Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Insiden lebih tinggi pada laki-laki dari pada perempuan. Mortalitas dan
prognosis anak dengan sindrom nefrotik bervariasi berdasarkan etiologi,
berat, luas kerusakan ginjal, usia anak, kondisi yang mendasari, dan
responnya trerhadap pengobatan. Sindrom nefrotik jarang menyerang anak
dibawah usia 1 tahun. Sindrom nefrotik perubahan minimal ( SNPM )
menacakup 60 – 90 % dari semua kasus sindrom nefrotik pada anak. Angka
mortalitas dari SNPM telah menurun dari 50 % menjadi 5 % dengan majunya
terapi dan pemberian steroid. Bayi dengan sindrom nefrotik tipe finlandia
adalah calon untuk nefrektomi bilateral dan transplantasi ginjal.
1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
a. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada penderita
sindrom nefrotik.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengkajian sindrom nefrotik.
b. Menegakkan diagnosa keperawatan dengan sindrom nefrotik.
c. Membuat intervensi keperawatan.
d. Membuat implementasi keperawatan.
e. Membuat evaluasi keperawatan.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
Parenkim ginjal terdiri atas korteks dan medula. Medula terdiri atas
piramid-piramid yang berjumlah kira-kira 8-18 buah, rata-rata 12 buah. Tiap-
tiap piramid dipisahkan oleh kolumna bertini. Dasar piramid ini ditutup oleh
korteks, sedang puncaknya (papilla marginalis) menonjol ke dalam kaliks
minor. Beberapa kaliks minor bersatu menjadi kaliks mayor yang berjumlah
2 atau 3 ditiap ginjal. Kaliks mayor/minor ini bersatu menjadi pelvis renalis
dan di pelvis renalis inilah keluar ureter.
Korteks sendiri terdiri atas glomeruli dan tubuli, sedangkan pada medula
hanya terdapat tubuli. Glomeruli dari tubuli ini akan membentuk Nefron.
3
Satu unit nefron terdiri dari glomerolus, tubulus proksimal, loop of henle,
tubulus distal (kadang-kadang dimasukkan pula duktus koligentes). Tiap
ginjal mempunyai lebih kurang 1,5-2 juta nefron berarti pula lebih kurang
1,5-2 juta glomeruli.
Ginjal berfungsi sebagai salah satu alat ekskresi yang sangat penting
melalui ultrafiltrat yang terbentuk dalam glomerulus. Terbentuknya
ultrafiltrat ini sangat dipengaruhi oleh sirkulasi ginjal yang mendapat darah
20% dari seluruh cardiac output.
1. Faal glomerolus
2. Tubulus
Fungsi utama dari tubulus adalah melakukan reabsorbsi dan sekresi dari
zat-zat yang ada dalam ultrafiltrat yang terbentuk di glomerolus.
a. Tubulus Proksimal
b. Loop of henle
Loop of henle yang terdiri atas decending thick limb, thin limb dan
ascending thick limb itu berfungsi untuk membuat cairan intratubuler
lebih hipotonik.
c. Tubulus distalis
4
Mengatur keseimbangan asam basa dan keseimbangan elektrolit dengan
cara reabsorbsi Na dan H2O dan ekskresi Na, K, Amonium dan ion
hidrogen.
d. Duktus koligentis
2.3 Etiologi
2.4 Patofisiologi
5
hilangnya protein dalam serum akan menstimulasi sintesis lipoprotein di hati
dan terjadi peningkatan konsentrasi lemak dalam darah (hiperlipidemia).
Kelainan yang terjadi pada sindrom nefrotik yang paling utama adalah
proteinuria sedangkan yang lain dianggap sebagai manifestasi sekunder.
Kelainan ini disebabkan oleh karena kenaikan permeabilitas dinding kapiler
glomerulus yang sebabnya belum diketahui yang terkait dengan hilangnya
muatan negative gliko protein dalam dinding kapiler. Pada sindrom nefrotik
keluarnya protein terdiri atas campuran albumin dan protein yang
sebelumnya terjadi filtrasi protein didalam tubulus terlalu banyak akibat dari
kebocoran glomerolus dan akhirnya diekskresikan dalam urin. (Husein A
Latas, 2002 : 383).
Pada sindrom nefrotik protein hilang lebih dari 2 gram perhari yang
terutama terdiri dari albumin yang mengakibatkan hipoalbuminemia, pada
umumnya edema muncul bila kadar albumin serum turun dibawah 2,5
gram/dl. Mekanisme edema belum diketahui secara fisiologi tetapi
kemungkinan edema terjadi karena penurunan tekanan onkotik/ osmotic
intravaskuler yang memungkinkan cairan menembus keruang intertisial, hal
ini disebabkan oleh karena hipoalbuminemia. Keluarnya cairan keruang
intertisial menyebabkan edema yang diakibatkan pergeseran cairan. (Silvia A
Price, 2005).
Akibat dari pergeseran cairan ini volume plasma total dan volume darah
arteri menurun dibandingkan dengan volume sirkulasi efektif, sehingga
mengakibatkan penurunan volume intravaskuler yang mengakibatkan
menurunnya tekanan perfusi ginjal. Hal ini mengaktifkan system rennin
angiotensin yang akan meningkatkan konstriksi pembuluh darah dan juga
akan mengakibatkan rangsangan pada reseptor volume atrium yang akan
merangsang peningkatan aldosteron yang merangsang reabsorbsi natrium
ditubulus distal dan merangsang pelepasan hormone anti diuretic yang
meningkatkan reabsorbsi air dalam duktus kolektifus. Hal ini mengakibatkan
peningkatan volume plasma tetapi karena onkotik plasma berkurang natrium
dan air yang direabsorbsi akan memperberat edema. (Husein A Latas, 2002).
6
Stimulasi renis angiotensin, aktivasi aldosteron dan anti diuretic hormone
akan mengaktifasi terjadinya hipertensi. Pada sindrom nefrotik kadar
kolesterol, trigliserid, dan lipoprotein serum meningkat yang disebabkan oleh
hipoproteinemia yang merangsang sintesis protein menyeluruh dalam hati,
dan terjadinya katabolisme lemak yang menurun karena penurunan kadar
lipoprotein lipase plasma. Hal ini dapat menyebabkan arteriosclerosis.
(Husein A Latas, 2002).
Sindrom nefrotik dapat terjadi dihampir setiap penyakit renal intrinsik atau
sistemik yang mempengaruhi glomerulus. Meskipun secara umum penyakit
ini dianggap menyerang anak-anak, namun sindrom nefrotik juga terjadi pada
orang dewasa termasuk lansia. Respon perubahan patologis pada glomerulus
secara fungsional akan memberikan berbagai masalah keperawatan pada
pasien yang mengalami glomerulus progresif cepat.
7
2.5 Klasifikasi
8
salah satu jenis sindrom nefrotik yang ditemukan sejak anak itu lahir atau
usia di bawah 1 tahun. Kelainan histopatologik glomerulus pada sindrom
nefrotik primer dikelompokkan menurut rekomendasi dari ISKDC
(International Study of Kidney Disease in Children). Kelainan glomerulus
ini sebagian besar ditegakkan melalui pemeriksaan mikroskop cahaya, dan
apabila diperlukan, disempurnakan dengan pemeriksaan mikroskop
elektron dan imunofluoresensi. Tabel di bawah ini menggambarkan
klasifikasi histopatologik sindrom nefrotik pada anak berdasarkan
istilah dan terminologi menurut rekomendasi ISKDC (International Study
of Kidney Diseases in Children) .
9
Membranoproliferatif
d. Nefropati membranosa
e. Glomerulonefritis kronik
Timbul sebagai akibat dari suatu penyakit sistemik atau sebagai akibat dari
berbagai sebab yang nyata seperti misalnya efek samping obat.
4. Hematuri
6. Malaise
7. Sakit kepala
8. Mual, anoreksia
10
9. Irritabilitas
10. Keletihan
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan sampel urin
b. Pemeriksaan darah
Hipoalbuminemia dimana kadar albumin kurang dari 30 gram/liter.
Hiperkolesterolemia (kadar kolesterol darah meningkat), khususnya
peningkatan Low Density Lipoprotein (LDL), yang secara umum
bersamaan dengan peningkatan VLDL.
Pemeriksaan elektrolit, ureum dan kreatinin, yang berguna untuk
mengetahui fungsi ginjal.
2. Pemeriksaan lain
2.8 Komplikasi
11
4. Edema pulmonal, akibat kebocoran cairan, kadang-kadang masuk kedalam
paru-paru yang menyebabkan hipoksia dan dispnea.
A. Suportif
1. Menjaga pasien dalam keadaan tirah baring
B. Tindakan khusus
1. Pemberian diuretik (Furosemid IV).
2. Pemberian imunosupresi untuk mengatasi glomerulonefritis (steroids,
cyclosporin)
3. Pembatasan glukosa darah, apabila diabetes mellitus
4. Pemberian albumin-rendah garam bila diperlukan
5. Pemberian ACE inhibitor: untuk menurunkan tekanan darah.
6. Diet tinggi protein; cegah makanan tinggi garam
7. Antibiotik profilaktik spektrum luas untuk menurunkan resiko infeksi
sampai anak mendapat pengurangan dosis steroid secara bertahap
8. Irigasi mata/krim oftalmik untuk mengatasi iritasi mata pada edema
yang berat.
12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
FORMAT PENGKAJIAN
Nomor RM :81-84-23
I. Biodata
A. Identitas Klien
13
II. Status Kesehatan
14
berumur ± 5 tahun, badan anaknya
bengkak secara tiba-tiba.
“ GENOGRAM 3 GENERASI”
A B
C D
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
15
D : Saudara dari ibu klien
E : Saudara klien
A. Keadaan Klien
Ekspresi Wajah :Tampak lesu, anak tidak menangis atau menolak saat
didekati oleh perawat dan dokter.
GCS : E : 4 M : 6 V :5
Kebersihan : Baik
BB : 30 kg
TB : 120 cm
LD : 77 cm
Perkembangan
tiap tahap :
Berbalik : 4 bulan
B. Tanda-tanda Vital
Nadi : 112x/menit
Suhu : 36,7 c
16
Respirasi : 44 x/menit
1. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala : normocochepal,jenis rambut : bergelombang,
penyebaran rambut : merata, kebersihan rambut : bersih.
Palpasi : Tidak terdapat benjolan dan tidak terdapat nyeri tekan.
2. Wajah
Inspeksi : Bentuk wajah: simetris, warna kulit : merata, ekspresi wajah
:klien tampak meringis
Palpasi :Edema Periorbital.
3. Mata
Inspeksi : Mata terdapat edema pada palpebral, konjungtiva tidak
hipersormi, sclera tidak ikteru, reflex pupil +/+, gerak bola mata simetris,
fungsi penglihatan baik, posisi mata simetris kiri dan kanan.
4. Hidung
Inspeksi : Hidung simetris dengan sumbu badan, tidak terdapat
secret,polip, dan lesi, fungsi penciuman baik.
Palapsi : Tidak terdapat benjolan, tidak terdapat nyeri tekan.
5. Telinga
Inspeksi : Bentuk telinga simetris kiri dan kanan, tidak terdapat
pengeluaran cairan, tidak terdapat serumen, fungsi pendengaran baik, tidak
terdapat lesi.
Palpasi : Tidak terdapat benjolan, tidak terdapat nyeri tekan pada daerah
martrid.
6. Mulut dan Gigi
Inspeksi : Mukosa bibir lembab dan tidak pucat, tidak terdapat caries
gigi,tidak terdapat stomatitis, jumah gigi lengkap, kebersihan gigi dan
lidah baik.
Palpasi : Tidak terdapat benjolan dan tidak terdapat nyeri tekan.
7. Leher
Inspeksi : Simetris dengan sumbu tubuh , mobilitas leher baik, tidak ada
lesi, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Palpasi : Tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan.
8. Dada
Respirasi
9. Inspeksi : Bentuk dada normochest, pengenbangan dada seirama kiri dan
kanan. R :44x/menit.
17
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
10. Kardiovaskular
Inspeksi : Tidak menggunakan benda asing, ictus cordis terdengar.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
Perkusi : Batas jantung : Atas : ICS II (Linea Para Sternalis Dextra)
Bawah : ICS IV (Linea Para Strenalis Dextra)
Kanan : ICS (Linea Para Strenais Dextra)
Kiri : ICS IV (Linea Medio Clavicuaris Sinistra)
Auskultasi : Bunyi jantung teratur, tidak ditemukan bunyi tambahan.
11. Abdomen
Inspeksi : Bentuk cembung, edema,.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
12. Genetalia
Inspeksi : Keadaan bersih.
13. Anus
Inspeksi :Keadaan bersih, tidak terdapat hemoroid
14. Ekstermitas
Atas
Inspeksi : Jari tangan lengkap, , turgor kulit elastis.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
15. Kekuatan otot
5 5
i. Ka Ki
Bawah
Inspeksi : Jari kaki lengkap, tidak terdapat lesi.
Palpasi : Pitting edema grade II, tidak terdapat nyeri tekan.
Perkusi : Refleks patella baik.
Kekuatan otot :
Ka Ki
55
18
V. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Lab
19
penurunan)
Ureum 20-40 mg 31mg/dl Normal
b. Pemeriksaan lainnya
c. Pemeriksaan Urin
20
Porsi makan Dihabiskan Tidak
Dihabiskan
Frekuensi 3 x sehari 3 x sehari
Nafsu Makan Kurang Berkurang
Ada Keluhan Tidak nafsu Tidak nafsu
makan makan
2 Cairan
A. Minuman
Jenis Minuman Air putih Air putih
Frekuensi 5 gelas/hari 5 gelas/hari
3 Eleminasi
A. BAK
Frekuensi Sedikit-sedikit tapi ±5-6 x sehari
sering
Warna Kuning Kuning
Bau Amoniak Amoniak
Ada Keluhan Urin berwarna Urin berwarna
merah tua dan merah tua dan
sedikit sedikit
B. BAB
Frekuensi 1 x sehari 1x sehari
Warna Kuning Kuning
Bau Amoniak Amoniak
Ada Keluhan - -
5 Personal Hygiene
Mandi 3 x sehari 1 x sehari
Gosok Gigi 3 x sehari 2 x sehari
Rambut/Keramas 1 x sehari 1 x sehari
21
VII. Penatalaksanaan
1. Keperawatan
a. Mengobservasi TTV / mengontrol keadaan umum klien
b. Menganjurkan klien untuk banyak beristirahat
c. Menganjurkan klien untuk meminum obat secara rutin
2. Pengobatan / Terapi
a. Furosemid 2 x 30 gr oral
b. Prednison 2 x 30 gr oral
22
KLASIFIKASI DATA
A. Data Subjektif
1. Ibu klien mengatakan 5 hari sebelum masuk Rumah Sakit saat bangun tidur
pagi hari mata anaknya sembab, namun sembab berkurang di sore hari,
sembab juga menyebar dibagian perut dan esoknya pada kedua kaki.
2. Ibu klien mengatakan sejak 4 hari yang lalu BAK klien berwarna merah tua
dan sedikit.
3. Klien mengatakan bengkak di wajah dan mata.
4. Klien mengatakan badannya terasa lemah
5. Kien mengatakan tidak nafsu makan
B. Data Objektif
1. KU = Sedang
2. TTV :
3. Nadi 112x/menit,
4. RR : 44x/menit,
5. Tekanan darah : 130/80mmHg
6. Suhu : 36,7 C
7. Ekspresi wajah : Tampak lesu
8. Terdapat luka borok pada kulit klien pada saat dikaji
9. Porsi makan tidak dihabiskan
10. Kolesterol total 479 gr/dl,
11. Wbc 5.900
12. Protein total 2,4 g/dl,
13. Albumin: 1,0 g/dl,
14. globulin : 1,46 g/dl,
15. Pasien anoreksia (+),
16. Edema priorbita (+),
17. Hipoalbuminemia (+)
18. Pada ektstremitas bawah pitting edema (+) dengan derajat II.
19. Darah (+2),
20. Protein (+3) ,
21. Urobilonogen (+1),
22. Leukosit (+1).
23
ANALISIS DATA
DO : Cairan
1. KU = Sedang intravaskuler
2. TTV : berpindah ke
3. Nadi 112x/menit, intersisisal
4. RR : 44x/menit,
5. Tekanan darah :
130/80mmHg Edema
6. Suhu : 36,7 C
7. BB : 30 kg
8. Ekspresi wajah : Tampak
lesu
9. Edema priorbita (+),
10. Pada ektstremitas bawah
pitting edema (+) dengan
derajat II.
11. Darah (+2),
12. Urobilonogen (+1),
13. Leukosit (+1).
2 DS : Perubahan Ketidakseimbang
1. Klien mengatakan permeabilitas an nutrisi kurang
badannya terasa lemah glomerulus dari kebutuhan
24
2. Klien mengatakan tidak tubuh.
nafsu makan
DO : Protein terfiltrasi
1. KU = Sedang bersama urine
2. TTV : (proteinuria)
3. Nadi 112x/menit,
4. RR : 44x/menit,
5. Tekanan darah : Hilangnya protein
130/80mmHg plasma
6. Suhu : 36,7 C
7. BB :30 kg
8. Pasien anoreksia (+) Hipoalbuminemia
9. Porsi makan tidak
dihabiskan
10. Kolesterol total 479 gr/dl Tekanan osmotic
11. Protein total 2,4 g/dl, plasma
12. Albumin: 1,0 g/dl,
13. Globulin : 1,46 g/dl,
14. Hipoalbuminemia (+) Cairan
15. Protein (+3) intravaskuler
berpindah ke
intersisisal
Edema
Peritoneal
Asites
Menekan gaster
Persepsi kenyang
Anoreksia
3 DS : Perubahan Kerusakan
1. Ibu klien mengatakan 5 permeabilitas integritas kulit
hari sebelum masuk glomerulus
25
Rumah Sakit saat bangun
tidur pagi hari mata
anaknya sembab, namun Protein terfiltrasi
sembab berkurang di sore bersama urine
hari, sembab juga (proteinuria)
menyebar dibagian perut
dan esoknya pada kedua
kaki. Hilangnya protein
plasma
2. Klien mengatakan sejak
4 hari yang lalu BAK
klien berwarna merah tua Hipoalbuminemia
dan sedikit.
DO : Cairan
1. Terdapat luka borok pada intravaskuler
kulit klien pada saat berpindah ke
dikaji intersisisal
2. Edema priorbita (+)
3. Pada ektstremitas bawah
pitting edema (+) dengan Edema
derajat II
26
PRIORITAS MASALAH
DIAGNOSA KEPERAWATAN
27
INTERVENSI
28
5) Tekanan darah Nadi : 80- d dan
:130/80mmHg 90 x/ furosemide 7. Untuk
6) Suhu : 36,7 C menit sesuai menurunkan
7) BB =30 kg Suhu : 36,7 ketentuan. ekskresi
8) Ekspresi wajah c 8. Berikan proteinuria
:Tampak lesu 4. Pasien diuretik bila
9) Edema priorbita tidak diinstruksik 8. Untuk
(+) menunjuka an. memberikan
10) Pada n tanda- penghilangan
ektstremitas bawah tanda sementara
pitting edema (+) akumulasi dari edema.
dengan derajat II. cairan.
11) Darah (+2), 5. Pasien
12) Urobilonogen mendapatk
(+1), an volume
13) Leukosit (+1) cairan
yang tepat.
6. Penurunan
edema,
ascites
7. Kadar
protein
darah
meningkat
8. Output
urine
adekuat
600 – 700
ml/hari
2. Ketidakseimbangan Setelah 1. Catat intake 1. Monitoring
nutrisi kurang dari dilakukan dan output asupan
kebutuhan tubuh b.d tindakan makanan nutrisi bagi
Anoreksia yang ditandai keperawatan secara tubuh
dengan dalam waktu 2x akurat 2. Gangguan
DS : 24 jam 2. Kaji adanya nuirisi dapat
1) Klien mengatakan diharapkan anoreksia, terjadi
badannya terasa kebutuhan nutrisi hipoprotein secara
lemah dapat terpenuhi emia, diare. perlahan.
2) Klien mengatakan dengan 3. Pastikan Diare
tidak nafsu Kriteria hasil : anak sebagai
makan 1. Klien mendapat reaksi
DO : mengataka makanan edema
1) KU = Sedang n badannya dengan diet intestinal,
2) TTV : tidak lemas yang cukup. Mencegah
3) Nadi 112x/menit, 2. Klien 4. Beri diet status nutrisi
4) RR : 44x/menit, mengataka yang menjadi
29
5) Tekanan darah : n nafsu bergizi lebih buruk.
130/80mmHg makan 5. Batasi 3. Membantu
6) Suhu : 36,7 C 3. Napsu natrium pemenuhan
7) BB :30 kg makan baik selama nutrisi anak
8) Pasien anoreksia 4. Tidak edema dan dan
(+) terjadi terapi meningkatka
9) Kolesterol total hipoportein kortikostero n daya tahan
479 gr/dl emia id tubuh anak
10) Protein total 2,4 5. Porsi 6. Beri 4. Asupan
g/dl, makan lingkungan natrium
11) Albumin: 1,0 yang yang dapat
g/dl, dihidangka menyenang memperbera
12) Globulin : 1,46 n kan, bersih, t edema usus
g/dl, dihabiskan dan rileks yang
13) Hipoalbuminemia 6. Edema dan pada saat menyebabka
(+) ascites makan n hilangnya
14) Protein (+3) tidak ada. 7. Beri nafsu makan
makanan anak
dalam porsi 5. Agar anak
sedikit pada lebih
awalnya mungkin
dan Beri untuk
makanan makan
dengan cara 6. Untuk
yang merangsang
menarik nafsu makan
8. Beri anak
makanan 7. Untuk
spesial dan mendorong
disukai agar anak
anak mau makan
8. Untuk
menrangsan
g nafsu
makan anak
3. Kerusakan integritas kulit Setelah 1. Berikan 1. Memberikan
b.d Edema yang ditandai dilakukan perawatan kenyamanan
dengan tindakan kulit pada anak
DS : keperawatan 2. Hindari dan
selama 2x 24 jam pakaian mencegah
1. Ibu klien diharapkan ketat kerusakan
mengatakan 5 hari kerusakan 3. Bersihkan kulit
sebelum masuk integritas kulit dan bedaki 2. Dapat
Rumah Sakit saat dapat teratasi permukaan mengakibatk
bangun tidur pagi dengan kulit an area yang
hari mata anaknya 1. Kriteria beberapa menonjol
30
sembab, namun hasil : kali sehari tertekan
sembab berkurang di Klien 4. Ubah posisi 3. Untuk
sore hari, sembab menunjukka dengan mencegah
juga menyebar n perilaku sering ; terjadinya
dibagian perut dan untuk pertahankan iritasi pada
esoknya pada kedua mencegah kesejajaran kulit karena
kaki. kerusakan tubuh gesekan
kulit. dengan baik dengan alat
2. Klien mengatakan 2. Turgor kulit 5. Gunakan tenun
bengkak di wajah bagus penghilang 4. Karena anak
dan mata 3. Borok tidak tekanan dengan
ada atau matras edema
DO : 4. Edema tidak atau tempat massif
1. Terdapat luka borok ada. tidur selalu
pada kulit klien pada penurun letargis,
saat dikaji tekanan mudah lelah
2. Edema priorbita (+) sesuai dan diam
3. Pada ektstremitas kebutuhan saja
bawah pitting edema 5. Untuk
(+) dengan derajat II mencegah
terjadinya
ulkus
31
IMPLEMENTASI
32
serta pantau
edema sekitar
mata.
5. Atur masukan
cairan dengan
cermat.
6. Pantau infus intra
vena
7. Kolaborasi :
Berikan
kortikosteroid dan
furosemide sesuai
ketentuan.
8. Berikan diuretik
bila
diinstruksikan.
8/11/2017 2 13.30 1. Mencatat intake dan 8/11/2017
output makanan secara
akurat S : Klien mengatakan
Hasil : badannya tidak lemas
Intake makanan dan lagi.
output makanan Klien mengatakan nafsu
seimbang. makannya membaik.
2. Mengkaji adanya
anoreksia, O:
hipoproteinemia, diare. KU = Sedang
Hasil : TD : 130/80 mmHg
Anoreksia (+) RR : 30 x / menit
Hipoproteinemia (+) Nadi : 100 x / menit
Diare (-) S : 36,5 c
3. Memastikan anak BB : 30 kg
mendapat makanan
Anoreksia (+)
dengan diet yang cukup.
Hipoproteinemia (+)
Hasil :
Diare (-)
Klien mendapatkan
makanan dengan diet Porsi makan
yang cukup. dihabiskan.
4. Memberikan diet yang
bergizi A : Tujuan tercapai
Hasil : sebagian.
Klien mendapatkan
makanan yang bergizi P : Pertahankan
dan diet yang cukup. intervensi :
Klien mengatakan 1. Catat intake dan
badannya tidak emas output makanan
lagi. secara akurat
33
5. Membatasi natrium 2. Kaji adanya
selama edema dan terapi anoreksia,
kortikosteroid hipoproteinemia,
Hasil : diare.
Prednison 2 x 30 mg oral 3. Pastikan anak
6. Memberi lingkungan mendapat
yang menyenangkan, makanan dengan
bersih, dan rileks pada diet yang cukup.
saat makan 4. Beri diet yang
Hasil : Klien mengatakan bergizi
nafsu makannya 5. Batasi natrium
membaik. selama edema dan
7. Memberi makanan dalam terapi
porsi sedikit pada kortikosteroid
awalnya dan beri 6. Beri lingkungan
makanan dengan cara yang
yang menarik menyenangkan
Hasil : bersih, dan rileks
Klien menghabiskan pada saat makan
porsi makanannya. 7. Beri makanan
8. Memberi makanan dalam porsi sedikit
spesial dan disukai anak pada awalnya dan
Hasil : beri makanan
Klien menghabiskan dengan cara yang
porsi makanannya. menarik
8. Beri makanan
spesial dan disukai
anak
34
Kulit klien tidak iritasi
4. Mengubah posisi klien P : Pertahankan intervensi
dengan sering ; Berikan perawatan kulit
pertahankan kesejajaran Hindari pakaian ketat
tubuh dengan baik Bersihkan dan bedaki
Hasil : permukaan kulit beberapa
Klien mengatakan kali sehari
nyaman. Ubah posisi dengan sering
5. Menggunakan ; pertahankan kesejajaran
penghilang tekanan atau tubuh dengan baik
matras atau tempat tidur Gunakan penghilang
penurun tekanan sesuai tekanan atau matras atau
kebutuhan tempat tidur penurun
Hasil : tekanan sesuai kebutuhan
Klien mengatakan
nyaman
Klien terhindar dari ulkus
C. Pencegahan
Primer :
Sekunder :
Tersier :
1. Etik
35
Kesepakatan tentang praktik moral, keyakinan, sistem nilai, standar
perilaku individu dan atau kelompok tentang penilaian terhadap apa yang
benar dan apa yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk, apa yang
merupakan kebajikan dan apa yang merupakan kejahatan, apa yang
dikendaki dan apa yang ditolak.
a. Etika Keperawatan
Kesepakatan/peraturan tentang penerapan nilai moral dan keputusan-
keputusan yang ditetapkan untuk profesi keperawatan (Wikipedia, 2008).
b. Prinsip Etik
1) Respect (Hak untuk dihormati)
Perawat harus menghargai hak-hak pasien/klien
2) Autonomy (hak pasien memilih)
Hak pasien untuk memilih treatment terbaik untuk dirinya
3) Beneficence (Bertindak untuk keuntungan orang lain/pasien)
Kewajiban untuk melakukan hal tidak membahayakan pasien/ orang
lain dan secara aktif berkontribusi bagi kesehatan dan kesejahteraan
pasiennya
4) Non-Maleficence (utamakan-tidak mencederai orang lain)
Kewajiban perawat untuk tidak dengan sengaja menimbulkan kerugian
atau cidera
Prinsip :
Jangan membunuh, menghilangkan nyawa orang lain, jangan
menyebabkan nyeri atau penderitaan pada orang lain, jangan membuat
orang lain berdaya dan melukai perasaaan orang lain.
5) Confidentiality (hak kerahasiaan)
Menghargai kerahasiaan terhadap semua informasi tentang pasien/klien
yang dipercayakan pasien kepada perawat.
6) Justice (keadilan)
Kewajiban untuk berlaku adil kepada semua orang. Perkataan adil
sendiri berarti tidak memihak atau tidak berat sebelah.
7) Fidelity (loyalty/ketaatan)
Kewajiban untuk setia terhadap kesepakatan dan bertanggungjawab
terhadap kesepakatan yang telah diambil.
Masing-masing profesi memiliki aturan tersendiri yang berlaku.
Memiliki keterbatasan peran dan berpraktik dengan menurut aturan
yang disepakati.
8) Veracity (Truthfullness & honesty)
36
Kewajiban untuk mengatakan kebenaran.
Terkait erat dengan prinsip otonomi, khususnya terkait informed-
consent.
Prinsip veracity mengikat pasien dan perawat untuk selalu
mengatakan kebenaran.
Tercantum dalam:
3. Moral
37
DAFTAR PUSTAKA
http://13642.blogspot.co.id/2014/12/asuhan-keperawatan-sindrom-nefrotik.html
http://www.asuhanperawat.com/2013/02/askep-sindrom-nefrotik.html
http://dianhusadautamiblogspotcom.blogspot.co.id/2012/04/aspek-etik-dan-legal
dalam-praktik.html
38