Professional Documents
Culture Documents
Sesi 2 Lampiran LCA
Sesi 2 Lampiran LCA
Sustainability is an effort to build an infrastructure by considering the environmental impacts that occur.
Concrete production as a construction material that commonly used in infrastructure development is one
contributor to carbon dioxide (CO2) emissions. CO2 is produced from the calcination process in the
manufacture of cement, burning of fossil fuels, and electrical energy used. More specifically by reviewing the
calcination process on cement making, it has evaluated the consumption of cement in concrete production.
The Life Cycle Assessment (LCA) is an environmental impact evaluation in terms of the life cycle of a product,
wherein this paper, using the cradle-to-cradle scope, LCA is used as a method to evaluate cement consumption
in concrete production to concrete waste management by taking concrete waste at Construction Laboratory
and Materials Diponegoro University, Semarang for the case study. The results of the evaluation stated that
the use of geopolymer concrete with fly ash as a substitute for cement could reduce up to 80% CO2 emissions
with concrete strength 75% larger than conventional concrete. And for the concrete waste management,
Construction Laboratory and Materials Diponegoro University reused concrete cylinder waste as a substitute
material to build the retaining wall.
Abstrak
Dalam bidang teknik sipil, sustainability merupakan upaya untuk membangun suatu infrastruktur dengan
mempertimbangkan dampak lingkungan yang terjadi. Produksi beton sebagai material konstruksi yang umum
digunakan dalam pembangunan infrastruktur merupakan salah satu penyumbang emisi karbon dioksida (CO2).
Karbon dioksida dihasilkan dari proses kalsinasi pada pembuatan semen, pembakaran bahan bakar, serta
energi listrik yang digunakan. Lebih spesifik dengan meninjau proses kalsinasi pada pembuatan semen, maka
telah dievaluasi konsumsi semen pada produksi beton. Life Cycle Assessment (LCA) adalah evaluasi dampak
terhadap lingkungan ditinjau dari siklus hidup suatu produk, dimana dalam penulisan ini, dengan
menggunakan ruang lingkup cradle-to-cradle, LCA digunakan sebagai metode untuk mengevaluasi konsumsi
semen pada produksi beton hingga manajemen limbah beton dengan mengambil studi kasus limbah beton
Laboratorium Konstruksi dan Bahan Universitas Diponegoro Semarang. Hasil evaluasi menyatakan
penggunaan beton geopolimer dengan bahan dasar fly ash sebagai pengganti semen dapat mereduksi hingga
80% emisi CO2 dengan kekuatan beton 75% lebih besar dibandingkan dengan beton konvensional. Limbah
silinder beton Laboratorium Konstruksi dan Bahan Universitas Diponegoro Semarang digunakan kembali
pada pekerjaan pembuatan retaining wall sebagai pengganti material batu kali.
Pendahuluan
2. 3.
Produksi bahan Produksi beton
The Global Competitiveness Report 2017-2018 penyusun beton
menyatakan indeks infrastruktur Indonesia
mengalami kenaikan dan menduduki peringkat ke-
52 setelah pada periode sebelumnya berada pada
peringkat ke-62. Pembangungan infrastruktur yang SIKLUS HIDUP 4.
1.
terus meningkat di Indonesia harus diimbangi Ekstrasi sumber Konstruksi
beton
dengan upaya untuk menjaga stabilitas dampak daya
BETON
lingkungan yang terjadi. Salah satunya yaitu
mengurangi emisi karbon dioksida (CO2). Karbon
dioksida merupakan salah satu pembentuk gas
rumah kaca di atmosfer yang menyebabkan 6. 5.
Habis masa
terjadinya efek rumah kaca pada bumi. Daur ulang
layan
Berlandaskan pemahaman ini, maka diperlukan
suatu pembangunan infrastruktur yang sustainable, Gambar 1. Siklus hidup beton
yaitu pembangunan yang dapat menghasilkan
infrastruktur yang ramah lingkungan. Beton konvensional terbentuk dari campuran
agregat kasar dan agregat halus yang direkatkan
Dalam buku The Sustainable Use of Concrete, menggunakan pasta semen. Bahan penyusun beton
Sakai dan Nagochi (2013) mengemukakan ini umumnya diperoleh dari proses pertambangan
beberapa sistem evaluasi yang digunakan untuk yang memiliki dampak langsung terhadap
mengevaluasi sustainability, yaitu Life Cycle lingkungan yaitu berkurangnya green area. Dengan
Assessment (LCA), Environmental Standards for meninjau lebih spesifik pada produksi semen,
Building, System of Environmental Impact dimana semen dihasilkan dari campuran bahan-
Evaluation, Environmental Standards for Concrete bahan alam yang dipanaskan dengan suhu tinggi
Sectors. dan bereaksi membentuk kristal klinker yang
kemudian dihaluskan dan menjadi bubuk semen.
Life Cycle Assessment (LCA) merupakan evaluasi Proses kalsinasi ini yang menjadi salah satu industri
input, output dan potensi dampak lingkungan dari penyumbang emisi karbon dioksida (CO2).
suatu produk yang ditinjau dari seluruh siklus
hidupnya. Evaluasi menggunakan LCA dapat Beton geopolimer merupakan beton yang
mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan menggunakan fly ash sebagai pengganti semen,
aspek lingkungan dari produk di berbagai titik dengan tambahan aktivator. Reaksi kimia antara fly
dalam siklus hidupnya. Environmental Standards ash dengan aktivator inilah yang menggantikan
for Building merupakan evaluasi yang menetapkan fungsi semen sebagai perekat agregat pada beton.
metode penilaian pada potensi dampak lingkungan Penggunaan teknologi geopolimer dapat
dari konstruksi yang dibangun pada tahap mengurangi sekitar 80% emisi gas karbon dioksida
pembangunan. System of Environmental Impact ke atmosfer yang disebabkan oleh industri semen
Evaluation merupakan evaluasi berbasis aplikasi. dan agregat (Davidovits, 1994).
Metode ini mengurangi dampak lingkungan dengan
melakukan pendekatan menggunakan sistem Laboratorium Bahan dan Konstruksi Universitas
aplikasi. Aplikasi yang digunakan didesain untuk Diponegoro Semarang melakukan pengujian pada
memberikan informasi tentang karakter lingkungan material-material konstruksi, antara lain uji tekan
secara keseluruhan, namun hanya dapat untuk mengetahui kuat tekan beton. Lebih spesifik
diaplikasikan pada satu produk dan layanan pada pengujian material beton, jenis beton yang
industri. Environmental Standards for Concrete diujikan di Laboratorium Bahan dan Konstruksi
Sectors merupakan evaluasi dengan membuat Universitas Diponegoro antara lain, uji tekan pada
desain berdasarkan standar environmental. silinder, kubus, paving, mortar, dan uji lentur pada
beam. Persentase jenis uji beton disajikan pada
Beton merupakan material yang umum digunakan Gambar 2.
dalam pembangunan infrastruktur dan produksinya
memiliki dampak yang berbahaya bagi lingkungan.
Gambar 1 merupakan gambaran siklus hidup dari
beton.
a. 2011
f. 2016
b. 2012
g. 2017
Gambar 2. Data Persentase Kubikasi Uji Beton
Laboratorium Bahan dan Konstruksi Undip Tahun
2011-2017
Metode
Dalam pengembangannya, penulisan paper ini
menggunakan metode analisis data dan kajian
literatur. Sistem evaluasi life cycle assessment
(LCA) mengevaluasi sustainability beton
berdasarkan siklus hidupnya dengan meninjau dari
proses ekstraksi sumber daya bahan penyusun
beton, produksi beton, penggunaan beton sebagai
material konstruksi hingga manajemen limbah
d. 2014
beton, dimana setiap prosesnya dievaluasi
penanganan untuk meminimalisasi dampak
terhadap lingkungan. Tahap-tahap analisis dengan
menggunakan metode LCA digambarkan pada
Gambar 3.
e. 2015
3. Produksi
Impact assessment beton
40
2014 11,75 11,38
20 2015 15,63 15,14
0 2016 12,09 11,71
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
2017 19,81 19,19
Gambar 5. Data limbah beton Laboratorium Bahan
dan Konstruksi Undip
3. Impact assessment
Meninjau komposisi bahan penyusun beton dengan
Berdasarkan data limbah beton Laboratorium
mix design metode ACI, Gambar 7 merupakan
Struktur dan Bahan Universitas Diponegoro, maka
grafik yang menyatakan peningkatan mutu beton
dianalisis konsumsi semen yang terpakai dengan
terhadap konsumsi semen. Jika diasumsikan rata-
menggunakan metode mix design ACI (Tabel 1).
rata mutu beton yang diujikan di Laboratorium
Pembuatan 1 m3 beton menggunakan metode mix
Bahan dan Konstruksi Undip adalah 35 MPa, untuk
design ACI dan mutu beton rata-rata diambil 35
membuat 1 m3 beton mutu 35 MPa dibutuhkan
MPa, diperoleh persentase komposisi bahan
0,204 m3 semen. Dalam Gambar 8 disajikan data
penyusun, yakni agregat, semen dan air masing-
konsumsi semen hasil limbah beton serta emisi CO2
masing ditunjukkan pada Gambar 6.
yang dihasilkan akibat proses kalsinasi.
Dimana:
Emisi CO2 = Emisi CO2 dari produksi semen (m3)
Vsemen = Volume konsumsi semen (m3)
Cklinker = Fraksi klinker dalam semen
EFklinker = Faktor emisi klinker dalam semen
30
0,2
20 0,15
0,1
10
0,05
Gambar 9. Limbah beton Laboratorium Bahan dan
0 0 Konstruksi Undip (Dokumentasi 28 Maret 2018)
Kuat tekan beton Konsumsi semen
20
10 menyebabkan peningkatan produksi karbon
10 dioksida (CO2). Uji beton yang dilakukan di
Laboratorium Bahan dan Konstruksi Universitas
0 0 Diponegoro tiap tahunnya mengalami peningkatan
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
juga penurunan, namun dengan peningkatan dan
Konsumsi semen Emisi karbon dioksida penurunan konsumsi semen, emisi CO2 terus
Gambar 8. Data konsumsi semen Laboratorium meningkat dan terkonsentrasi di atmosfer, sehingga
Bahan dan Konstruksi Undip terus menambah produksi gas rumah kaca
66,83
60
gas CO2 dan gas-gas lainnya di atmosfer. Alaminya, 10 51,69
40
bila produksi gas CO2 pada batas yang wajar tidak 40,31
26,50
menimbulkan bahaya karena CO2 dibutuhkan untuk 20
11,98
membantu tumbuhan hijau melakukan fotosintesis. 0 0
Namun meningkatnya produksi gas CO2 secara 12,36 14,98 14,25 11,75 15,63 12,09 19,81
Volume semen (m3 )
berlebihan melebihi kemampuan tumbuhan untuk
menyerapnya. Salah satunya penyumbang emisi Gambar 10. Grafik peningkatan emisi CO2
CO2 bersumber dari proses kalsinasi pada
pembuatan semen dan berkurangnya green area Dari kesimpulan diatas, kemudian direkomendasi
karena proses penambangan sumber daya alam upaya untuk meminimalisasi dampak lingkungan
menyebabkan berkurangnya proses penyerapan yang terjadi, yaitu:
CO2.
a. Fly ash sebagai pengganti semen
Disisi lain ditinjau pula limbah beton sisa dari Menghasilkan beton yang sustainable menjadi
pengujian di Laboratorium Bahan dan Konstruksi suatu kewajiban pada masa kini untuk
Universitas Diponegoro, seperti ditampilkan pada meminimalisir dampak lingkungan yang terjadi.
Gambar 9. Salah satu inovasi yang dikembangkan beberapa
tahun terakhir adalah pembuatan beton geopolimer.
Pasta geopolimer diperoleh dari pengikatan akibat diujikan di Laboratorium Struktur dan Bahan
reaksi kimia yang terjadi pada pencampuran fly ash Universitas Diponegoro, sebagai limbah beton
dengan aktivator. Berdasarkan penelitian terdahulu kemudian digunakan kembali (reuse) sebagai
yang dilakukan oleh Mulyana & Yolanda (2017), material pengganti batu kali untuk membuat
Farizka & Darma (2018) melanjutkan penelitian retaining wall di lingkungan Laboratorium Struktur
dengan membuat studi eksperimental pengaruh dan Bahan Universitas Diponegoro.
aktivator pada beton geopolimer berbahan dasar fly
ash tipe F, yang berasal dari sisa pembakaran batu
bara, dengan komposisi larutan aktivator dan fly ash
adalah 0.65 : 0.35. Larutan aktivator yang
digunakan adalah sodium hidroksida (NaOH) dan
sodium silika (Na2SiO3) dengan komposisi
berturut-turut 1 : 2.
Campuran beton
geopolimer
Agregat Agregat
Fly ash Aktivator
kasar halus
19.5% 10.5%
42% 28%
NaOH Na2SiO3
1 2
dikelola dengan baik dapat pula meminimalisasi Menurunkan Dampak Emisi Karbon
dampak lingkungan yang terjadi karena dapat Dioksida pada Efek Gas Rumah Kaca.
menekan industri penambangan yang menjadi
penyebab hilangnya green area. Dalam hal ini Mulyana, A., & Wirahadikusumah, D. R. (2017).
limbah beton Laboratorium Struktur dan Bahan Analisis Konsumsi Energi dan Emisi Gas
Universitas Diponegoro melakukan reuse limbah Rumah Kaca pada Tahap Konstruksi Studi
beton silinder sebagai material untuk pekerjaan Kasus : Konstruksi Jalan Cisumdawu, 24(3),
pembuatan retaining wall menggantikan material 269–280.
batu kali yang biasanya digunakan pada pekerjaan https://doi.org/10.5614/jts.2017.24.3.10
pembuatan retaining wall.
Mulyana, F., & Yolanda, T. (2017). Studi
Ucapan Terima Kasih Properties Beton Geopolimer Sebagai
Subtitusi Beton Konvensional. Skripsi,
Ucapan terima kasih ditujukan kepada Kepala Universitas Diponegoro. Semarang
Laboratorium Bahan dan Konstruksi Universitas
Diponegoro Semarang beserta laboran dan pegawai,
Naik, T. R., & Asce, F. (2008). Sustainability of
atas kerjasama dan kepercayaannya kepada penulis
Concrete Construction, (May), 98–103.
sehingga penulisan paper ini dapat selesai dengan
baik dengan menggunakan pada data limbah beton
Laboratorium Bahan dan Konstruksi Universitas Sakai, Koji, & Noguchi, Takafumi. (2013). The
Diponegoro. Sustainability Use of Concrete. CRC Press.