You are on page 1of 14

I.

ASPEK KEPERILAKUAN PADA PENGAKUMULASIAN DAN


PENGENDALIAN BIAYA
1.1 Sistem Biaya Tradisional vs Biaya Standar
Tujuan dan Penggunaan Sistem Akuntansi Biaya
Akuntansi biaya mengidentifikasi, menguantifikasi, mengakumulasikan, dan
melaporkan berbagai elemen biaya yang berkaitan dengan produksi barang atau penyerahan
jasa. Akuntansi biaya memiliki dua tujuan, yaitu :
a. Melalui akumulasi biaya untuk penilaian persediaan dan penentuan laba, akuntansi
biaya melayani kebutuhan pengguna eksternal seperti pemegang saham, kantor
pemeriksaan pajak, dan kreditor.
b. Menyediakan manajemen dengan informasi biaya yang tepat waktu dan relevan.
Akuntansi biaya membantu dalam perencanaan, pengendalian, dan evaluasi aktifitas
operasional harian dan orang yang bertanggung jawab untuk itu.
Pendekatan dan sistem yang digunakan dalam menyediakan informasi biaya sebaiknya
harus berbeda satu sama lain. Dengan begitu, setiap pendekatan dan sistem yang digunakan
akan memiliki aspek keperilakuan yang berbeda pula. Hal ini akan mempengaruhi respon
manusia yang dapat berdampak negatif jika diabaikan.
1) Sistem Biaya Tradisional (Historis)
Istilah tradisional (historis) mengacu pada sistem biaya yang membatasi input pada
biaya historis dan mengusahakan penyerapan penuh atas biaya tetap dan variabel oleh unit
produk atau jasa. Salah satu kelemahan utama dari sistem biaya tradisional ini adalah bahwa
sistem ini mengabaikan biaya-biaya seperti penjualan, distrribusi, riset dan pengembangan,
serta biaya administrasi. Padahal biaya-biaya ini dianggap oleh banyak manajer adalah sebagai
biaya tetap.
Kelemahan utama lainnya yang berkaitan dengan penggunaan sistem biaya tradisional
untuk tujuan pengendaian adalah ketika membandingkan kinerja saat ini dengan periode
sebelumnya. Hal tersebut dapat cukup menyesatkan karena tidak ada cara untuk mengetahui
apakah biaya dari periode sebelumnya terlalu tinggi, terlalu rendah, atau hampir tepat. Dengan
menggunakan sistem ini, perusahaan tidak dapat memperoleh tingkat keuntungan yang
maksimal, dan kelangsungan hidup perusahaan juga tidak dapat bertahan dalam jangka waktu
yang panjang. Sistem biaya tradisional tidak lagi mampu untuk memenuhi kebutuhan
manajemen dalam memperoleh informasi biaya secara relevan dan akurat.
Contoh perusahaan yang masih menggunakan sistem akuntansi sistem biaya tradisional
sampai dengan tahun 2011 pada studi kasus yang dilakuan oleh salah satu mahasiswa Fakultas

1
Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya adalah perusahaan rokok Djagung Prima Malang.
Perusahaan ini, dalam mengalokasikan biaya overhead pabriknya masih menggunakan sistem
biaya tradisional, yaittu dengan membebankan biaya overhead pabrik berdasarkan jumlah unit
yang diproduksi sebagai biayanya. Dimana hasil perhitungan harga pokok produksi menjadi
tidak akurat.
2) Sistem Biaya Standar
Ruang Lingkup
Mengakui kelemahan dari sistem biaya tradisional, banyak organisasi mengadopsi
“sistem biaya standar”. Sistem biaya standar mencerminkan pencampuran yang potensial
efektif dari akuntansi dengan konsep pengendalian dan teori organisasi modern. Biaya standar
adalah sasaran biaya per unit produk atau jasa yang ditentukan sebelumnya secara ilmiah, yang
dikembangkan melalui studi teknik dan akuntansi. Kelebihan sistem biaya standar ini dari
Aspek pengendalian yang melekat dari perhitungan biaya standar adalah kemampuannya untuk
membandingkan, kinerja aktual dengan standar yang ditentukan sebelumnya.
Kompatibilitas dengan Konsep Teori Organisasi Modern
Dalam mengembangkan kerangka kerja untuk sistem biaya standar yang sesuai dengan
konsep teori organisasi modern, langkah-langkah pengendalian berikut ini, sebagaimana
dijelaskan oleh Edwin Caplain, adalah penting :
1. Penetapan tujuan organisasi.
2. Penentuan pusat pertanggungjawaban yang sesuai dan penugasan fungsi kepada
masing-masing.
3. Pengisian staf dari pusat pertanggungjawaban dengan individu-individu yang memiliki
kemampuan, motivasi, dan pengetahuan yang mencukupi untuk melakukan fungsinya.
4. Penciptaan jalur komunikasi antara pusat pertanggungjawaban dan unit organisasi
lainnya serta, dimana perlu, lingkungan eksternal.
5. Pengembangan prosedur yang memastikan bahwa informasi yang mencukupi, relevan,
dan tepat waktu sepanjang jalur komunikasi.
6. Desain dan implementasi mekanisme pengendalian yang mengukur dan mengevaluasi
kinerja dalam hal tujuan organisasi dan memberikan umpan balik mengenai
penyesuaian yang diperlukan dalam tujuan dan atau kinerja.
Contoh perusahaan yang menerapkan sistem biaya standar dalam peranannya untuk
menjaga efektivitas pengendalian biaya bahan baku pada PT. HARAPAN di Majalaya,
kabupaten Bandung dimana perusahaan ini bergerak di bidang tekstil. Dengan adanya

2
penerapan standar biaya bahan baku dalam pengendalian biaya bahan baku, diharapkan
efisiensi dapat tercapai. Penelitian tersebut dilakuan pada tahun 2008.
3) Perhitungan Biaya Langsung atau Variabel
Filosofi yang Mendasari
Perhitungan biaya langsung atau biaya variabel membedakan antara biaya produksi
dengan biaya untuk siap menghasilkan. Harga biaya yang ditimbulkan oleh produksi atau
penyerahan jasa sekarang saja yang diklasifikassikan sebagai biaya per unit produk atau jasa
dan dikapitalisasi sampai barang-barang tersebut terjual atau jasanya diserahkan. Menurut Jhon
A. Bekett, biaya yang ditimbulkan dari pemeliharaan dan ketersediaan potensi produktif jangka
panjang disebut sebagai “biaya periode.”
Dorongan Keperilakuan
Melalui badan yang berwenang, profesi akuntansi sekarang ini sedang menguji ulang
konsep-konsep dasar, prinsip, dan praktik akuntansi dengan mempertimbangkan implikasi
keperilakuan yang mungkin.
Hawkins menyatakan bahwa konsep, prinsip dan praktik akuntansi adalah bagus secara
keperilakuan maupun teknis, jika konsep, prinsip, atau praktik tersebut :
a. Menghambat manajer dari pengambilan berbagai tindakan operasi yang tidak
menguntungkan guna membenarkan adopsi atas suatu alternatif akuntansi.
b. Menghambat adopsi atas praktik akuntansi oleh perusahaan yang hanya menciptakan
ilusi kinerja.
Menurut pendapat penulis, bahwa konsep, prinsip, dan praktik akuntansi harus
mempertimbangkan sisi keperilakuan yang mungkin terjadi dari individu-individu yang terlibat
di dalam suatu perusahaan. Sebagai contoh, dengan mempertimbangkan aspek keperilakuan
pada pengendalian dan pengakumulasian biaya, maka manajer bisa mengambil keputusan
untuk mengadopsi salah satu alternatif akuntansi dengan tepat sehingga dapat menghindari
pengambilan keputusan yang bisa merugikan perusahaan.
Pengendalian Biaya
Disamping menekankan perbedaan antara biaya tetap dan biaya variable serta
memberikan informasi biaya differensil, dalam situasi pengambilan keputusan tertentu,
perhitungan biaya langsung atau biaya variabel memberikan informasi penting lainnya kepada
manajer. Berikut adalah beberaapa situasi pengambilan keputusan yang umum terjadi :
1) Keputusan Bauran Produk
2) Penentuan Harga Produk Baru
3) Penetrasi Pasar

3
4) Penghapusan Produk
5) Pesanan Khusus
6) Kampanye Iklan dan promosi
7) Keputusan Mengurangi Biaya
Contoh perusahaan yang dijadikan objek penelitian penerapan metode variabel costing
sebagai alat perencanaan laba adalah pada PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk. Penelitian
tersebut dilakukan pada tahun 2009 dengan masalah utamanya adalah bahwa perusahaan
tersebut belum melakukan pemisahan biaya semi variabel ke dalam komponen biaya tetap dan
biaya variabel.
1.2 Aspek Keperilakuan dari Langkah Akuntansi Biaya yang Dipilih
1) Penetapan Standar
Elemen yang paling berpengaruh dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan
sistem biaya adalah standar yang digunakan sebagai kriteria kinerja. Standar yang memiliki
fungsi ganda, yaitu :
a. Berfungsi sebagai tujuan untuk memotivasi pengendalian biaya. Maksudnya adalah sistem
biaya digunakan untuk mendukung pengendalian biaya agar dapat mencapai efisiensi dari
segi biaya yang dikeluarkan, guna untuk memaksimalkan laba perusahaan.
b. Sebagai alat evaluasi kinerja. Dimana proses penilaian dari pelaksanaan tugas oleh
seseorang, atau unit-unit kerja dalam suatu perusahaan sudah sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan. Standar tersebut akan menghasilkan perilaku pekerja yang efisien hanya
jika standar tersebut diterima sebagai tingkat aspirasi oleh individu.
2) Partisipasi dalam Penetapan Standar
Michael Foran dan Don DeCoster meringkas logika yang mendasari seluruh argumen
yang mendukung partisipasi menjadi “ jika seseorang pekerja berpartisipasi dalam menetapkan
standar kinerjanya sendiri, maka ia akan membuat komitmen yang tegas terhadap standar
tersebut, dan oleh karena itu akan bekerja keras untuk mencapainya. Menurut pendapat penulis,
jika seseorang mengetahui sampai sejauh mana kemampuannya dalam menyelesaikan tugas
yang diberikan dan dia menetapkan standar kinerjanya sendiri berdasarkan kemampuan yang
dimilikinya maka dia akan mampu untuk mencapai hasil yang maksimal. Dimana standar yang
dia tetapkan tersebut harus lebih tinggi dari standar kinerja yang ditetapkan oleh perusahaan.
3) Standar yang Ketat vs Standar yang Longgar
Untuk berfungsi sebagai alat motivasi, standar yang akan digunakan haruslah tidak
terlalu ketat dan tidak terlalu longgar. Standar yang ketat akan lebih sering tidak tercapai
daripada dipenuhi.

4
Sementara itu, standar yang longgar tidak memberikan manfaat motivasional apapun
karena standar tesebut begitu mudah dicapai, sehingga mandor dan manajer akan mengabaikan
standar tersebut karena dianggap tidak berarti. Standar tersebut sebaiknya disesuaikan dengan
kemampuan dari unit-unit kerja yang terlibat sehingga standar tersebut tidak menjadi terlalu
ketat maupun terlalu longgar bagi unit-unit kerja tersebut.
4) Penyerapan Overhead
Bidang lain yang penuh dengan dorongan difungsional adalah penyerapan overhead.
Praktik umum untuk membebankan overhead manufaktur tetap dan variable ke produk pada
tariff estimasi yang didasarkan pada tingkat kapasitas yang telah ditentukan sebelumnya.
Ketika dasar yang digunakan untuk penyerapan berbeda dengan yang telah ditentukan
sebelumnya, maka varians yang dibebankan terlalu tinggi atau terlalu rendah akan terjadi.
Ukuran dari varians ini juga dipengaruhi oleh tingkat kapasitas yang dipilih sebagai penyebut
dalam penentuan tarif tersebut.
5) Alokasi Biaya Tidak Langsung
Salah satu keputusan paling kontroversial yang dihadapi oleh setiap organisasi adalah
apakah akan melakukan biaya tidak langsung pada produk dan atau pusat pertanggung jawaban
dan dasar alokasi apa yang digunakan ?
Dalam riset yang didukung oleh National Association of Accountants (NAA), James
Fremgen dan Shu S. Liao menemukan bahwa perusahaan responden membedakan dengan
tegas dua jenis biaya tidak langsung, yaitu :
1. Biaya jasa korporat adalah biaya jasa yang dilakukan secara sentral untuk manfaat
korporat dan berbagai pusat pertanggungjawaban.
2. Biaya administratif korporat adalah biaya yang digunakan untuk mengoperasikan
kantor korporat.
1.3 Analisis Varians
Unsur utama dari pengendalian biaya adalah perbadingan secara periodik antara biaya
aktual dengan sasaran biaya yang telah ditentukan sebelumnya, baik dalam bentuk anggaran
maupun standar.
1) Keputusan Investigasi Varians
Keputusan manajemen semata-mata bergantung pada penilaiannya atas signifikansi
diskrepansi yang diamati. Varians ini memiliki signifikansi pengendalian hanya jika varians
tersebut berasal dari penyebab yang dapat ditentukan atau, dengan kata lain, tidak bersifat acak
dan rentan terhadap tindakan perbaikan. Tetapi, kerumitan permasalahan yang sebenarnya
terletak pada fakta bahwa tanpa investigasi, manajemen tidak memiliki dasar untuk

5
menentukan apakah varians tersebut ditimbulkan dari penyalahgunaan yang dapat
diidentifikasikan dan dikendalikan, atau apakah varians tersebut bersifat acak atau tidak dapat
dikendalikan.
2) Aspek Keperilakuan
Komponen khusus dari kebijakan pengendalian yang dapat mempengaruhi respon
manusia adalah faktor-faktor seperti :
a. Batas pengendalian
Kisaran hasil kinerja yang dianggap dapat diterima oleh manajer adalah batasan
pengendalian. Batasan ini menentukan seberapa mudah atau sulit bagi seseorang yang
dikendalikan untuk berkinerja dalam kisaran yang dapat diterima dan berapa banyak
ruang yang mereka miliki untuk gagal sekali waktu.
b. Hasil umpan balik
Umpan balik yang positif akan memberitahu mereka bahwa mereka ada pada jalur yang
tepat dan akan memotivasi mereka untuk mengulangi usaha yang sama.
c. Keketatan pemaksaan
Pemaksaan yang ketat atas kebijakan pengendalian akan menimbulkan tekanan dalam
diri individu yang dikendalikan. Sementara tekanan dapat menyegarkan individu-
individu tertentu, tekanan tersebut dapat mengintimidasi yang lain menurunkan kinerja
mereka yang sudah buruk lebih jauh lagi.
d. Struktur penghargaan
Orang atau kelompok akan memodifikasi perilaku mereka yang tidak diinginkan dan
mengulangi perilaku yang diinginkan ketika mereka memandang bahwa perubahan atau
pengulangan perilaku tersebut disertai dengan penghargaan intrinsik maupun
ekstrinsik.

II. ASPEK KEPRILAKUAN PADA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN PARA


PENGAMBIL KEPUTUSAN
2.1 Proses Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai proses memikirkan, mengelola, dan
memecahkan masalah. Dalam organisasi, pengambilan keputusan merupakan proses memilih
diantara berbagai alternative tindakan yang akan berdampak di masa depan. Berikut ini
langkah- lagkah dalam pengambilan keputusan yaitu :

6
a. Pengenalan dan pendefinisian atas suatu masalah atau suatu peluang.
Langkah ini merupakan respon terhadap suatu masalah, ancaman yang dirasakan, atau
kesempatan dibayangkan. Untuk mengenali dan mendefinisikan masalah atau peluang, para
pengambil keputusan memerlukan informasi mengenai lingkungan, keuangan, dan operasi.
b. Pencarian atas tindakan alternatif dan kuantifikasi atas konsekuensinya.
Ketika definisi dari masalah atau peluang selesai, pencarian untuk program alternatif
tindakan dan kuantifikasi konsekuensi mereka dimulai. Pada langkah ini, sebagai alternatif
praktis sebanyak mungkin diidentifikasi dan dievaluasi. Pencarian sering dimulai dengan
melihat masalah serupa yang terjadi di masa lalu dan tindakan yang dipilih pada saat itu.
Jika saja dipilih tindakan bekerja dengan baik, mungkin akan diulangi. Jika tidak, pencarian
alternatif tambahan akan diperpanjang.Dalam tahap ini, sebanyak mungkin alternatif yang
praktis didiefinisikan dan dievaluasi.
c. Pemilihan alternatif yang optimal atau memuaskan.
Tahap yang paling penting dalam proses pengambilan keputusan adalah memilih salah satu
dari beberapa alternatif. Meskipun langkah ini mungkin memunculkan pilihan rasional,
pilihan terakhir sering didasarkan pada pertimbangan politik dan psikologis daripada fakta
ekonomi.
d. Penerapan dan tindak lanjut.
Kesuksesan atau kegagalan dari keputusan akhir bergantung pada efisiensi penerapannya.
Pelaksanaan hanya akan berhasil jika individu-individu yang memiliki kontrol atas sumber
daya organisasi yang diperlukan untuk melaksanakan keputusan (misalnya, uang, orang, dan
informasi) benar-benar berkomitmen untuk membuatnya bekerja.
2.2 Motif Kesadaran
Motif kesadaran ialah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak
melakukan sesuatu yang masih berada dalam tingkat kesadaran seseorang. Terdapat dua faktor
penting dari motif kesadaran dalam konteks pengambilan keputusan, yaitu :
1. Keinginan akan kestabilan atau kepastian. Keinginan akan kestabilan menegaskan adanya
kemampuan untuk memprediksikan Ini menjadi pendorong bagi keinginan kita untuk
membuat bagian- bagian dari konsep yang cocok satu sama lain secara konsisten. Motif ini
mengaktifkan baik pikiran sadar dan bawah sadar untuk membuat masuk akal suatu
ketidakseimbangan, ambigu, atau ketidakpastian informasi.
2. Keinginanan akan kompleksitas dan keragaman. Motif kompleksitas menimbulkan
keinginan akan suatu stimulus dan eksplorasi serta mengaktifkan pikiran sadar dan bawah
sadar untuk mencari data baru dari ingatan atau lingkungan, kemudian menyeimbangkannya

7
dan mengaturnya dengan motif. Selain itu, faktor yang berhubungan erat dengan prediksi
adalah perbedaan dalam teori keputusan secara matematis antara kepastian, risiko, dan
ketidakpastian. Kepastian didapat ketika semua akibat dari suatu alternatif keputusan tidak
diketahui. Risiko dapat terjadi ketika seseorang menentukan suatu pilihan dari berbagai
alternatif yang ada. Ketidakpastian timbul ketika seseorang tidak dapat menentukan
kemungkinan konseuensi yang timbul dari tindakan yang dilakukannya.
Dengan menggunakan dimensi-dimensi kompleksitas dan kemampuan untuk membuat
prediksi, para ahli psikologi telah mengembangkan empat jenis model keputusan :
1. Model keputusan yang diprogram secara sederhana.
Model ini ditandai dengan aturan-aturan prediksi yang tidak kompleks, yang ditetapkan
oleh orang lain yang bukan si pengambil keputusan. Alternatif yang memuaskan, ketika
pertama kali ditemukan, biasanya langsung dipilih. Alternatif-alternatif tersebut dinilai
berdasarkan kriteria-kriteria yang sederhana dengan risiko yang minimum, yang
penerapannya dilakukan secara individu.
2. Model keputusan yang tidak diprogram secara sederhana.
Pada model ini, apa pun akan terlihat baik pada saat itu bagi si pengambil keputusan yang
langsung memilih alternatif tersebut. Informasi bersumber dari prasangka melalui
keyakinan-keyakinan umum. Dalam organisasi, informasi juga dapat berasal dari sistem
informasi manajemen dengan akuntansi yang menjadi komponen utama. Alternatif
pertama yang dipilih harus mampu menyesuaikan diri dengan tujuan laba jangka pendek
yang diinginkan dengan mengabaikan risiko yang ada.
3. Model keputusan yang diprogram secara kompleks.
Pada model ini melibatkan perencanaan yang begitu rinci. Masalah dan peluang
diantisipasi dengan skala prioritas yang begitu hati-hati. Alternatif-alternatif yang ada
dievaluasi berdasarkan pertimbangan memaksimalkan manfaat jangka panjang.
4. Model keputusan yang tidak diprogram diprogram secara kompleks
Model ini memiliki ciri khas yaitu partisipasi yang terus-menerus dari semua orang yang
terlibat untuk memaksimalkan perolehan informasi dan koordinasi.
Jenis-jenis dari Model Proses
Tiga model utama dalam pengambilan keputusan dari seoran pengambilan keputusan
dalam suatu organisasi, model-model tersebut adalah:
1. Model Ekonomi
Model tradisional mengasumsikan bahwa semua tindakan manusia dan keputusan secara
sempurna rasional dan bahwa dalam sebuah organisasi, ada konsistensi antara berbagai

8
motif dan tujuan. Diasumsikan bahwa semua alternatif adalah dikenal dan bahwa
probabilitas yang terkait dengan alternatif dapat dihitung dengan pasti. Keputusan tidak
tergantung pada preferensi pribadi, tetapi lebih merupakan didikte oleh tujuan yang
konsisten dari organisasi.
2. Model Sosial
Model ini merupakan kebalikan ekstrem dari model ekonomi. Model ini mengasumsikan
bahwa manusia pada dasarnya tidak rasional dan bahwa keputusan dihitung berdasarkan
interaksi sosial. Model ini merasakan bahwa tekanan dan ekspektasi adalah kekuatan
motivasiutama.
3. Model Kepuasan Simon
Model ini lebih berguna dan model yang lebih praktis. Hal ini didasarkan pada konsep
Simon pada orang administrasi, di mana manusia dipandang sebagai rasional karena
mereka memiliki kemampuan untuk berpikir, memproses informasi, membuat pilihan, dan
belajar.
2.3 Pengambil Keputusan dalam Organisasi
Pertama, kita akan melihat perusahaan sebagai unit pengambilan keputusan dan
kemudian pada individu dan kelompok yang bertindak sebagai pengambil keputusan dan
pemecah masalah.
Perusahaan Sebagai Unit Pengambilan Keputusan
Perusahaan dapat dianggap unit pengambilan keputusan yang mirip dalam banyak cara
untuk individu. masalah keputusan yang dihadapi perusahaan sangat banyak dan gejala
masalah dana alternatif yang paling jelas. Hanya jika pencarian gagal akan membuktikan asli
organisasi memperluas penelitian mereka dan bahkan memperpanjang ke daerah-daerah rentan
organisatoris.
Pembelajaran Organisasi
Ketika pendekatan pencarian tertentu menemukan solusi yang layak untuk suatu
masalah, organisasi kemungkinan besar akan mengulang pendekatan yang sama dalam
memecahkan masalahserupa di masa mendatang. Ketika sebuah pendekatan khusus gagal,
maka akan menghindari dalam pencarian masa depan. yang sama berlaku untuk urutan
alternatif yang dipertimbangkan; juga, akan berubah jika organisasi mengalami kegagalan
dengan preferensi tertentu.
Manusia-Para Pengambil Keputusan Organisasi
Penting untuk diingat bahwa manusia, dan bukanya organisasi, yang mengenali,
mendefenisikan masalah atau peluang, yang mencari tindakan alternatif secara optimal dan

9
menerapkanya. Pengaturan organisasi di mana orang yang digunakan tergantungpada jenis
masalah keputusan atau oppurtinity ditemui.
Kekuatan dan Kelemahan Individu sebagai Kengambilan Keputusan
Manusia merupakan makhluk yang rasional karena memilih kepastian untuk berpikir,
memilih, dan belajar. Tetapi rasionalitas manusia adalah sangat terbatas karena mereka hampir
tidak pernah memperoleh informasi yang penuh dan hanya mampu memproses informasi yang
tersedia secara berurutan. Perilaku rasional dari individu dalam situasi pengambilan keputusan
oleh kerena itu terdiri dari atas pencarian diantara alternatif-alternatif yang terbatas akan suatu
solusi yang masuk akal dalam kondisi dimana konsekuensi dari tindakan tidaklah pasti.
Pengambilan keputusan yang rasional batas individu bervariasi sesuai dengan:
· Lingkup pengetahuan yang tersedia sehubungan dengan semua alternatif yang mungkin
dan konsekuensinya.
· Gaya kognitif mereka dengan asumsi bahwa tidak ada satu gaya yang selalu unggul
karena dalam situasi masalah spesifik, lebih dari satu pendekatan dapat menyebabkan
hasil yang dapat diterima.
· Struktur nilai mereka yang berubah.
· Kecenderungan mereka untuk "memuaskan" daripada untuk melakukan optimalisasi.
2.4 Peran Kelompok sebagai Pembuat Keputusan dan Pemecahan Masalah
Fenomena Pemikiran Kelompok
Pemikiran kelomok (group think) menggambarakan situasi dimana tekanan untuk
mematuhi mencegah anggota-anggota kelompok individual untuk mempresantasikan ide atau
pandangan yang tidak populer. Karena mereka ingin menjadi bagian yang positif dari
kelompok tersebut dan bukan sebagai kekuatan yang disruptif.
Janis mengartikulasikan gejala dari fenomena ini sebagai berikut:
a. Anggota kelompok perlawanan merasionalisasi dengan asumsimereka telah dibuat.
b. Anggota menerapkan tekanan langsung pada mereka yang sebentar mengungkapkan
keraguan tentang apapun pandangankelompok itu bersama atau yang mempertanyakan
validitas argumen pendukung alternatif disukai oleh mayoritas.
c. Para anggota yang memiliki keraguan atau memegang sudut pandang yang berbeda
berusaha untuk menghindarimenyimpang dari apa yang tampaknya menjadi konsensus
kelompok dengan menjaga diam tentang sangsi dan bahkan meminimalkan untuk diri
mereka sendiri pentingnya keraguan mereka.
d. Tampaknya terdapat suatu ilusi mengenai kebulatan suara.

10
Fenomena Pergeseran yang Berisiko (Dampak Kelompok)
Pergeseran yang berisiko atau dampak kelompok, merpakan produk sampingan dari
intraksi manusia, ini dicirikan oleh kelompok yang lebih memilih alternatif yang lebih
agresifberisiko dibandingkan dengan apa yang mungkin oleh individu-individu jika mereka
bertindak sendiri.
Kesatuan Kelompok
Kesatuan Kelompok didefenisikan sebagai tingkat dimana anggota-anggota kelompok
tertarik satu sama lain dan memiliki tujuan kelompok yang sama. Dengan kesatuan yang kuat
pada umumnyalebih efektif dalam suatu pengambilan keputusan dibandingkan dengan
kelompok ini dimana terdapat banyak konflik internal dan kurangnya semangat kerja sesama
anggotanya. Tingkat kesatuan kelompok dipengaruhi oleh jumlah waktu yang dihabiskan
bersama oleh para anggota kelompok, ttingkat kesulitan dari penerimaan anggota baru ke
dalam kelompok, ancaman eksternal, dan sejarah keberhasilan dan kegagalan masa lalu. Faktor
lainnya yang juga mempengaruhi kesatuan kelompok secara menguntungkan adalah riwayat
dari kelompok itu. Sejarah pengambilan keputusan yang sukses menyatukan para anggota dan
meningkatkan kesatuan, sementara kegagalan memiliki dampak yang buruk.
Pengambilan Keputusan oleh Pendatang Baru vs oleh Pakar
Bouwman (1984) mengungkapkan sejumlah perbedaan yang menarik dalam strategi
dan pendekatan yang digunakan serta data spesifik yang dipilih oleh pakar dan pendatang baru
ketika mengambil keputusan berdasarkan informasi akuntansi atau informasi keuangan
lainnya. Pendatang baru mengumpulkan data tanpa melakukan deskriminasi dan menunggu
untuk melihat apa yang terjadi. Sebaliknya, para pakar mengumpulkan data secara
diskriminatif guna menindaklanjuti observasi tertentu. Untuk menggambarkan perbedaan
dalam penggunaan data dibagi kedalam kedalam tiga komponen:
1. Pengujian Informasi
2. Integrasi pengamatan dan temuan
3. Pertimbangan
Peran Kepribadian dan Gaya Kognitif dalam Pengambilan Keputusan
Kepribadian mengacu pada sikap atau keyakina individu, sementara gaya kognitif
mengacu pada cara atau metode dengan mana seseorang menerima, menyimpan, memproses,
serta meneruskan informasi. Memiliki gaya kognitif yang berbeda dan menggunakan metode
yang sama sekali berbeda ketika menerima, menyimpan, dan memproses informasi. Dalam
situasi pengambilan keputusan, kepribadian dan gaya kognitif saling berintraksi dan
mempengaruhi (menambah atau mengurangi) dampak dari informasi akuntansi.

11
Peran Informasi Akuntansi dalam Pengambilan Keputusan
Secara defenisi, keputusan manajemen mempengeruhi kejadian atau tindakan masa
depan. Sedangkan informasi akuntansi memfokuskan pada peristiwa-peristiwa dimasa lalu
tidak dngan sendirinya dapat mengubah kejadian atau dampaknya kecuali jika hal itu dilakukan
melalui proses pengambilan keputusan dengan kejadian masa depan beserta konsekuensinya
ditentukan. Karena pengambilan keputusan dan informasi mengenai hasil kinerja akuntansi
fokus pada periode waktu yang berbeda, maka keduanya hanya dihubungkan oleh fakta bahwa
proses pengambilan keputusan menggunakan data akuntansi tertentu yang dimodifikasi selain
informasi nonkeuangan.
Data Akuntansi sebagai Stimuli dalam Pengenalan Masalah
Akuntansi dapat berfungsi sebagai stimuli dalam pengenalan masalah melalui
pelaporan deviasi kinerja aktual dari sasaran standar anggaran atau memlalui informasi kepada
manajer bahwa mereka gagal untuk mencapai target output atau laba yang ditentukan
sebelumnya. Ketika informasi akuntansi digunakan sebagai alat pengenalan masalah, maka
informasi tersebut juga digunakan sebagai dasar untuk menentukan konsekuensi yang dapat
dikuantifikasi atas tindakan alternatif yang perlu dipertimbangkan lebih lanjut.
Dampak Data Akuntansi dalam Pilihan Keputusan
Bobot yang diberikan kepada informasi akuntansi dalam pilihan akhir sangat bervariasi.
Hal itu bergantung pada samapi sejauh mana hal itu dipandang mengurangi ketidakpastian
yang mengelilingi proses pengambilan keputusan. Data penjualan dan biaya masa lalu,
misalnya, akan digunakan sebagai pendekatan pertama terhadap permintaan masa depan untuk
produk yang di jual pada masa lalu.
Dua elemen lainnya yang mempengaruhi keyakinan yang diberikan pada informasi
akuntansi adalah permintaan dan persaingan. Perusahaan yang menghadapi sedikit persaingan
dan memiliki permintaan yang tidak elastis akan lebih banyak bergantung pada data biaya yang
disediakan oleh sistem akuntansinya ketika membuat keputusan mengenai pasar yang
kompetitif. Telah ditemukan bahwa semakin penting kebutuhan akan suatu keputusan, maka
semakin besar pendekatan yang diberikan pada data akuntansi yang langsung tersedia.
Informasi akuntansi memainkan peran yang lebih penting dalam keputusan jangka
pendek dibandingkan dalam keputusan yang melibatkan konsekuensi jangka panjang, karena
informasi akuntansi hanya mencerminkan biaya dan pendapatan yang berkaitan dengan operasi
sekarang. Dan kelihatannya para pengambil keputusan lebih memilih informasi eksternal jika
informasi tersebut langsung tersedia dan tidak begitu mahal dibandingkan dengan data
akuntansi yang dikembangkan secara internal.

12
Hipotesis Keperilakuan dari Dampak Data Akuntansi
Informasi akuntansi adalah salah satu input dalam model pengambilan keputusan. Para
pengambil keputusan dapat menyadari bahwa aura otentisitas akuntansi tidak berdasar dan
bahwa akuntansi, paling tidak, adalah proses dengan mana dampak dari kejadian ekonomi
dilaporkan seakurat mungkin, tetapi tanpa kepura-puraan akan kesempurnaan. Para pengambil
keputusan memandang akuntansi sebagai “ukuran yang tidak sempurna” dengan kemungkinan
besar bahwa nilai yang sesungguhnya akan berbeda dengan nilai yang dilaporkan, karena
kesalahn dan inakurasi dalam proses pengukuran dan pelaporan tidak dapat dihindari.
Informasi akuntansi menjadi tujuan ketika penghargaan atau sanksi dikaitkan dengan
hasilnya. Misalnya, jika seorang manajer berharap untuk dipromosikan jika ia dapat
mengurangi biaya, maka manajer tersebut akan melihat informasi akuntansi sebagai dasar
untuk menentukan apakah ia telah berhasil atau tidak.
Tingkat pengaruh informasi akuntansi juga bervariasi berdasarkan jenis pengambil
keputusan. Burns (1981) mengelompokkan pengambil keputusan ke dalam tiga kelompok :
a. Para pembuat keputusan dalam perusahaan yang mengambil keputusan mengenai
operasi dan sistem akuntansi digunakan untuk menyusun laporan.
b. Para pengambil keputusan dalam perusahaan yang hanya dapat membuat keputusan
mengenai operasi saja.
c. Mereka yang berada di luar perusahaan yang membuat keputusan mengenai perusahaan
tersebut yang dapat mempengaruhi lingkungan dan operasinya, tetapi yang tidak
memiliki kendali langsung atas operasi perusahaan.
Para peneliti lain mempelajari pertanyaan-pertanyaan mengenai bagaimana para
pengambil keputusan menyesuaikan terhadap perubahan dalam metode dan terminologi
akuntansi. Mereka menemukan bahwa ada dua faktor yang menentukan tingkat penyesuaian,
yaitu umpan balik dan fiksasi fungsional.
Umpan balik
Untuk memahami perubahan dalam metode akuntansi dan untuk menyesuaikan aturan
pengambilan keputusan sesuai dengan itu, maka pengambil keputusan harus menerima
informasi menerima informasi mengenai perubahan tersebut atau memiliki umpan balik tidak
langsung mengenai perubahan tersebut. Jika seseorang mengabaikan dampak jangka pendek
yang mungkin akibat selang waktu antara perubahan dan indikasinya, maka kecil
kemungkinannya bahwa tidak terdapat umpan balik sama sekali.

13
Fiksasi Fungsional
Hal ini merupakan fenomena keperilakuan yang mengimplikasikan ketidakmampuan
di pihak pengguna informasi akuntansi untuk memahami apa yang tersirat di balik label yang
diberikan kepada suatu angka. Ketika mereka menerima suatu pendekatan pengukuran
akuntansi sebagai alat untuk mengelola proses pengambilan keputusan mereka, maka perilaku
mereka jarang sekali akan dipengaruhi oleh perubahan dalam metode akuntansi yang
digunakan. Sebagai suatu atribut dari pengambilan keputusan, fiksasi fungsional bervariasi
tingkatnya dari situasi yang satu ke situasi yang lain, namun tidak pernah tidak ada sama sekali

14

You might also like