Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Kokain adalah anestesi lokal pertama yang diperkenalkan ke praktek medis pada
tahun 1884 oleh dokter mata Koller, yang menggambarkan penggunaannya untuk
anestesi topikal kornea1. Selanjutnya digunakan sebagai anestesi local infiltrasi -,
blokade konduksi saraf dan, pada tahun 1898, oleh Bier digunakan untuk anestesi
spinal. Kokain menjadi prekursor dari serangkaian anestesi ester lokal seperti
prokain, disintesis oleh Einhorn pada tahun 1905.1
Lidocaine (lignocaine), disintesis oleh Lofgren dan Lundqvist pada tahun 1943,
merupakan awal dari pengembangan senyawa amida, yang merupakan anestesi
lokal yang umum digunakan saat ini. Perkembangan selanjutnya menyebabkan
anestesi lokal enansiomer-spesifik amida, dengan peningkatan margin keamanan,
dan terakhir, pengenalan bupivacaine liposomal kerja panjang2.
Secara kimiawi obat anestesi lokal dibagi dalam dua golongan besar, yaitu
golongan ester dan golongan amide. Perbedaan kimia ini direfleksikan dalam
perbedaan tempat metabolisme, dimana golongan ester terutama dimetabolisme
oleh enzim pseudo-kolinesterase di plasma sedangkan golongan amide terutama
melalui degradasi enzimatis di hati3,4,5. Perbedaan ini juga berkaitan dengan
besarnya kemungkinan terjadinya alergi, dimana golongan ester turunan dari p-
amino-benzoic acid memiliki frekuensi kecenderungan alergi lebih besar.
Untuk kepentingan klinis, anestesi lokal dibedakan berdasarkan potensi dan lama
kerjanya menjadi 3 group. Group I meliputi prokain dan kloroprokain yang
memiliki potensi lemah dengan lama kerja singkat. Group II meliputi lidokain,
mepivakain dan prilokain yang memiliki potensi dan lama kerja sedang. Group III
meliputi tetrakain, bupivakain dan etidokain yang memiliki potensi kuat dengan
lama kerja panjang.3Anestesi lokal juga dibedakan berdasar pada mula kerjanya.
Kloroprokain, lidokain, mepevakain, prilokain dan etidokain memiliki mula kerja
yang relatif cepat. Bupivakain memiliki mula kerja sedang, sedangkan prokain dan
tetrakain bermula kerja lambat3
- Bupivakain
Bupivacaine umumnya digunakan untuk manajemen nyeri akut di
luar ruang operasi dan sejumlah larutan infus yang berbeda tersedia
untuk penyediaan analgesia epidural dan regional yang berkelanjutan.
Perkembangan yang lebih baru adalah formulasi bupivacaine liposomal,
yang bertujuan untuk meningkatkan durasi efeknya. Ini telah digunakan
terutama untuk luka lokal di lnfiltrasi, dan sementara ini bisa
menjanjikan untuk pengobatan nyeri akut, studi saat ini tidak
menunjukkan manfaat yang konsisten dibandingkan dengan
bupivacaine2
Sebagaimana diuraikan di atas, bupivakain lebih bersifat
kardiotoksik daripada obat anestesi lokal lainnya dan setiap kolaps
kardiovaskular yang terjadi mungkin lebih sulit untuk diobati.
Bupivakain adalah campuran rasemat dari dua enansiomer, S - (-) dan
R - (+). Enantiomer ini memiliki rumus struktur yang sama, tetapi suatu
konfigurasi tiga dimensi atom yang berbeda, menghasilkan dua molekul
yang merupakan bayangan cermin. Hal ini menyebabkan aktivitas
biologis yang berbeda dengan R - (+) - enansiomer bupivakain menjadi
lebih beracun bagi jantung dan CNS. 2
Menanggapi temuan ini, anestesi lokal-enantiomer ropiva-caine dan
levobupivacaine telah dikembangkan. Mereka memiliki potensi lebih
rendah untuk CNS dan toksisitas jantung.2
- Ropivacain
Ropivacaine adalah S - (-) - enansiomer dari analog propil
bupivacaine.12 Disebut-sebut memiliki potensi yang sebanding
dibandingkan dengan bupivakain, dengan onset, durasi, dan tingkat blok
sensorik yang sama, ketika diberikan dalam dosis yang setara, meskipun
dalam beberapa penelitian tampaknya kurang manjur. Keuntungan lain
dari bupivakain dikatakan sebagai blok diferensial yang lebih besar
(blok motorik kurang untuk tingkat blok sensorik yang sama); Namun,
dalam manajemen nyeri akut, ketika konsentrasi bupivacaine rendah
biasanya diberikan oleh infus, perbedaan tingkat blokade motorik antara
kedua obat tidak selalu jelas.
- Levobupivacain
Levobupivacaine adalah S - (-) - enansiomer bupivacaine.
Dibandingkan dengan bupivacaine rasemik, ia memiliki sifat anestetik
yang mirip, tetapi, seperti ropivacaine, memiliki potensi toksisitas
jantung yang lebih rendah dan oleh karena itu menawarkan keuntungan
yang serupa.12
- Mepivakain
Mepivacaine memiliki kemiripan dengan lidokain dengan onset yang
relatif cepat dan durasi kerja yang moderat. Tidak seperti lidocaine,
mepivacaine efektif sebagai agen topikal hanya dalam dosis besar dan
tidak boleh digunakan untuk indikasi tertentu12
- Prilokain
Prilocaine memiliki efek klinis yang mirip dengan lidocaine
(lignocaine), tetapi merupakan obat anastetik local golongan amid yang
paling tidak beracun. Ini menjadikannya pilihan yang paling cocok
untuk anestesi regional intravena (blok Bier).
Langkah awal dalam metabolisme prilocaine membentuk
orthotoluidine. Pemberian dosis besar prilocaine dapat menyebabkan
akumulasi metabolit ini, yang, pada gilirannya, menyebabkan
peningkatan oksidasi hemoglobin menjadi methemoglobin. Jika tingkat
methemoglobin menjadi berlebihan, pasien mungkin tampak sianotik.
Toksisitas metabolik ini membuat penggunaan prilocaine dibatasi pada
pasien anemia dan direkomendasikan untuk menghindari suntikan
berulang atau infus, serta penggunaannya pada terapi nyeri akut juga
dibatasi.8
- Dibucain
Dibucaine digunakan secara luas untuk memberikan analgesia topikal,
misalnya, dalam krim dan salep. Suntikan suntik digunakan terutama
untuk analgesia spinal.8
- Etidokain
Etidokain merupakan obat anestetik local kerja panjang yang sama
dengan bupivacaine dan telah dikaitkan dengan masalah yang sama
sehubungan dengan toksisitas jantung. Ia dicatat karena blok
motoriknya yang dalam dan karena itu tidak digunakan untuk
memberikan analgesia.8
Mekanisme Kerja
Anestesi lokal memblokir saluran natrium di membran sel.13 Mereka
mencegah masuknya ion natrium ke dalam sel yang menghasilkan potensial aksi
dan konduksi impuls saraf. Anestesi lokal juga dapat memodifikasi sejumlah
saluran membran saraf lain atau bahkan reseptor, berkontribusi terhadap efeknya.13
Gambar 1
Namun, blokade saluran natrium adalah mekanisme kerja utamanya.
Inisialisasi dan propagasi selanjutnya dari potensial aksi juga akan melibatkan
pembukaan saluran natrium di membran sel saraf. Proses ini menyebabkan
sejumlah besar ion natrium dari luar akan masuk ke dalam membran sel, yang
nantinya mendepolarisasi membran. Segera setelah depolarisasi membran secara
aktif dipecahkan oleh pompa ion kembali ke potensial membran istirahatnya. Ini
kemudian tersedia untuk depolarisasi lainnya.
Gambar 2
Anestesi lokal tidak memiliki efek analgesik tertentu, tetapi dapat
memblokir semua konduksi saraf di semua saraf sensorik dan motorik.8,13 Blokade
saraf simpatis juga akan terjadi, yang mungkin bermanfaat setelah pembedahan
pembuluh darah atau plastik, karena menyebabkan peningkatan aliran darah.
Namun, dengan analgesia epidural, hipotensi postural (ortopatetik) tetap
merupakan risiko potensial.
Derajat blokade tergantung pada sejumlah faktor. Oleh karena itu, berguna
untuk melihat berbagai jenis serat saraf, ukuran dan fungsinya. Umumnya diyakini
bahwa serat saraf berdiameter lebih kecil lebih mudah diblokir daripada yang
berdiameter lebih besar, tetapi diameter bukan satu-satunya faktor. Kemudahan
blockade nervus oleh obat anestesi lokal juga tergantung pada panjang saraf yang
harus terkena obat untuk menghambat konduksi. Serat saraf tanpa myelin lebih
pendek dibandingkan dengan serat saraf yang bermielin Blokade saraf juga
bergantung pada frekuensi — saraf aktif lebih mudah diblokir daripada yang tidak
aktif8,13.
Onset dan regresi blok saraf biasanya berkembang dalam urutan tertentu,
tetapi ini mungkin sedikit berbeda antara masing masing pasien dan pemberian obat
yang berbeda.13 Secara keseluruhan, blokade simpatetik, dengan perasaan hangat
dilaporkan oleh pasien dan vasodilatasi yang diamati oleh operator, biasanya terjadi
terlebih dahulu, diikuti oleh blok nosiseptif dan sensasi suhu dilanjutkan dengan
blok motoric.
Sebagaimana efek dari blok saraf ialah fluktuasi motorik, pemulihan
gerakan (pada serabut saraf yang lebih besar) dapat mendahului pemulihan fungsi
sensorik dan persepsi nyeri atau fungsi saraf simpatik dibanding (pada serabut saraf
kecil). Hal ini sangat penting setelah anestesi epidural ataupun spinal, ketika
seorang pasien memiliki fungsi motorik normal tetapi kembalinya fungsi sensorik
cenderung tidak sempurna, dan blok simpatis residual yang dapat menyebabkan
hipotensi postural.13
Semakin tinggi konsentrasi larutan anestesi lokal yang digunakan, semakin
besar kemungkinan semua ukuran diblokir. Oleh karena itu konsentrasi rendah juga
dapat digunakan dalam upaya untuk memblokir serabut saraf yang lebih berukuran
kecil (blok saraf diferensial).13 Pendekatan ini biasanya digunakan dengan infus
anestetik lokal yang diberikan melalui kateter epidural dan saraf perifer dan
bertujuan untuk memungkinkan pasien untuk menggerakkan anggota badan yang
terkena sementara masih menerima penghilang rasa sakit yang baik. Namun,
mungkin ada perbedaan respon karena variabilitas antar individu dan posisi kateter.
Beberapa pasien mungkin dapat mengalami blok motorik bahkan dengan
konsentrasi rendah.13
Blokade saluran natrium tidak hanya menjelaskan efeknya tetapi juga efek
merugikan dari anestesi lokal, yang terjadi terutama karena interferensi dengan
pembentukan potensial aksi dan konduksi di jantung dan sistem saraf pusat (SSP).
Namun, efek mitokondria juga dapat memainkan peran.14
Farmakokinetik dan Farmakodinamik Anestesi Lokal
- Farmakokinetik
Anestesi lokal biasanya diberikan secara suntikan ke dalam daerah serabut
saraf yang akan menghambat. Oleh karena itu, penyerapan dan distribusi tidak
terlalu penting dalam memantau mula kerja efek dalam menentukan mula kerja
anestesi dan halnya mula kerja anestesis umum terhadap sistem saraf pusat dan
toksisitasnya pada jantung. Aplikasi topikal anestesi lokal bagaimanapun juga
memerlukan difusi obat guna mula keja dan lama kerja efek anestesinya.3
Absorbsi sistemik suntikan anestesi lokal dari tempat suntikan dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain dosis, tempat suntikan, ikatan obat jaringan,
adanya bahan vasokonstriktor, dan sifat fisikokimia obat. Bahan
vasokonstriktor seperti epinefrin mengurangi penyerapan sistematik anestesi
lokal dari tempat tumpukan obat dengan mengurangi aliran darah di daerah ini.
Keadaan ini menjadi nyata terhadap obat yang massa kerjanya singkat atau
menengah seperti prokain, lidokain, dan mepivakain (tidak untuk prilokain).
Ambilan obat oleh saraf diduga diperkuat oleh kadar obat lokal yang tinggi ,dan
efek dari toksik sistemik obat akan berkurang karena kadar obat yang masuk
dalam darah hanya 1/3 nya saja.3
Distribusi anestesi lokal amida disebar meluas dalam tubuh setelah
pemberian bolus intravena. Bukti menunjukkan bahwa penyimpanan obat
mungkin terjadi dalam jaringan lemak. Setelah fase distribusi awal yang cepat,
yang mungkin menandakan ambilan ke dalam organ yang perfusinya tinggi
seperti otak, ginjal, dan jantung, dikuti oleh fase distribusi lambat yang terjadi
karena ambilan dari jaringan yang perfusinya sedang, seperti otot dan usus.
Karena waktu paruh plasma yang sangat singkat dari obat tipe ester, maka
distribusinya tidak diketahui.3
Metabolisme dan ekskresi anestesi lokal diubah dalam hati dan plasma
menjadi metabolit yang mudah larut dalam air dan kemudian diekskresikan ke
dalam urin. Karena anestesi lokal yang bentuknya tak bermuatan mudah
berdifusi melalui lipid, maka sedikit atau tidak ada sama sekali bentuk netralnya
yang diekskresikan kerana bentuk ini tidak mudah diserap kembali oleh tubulus
ginjal.3
Tipe ester anestesi lokal dihidrolisis sangat cepat di dalam darah oleh
butirilkolinesterase (pseudokolinesterase). Oleh karena itu, obatini khas sekali
mempunyai waktu paruh yang sangat singkat, kurang dari 1 menit untuk
prokain dan kloroprokain. Penurunan pembersihan anestesi lokal leh hati ini
harus diantisipasi dengan menurunkan aliran darah kehati. Sebagai contoh,
pembersihan lidokain oleh hati pada binatang yang dianestesi dengan halotan
lebih lambat dari pengukuran binatang yang diberi nitrogen oksida dan kurare.
Penurunan pembersihan ini berhubungan penurunan aliran darah ke dalam hati
dan penekanan mikrosom hati karena halotan.3
- Farmakodinamik
Adapun farmakodinamik untuk obat anestesi lokal adalah:
1. Mekanisme Kerja
Selama eksitasi, saluran natrium terbuka dan arus natrium masuk ke dalam
sel dengan cepat mendepolarisasi membran ke arah keseimbangan potensial
natrium (+40mV). Sebagai akibat depolarisasi ini, maka saluran natrium
menutup (inaktif) dan saluran kalium terbuka. Aliran kalium keluar sel
merepolarisasi membran ke arah keseimbangan potensial kalium (sekitar -
95mV); terjadi lagi repolarisasi saluran natrium menjadi keadaan istirahat.
Perbedaan ionic transmembran dipertahankan oleh pompa natrium. Sifat ini
mirip dengan yang terjadi pada otot jantung dan anestesi local pun mempunyai
efek yang sama pada kedua jaringa tersebut.2,3
Anestesi local mengikat reseptor dekat ujung intrasel saluran dan
menghambat saluran dalam keadaan bergantung waktu dan voltase.
Bila peningkatan konsentrasi dalam secara progresif anestesi local digunakan
pada satu serabut saraf, nilai ambang eksitasinya meningkat, konduksi impuls
melambat, kecepatan muncul potensial aksinya menurun, amplitude potensial
aksi mengecil dan akhirnya kemampuan melepas satu potensial aksi hilang.
Efek yang bertambah tadi merupakan hasil dari ikatan anestesi local terhadap
banyak dan makin banyak saluran natrium; pada setiap saluran, ikatan
menghasilkan hambatan arus natrium. Jika arus ini dihambat melebihi titik
kritis saraf, maka propagasi yang melintas daerah yang dihambat ini tidak
mungkin terjadi lagi. Pada dosis terkecil yang dibutuhkan untuk menghambat
propagasi, potensial istirahat jelas tidak terganggu. 2,3
Karakteristik Struktur-Aktivitas Anestesi Lokal. Makin kecil dan makin
banyak molekul lipofilik, makin cepat pula kecepatan interaksi dengan reseptor
saluran natrium. Potensi mempunyai hubungan positif pula dengan kelarutan
lipid selama obat menahan kelarutan air yang cukup untuk berdifusi ke tempat
kerja. Lidokain, prokain, dan mepivakain lebih larut dalam air dibandingkan
tetrakain, etidokain, dan bupivakain. Obat yang terakhir lebih kuat dengan masa
kerja yang panjang. Obat-obat tadi terikat lebih ekstensif pada protein dan akan
menggeser atau digeser dari tempat ikatannya oleh obat-obatan lain. 2,3
2. Aksi Terhadap Saraf
Karena anestesi local mampu menghambat semua saraf, maka kerjanya
tidak saja terbatas pada hilangnya sensasi sakit dan nyeri yang diinginkan.
Perbedaan tipe serabut saraf akan membedakan dengan nyata kepekaannya
terhadap penghambatan anestesi local atas dasar ukuran dan mielinasi. Aplikasi
suatu anestesi local terhadap suatu akar serabut saraf, serabut paling kecil B dan
C dihambat lebih dulu. Serabut delta tipe A akan dihambat kemudian. Oleh
karena itu, serabut nyeri dihambat permulaan; kemudian sensasi lainnya
menghilang; dan fungsi motor dihambat terakhir.3
Adapun efek serabut saraf antara lain:3
Efek diameter serabut
Anestesi lokal lebih mudah menghambat serabut ukuran kecil karena jarak
di mana propagasi suatu impuls listrik merambat secara pasif pada serabut tadi
(berhubungan dengan constant ruang) jadi lebih singkat. Selama mula kerja
anestesi local, bila bagian pendek serabut dihambat, maka serabut berdiameter
kecil yang pertama kali gagal menyalurkan impuls.
Terhadap serabut yang bermielin, setidaknya tiga nodus berturut-turut
dihambat oleh anestesi local untuk menghentikan propagasi impuls. Makin
tebal serabut saraf, makin terpisah jauh nodus tadi yang menerangkan sebagian,
tahanan yang lebih besar untuk menghambat serabut besar tadi. Saraf bermielin
cenderung dihambat serabut saraf yang tidak bermielin pada ukuran yang sama.
Dengan demikian, serabut saraf preganglionik B dapat dihambat sebelum
serabut C kecil yang tidak bermielin.
Efek frekuensi letupan
Alasan penting lain terhadap mudahnya penghambatan serabut sensoris
mengikuti langsung dari mekanisme kerja yang bergantung pada keadaan
anestesi local. Serabut sensoris, terutama serabut nyeri ternyata berkecukupan
letupan tinggi dan lama potensial aksi yang relative lama (mendekati 5
milidetik). Serabut motor meletup pada kecepatan yang lebih lambat dengan
potensial aksi yang singkat (0,5 milidetik). Serabut delta dan C adalah serabut
berdiameter kecil yang terlibat pada transmisi nyeri berfrekuensi tinggi. Oleh
karena itu, serabut ini dihambat lebih dulu dengan anestesi local kadar rendah
dari pada serabut A alfa.
Efek posisi saraf dalam bundle saraf
Pada sekumpulan saraf yang besar, saraf motor biasanya terletak melingkari
bundle dan oleh karena itu saraf ini akan terpapar lebih dulu bila anestesi local
diberikan secara suntikan ke dalam jaringan sekitar saraf. Akibatnya bukan
tidak mungkin saraf motor terhambat sebelum penghambatan sensoris dalam
bundle besar. Jadi, selama infiltrasi hambatan saraf besar, anestesi muncul lebih
dulu di bagian proksimal dan kemudian menyebar ke distal sesuai dengan
penetrasi obat ke dalam tengah bagian bundle saraf.
- Sistem kardiovaskular
Secara umum, dosis yang lebih tinggi diperlukan untuk menyebabkan
toksisitas pada kardiovaskular dibandingkan dengan toksisitas CNS dan toksisitas
kardiovaskular biasanya didahului oleh gejala SSP premature. Namun, dengan agen
anestesi lokal yang lebih kuat, bupivacaine dan etidocaine, aritmia yang
mengancam jiwa (yang mungkin resisten terhadap pengobatan) telah terjadi tanpa
tanda-tanda CNS. Mekanisme CNS dapat berkontribusi pada cardiotoxicity.14
Obat anestesi lokal dapat secara langsung mempengaruhi otot-otot jantung
dan pembuluh darah perifer dan toksisitas dapat mengakibatkan perubahan pada
kontraktilitas miokard, konduktivitas, dan ritmeitas. Aritmia yang disebabkan oleh
konsentrasi sistemik tinggi anestesi lokal biasanya melibatkan ektopi ventrikel,
yang dapat berkembang menjadi aritmia yang lebih ganas seperti takikardia
ventrikel, torsades de pointes, dan breksi ventrikel, tetapi juga dapat hadir sebagai
penundaan konduksi, blok jantung lengkap, penahanan sinus, atau asistol19
Bupivacaine secara khusus dapat menyebabkan cardiotoxicity yang parah,
yang sering refrakter terhadap resusitasi yang agresif dan tepat, termasuk
defibrillation. Kasus-kasus seperti itu mungkin memerlukan pemeliharaan upaya
resusitasi yang lama (kadang-kadang memerlukan sirkulasi ekstrakorporeal
sementara) untuk menghindari kematian. Anastesi lokal jangka panjang
enantiomer-spesifik, khususnya ropivacaine tetapi levobupivacaine juga,
menawarkan keuntungan keamanan dalam hal ini.19,20
Potensi toksisitas jantung yang lebih tinggi dengan bupivacaine telah
ditunjukkan dalam penelitian pada hewan dan pada sukarelawan sehat
menggunakan hasil toksisitas pengganti (misalnya, perubahan ECG.11Penelitian
pada hewan menunjukkan bahwa resusitasi setelah kolaps sirkulasi setelah
pemberian anestesi lokal dosis besar secara signifikan lebih berhasil setelah
pemberian enantiomer spesifik dibandingkan dengan bupivakain18Hasil ini
dikonfirmasikan oleh laporan kasus yang dipublikasikan mengenai overdosis toksik
akut pada pasien, yang menunjukkan hasil yang lebih baik dan respons terhadap
resusitasi setelah ropivacaine dan levobupivacaine daripada bupivacaine.
Asidosis, hiperkapnia, dan hipoksia juga akan sangat meningkatkan
toksisitas jantung akibat agen anestesi lokal.18