Professional Documents
Culture Documents
102015170 / B2
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat Korespondensi: Jalan Terusan Arjuna No. 6, Jakarta Barat 11510
E-mail: dewi.2015fk170@civitas.ukrida.ac.id
Abstrak
Dermatitis adalah penyakit kulit gatal-gatal, kering, dan kemerahan atau sering diesbut
sebagai alergi kulit. Dermatitis atopik umumnya mengenai bayi dan anak-anak, namun
tidak jarang juga dialami oleh orang dewasa. Penderita yang mengalami dermatitis atopik
biasanya memiliki riwayat penyakit asma atau alergi pada kondisi tertentu dalam
keluarganya. Penyakit ini dipengaruhi multifaktorial, seperti faktor genetik, imunologik,
lingkungan, sawar kulit dan farmakologik. Kulit penderita dermatitis atopik umumnya
kering, pucat/redup, kadar lipid di epidermis berkurang, dan kehilangan air lewat
epidermis meningkat, jaritangan teraba dingin. Dermatitis atopik (DA) dikelompokkan
dalam 3 fase yaitu DA infantil (2 bulan – 2 tahun), DA pada anak (2 – 10 tahun), DA pada
anak (2 – 10 tahun) dan DA pada remaja dan dewasa.
Abstract
Dermatitis is a skin disease itching, dryness, and redness or often termed a skin allergy.
Atopic dermatitis typically affects infants and children, but not infrequently experienced
by adults. Patients with atopic dermatitis usually have a history of asthma or allergies to
certain conditions in the family. The disease is influenced by multifactors, such as genetic
factors, immunologic, environmental, and pharmacological skin barrier. Caucasian
patients with atopic dermatitis generally dry, pale / dim, reduced lipid levels in the
epidermis, and increases water loss through the epidermis, finger nails felt cold. Atopic
dermatitis (DA) is grouped into 3 phases: DA Infantile (2 months - 2 years), DA in
children (2-10 years), DA in children (2-10 years) and DA in adolescents and adults.
Pendahuluan
2
Dermatitis Atopik pada Anak
Anamnesis
Anamnesis merupakan deskripsi pasien tentang penyakit atau keluhannya,
termasuk alasan berobat. Perpaduan keahlian mewawancarai dan pengetahuan yang
mendalam tentang gejala (symptom) dan tanda (sign) dari suatu penyakit akan
memberikan hasil yang memuaskan dalam menentukan diagnosis kemungkinan
sehingga dapat membantu menentukan langkah pemeriksaan selanjutnya, termasuk
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.1
Dari hasil anamnesa yang dilakukan, kita bisa mendapatkan hasil bahwa
pasien laki-laki breusia 10 tahun mengeluhkan gatal pada badan serta lipatan kedua
tungkai atas dan bawah sejak 2 minggu yang lalu dan kulit terlihat sangat kering. Dari
anamnesa diketahui bahwa kelainan sudah timbul sejak bayi.
Pemeriksaan Fisik
Dari pemeriksaan umum dan fisik sering didapat keterangan – keterangan yang
menuju ke arah tertentu dalam usaha membuat diagnosis. Pemeriksaan fisik
dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik dermatitis atopik dilakukan pemeriksaan
kulit yang dibagi menjadi dua berdasarkan :1-3
1. Lokalisasi:
a. Bayi : kedua pipi, kepala, badan, serta ekstremitas terutama bagian
ekstensor.
b. Anak : tengkuk, lipat siku, lipat lutut, leher, pergelangan tangan serta
bagian flexor.
c. Dewasa : tengkuk, lipat lutut, lipat siku, leher dan dapat mengenai kelopak
mata.
2. Effloresensi dan sifatnya:
a. Bayi : eritema berbatas tegas, papupa dan vesikula milier drisertai erosi dan
eksudasi serta krusta
b. Anak ; papula-paula millier, likenifikasi, sedikit skuama, kulit kering dan
tidak eksudatif
c. Dewasa : biasanya hiperpigmentasi, kering dan terdapat likenifikasi
Pada pemeriksaan fisik pasien didapat adalah terdapat bercak dan beruntus yang
terasa gatal pada badan, kedua tungkai atas dan bawah serta kulit tampak bersisik
kemerahan dan kering.
3
Dermatitis Atopik pada Anak
Pemeriksaan Penunjang2-5
a. IgE serum
IgE serum dapat diperiksa dengan metode ELISA. Ditemukan 80% pada penderita
dermatitis atopik menunjukkan peningkatan kadar IgE dalam serum terutama bila
disertai gejala atopi ( alergi ).
b. Eosinofil
c. Sel T
Limfosit T di daerah tepi pada penderita dermatitis atopik mempunyai jumlah absolut
yang normal atau berkurang. Dapat diperiksa dengan pemeriksaan imunofluouresensi
terlihat aktifitas sel T-helper menyebabkan pelepasan sitokin yang berperan pada
patogenesis dermatitis atopik.
d. Dermatografisme Putih
Penggoresan pada kulit normal akan menimbulkan 3 respon, yakni : akan tampak
garis merah di lokasi penggoresan selama 15 menit, selanjutnya mennyebar ke daerah
sekitar, kemudian timbul edema setelah beberapa menit. Namun, pada penderita
atopik bereaksi lain, garis merah tidak disusul warna kemerahan, tetapi timbul
kepucatan dan tidak timbul edema.
d. Percobaan Asetilkolin
e. Percobaan Histamin
4
Dermatitis Atopik pada Anak
Jika histamin fosfat disuntikkan pada lesi penderita Dermatitis Atopik. Eritema akan
berkurang, jika disuntikkan parenteral, tampak eritema bertambah pada kulit yang
normal.
Diagnosis Banding
1. Dermatitis seboroik
Merupakam penyakit inflamasi kulit kronis dengan predileksi untuk area yang
disuplai dengan baik oleh kelenjar sebasea. Ditandai ruam merah yang bersisik
dengan rasa gatal ringan. Biasanya sering ditemukan pada masa kanak-kanank
sebagaimana ketombe pada anak yang lebih besar. Dermatosis seboroik timbul berupa
krusta tebal berwarna cokelat terang melapisi kulit kepala dan sulit dilepaskan.
Beberapa anak mengalami reaksi peradangan kulit yang lebih luas terutama mengenai
daerah pangkal paha , aksila dan leher. Meski kulit terlihat sangat merah dan
mengalami meserasi dengan sisik berminyak, sisik tersebut bukan iritan dan biasanya
keadaan ini akan membaik dalam beberapa minggu. Dapat terjadi infeksi sekunder
oleh bakteri atau Candida.4
Dermatosis seboroik terdiri dari dua bentuk yaitu bentuk berminyak tampak
basah dengan serpihan pucat, kulit tampak
keabu-abuan, dengan atau tanpa
pengelupasan (seperti ketombe0 dan agak
eritema; pustula kecil atau papulopustula.
Bentuk lainnya kering terdiri dari
deskuamasi pada kepala (ketombe).
Bentuk gabungan keduanya biasanya
asimptomatik dan jika terdapat
Gambar 1. Dermatitis Seboroik3
pengelupasan seringkali disertai dengan
pruritus.6
2. Dermatitis Kontak
5
Dermatitis Atopik pada Anak
Dermatitis kontak adalah respon peradangan kulit akut atau kronik terhadap paparan
bahan iritan eksternal yang mengenai kulit. Dermatitis kontak terbagi 2 yaitu
dermatitis kontak iritan (mekanisme non imunologik) da dermatitis kontak alergik
(mekanisme imunologik spesifik).3
Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang
disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik. Bahan iritan
merusak lapisan tanduk, dalam beberapa menit atau beberapa jam bahan-bahan iritan
tersebut akan berdifusi melalui membran untuk merusak lisosom, mitokondria dan
komponen-komponen inti sel. Dengan rusaknya membran lipid keratinosit maka
fosfolipase akan diaktifkan dan membebaskan asam arakidonik akan
membebaskan prostaglandin dan leukotrin yang akan menyebabkan dilatasi pembuluh
darah dan transudasi dari faktor sirkulasi dari komplemen dan system kinin.7
1) Iritan kuat akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada
hampir semua orang.
2) Iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami
kontak berulang-ulang. Faktor kontribusi, misalnya kelembaban udara,
tekanan, gesekan dan oklusi, mempunyai andil pada terjadinya kerusakan
tersebut.
b. Dermatitis Kontak Alergi
6
Dermatitis Atopik pada Anak
yang diperantai oleh sel (ceel mediated immune respons) atau reaksi imunologik tipe
IV, suatu hipersensitivitas tipe lambat. Gejala dengan mengeluh gatal dimulai dengan
eritematosa yang berbatas jelas kemudian diikuti papulovesikel, vesikel atau bula.
Jika vesikel atau bula pecah menimbulkan erosidan eksudasi (basah). Lokasinya biasa
di kelopak mata, skrotum, penis, dilaukan uji tempel.3,6
3. Dermatitis Numularis
Diagnosis Kerja
Berdasarkan gejala-gejala yang timbul dapat diduga kalau pasien anak laki-
laki tersebut menderita Dermatitis Atopik. Dermatitis Atopik merupakan
keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal yang umumnya sering
terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan IgE
dalam serum dan riwayat atopi keluarga atau penderita.6
Epidemiologi
Sejak 1960, telah terjadi lebih besar dari kenaikan tiga kali lipat pada
prevalensi dermatitis atopic (DA). Sesungguhnya, perkiraan terbaru menunjukkan
bahwa dermatitis atopik merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di
seluruh dunia, dengan prevalensi pada anak 10-20% di Amerika, Eropa Selatan dan
7
Dermatitis Atopik pada Anak
Etiopatogenesis
1. Faktor Genetik
Dermatitis atopik secara familial ditransmisikan dengan pengaruh maternal yang kuat.
Layar genom keluarga dengan dermatitis atopik telah melibatkan regio kromosom
yang overlap dengan penyakit kulit inflamasi lainnya seperti psoriasis. Bersama
dengan studi gen kandidat, hal ini telah memberikan wawasan yang menarik ke dalam
patogenesis dermatitis atopik. Meskipun banyak gen yang mungkin terlibat dalam
perkembangan dermatitis atopik, telah dermatitis atopik bagian tertentu yang menjadi
perhatian dalam peran potensial barier kulit/gen diferensiasi epidermal dan respon
imun/pertahanan gen host.6,8
Salah satu faktor yang berperan pada DA adalah faktor imunologik. Di dalam
kompartemen dermo-epidermal dapat berlangsung respon imun yang melibatkan sel
Langerhans (SL) epidermis, limfosit, eosinofil dan sel mast. Lesi kronik berhubungan
dengan hiperplasia epidermis. IFN dan GM-CSF mampu menginduksi sel basal untuk
8
Dermatitis Atopik pada Anak
3. Respons sistemik
Perubahan sistemik pada DA dapat berupa, sintesis IgE meningkat, IgE spesifik
terhadap alergen ganda meningkat, ekspresi CD23 pada sel B dan monosit
meningkat, respons hipersensitivitas lambat terganggu, eosinofilia, sekresi IL-4, IL-5
dan IL-13 oleh sel TH2 meningkat, sekresi IFN-γ oleh sel TH1 menurun, kadar
reseptor IL-2 yang dapat larut meningkat dan kadar CAMP-
Phosphodiesterase monosit meningkat disertai peningkatan IL-13 dan PGE2.5
4. Sawar kulit
Umumnya penderita DA mengalami kekeringan kulit. Hal ini diduga terjadi akibat
kadar lipid epidermis yang menurun, trans epidermal water
loss meningkat, skincapacitance (kemampuan stratum korneum meningkatkan air)
menurun. Kekeringan kulit ini mengakibatkan ambang rangsang gatal menjadi relatif
rendah dan menimbulkan sensasi untuk menggaruk. Garukan ini menyebabkan
kerusakan sawar kulit sehingga memudahkan mikroorganisme dan bahan
iritan/alergen lain untuk melalui kulit dengan segala akibat-akibatnya.4
5. Faktor lingkungan
Tungau debu rumah (TDR) serta serbuk sari merupakan alergen hirup yang
berkaitan erat dengan asma bronkiale pada atopi dapat menjadi faktor pencetus DA.
95% penderita DA mempunyai IgE spesifik terhadap TDR. Derajat sensitisasi
terhadap aeroalergen berhubungan langsung dengan tingkat keparahan DA.7
Suhu dan kelembaban udara juga merupakan faktor pencetus DA, suhu udara
yang terlampau panas/dingin, keringat dan perubahan udara tiba-tiba dapat menjadi
masalah bagi penderita DA. 6
9
Dermatitis Atopik pada Anak
Gejala klinis
10
Dermatitis Atopik pada Anak
(tanda Hertoghe)
4. Kulit kering atau xerotik
5. Pitiriasis alba
6. Keratosis pilaris
7. Muka pucat (paranasal dan
periorbita)
8. Lipatan garis tangan
berlebihan
11
Dermatitis Atopik pada Anak
dominan dan terutama dirasakan pada malam hari. Bagaimana mekanisme timbulnya
pruritus masih belum jelas.5
Komplikasi
a. Neurodermatitis
b. Infeksi kulit
c. Komplikasi mata
Dermatitis atopik kronis juga dapat menyebabkan komplikasi mata, yang dapat
menyebabkan kerusakan mata permanen. Ketika komplikasi ini terjadi, gatal-gatal di
sekitar kelopak mata menjadi berat. Tanda dan gejala dari komplikasi mata juga
mencakup mata berair dan peradangan pada kelopak mata (blepharitis) dan lapisan
kelopak mata (conjunctivitis).6
Pencegahan
Berbagai faktor dapat menjadi pencetus DA dan tidak sama untuk setiap individu,
karena itu perlu diidentifikasi dan dieliminasi berbagai faktor tersebut.1,3
12
Dermatitis Atopik pada Anak
Penatalaksanaan
1. Pengobatan Topikal
a. Hidrasi kulit
Dengan melembabkan kulit, diharapkan sawar kulit menjadi lebih baik dan penderita
tidak menggaruk dan lebih impermeabel terhadap mikroorganisme/bahan iritan.
Berbagai jenis pelembab dapat dipakai antara lain krim hidrofilik urea 10%, pelembab
yang mengandung asam laktat dengan konsentrasi kurang dari 5%. Pemakaian
pelembab beberapa kali sehari, setelah mandi.9
b. Kortikosteroid topical
Walau steroid topikal sering diberi pada pengobatan DA, tetapi harus berhati-hati
karena efek sampingnya yang cukup banyak. Kortikosteroid potensi rendah diberi
pada bayi, daerah intertriginosa dan daerah genitalia. Kortikosteroid potensi
menengah dapat diberi pada anak dan dewasa. Bila aktifitas penyakit telah terkontrol.
Kortikosteroid diaplikasikan intermiten, umumnya dua kali seminggu.5
2. Pengobatan Sistemik5-8
a. Kortikosteroid: hanya digunakan untuk mengendalikan eksaserbasi akut dalam
jangka pendek dan dosis rendah diberikan berselang seling atau dosis diturunkan
secara bertahap, kemudian diganti dengan pemberian kortikosteroid topikal.
b. Antihistamin: untuk mengurangi rasa gatal yang hebat terutama malam hari,
sehingga menggangu tidur.
c. Anti-infeksi: bagi yang belum resisten dapat diberikan eritromisis, asitromisin,
atau klaritromisin, sedang yang telah resisten dapat diberikan
dikloksasin,oksasilin, atau generasi pertama sefalosporin.
d. Interferon: menekan respon IgE dan menurunkan fungsi dan proliferasi sel
TH2.
e. Siklosporin: untuk DA yang sulit diatasi dengan pengobatan konvensional
dapat diberikan pengobatan dengan siklosporin dalam jangka pendek.
f. Terapi sinar: dapat digunakan PUVA untuk DA yang berat dan luas. Terapi
UVB atau Goeckerman dengan UVB dan ter juga efektif.
Pencegahan8-10
13
Dermatitis Atopik pada Anak
Prognosis
Prognosis DA lebih buruk bila ke dua orang tuanya menderita menderita DA.
Ada kecenderungan perbaikan spontan pada masa anak dan sering ada yag kambuh
pada masa remaja. Sebagian kasus menetap pada usia di atas 30 tahun. Faktor yang
berhubungan dengan prognosis kurang baik apabila DA luas pada anak, menderita
rinitis alergi dan asma bronkial, riwayat DA pada orang tua atau saudara kandung,
awitan pada usia muda dan kadar IgE serum sangat tinggi.4,6
Kesimpulan
Dermatitis atopik ialah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai
gatal, yang berhubungan dengan individu yang mempunyai riwayat kepekaan dalam
keluarganya, misalnya: asma bronchial, rinitis alergik, konjungtivitis alergik dan
dermatitis atopik. Penyebabnya ialah ditemukan riwayat stigmata atopi (herediter)
berupa asma bronchial, rinitis alergik, dermatitis atopic dalam keluarganya,
peningkatan jumlah IgE dalam serum, penurunan Imunitas seluler dan respons
terhadap reaksi hipersensitivitas tipe lambat, sehingga berakibat meningkatnya
kerawanan terhadap infeksi virus, bakteri, dan jamur, alergi terhadap berbagai alergen,
kelembaban rendah, keringat berlebihan, dan bahan iritan, faktor psikologik.
Daftar Pustaka
14
Dermatitis Atopik pada Anak
1. Alimul A. Diagnosa fisik pada anak. Edisi ke-2. Jakarta: CV Sagung Seto;
2003.h.71-3.
2. Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci AS. Harrison’s principles of
internal medicine. Eczema, psoriasis, cutaneous infection, acne and other
common skin disorder. Philadelphia, USA: Mc Graw Hill; 2012. p.395-404
3. Brown RG, Burns T. Lecture notes on dermatology. Eczema. London, UK:
Blackwell Scientific Publications; 2006. p.81-92
4. Djuanda A, Kosasih A, Wiryadi BE, Natahusada EC, Effendi EH, Cipto H, et
al. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Dermatitis. Jakarta, Indonesia: Badan
Penerbitan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. hal.129-53
5. Linda P. Understanding skin problems. Amerika sarekat. John wiley & son.
2007. Hal 13-8
6. Thomas P. Skin disease. Britain. Saunders. 2011. Hal 51-4
7. Brian J. Sauers manual of skin disease. Philadelphia. Lippincot William &
Wilkins. 2010. Hal 5-12
15