You are on page 1of 15

Dermatitis Atopik pada Anak

Dewi Kusuma Wangsa

102015170 / B2
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat Korespondensi: Jalan Terusan Arjuna No. 6, Jakarta Barat 11510
E-mail: dewi.2015fk170@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Dermatitis adalah penyakit kulit gatal-gatal, kering, dan kemerahan atau sering diesbut
sebagai alergi kulit. Dermatitis atopik umumnya mengenai bayi dan anak-anak, namun
tidak jarang juga dialami oleh orang dewasa. Penderita yang mengalami dermatitis atopik
biasanya memiliki riwayat penyakit asma atau alergi pada kondisi tertentu dalam
keluarganya. Penyakit ini dipengaruhi multifaktorial, seperti faktor genetik, imunologik,
lingkungan, sawar kulit dan farmakologik. Kulit penderita dermatitis atopik umumnya
kering, pucat/redup, kadar lipid di epidermis berkurang, dan kehilangan air lewat
epidermis meningkat, jaritangan teraba dingin. Dermatitis atopik (DA) dikelompokkan
dalam 3 fase yaitu DA infantil (2 bulan – 2 tahun), DA pada anak (2 – 10 tahun), DA pada
anak (2 – 10 tahun) dan DA pada remaja dan dewasa.

Kata kunci : dermatitis atopik, alergi

Abstract

Dermatitis is a skin disease itching, dryness, and redness or often termed a skin allergy.
Atopic dermatitis typically affects infants and children, but not infrequently experienced
by adults. Patients with atopic dermatitis usually have a history of asthma or allergies to
certain conditions in the family. The disease is influenced by multifactors, such as genetic
factors, immunologic, environmental, and pharmacological skin barrier. Caucasian
patients with atopic dermatitis generally dry, pale / dim, reduced lipid levels in the
epidermis, and increases water loss through the epidermis, finger nails felt cold. Atopic
dermatitis (DA) is grouped into 3 phases: DA Infantile (2 months - 2 years), DA in
children (2-10 years), DA in children (2-10 years) and DA in adolescents and adults.

Key words : atopic dermatitis, alergic


Dermatitis Atopik pada Anak

Pendahuluan

Dermatitis adalah penyakit kulit gatal-gatal, kering, dan kemerahan. Dematitis


juga dapat didefinisikan sebagai peradangan pada kulit, baik karena kontak langsung
dengan zat kimia yang mengakibatkan iritasi, atau reaksi alergi. Dengan kata lain,
dermatitis adalah jenis alergi kulit. Penyakit ini dialami sekitar 10-20% anak. Pada
70% kasus dermatitis atopik umumnya dimulai saat anak-anak dibawah 5 tahun dan
10% saat remaja / dewasa.1
Dermatitis atopik umumnya mengenai bayi dan anak-anak, namun tidak jarang
juga dialami oleh orang dewasa. Pada orang dewasa biasanya juga akan menimbulkan
gangguan secara kosmetik dikarenakan kulit yang sering digaruk lama kelamaan akan
menimbulkan bercak kehitaman (hiperpigmentasi) sehingga mengganggu penampilan.
Kondisi ini biasanya muncul pada penderita yang memiliki kecenderungan atopi,
yaitu suatu tendensi gangguan alergi yang diturunkan secara genetik. Jadi penderita
yang mengalami dermatitis atopik biasanya memiliki riwayat penyakit asma atau
alergi pada kondisi tertentu dalam keluarganya.2
Belakangan ini prevalensi terjadinya dermatitis atopik semakin meningkat di
seluruh dunia dan menyebabkan masalah dikarenakan penyakit ini seringkali diderita
sepanjang hidup karena sifatnya yang kronik residif (menahun dan gampang
kambuh). Selain itu penanganan dermatitis atopik merupakan penanganan sepanjang
hidup penderita, dan tidak hanya menyangkut kehidupannya sendiri namun juga
keluarganya.1

Analisis Masalah (Mind Map)

2
Dermatitis Atopik pada Anak

Anamnesis
Anamnesis merupakan deskripsi pasien tentang penyakit atau keluhannya,
termasuk alasan berobat. Perpaduan keahlian mewawancarai dan pengetahuan yang
mendalam tentang gejala (symptom) dan tanda (sign) dari suatu penyakit akan
memberikan hasil yang memuaskan dalam menentukan diagnosis kemungkinan
sehingga dapat membantu menentukan langkah pemeriksaan selanjutnya, termasuk
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.1

Dari hasil anamnesa yang dilakukan, kita bisa mendapatkan hasil bahwa
pasien laki-laki breusia 10 tahun mengeluhkan gatal pada badan serta lipatan kedua
tungkai atas dan bawah sejak 2 minggu yang lalu dan kulit terlihat sangat kering. Dari
anamnesa diketahui bahwa kelainan sudah timbul sejak bayi.

Pemeriksaan Fisik
Dari pemeriksaan umum dan fisik sering didapat keterangan – keterangan yang
menuju ke arah tertentu dalam usaha membuat diagnosis. Pemeriksaan fisik
dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik dermatitis atopik dilakukan pemeriksaan
kulit yang dibagi menjadi dua berdasarkan :1-3

1. Lokalisasi:
a. Bayi : kedua pipi, kepala, badan, serta ekstremitas terutama bagian
ekstensor.
b. Anak : tengkuk, lipat siku, lipat lutut, leher, pergelangan tangan serta
bagian flexor.
c. Dewasa : tengkuk, lipat lutut, lipat siku, leher dan dapat mengenai kelopak
mata.
2. Effloresensi dan sifatnya:
a. Bayi : eritema berbatas tegas, papupa dan vesikula milier drisertai erosi dan
eksudasi serta krusta
b. Anak ; papula-paula millier, likenifikasi, sedikit skuama, kulit kering dan
tidak eksudatif
c. Dewasa : biasanya hiperpigmentasi, kering dan terdapat likenifikasi

Pada pemeriksaan fisik pasien didapat adalah terdapat bercak dan beruntus yang
terasa gatal pada badan, kedua tungkai atas dan bawah serta kulit tampak bersisik
kemerahan dan kering.

3
Dermatitis Atopik pada Anak

Pemeriksaan Penunjang2-5

a. IgE serum

IgE serum dapat diperiksa dengan metode ELISA. Ditemukan 80% pada penderita
dermatitis atopik menunjukkan peningkatan kadar IgE dalam serum terutama bila
disertai gejala atopi ( alergi ).

b. Eosinofil

Kadar serum dapat ditemukan dalam serum penderita dermatitis atopik.

c. Sel T

Limfosit T di daerah tepi pada penderita dermatitis atopik mempunyai jumlah absolut
yang normal atau berkurang. Dapat diperiksa dengan pemeriksaan imunofluouresensi
terlihat aktifitas sel T-helper menyebabkan pelepasan sitokin yang berperan pada
patogenesis dermatitis atopik.

d. Dermatografisme Putih

Penggoresan pada kulit normal akan menimbulkan 3 respon, yakni : akan tampak
garis merah di lokasi penggoresan selama 15 menit, selanjutnya mennyebar ke daerah
sekitar, kemudian timbul edema setelah beberapa menit. Namun, pada penderita
atopik bereaksi lain, garis merah tidak disusul warna kemerahan, tetapi timbul
kepucatan dan tidak timbul edema.

d. Percobaan Asetilkolin

Suntikan secara intrakutan solusio asetilkolin 1/5000 akan menyebabkan hiperemia


pada orang normal. Pada orang Dermatitis Atopik. akan timbul vasokontriksi, terlihat
kepucatan selama 1 jam.

e. Percobaan Histamin

4
Dermatitis Atopik pada Anak

Jika histamin fosfat disuntikkan pada lesi penderita Dermatitis Atopik. Eritema akan
berkurang, jika disuntikkan parenteral, tampak eritema bertambah pada kulit yang
normal.

Diagnosis Banding

Differential diagnosis atau diagnosis pembanding merupakan diagnosis yang


dilakukan dengan membanding-bandingkan tanda klinis suatu penyakit dengan tanda
klinis penyakit lain. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan gejala yang
dialami pasien, pasien bias dicurigai menderita beberapa penyakit seperti:

1. Dermatitis seboroik

Merupakam penyakit inflamasi kulit kronis dengan predileksi untuk area yang
disuplai dengan baik oleh kelenjar sebasea. Ditandai ruam merah yang bersisik
dengan rasa gatal ringan. Biasanya sering ditemukan pada masa kanak-kanank
sebagaimana ketombe pada anak yang lebih besar. Dermatosis seboroik timbul berupa
krusta tebal berwarna cokelat terang melapisi kulit kepala dan sulit dilepaskan.
Beberapa anak mengalami reaksi peradangan kulit yang lebih luas terutama mengenai
daerah pangkal paha , aksila dan leher. Meski kulit terlihat sangat merah dan
mengalami meserasi dengan sisik berminyak, sisik tersebut bukan iritan dan biasanya
keadaan ini akan membaik dalam beberapa minggu. Dapat terjadi infeksi sekunder
oleh bakteri atau Candida.4

Dermatosis seboroik terdiri dari dua bentuk yaitu bentuk berminyak tampak
basah dengan serpihan pucat, kulit tampak
keabu-abuan, dengan atau tanpa
pengelupasan (seperti ketombe0 dan agak
eritema; pustula kecil atau papulopustula.
Bentuk lainnya kering terdiri dari
deskuamasi pada kepala (ketombe).
Bentuk gabungan keduanya biasanya
asimptomatik dan jika terdapat
Gambar 1. Dermatitis Seboroik3
pengelupasan seringkali disertai dengan
pruritus.6
2. Dermatitis Kontak

5
Dermatitis Atopik pada Anak

Dermatitis kontak adalah respon peradangan kulit akut atau kronik terhadap paparan
bahan iritan eksternal yang mengenai kulit. Dermatitis kontak terbagi 2 yaitu
dermatitis kontak iritan (mekanisme non imunologik) da dermatitis kontak alergik
(mekanisme imunologik spesifik).3

a. Dermatitis Kontak Iritan

Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang
disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik. Bahan iritan
merusak lapisan tanduk, dalam beberapa menit atau beberapa jam bahan-bahan iritan
tersebut akan berdifusi melalui membran untuk merusak lisosom, mitokondria dan
komponen-komponen inti sel. Dengan rusaknya membran lipid keratinosit maka
fosfolipase akan diaktifkan dan membebaskan asam arakidonik akan
membebaskan prostaglandin dan leukotrin yang akan menyebabkan dilatasi pembuluh
darah dan transudasi dari faktor sirkulasi dari komplemen dan system kinin.7

Pada dermatitis kontak iritan terjadi kerusakan keratisonit dan keluarnya


mediator-mediator. Sehingga perbedaan mekanismenya dengan dermatis
kontak alergik sangat tipis yaitu dermatitis kontak iritan tidak melalui fase sensitisasi.
Ada dua jenis bahan iritan yaitu:5,6

1) Iritan kuat akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada
hampir semua orang.
2) Iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami
kontak berulang-ulang. Faktor kontribusi, misalnya kelembaban udara,
tekanan, gesekan dan oklusi, mempunyai andil pada terjadinya kerusakan
tersebut.
b. Dermatitis Kontak Alergi

Ditimbulkan akibat terjadinya reaksi hipersensitivitas tipe lambat terhadap suati


alergen eksternal. Jumlah penderita DKA lebih sedikit dibandingkan DKI karena
hanya mengenai keadaan kulit yang sangat peka. Penyebabnya adalah bahan kimia
sederhana dengan berat molekul umumnya rendah < 1000 dalton. Merupakan alerge
yang belum diproses, bersifat lipofilik, sangat rektif, dapat menembus stratum
korneum sehingga mencapai sel epidermis dibawahnya. Faktor tambahan seperti
potensi sensitisasi,alergen, dosis, luas daerah yang terkena, lama pajanan, oklusi, suhu
dan kelembababn lingkungan. Mekanisme kelainan kulit ini mengikuti respons imun

6
Dermatitis Atopik pada Anak

yang diperantai oleh sel (ceel mediated immune respons) atau reaksi imunologik tipe
IV, suatu hipersensitivitas tipe lambat. Gejala dengan mengeluh gatal dimulai dengan
eritematosa yang berbatas jelas kemudian diikuti papulovesikel, vesikel atau bula.
Jika vesikel atau bula pecah menimbulkan erosidan eksudasi (basah). Lokasinya biasa
di kelopak mata, skrotum, penis, dilaukan uji tempel.3,6
3. Dermatitis Numularis

Penyebabnya tidak diketahui namun diduga Staphylococcus sp. dan


Micrococcus sp. turut berperan. Penyakit ini sering berlaku pada orang dewasa di
mana pria lebih sering daripada wanita. Gejala yang sering ditemui umumnya
mengeluh sangat gatal. Lesi akut berupa vesikel dan papulovesikel, kemudian
membesar dengan cara berkofluensi menjadi seperti ‘coin’, eritematosa, sedikit
endomatosa dan berbatas tegas. Lambat laun, vesikel pecah, terjadi eksudasi,
kemudian mongering menjadi krusta kekuningan.4

Dermatitis numularis adalah dermatitis dengan lesi-lesi khas berbentuk bulat


nummular (seperti koin), berbatas tegas, dengan efloresensi berupa
papulovesikel, biasanya mudah pecah sehingga basah (mandidans).7

Diagnosis Kerja

Working diagnosis atau diagnosis kerja merupakan suatu kesimpulan berupa


hipotesis tentang kemungkinan penyakit yang ada pada pasien. Setiap diagnosis kerja
haruslah diiringi dengan diagnosis banding.1

Berdasarkan gejala-gejala yang timbul dapat diduga kalau pasien anak laki-
laki tersebut menderita Dermatitis Atopik. Dermatitis Atopik merupakan
keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal yang umumnya sering
terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan IgE
dalam serum dan riwayat atopi keluarga atau penderita.6

Epidemiologi

Sejak 1960, telah terjadi lebih besar dari kenaikan tiga kali lipat pada
prevalensi dermatitis atopic (DA). Sesungguhnya, perkiraan terbaru menunjukkan
bahwa dermatitis atopik merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di
seluruh dunia, dengan prevalensi pada anak 10-20% di Amerika, Eropa Selatan dan

7
Dermatitis Atopik pada Anak

Barat, perkotaan Afrika, Jepang, Australia dan negara-negara industri. Prevalensi


terjadinya dermatitis atopik pada orang dewasa kira-kira 1-3%.3

Dasar untuk peningkatan prevalensi pada dermatitis atopik belum diketahui


dengan pasti. Bagaimanapun, variasi luas pada prevalensi telah dilakukan observasi di
negara dengan etnik yang sama, dan DA cenderung diturunkan. Bila seorang ibu
menderita atopi maka lebih dari seperempat anaknya akan menderita DA pada 3 bulan
pertama. Bila salah satu orang tua menderita atopi maka lebih separuh anaknya
menderita alergi sampai usia 2 tahun dan bila kedua orang tua menderita atopi, angka
ini meningkat sampai 75 persen. Sangat mungkin peningkatan prevalensi ini berasal
dari faktor lingkungan, seperti bahan kimia industri, makanan olahan, atau benda
asing lainnya. Ada dugaan bahwa peningkatan ini juga disebabkan perbaikan prosedur
diagnosis dan pengumpulan data.2

Etiopatogenesis

Penyakit ini dipengaruhi multifaktorial, seperti faktor genetik, imunologik,


lingkungan, sawar kulit dan farmakologik. Konsep dasar terjadinya DA adalah
melalui reaksi imunologik.3

1. Faktor Genetik

Dermatitis atopik secara familial ditransmisikan dengan pengaruh maternal yang kuat.
Layar genom keluarga dengan dermatitis atopik telah melibatkan regio kromosom
yang overlap dengan penyakit kulit inflamasi lainnya seperti psoriasis. Bersama
dengan studi gen kandidat, hal ini telah memberikan wawasan yang menarik ke dalam
patogenesis dermatitis atopik. Meskipun banyak gen yang mungkin terlibat dalam
perkembangan dermatitis atopik, telah dermatitis atopik bagian tertentu yang menjadi
perhatian dalam peran potensial barier kulit/gen diferensiasi epidermal dan respon
imun/pertahanan gen host.6,8

2. Respons imun pada kulit

Salah satu faktor yang berperan pada DA adalah faktor imunologik. Di dalam
kompartemen dermo-epidermal dapat berlangsung respon imun yang melibatkan sel
Langerhans (SL) epidermis, limfosit, eosinofil dan sel mast. Lesi kronik berhubungan
dengan hiperplasia epidermis. IFN dan GM-CSF mampu menginduksi sel basal untuk

8
Dermatitis Atopik pada Anak

berproliferasi menghasilkan pertumbuhan keratinosit epidermis. Perkembangan sel T


menjadi sel TH2 dipacu oleh IL-10 dan prostaglandin (P6) E2. IL-4 dan IL-13 akan
menginduksi peningkatan kadar IgE yang diproduksi oleh sel B.6

3. Respons sistemik

Perubahan sistemik pada DA dapat berupa, sintesis IgE meningkat, IgE spesifik
terhadap alergen ganda meningkat, ekspresi CD23 pada sel B dan monosit
meningkat, respons hipersensitivitas lambat terganggu, eosinofilia, sekresi IL-4, IL-5
dan IL-13 oleh sel TH2 meningkat, sekresi IFN-γ oleh sel TH1 menurun, kadar
reseptor IL-2 yang dapat larut meningkat dan kadar CAMP-
Phosphodiesterase monosit meningkat disertai peningkatan IL-13 dan PGE2.5

4. Sawar kulit

Umumnya penderita DA mengalami kekeringan kulit. Hal ini diduga terjadi akibat
kadar lipid epidermis yang menurun, trans epidermal water
loss meningkat, skincapacitance (kemampuan stratum korneum meningkatkan air)
menurun. Kekeringan kulit ini mengakibatkan ambang rangsang gatal menjadi relatif
rendah dan menimbulkan sensasi untuk menggaruk. Garukan ini menyebabkan
kerusakan sawar kulit sehingga memudahkan mikroorganisme dan bahan
iritan/alergen lain untuk melalui kulit dengan segala akibat-akibatnya.4

5. Faktor lingkungan

Peran lingkungan terhadap tercetusnya DA tidak dapat dianggap remeh. Alergi


makanan lebih sering terjadi pada anak usia <5 tahun. Jenis makanan yang
menyebabkan alergi pada bayi dan anak kecil umumnya susu dan telur, sedangkan
pada dewasa seafood dan kacang-kacangan.4

Tungau debu rumah (TDR) serta serbuk sari merupakan alergen hirup yang
berkaitan erat dengan asma bronkiale pada atopi dapat menjadi faktor pencetus DA.
95% penderita DA mempunyai IgE spesifik terhadap TDR. Derajat sensitisasi
terhadap aeroalergen berhubungan langsung dengan tingkat keparahan DA.7

Suhu dan kelembaban udara juga merupakan faktor pencetus DA, suhu udara
yang terlampau panas/dingin, keringat dan perubahan udara tiba-tiba dapat menjadi
masalah bagi penderita DA. 6

9
Dermatitis Atopik pada Anak

Gejala klinis

Kulit penderita dermatitis atopik umumnya kering, pucat/redup, kadar lipid di


epidermis berkurang, dan kehilangan air lewat epidermis meningkat, jari tangan
teraba dingin. Penderita dermatitis atopik cenderung tipe astenik, dengan inteligensia
di atas rata-rata, sering merasa cemas, egois, frustasi, agresif, atau merasa tertekan.7
Gejala klinis yang spesifik yaitu rasa gatal yang khas dengan predileksi yang
khas, berlangsung kronis dan residif. penderita dermatitis atopik mempunyai tingkat
ambang rasa gatal yang rendah, gatal dapat
hilang timbul sepanjang hari tetapi umumnya
lebih hebat pada malam hari serta adanya
stigmata atopik pada pasien maupun keluarga
yang lain.Tempat predileksi adalah hal yang
paling penting untuk diketahui dari pasien
dermatitis atopik. Manifestasi klinis dermatitis
atopik berbeda pada setiap tahapan atau fase
perkembangan kehidupan, mulai dari saat bayi Gambar 2. Infiltrasi, kulit wajah tampak eritem
5 dengan sisik pada seorang pemuda dengan
hingga saat dewasa. dermatitis atopi.5
Pada setiap anak didapatkan derajat keparahan yang bervariasi, tetapi secara
umum merekamengalami pola distribusi lesi yang serupa. Dermatitis atopik
dikelompokkan dalam 3 fase yaitu:8,9
1. DA infantil (2 bulan – 2 tahun)

DA paling sering muncul pada tahun


pertama kehidupan yaitu pada usia 2 bulan
sampai 2 tahun. Lesi mula-mula tampak
didaerah muka (dahi-pipi) berupa eritema,
papul-vesikel pecah karena garukan sehingga
lesi menjadi eksudatif dan akhirnya terbentuk
krusta. Lesi bisa meluas ke kepala, leher,
pergelangan tangan dan tungkai. Bila anak
Gambar 3. Dermatitis Atopik pada Bayi6
mulai merangkak, lesi bisa ditemukan
didaerah ekstensor ekstremitas. Sebagian besar penderita sembuh setelah 2 tahun dan
sebagian lagi berlanjut ke fase anak.

10
Dermatitis Atopik pada Anak

2. DA pada anak (2 – 10 tahun)

DA pada anak merupakan lanjutan bentuk DA infantil ataupun timbul sendiri


(de novo). Lokasi lesi di lipatan siku/lutut, bagian fleksor pergelangan tangan,
kelopak mata dan leher. Ruam berupa papul likenifikasi, sedikit skuama, erosi,
hiperkeratosis dan mungkin infeksi sekunder. Stigmata Atopik pada anak :
1. Temperamen, anak tak pernah 9. Keratokonus dan katarak
diam, iritabel dan agresif juvenile
2. Lipatan bawah mata (tanda 10. Mudah terkena infeksi
Dennie-Morgan) Gambar 4. Dermatitis atopi pada anak kecil dengan
likenifikasi fosa antecubiti dan generalisata pruritus
3. Penipisan alis bagian lateral yang parah disertai palk yang ezematous9

(tanda Hertoghe)
4. Kulit kering atau xerotik
5. Pitiriasis alba
6. Keratosis pilaris
7. Muka pucat (paranasal dan
periorbita)
8. Lipatan garis tangan
berlebihan

3. DA pada remaja dan dewasa

Lokasi lesi pada remaja adalah di


lipatan siku/lutut, samping leher, dahi, sekitar
mata. Pada dewasa, distribusi lesi kurang
karakteristik, sering mengenai tangan dan
pergelangan tangan, dapat pula berlokasi
setempat misalnya pada bibir (kering,
pecah,bersisik), vulva, puting susu atau skalp.
Kadang-kadang lesi meluas dan paling parah
Gambar 5. Likenifikasi pada leher dan bahu
di daerah lipatan, mengalami likenifikasi. Lesi pada pasien dermatitis atopi dewasa8
kering, agak menimbul, papul datar cenderung berkonfluens menjadi plak likenifikasi
dan sedikit skuama. Bisa didapati ekskoriasi dan eksudasi akibat garukan dan
akhirnya menjadi hiperpigmentasi. Pruritus adalah gejala subjektif yang paling

11
Dermatitis Atopik pada Anak

dominan dan terutama dirasakan pada malam hari. Bagaimana mekanisme timbulnya
pruritus masih belum jelas.5

Komplikasi

a. Neurodermatitis

Gatal berkepanjangan dan menggaruk dapat meningkatkan intensitas gatal, mungkin


menyebabkan neurodermatitis (lichen simpleks kronik). Neurodermatitis adalah suatu
kondisi di mana suatu daerah kulit yang sering tergores menjadi tebal dan kasar.
Patches tersebut dapat menjadi mentah, merah atau lebih gelap dari sisa kulit sebenar.
Menggaruk terus-menerus juga dapat menyebabkan luka permanen atau perubahan
warna kulit.2

b. Infeksi kulit

Kadang-kadang, menggaruk dapat menembus kulit sehingga menyebabkan luka


terbuka dan bisa terinfeksi, proses ini disebut impetiginization. Suatu bentuk ringan
dari infeksi impetigo, biasanya karena infeksi stafilokokus.4

c. Komplikasi mata

Dermatitis atopik kronis juga dapat menyebabkan komplikasi mata, yang dapat
menyebabkan kerusakan mata permanen. Ketika komplikasi ini terjadi, gatal-gatal di
sekitar kelopak mata menjadi berat. Tanda dan gejala dari komplikasi mata juga
mencakup mata berair dan peradangan pada kelopak mata (blepharitis) dan lapisan
kelopak mata (conjunctivitis).6

Pencegahan

Berbagai faktor dapat menjadi pencetus DA dan tidak sama untuk setiap individu,
karena itu perlu diidentifikasi dan dieliminasi berbagai faktor tersebut.1,3

a. Menghindarkan pemakaian bahan-bahan iritan (deterjen, alkohol, astringen,


pemutih, dll)
b. Menghindarkan suhu yang terlalu panas dan dingin, kelembaban tinggi.
c. Menghindarkan aktifitas yang akan mengeluarkan banyak keringat.
d. Menghindarkan makanan-makanan yang dicurigai dapat mencetuskan DA.
b. Melakukan hal-hal yang dapat mengurangi jumlah TDR/agen infeksi, seperti
menghindari penggunaan kapuk/karpet/mainan berbulu.

12
Dermatitis Atopik pada Anak

a. Menghindarkan stres emosi.


b. Mengobati rasa gatal/ menghindari trauma garukan.

Penatalaksanaan

1. Pengobatan Topikal
a. Hidrasi kulit

Dengan melembabkan kulit, diharapkan sawar kulit menjadi lebih baik dan penderita
tidak menggaruk dan lebih impermeabel terhadap mikroorganisme/bahan iritan.
Berbagai jenis pelembab dapat dipakai antara lain krim hidrofilik urea 10%, pelembab
yang mengandung asam laktat dengan konsentrasi kurang dari 5%. Pemakaian
pelembab beberapa kali sehari, setelah mandi.9

b. Kortikosteroid topical

Walau steroid topikal sering diberi pada pengobatan DA, tetapi harus berhati-hati
karena efek sampingnya yang cukup banyak. Kortikosteroid potensi rendah diberi
pada bayi, daerah intertriginosa dan daerah genitalia. Kortikosteroid potensi
menengah dapat diberi pada anak dan dewasa. Bila aktifitas penyakit telah terkontrol.
Kortikosteroid diaplikasikan intermiten, umumnya dua kali seminggu.5

2. Pengobatan Sistemik5-8
a. Kortikosteroid: hanya digunakan untuk mengendalikan eksaserbasi akut dalam
jangka pendek dan dosis rendah diberikan berselang seling atau dosis diturunkan
secara bertahap, kemudian diganti dengan pemberian kortikosteroid topikal.
b. Antihistamin: untuk mengurangi rasa gatal yang hebat terutama malam hari,
sehingga menggangu tidur.
c. Anti-infeksi: bagi yang belum resisten dapat diberikan eritromisis, asitromisin,
atau klaritromisin, sedang yang telah resisten dapat diberikan
dikloksasin,oksasilin, atau generasi pertama sefalosporin.
d. Interferon: menekan respon IgE dan menurunkan fungsi dan proliferasi sel
TH2.
e. Siklosporin: untuk DA yang sulit diatasi dengan pengobatan konvensional
dapat diberikan pengobatan dengan siklosporin dalam jangka pendek.
f. Terapi sinar: dapat digunakan PUVA untuk DA yang berat dan luas. Terapi
UVB atau Goeckerman dengan UVB dan ter juga efektif.

Pencegahan8-10

13
Dermatitis Atopik pada Anak

a. Menghindari bahan iritan : bahan seperti sabun, detergen, bahan kimiawi


karena penderita DA mempunyai nilai ambang rendah dalam merespon
berbagai iritan.
b. Mengeliminasi alergen yang telah terbukti : pemicu kekambuhan yang telah
terbukti misal makanan, debu rumah, bulu binatang dan sebagainya harus
disingkirkan.
c. Mengurangi stress : stress pada penderita DA merupakan pemicu kekambuhan,
bukan sebagai penyebab.
d. Pemberian pelembab kulit dan menghilangkan pengeringan kulit : pemakaian
pelembab dapat mempebaiki barier stratum korneum.

Prognosis

Prognosis DA lebih buruk bila ke dua orang tuanya menderita menderita DA.
Ada kecenderungan perbaikan spontan pada masa anak dan sering ada yag kambuh
pada masa remaja. Sebagian kasus menetap pada usia di atas 30 tahun. Faktor yang
berhubungan dengan prognosis kurang baik apabila DA luas pada anak, menderita
rinitis alergi dan asma bronkial, riwayat DA pada orang tua atau saudara kandung,
awitan pada usia muda dan kadar IgE serum sangat tinggi.4,6

Kesimpulan

Dermatitis atopik ialah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai
gatal, yang berhubungan dengan individu yang mempunyai riwayat kepekaan dalam
keluarganya, misalnya: asma bronchial, rinitis alergik, konjungtivitis alergik dan
dermatitis atopik. Penyebabnya ialah ditemukan riwayat stigmata atopi (herediter)
berupa asma bronchial, rinitis alergik, dermatitis atopic dalam keluarganya,
peningkatan jumlah IgE dalam serum, penurunan Imunitas seluler dan respons
terhadap reaksi hipersensitivitas tipe lambat, sehingga berakibat meningkatnya
kerawanan terhadap infeksi virus, bakteri, dan jamur, alergi terhadap berbagai alergen,
kelembaban rendah, keringat berlebihan, dan bahan iritan, faktor psikologik.

Daftar Pustaka

14
Dermatitis Atopik pada Anak

1. Alimul A. Diagnosa fisik pada anak. Edisi ke-2. Jakarta: CV Sagung Seto;
2003.h.71-3.
2. Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci AS. Harrison’s principles of
internal medicine. Eczema, psoriasis, cutaneous infection, acne and other
common skin disorder. Philadelphia, USA: Mc Graw Hill; 2012. p.395-404
3. Brown RG, Burns T. Lecture notes on dermatology. Eczema. London, UK:
Blackwell Scientific Publications; 2006. p.81-92
4. Djuanda A, Kosasih A, Wiryadi BE, Natahusada EC, Effendi EH, Cipto H, et
al. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Dermatitis. Jakarta, Indonesia: Badan
Penerbitan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. hal.129-53
5. Linda P. Understanding skin problems. Amerika sarekat. John wiley & son.
2007. Hal 13-8
6. Thomas P. Skin disease. Britain. Saunders. 2011. Hal 51-4
7. Brian J. Sauers manual of skin disease. Philadelphia. Lippincot William &
Wilkins. 2010. Hal 5-12

8. Isselbacher, Braunwald, Wilson, dkk. Harrison prinsip-prinsip ilmu penyakit


dalam. Jakarta: EGC; 2004.h.316-9.
9. Behrman, Kliegman, Arvin. Nelson ilmu kesehatan anak. Edisi ke-15. Jakarta:
Handoko RP. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-6. Jakarta; EGC;
2010.h.122-4
10. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2009.h.111-3.

15

You might also like