan safe memiliki nilai signifikan kurang dari 0,05.
behavior Menggunakan 14 pernyataan Uji reliabilitas dilakukan dengan cara
tentang praktik nyata yang dilakukan membandingkan cronbach- alpha dengan
responden yang mencerminkan perilaku nilai koefisiensi reliabilitas (r) ≥ 0,6.
aman. Nilai untuk jawaban “Selalu” Kedua uji dilakukan dengan bantuan
bernilai 1 sedangkan “Tidak Selalu” software SPSS.
bernilai 0.
HASIL
Tabel 1. Interpretasi Koefisien Korelasi
Nilai r Karakteristik Responden
Interval Koefisien Kuat Hubungan Karakteristik responden meliputi
0,00 – 0,199 Sangat rendah umur, tingkat pendidikan terakhir, masa
0,20 – 0,399 Rendah kerja dan status kepegawaian. Pekerja
0,40 – 0,599 Cukup sebagian besar berumur lebih dari 40 tahun
0,60 – 0,799 Kuat (46,3%), memiliki pendidikan terakhir
0,80 – 1,000 Sangat kuat setara SMA dan sederajat sebesar (90,2%),
memiliki masakerja 1-5 tahun (34,1%),
Pengukuran kuat hubungan dan berstatus kepegawaian sebagai pekerja
dimaksudkan untuk mengetahui seberapa outsourcing sebesar 51,2%.
kuat tingkat hubungan antara variabel
knowledge, attitude dan practice pekerja Pengetahuan Safe Behavior
dalam hal safe behavior. Karena variabel Pada variabel pengetahuan safe
pada penelitian ini berskala data nominal behavior ini responden diminta untuk
maka analisis korelasi yang dipakai adalah menjawab 10 pertanyaan yang terkait
koefisien korelasi. Untuk menentukan kuat dengan pemahaman pekerja tentangsafe
hubungan maka dibutuhkan suatu behavior, penerapan sistem kerja yang
interpretasi nilai r dari koefisien korelasi.

Tabel 2. Karakteristik Responden


Variabel Hasil Frekuensi Persen (%)
Umur Lebih dari 40 tahun 19 46,3
Tingkat Pendidikan SMA dan Sederajat 37 90,2
Masa Kerja 1-5 tahun 14 34,1
Status Kepegawaian Outsourcing 21 51,2
Mohammad N dan Tjipto S, Hubungan antara Knowledge…86

aman, alat pelindung diri, pengertian peraturan K3, mengoperasikan alat dengan
SOP,(Standar Operational Procedure), aman. Hasil menyatakan bahwa sebagian
penerapan SOP, perlakuan bila kondisi besar tindakan safe behavior pekerja di
kerja yang tidak aman, contoh-contoh unit West Assembly masih kurang yakni
perbuatan yang dapat menimbulkan sebesar 24 responden atau sebesar 58,5%.
kecelakaan dan perbuatan yang tidak
menimbulkan kecelakaan.Hasil penelitian Tabel 5. Tingkat Tindakan Safe Behavior
mengatakan bahwa sebagian besar Tindakan
Persentase
responden dapat menjawab pertanyaan Safe Frekuensi
(%)
dengan benar. Dengan demikian tingkat Behavior
pengetahuan tentang safe behavior Baik 17 41,5
sebagian besar adalah baik yakni sebanyak Kurang 24 58,5
25 responden atau sebesar 61%. Total 41 100
Tabel 3. Tingkat Pengetahuan Safe
Behavior Hubungan Pengetahuan dan Sikap Safe
Pengetahuan Behavior
Persentase
Safe Frekuensi Dari hasil penelitian, seperti yang
(%)
Behavior tertera pada tabel 6, sebagian besar
Baik 25 61,0 responden yang mempunyai pengetahuan
Kurang 16 39,0 safe behavior yang baik juga mempunyai
Total 41 100 sikap safe behavior yang baik, yakni
sebanyak 19 orang (76,0%) dari 25 orang.
Sedangkan responden yang mempunyai
Sikap Safe Behavior pengetahuan safe behavior yang kurang
Hasil penilaian sikap safe behavior juga mempunyai sikap safe behavior
responden dari penyebaran 10 item kurang, yakni 11 responden (68,8%) dari
pernyataan yang terdiri dari 5 pernyataan 16 orang.Nilai koefisien korelasi sebesar
favourable dan 5 pernyataan unfavourable. 0,405 sehingga kuat hubungan antara
Sebagian besar responden mempunyai pengetahuan dengan sikap safe behavior
sikap yang baik mengenai safe behavior. tergolong cukup kuat.
Hal ini terlihat sebanyak 24 responden atau
58,5% mempunyai sikap safe behavior Hubungan antara Pengetahuan dan
yang baik. Tindakan Safe Behavior
Sebagian besar responden seperti
Tabel 4. Tingkat Sikap Safe Behavior yang diperlihatkan pada tabel 7, yang
Sikap Safe Persentase mempunyai pengetahuan safe behavior
Frekuensi
Behavior (%) mempunyai tindakan safe behavior yang
Baik 24 58,5 kurang yakni 13 orang (52,0%) dari 25
Kurang 17 41,5 orang.Sedangkan responden yang
Total 41 100 mempunyai pengetahuan safe behavior
yang kurang sebagian besar mempunyai
Tindakan Safe Behavior tindakan safe behavior yang kurang, yakni
Tindakan safe behavior mencakup 9 orang (60,0) dari 16 orang.Nilai
tindakan nyata responden atau kegiatan koefisien korelasi sebesar 0,042 sehingga
mereka yang mencerminkan perilaku aman kuat hubungan antara pengetahuan dengan
seperti menggunakan APD dengan benar tindakan safe behavior tergolong sangat
dan lengkap, perilaku kerja yang aman, rendah.
mengingatkan rekan kerja untuk menaati
87 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 3, No. 1 Jan-Jun 2014:82-93

Tabel 6. Hubungan antara Pengetahuandan SikapSafe Behavior


Knowledge Safe AttitudeSafe Behavior Koefisien
Total
Behavior Kurang Baik Korelasi
n % n % n %
Kurang 11 68,8 5 31,3 16 100
0,405
Baik 6 24,0 19 76,0 25 100
Total 17 41,5 24 58,5 41 100

Tabel 7. Hubungan antara Pengetahuan dan TindakanSafe Behavior


KnowledgeSafe Practice Safe Behavior Koefisien
Total
Behavior Kurang Baik Korelasi
n % n % n %
Kurang 9 60,0 7 43,8 16 100
0,042
Baik 13 52,0 12 48,0 25 100
Total 22 53,7 19 46,3 41 100

Tabel 8. Hubungan antara Sikapdan TindakanSafe Behavior


PracticeSafe Behavior Koefisien
Total
AttitudeSafe Behavior Korelasi
Kurang Baik
n % n % n %
Kurang 10 58,8 7 41,2 17 100
0,087
Baik 12 50,0 12 50,0 24 100
Total 22 53,7 19 46,3 41 100

Hubungan antara Sikap dan Tindakan PEMBAHASAN


Safe Behavior
Hasil penelitian seperti yang tertera Pengukuran Knowledge, Attitude, dan
tabel 8menunjukkan bahwa setengah dari Practice
responden yang mempunyai sikap safe Menurut Kaliyaperumal (2004),
behavior yang baik memiliki tindakan safe tujuan pengukuran KAP ini adalah untuk
behavior yang baik, yakni sebanyak 12 mengetahui atau mengeksplorasi
orang (50,0%) dari 24 orang. Sedangkan perubahan pada pengetahuan, sikap
responden yang mempunyai safe behavior maupun tindakan pada komunitas atau para
yang kurang sebagian besar mempunyai pekerja. Studi pada KAP ini akan
tindakan safe behavior yang kurang, memberitahukan tentang apa yang orang
sebesar 10 orang (58,8%) dari 17 orang. tahu tentang suatu hal, bagaimana mereka
Nilai koefisien korelasi sebesar 0,087 merasakan dan juga bagimana mereka
sehingga kuat hubungan antara sikap berperilaku.
dengan tindakan safe behavior tergolong Menurut World Health
sangat rendah. Organization (2008), pengukuran KAP ini
Mohammad N dan Tjipto S, Hubungan antara Knowledge…88

merupakan sebuah pedoman yang Dalam ranah perilaku menurut Bloom,


diciptakan untuk membantu pengetahuan dibagi menjadi enam
mengumpulkan data yang nantinya tingkatan yaitu (1) Tahu (know) yaitu
digunakan untuk perencanaan, membenahi, pemanggilan kembali (recall) dari memori
dan mengevaluasi kinerja. Dengan cara yang sudah diamati. (2) Memahami
mengetahui seberapa tinggi tingkat (comprehension) yaitu proses
knowledge, attitude, dan practice, maka menginterpreatsi secara benar objek yang
akan memudahkan dalam pembuatan telah diketahui. (3) Aplikasi (application)
program intervensi dalam bidang safe yaitu menggunakan kembali pemahaman
behavior karena akan disesuaikan lebih terhadap suatu objek pada situasi lain. (4)
tepat dengan kebutuhan komunitas pekerja. Analisis (analysis) adalah kemampuan
seseorang untuk menjabarkan dan atau
Pengetahuan Safe Behavior memisahkan, lau mencari hubungan
Menurut hasil penelitian, sebagian komponen-komponen yang ada dalam
besar responden memiliki tingkat suatu kasus tertentu. (5) Sintesis
pengetahuan safe behavior yang baik yaitu (synthesis) adalah kemampuan untuk
sebanyak 25 responden atau 61%. merangkum atau meletakkan dalam suatu
Sementara16 responden (39%)memiliki hubungan yang logis dari komponen
pengetahuan safe behavior yang kurang. pengetahuan yang dimiliki.(6) Evaluasi
Menurut Notoatmodjo (2010) (evaluation) yaitu proses justifikasi atau
pengetahuanumumnya datang dari penilaian objek tertentu. Sehingga,
pengalaman dan juga bisa didapat dari semakin tinggi pengetahuan maka akan
informasi yang disampaikan orang lain. semakin tinggi seseorang melakukan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu tindakan yang terkait dengan tindakan
yang terjadi setelah individu melakukan tersebut (Green dalam Rengganis (2012)).
penginderaan terhadap objek tertentu.
Mengingat bahwa sebagian besar masa Sikap Safe Behavior
kerja dari responden di unit West Menurut Notoatmodjo (2010),
AssemblyPT. XYZ rata-rata lebih dari satu sikap merupakan kecenderungan untuk
tahun maka pengalaman dalam bekerja bertindak dan berpersepsi. Sikap adalah
pekerja bisa dikatakan sudah banyak. respons tertutup seseorang terhadap
Selain itu, upaya peningkatan pengetahuan stimulus atau objek tertentu yang
pekerja di bidang K3 juga ditambah melibatkan faktor pendapat dan emosi.
dengan adanya pemberian informasi dan Newcomb dalam Notoatmodjo (2010)
pelatihan mengenai K3 di PT. XYZ. Selain menyatakan sikap belum menjadi tindakan
itu, di tempat kerja telah dipasang poster- atau aktivitas, tetapi sikap merupakan
poster keselamatan dan kalimat-kalimat predisposisi perilaku (tindakan). Allport
persuasif yang mengajak pekerja untuk dalam Notoatmodjo (2003) menguraikan
berperilaku aman seperti memakai APD. sikap memiliki tiga komponen pokok,
Hal-hal di atas akan meningkatkan antara lain (1) kepercayaan, ide dan konsep
pengetahuan tentang safe behavior pekerja. terhadap objek; (2) kehidupan emosional
Hal ini sesuai dengan pernyataan Hapsari atau evaluasi terhadap suatu objek; (3)
(2013) bahwa peningkatan pengetahuan Kecederungan untuk bertindak. Ketiga
pekerja terhadap risiko dan bahaya kerja komponen tersebut akan saling mendukung
dapat dilakukan dengan penambahan dan bersama-sama akan membentuk suatu
media edukasi seperti pemasangan poster, sikap secara utuh.Hasil penelitian dari
spanduk, dan lain-lain.Menurut penyebaran 10 item pernyataan yang
Notoatmodjo (2003) pengetahuan terdiri dari 5 pernyataan favourable dan 5
merupakan domain yang sangat penting pernyataan unfavourable sebagian besar
dalam pembentukan perilaku individu. responden mempunyai sikap yang baik
89 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 3, No. 1 Jan-Jun 2014:82-93

mengenai safe behavior. Hal ini terlihat motivasi tenaga kerja. Sumber lain dari
sebanyak 24 responden atau 58,5% Geller (2001) dalam Halimah (2010)
mempunyai sikap safe behavior yang baik. menyatakan bahwa pemberian pujian
Sedangkan sebanyak 17 responden merupakan dorongan yang positif sebagai
(41,5%) sisanya mempunyai sikap yang bentuk penghargaan atas perilaku aman
kurang terhadap safe behavior. Hal ini yang telah dilakukan oleh pekerja dengan
menunjukkan bahwa sebagian besar tujuan untuk mengembangkan,
pekerja di unit West AssemblyPT. XYZ mendukung, dan menjaga perilaku yang
setuju atau menyenangi dengan perilaku diharapkan.
aman atau safe behavior dalam bekerja
sehingga akan terjadi kecenderungan untuk Tindakan Safe Behavior
menerapkan safe behavior. Dengan Tindakan atau practice merupakan
demikian, tingginya sikap safe behavior kegiatan atau aktivitas seseorang yang
dari pekerja di unit West Assembly secara dapat di amati secara langsung. Menurut
teori akan menimbulkan kecenderungan hasil penelitian, tindakan safe behavior
untuk bertindak safe behavior akan lebih pekerja di unit West AssemblyPT. XYZ
tinggi. sebagian besar masih kurang yakni
Menurut Rahmayanti (2013) salah sebanyak 24 responden atau sebesar
satu pembentuk sikap adalah pendidikan 58,5%. Sementara tingkat tindakan safe
dan pengalaman. Hal ini sesuai dengan behavior yang baik hanya diperoleh
fakta bahwa sebagian besar responden sebanyak 17 responden (41,5%).
berpendidikan setingkat SMA dan telah Dari hasil penelitian, tindakan safe
memperoleh pengalaman bekerja lebih dari behavior yang paling tinggi adalah
satu tahun. Dengan kata lain, tingkat memakai helm, memakai sumbat telinga,
pendidikan dan banyak pengalaman dalam memakai sepatu safety, tidak memakai
bekerja sebanding dengan sikap yang handphone saat bekerja, dan tidak bekerja
dimiliki oleh pekerja. dengan peralatan rusak. Sementara
Sikap yang dimiliki oleh pekerja tindakan safe behavior yang rendah antara
telah baik, namun perlu ditingkatkan lain memakai kacamata safety,
kembali. Salah satunya dengan pemberian mengingatkan rekan kerja agar berperilaku
reward. Reward akan membentuk motivasi aman, dan memeriksa peralatan sebelum
pekerja yang nantinya akan menimbulkan digunakan. Dapat dilihat di atas bahwa
sikap dalam melakukan perilaku aman. tindakan aman yang paling tinggi adalah
Motivasi terbentuk salah satunya pemakaian beberapa jenis APD. Hal ini
dipengaruhi oleh adanya pengakuan atas disebabkan karena pekerja sudah
tindakan yang telah dilakukan berupa mengetahui resiko bahaya pada lingkungan
pemberian penghargaan (reward). Hal ini kerja di unit West Assembly. Selain itu,
didukung oleh pernyatan Sialagan (2008) pengadaan APD untuk pekerja sudah
dalam Retnani (2013) yang menyebutkan cukup baik. APD yang rusak dapat dengan
bahwa faktor pendorong motivasi tenaga mudah ditukarkan dengan APD yang baru.
kerja adalah pemenuhan rasa puas tenaga Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
kerja terhadap adanya faktor intrinsik Listyandini (2013) dimana ada hubungan
seperti seperti keberhasilan mencapai yang bermakna antara ketersediaan APD
sesuatu, diperolehnya pengakuan, rasa dengan perilaku tidak aman pekerja.
tanggung jawab, kemajuan karier, rasa Pekerja yang merasa APD sudah
profesionaltias dan intelektual. Selain itu disediakan dengan baik akan cenderung
Syaaf (2008) dalam Retnani (2012) dalam mempunyai tindakan tidak aman yang
penelitiannya juga menyatakan bahwa rendah.
pengaruh penghargaan dalam membentuk Menurut teori Stimulus-Organisme-
perilaku aman akan menimbulkan suatu Respons (S-O-R) dari Skinner, tindakan
Mohammad N dan Tjipto S, Hubungan antara Knowledge…90

atau practice termasuk ke dalam overt dipengaruhi oleh intensitas dan persepsi
behavior. Tindakan merupakan sebuah terhadap objek (Notoatmodjo, 2010).
respon terhadap stimulus yang diterima Dengan demikian pengetahuan dan sikap
individu berupa tindakan nyata atau saling berhubungan.
terbuka. Respon tersebut sudah jelas dalam
bentuk tindakan sehingga dapat diamati Hubungan Pengetahuan dan
secara langsung. TindakanSafe Behavior
Tindakan yang masih rendah ini Sangat rendahnya hubungan antara
perlu dilakukan upaya peningkatan seperti pengetahuan dengan tindakan sejalan
pemberian punishment bagi pekerja yang dengan hasil dari penelitian oleh Halimah
melanggar peraturan K3. Hal ini didukung (2010) yang menyatakan bahwa tidak
oleh pernyataan Geller (2001) dalam terdapat hubungan yang signifikan antara
Halimah (2010) bahwa hukuman atau pengetahuan pekerja dan tindakan. Hal ini
punishment diberikan untuk melemahkan dimungkinkan karena pekerjaan di unit
perilaku sehingga dengan adanya West AssemblyPT. XYZ sebagian besar
hukuman, perilaku tidak aman menjadi adalah jenis pekerjaan yang membutuhkan
berkurang. Namun, penegakkan peraturan pengalaman dan keterampilan kerja dan
K3 dengan cara memberikan hukuman dilakukan secara manual. Menurut
akan memberikan hasil yang baik secara Listyandini (2013) bahwa pengetahuan
jangka pendek. Namun hal ini tidak akan hanya akan berkorelasi pada pekerjaan
memberikan hasil secara jangka pendek yang membutuhkan kognitif yang tinggi
karena pekerja akan cenderung berperilaku pada pengerjaannya dan bukan pada
aman apabila sedang diawasi saja. Perlu pekerjaan yang manual. Kemungkinan
adanya peningkatan kesadaran dalam diri yang lain adalah pengetahuan pekerja
pekerja sendiri dalam berperilaku aman di mungkin tidak sampai pada tahap tertinggi
tempat kerja. Saran yang dapat diberikan evaluasi maupun aplikasi sehingga pekerja
kepada manajemen adalah memperbanyak masih belum bisa menggunakan
faktor positive reinforcer misalnya pengetahuannya untuk diaplikasiakan
pemberian penghargaan berupa pujian, dalam kondisi atau situasi sebenarnya.
hadiah, kenaikan pangkat dan sebagainya
karena perubahan perilaku cenderung lebih Hubungan Sikap dan TindakanSafe
mudah apabila individu mendapatkan Behavior
keuntungan dari perubahan perilaku Hubungan yang sangat rendah juga
tersebut (Notoatmodjo, 2010). diperoleh dari hubungan antara sikap
dengan tindakan safe behavior. Sikap
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Safe menurut teori hanya merupakan
Behavior kecenderungan untuk bertindak dan bukan
Hubungan antara pengetahuan dan penentu tindakan. Sikap hanya sebagai
sikap safe behavior yang cukup kuat sesuai faktor predisposisi perilaku. Menurut
dengan pernyataan Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2003), sikap belum tentu
Notoatmodjo (2010) bahwa pengetahuan menjadi tindakan karena dipengaruhi oleh
dan sikap merupakan dua hal yang saling beberapa kemungkinan yaitu: a) sikap akan
berikatan. Salah satu komponen sikap diwujudkan ke dalam tindakan tergantung
adalah konsep terhadap sebuah objek. pada situasi saat itu, b) sikap akan diikuti
Konsep ini didapat dari pengetahuan. atau tidak diikuti oleh tindakan yang
Individu yang mempunyai pengetahuan mengacu pada pengalaman orang lain, c)
terhadap objek mempengaruhi pendapat sikap diikuti atau tidak diikuti oleh
atau penilaian individu terhadap objek tindakan berdasarkan pengalaman
tersebut. Pengetahuan didapat dari proses seseorang, d) nilai yang menjadi pegangan
penginderaan. Proses penginderaan ini seseorang
91 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 3, No. 1 Jan-Jun 2014:82-93

penguat. Apabila diaplikasikan di ranah


Proses Perubahan Perilaku tempat kerja, faktor predisposisi antara lain
Menurut teori perubahan perilaku pengetahuan dan sikap pekerja, keyakinan
dari Notoatmodjo (2010), meskipun serta nilai-nilai yang ada di tempat kerja.
perilaku adalah bentuk respon terhadap Sementara faktor pemungkin diwujudkan
suatu simulus dari luar individu, namun dalam fasilitas fisik maupun non fisik
pemberian respon ini sangat bergantung misalnya adanya alat pelindung diri,
pada faktor lain dari individu tersebut. informasi keselamatan yang diberikan oleh
Walaupun stimulus sama, namun respon perusahaan yang berupa gambar atau
yang diberikan tiap individu belum tentu poster keselamatan, dan yang lain.
sama. Faktor penentu perilaku ada dua Sedangkan faktor penguat merupakan
macam, yakni faktor dari dalam individu faktor yang mendorong terjadinya perilaku
(internal) dan faktor eksternal. Faktor misalnya
internal antara lain tingkat kecerdasan, Proses perubahan perilaku
emosional, jenis kelamin sementara faktor cenderung sulit dilakukan. Namun,
eksternal antara lain dari lingkungan fisik, menurut WHO dalam Notoatmodjo (2003)
sosial, budaya, ekonomi dan lainnya. strategi perubahan perilaku dapat
Faktor eksternal merupakan faktor dilakukan melalui tiga macam aksi yaitu
dominan yang mempengaruhi perilaku (1) menggunakan kekuatan/ kekuasaan, (2)
seseorang. memberikan informasi, dan (3) diskusi
Perubahan perilaku pada umumnya partisipasi. Strategi menggunakan
bermula dari didapatnya pengetahuan kekuatan/ kekuasaan adalah perubahan
seseorang(Notoatmodjo, 2010). Seseorang perilaku yang dipaksakan sehingga sasaran
harus terlebih dahulu mengetahui arti atau akan berperilaku seperti yang diharapkan.
manfaat perilaku tersebut bagi dirinya. Namun cara ini mempunyai kelemahan
Pada diri seseorang pengetahuan tersebut yaitu perubahan perilaku yang dihasilkan
akan berproses hingga akhirnya akan belum tentu lama karena tidak didasari
terjadi penilaian. Proses penilaian ini oleh kesadaran sendiri. Strategi ini dapat
disebut dengan sikap. Sikap positif akan dilakukan dengan cara membuat peraturan
menyetujui suatu stimulus sedangkan sikap atau perundang-undangan. Strategi kedua
negatif cenderung tidak menyetujuinya. adalah memberikan informasi untuk
Sikap masih terjadi dalam diri seseorang meningkatkan pengetahuan misalnya cara
dan tidak dapat dilihat (covert behavior). menggunakan alat pelindung diri yang
Setelah seseorang mengetahui stimulus dan benar, posisi kerja yang aman dan
melakukan penilaian terhadap apa yang sebagainya. Tujuan dari pemberian
diketahui, maka proses selanjutnya adalah informasi ini adalah dengan pengetahuan
melakukan (practice) tindakan (overt yang bertambah akan menimbulkan
behavior). kesadaran untuk berperilaku aman.
Perilaku seseorang berhubungan Perubahan perilaku dengan cara pemberian
dengan gejala jiwa. Gejala jiwa tersebut informasi ini memakan waktu yang lama
ditentukan oleh faktor pengalaman, namun perubahan perilaku bersifat
keyakinan, sarana fisik, sosio-budaya, dan langgeng karena didasari kesadaran
sebagainya sehingga terbentuk perilaku berperilaku. Strategi yang ketiga yaitu
(Notoatmodjo, 2003). Teori lain yang diskusi partisipasi. Maksud dari diskusi
mencoba menganalisis perilaku manusia partisipasi disini yaitu pemberian informasi
antara lain teori Lawrence Green secara dua arah sehingga pekerja yang
(Notoatmodjo, 2003). Menurut teori ini menjadi sasaran tidak bersifat pasif namun
bahwa determinan perilaku manusia mereka akan diminta untuk aktif melalui
dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu, faktor berbagai diskusi. Pengetahuan mereka
prediposisi, faktor pemungkin dan faktor akan meningkat dan lebih lanjut mereka
Mohammad N dan Tjipto S, Hubungan antara Knowledge…92

akan menjadi contoh bagi pekerja lain. Kecelakaan Kerja.


Namun, strategi ini akan memakan waktu http://ekbis.sindonews.com/read/2
yang lama namun lebih baik dari cara yang 014/02/18/34/836859/192-911-
pertama yaitu memberikan informasi saja peserta-jamsostek-alami
tanpa ada proses timbal baik dari pekerja. kecelakaan-kerja (sitasi 31 Maret
2014).
KESIMPULAN Ben-Daya, M., S. O. Duffuaa, A. Raouf, J.
Knezevic, dan D. Ait-Kadi, 2009.
Sebagian besar pekerja di unit West Handbook of Maintenance
Assembly PT.XYZ mempunyai Management and Engineering.
pengetahuan dan sikap tentang safe London: Springer.
behavior yang baik, namun sebagian besar Cooper, D., (2001) Improving Safety
tindakan pekerja masih belum aman (safe Culture: A Practical Guide.
London: John Wiley & Son Ltd.
behavior). Tingkat kekuatan hubungan [Accessed 30 Oktober
antara variabel pengetahuan dan sikap safe 2013].http://www.behavioral-
behavior berkategori cukup kuat. safety.com/articles/Improving_saf
Sedangkan, tingkat kekuatan hubungan ety_culture_a_practical_guide.pdf
antara variabel pengetahuan dan tindakan Halimah, S., 2010. Faktor-faktor yang
safe behavior berkategori sangat rendah. Mempengaruhi Perilaku Aman
Sementara itu, tingkat hubungan antara Karyawan di Area Produksi PT.
variabel sikap dan tindakan safe behavior SIM Plant Tambun II Tahun
berkategori cukup kuat. 2010. Skripsi.Jakarta, Universitas
Saran yang dapat diberikan Islam Negeri Syafir Hidayatullah.
berdasarkan kesimpulan yaitu manajemen Hapsari, Y. D., 2013. Hubungan antara
perlu mengupayakan peningkatan baik Predisposing, Enabling, dan
faktor internal maupun faktor eksternal Reinforcing Factors dengan
pembentuk perilaku dari pekerja. Faktor Unsafe Action (Studi di PT.
internal misalnya melakukan pelatihan Waskita Karya (Persero) pada
penyegaran baik untuk pekerja dalam Proyek Pengembangan Bandara
rangka meningkatkan kesadaran terhadap Internasional Juanda
keselamatan dan kesehatan Surabaya).Skripsi.Surabaya,
kerja.Sementara dari faktor eksternal Universitas Airlangga.
pekerja misalnya memasang kamera International Labour Organizaton. (2013)
pengawas di tempat kerja sehingga fungsi Keselamatan dan Kesehatan
pengawasan K3 menjadi lebih optimal. Kerja; sarana untuk Produktivitas.
Selain itu, perlu adanya peningkatan [Accessed April 2014].
frekuensi serta pembuatan jadwal http://www.ilo.int/wcmsp5/groups
pengawasan K3yang dilakukan oleh /public/---asia/---ro-bangkok/---
perusahaan.Perusahaan dapat memberikan ilo-
reward kepada tenaga kerja yang jakarta/documents/publication/wc
mempunyai safe behavior yang baik dan ms_237650.pdf.
memberikan punishmentuntuk pekerja Listyandini, R., 2013. Analisis Faktor yang
yang belum berperilaku aman sehingga Berhubungan dengan Perilaku
akan menumbuhkan motivasi untuk Tidak Aman pada Pekerja
berperilaku aman bagi pekerja. Kontraktor di PT. XYZ. Skripsi.
Surabaya, Universitas Airlangga.
DAFTAR PUSTAKA Notoatmodjo, S., 2010. Ilmu Perilaku
Baihaqi, R/Sepanjang 2013 192.911 Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Peserta Jamsostek Alami
93 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 3, No. 1 Jan-Jun 2014:82-93

Notoatmodjo, S., 2003. Pendidikan dan Surya Jaya Surabaya


Perilaku Kesehatan. Jakarta: .Skripsi.Surabaya, Universitas
Rineka Cipta. Airlangga.
Rahmayanti, R., 2013. Pengaruh Tipe Ridley, J., 2004. Ikhtisar Kesehatan dan
Komunikasi Foreman ke Keselamatan Kerja. Edisi Ketiga.
Bawahan terhadap Perilaku Jakarta: Erlangga.
Penggunaan APD di Divisi Kapal Riduwan, 2010. Dasar-dasar Statistika.
Niaga PT. PAL Indonesia Bandung: Alfabeta.
.Skripsi.Surabaya, Universitas World Health Organization, (2008) A
Airlangga. Guide To Developing Knowledge,
Rengganis, F., 2012. Faktor yang Attitude And Practice Surveys.
Mempengaruhi Perilaku Tenaga [Accessed 16Juni
Kerja Percetakan Terhadap 2014].http://whqlibdoc.who.int/pub
Penggunaan Alat Pelindung Diri lications/2008/9789241596176_eng
di Bagian Produksi PT. Antar .pdf.

You might also like