Professional Documents
Culture Documents
DAFTAR ISI................................................................................................................................... 1
DAFTAR TABEL ........................................................................................................................... 2
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................................... 2
1. Pendahuluan .......................................................................................................................... 3
2. BUS ......................................................................................................................................... 5
2.1 Jenis – Jenis Bus yang Ada di Dunia ............................................................................ 5
5.4.1 Rapid Transit (BRT) yang tidak mempunya jalur khusus (Busway At Grade) .... 40
5.4.2 Bus Rapid Transit (BRT) yang mempunya jalur khusus (Busway Grade
Separated) ............................................................................................................................. 41
5.4.3 Bus Rapid Transit (BRT) dengan jalur layang (Elevated Busway) ...................... 42
5.5 Standar Kinerja Bus Rapid Transit................................................................................. 42
5.6 Fasilitas Infrastruktur Layanan Sarana dan Prasarana Bus Rapid Transit ..................... 45
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Spesifikasi Isuzu Elf NHR 55 ....................................................................................... 17
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bus antar kota.............................................................................................................. 5
Gambar 2.2 Bus tingkat .................................................................................................................. 6
Gambar 2.3 Bus sekolah ................................................................................................................. 7
Gambar 2.4 Bus raya budiman........................................................................................................ 8
Gambar 2.5 Ukuran mini bus .......................................................................................................... 8
Gambar 2.6 Ukuran medium bus .................................................................................................... 9
Gambar 2.7 Ukuran big bus .......................................................................................................... 10
Gambar 2.8 Spesifikasi big bus .................................................................................................... 11
................................................................................................. Gambar 2.9 Spesifikasi medium bus
....................................................................................................................................................... 15
Gambar 2.10 Tampak utama bus .................................................................................................. 16
Gambar 2.11 Terminal bus ........................................................................................................... 19
Gambar 2.12 Gambar jalan raya ................................................................................................... 20
Gambar 3.13 Kereta LRT I di Charlotte ....................................................................................... 23
Gambar 3.14 Kereta Wenhu Line di Taipei .................................................................................. 23
Gambar 3.15 Definisi dan perbandingan lebar gauge ................................................................... 24
Gambar 3.16 Stasiun LRT di Bukit Penang, Singapura ............................................................... 25
Gambar 3.17 Siemens s70 di Kota Charlotte ................................................................................ 26
Gambar 3.18 Detail dari model kereta siemens ............................................................................ 26
Gambar 4.19 Bentuk garis, digunakan di Algeria......................................................................... 30
Gambar 4.20 Bentuk silang, digunakan di Atlanta ....................................................................... 30
Gambar 4.21 Bentuk Pisau Angin, Digunakan di Cairo, Lille, Marseille, Milan, Montreal, ....... 31
Gambar 4.22 Bentuk Radial, Digunakan di Boston, Budapest, Chicago, Daegu, Kiev, Kuala ... 31
Gambar 4.23 Bentuk Radial Lingkaran, Digunakan di Beijing, Bucharest, London, Madrid,..... 32
Gambar 4.24 Bentuk Complex Grid, Digunakan di Berlin, Delhi, Guangzhou, Hong Kong,
Mexico .......................................................................................................................................... 32
Gambar 5.1 Perbedaan Bus dengan BRT ..................................................................................... 35
1. Pendahuluan
Bus adalah kendaraan besar beroda, digunakan untuk membawa penumpang dalam
jumlah banyak. Istilah bus ini berasal dari bahasa Latin, omnibus, yang berarti "(kendaraan
yang berhenti) di semua (perhentian)".
Cikal bakal bus muncul ketika kendaraan bermotor menggantikan kuda sebagai alat
transportasi pada sekitar 1905. Saat itu, omnibus bermotor disebut autobus. Hingga saat ini,
Prancis dan Inggris masih menggunakan istilah tersebut. Omnibus pertama dioperasikan di
AS. Dimulai dengan pelintasan Jalan Broadway di kota New York pada 1827. Seseorang
bernama Abraham Brower, merupakan pemilik pertama bisnis tersebut.
Kemajuan paling penting pada omnibus adalah mobil jalanan. Mobil jalanan pertama
ditarik kuda. Yang membedakan adalah keberadaan rel baja yang diletakkan di tengah jalan.
Roda-roda mobil jalanan juga terbuat dari baja, yang dibuat sedemikian rupa agar tidak
merusak rel. Mobil jalanan pertama beroperasi di Jalan Browery, New York. Dimiliki John
Manson dan dibuat oleh seorang keturunan Irlandia bernama John Stephenson.
Pada awalnya, bus merupakan kendaraan yang ditarik kuda, kemudian dimulai dari tahun
1830-an bus bertenaga uap mulai ada. Seiring perkembangan zaman, bus bertenaga mesin
konvensional adalah penemuan bus troli elektronik yang berfungsi dengan seperangkat kabel
yang ada di beberapa tempat dalam jumlah banyak. Bus bertenaga mesin pertama muncul
bersamaan dengan perkembangan mobil. Setelah bus bertenaga mesin pertama pada tahun
1895, berbagai macam model dikembangkan pada tahun 1900-an, sampai akhirnya tersebar
luas bentuk bus yang utuh mulai dari tahun 1950-an. Bus menjadi populer pada awal abad 20
karena Perang Dunia I. Ketika itu, kebanyakan sarana rel dialokasikan untuk kebutuhan
perang dan karena banyaknya keberadaan mobil pribadi, sehingga diperlukan alat transportasi
lain yang dapat mengangkut banyak penumpang.
Saat ini, bus di Indonesia dibagi ke dalam berbagai kategori, berdasarkan ukuran, kelas,
jenis, dan jarak. Ada tiga jenis bus berdasarkan ukuran, bus besar, bus sedang, dan bus kecil.
Sedangkan berdasarkan kelas ada kelas ekonomi, bisnis rs, bisnis ac, executive, dan super
executive. Pembagian berdasarkan kelas ini ditentukan oleh fasilitas-fasilitas yang disediakan
oleh bus. Ada pula bus antarkota antarprovinsi (AKAP). Bus AKAP adalah angkutan dari satu
kota ke kota lain yang melalui antardaerah kabupaten/kota yang melalui lebih dari satu daerah
provinsi dengan menggunakan mobil bus umum yang terikat dalam trayek. Lain lagi dengan
bus antarkota dalam provinsi yang mengangkut dari satu kota ke kota lain yang melalui
antardaerah kabupaten/kota dalam satu daerah provinsi. Selain itu, masih ada juga bus kota,
seperti metromini, patas, dan sebagainya, serta bus perdesaan.
2. BUS
2.1 Jenis – Jenis Bus yang Ada di Dunia
Coach atau motorcoach biasanya adalah kendaraan yang dirancang untuk bepergian
jarak jauh dari bus biasa. Sebagai hasilnya dia dilengkapi dengan kursi yang lebih nyaman,
sebuah ruangan untuk tempat bagasi, dan mesin yang lebih besar. Kendaraan ini biasanya
lebih tinggi dari bus biasa, dan dilengkapi dengan A.C., toilet, dan sistem audio/video.
Mesin yang digunakan harus mampu menempuh trayek yang belum tentu mulus
dibeberapa daerah. Bahkan ada yang menggunakan tameng dikaca depan sebagai
perlindungan dari aksi pelemparan kaca yang dilakukan orang jahil. Coaches / motorcoach
adalah kendaraan yang fleksibel yang dapat digunakan untuk pariwisata, perjalanan liburan
atau perjalanan antar-kota. Di Indonesia bus jenis ini dikenal dengan sebutan Bus Antar
Kota.
(sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Bus)
Bus sekolah digunakan untuk mengangkut anak-anak sekolah antara rumah mereka
ke sekolah. Apabila tempat tinggal mereka terlalu jauh untuk ditempuh dengan berjalan
kaki. Di AS bus sekolah biasanya memiliki warna khusus yaitu kuning dan dilengkapi
dengan lampu peringatan lalu lintas serta perlengkapan pengaman lainnya yang digunakan
ketika para penumpang naik atau turun dari bus. Bus sekolah biasanya dioperasikan oleh
distrik sekolah atau oleh penyedia jasa bus sekolah yang dikontrak.
Di Jakarta pernah dicoba diperkenalkan bus sekolah oleh pemerintah Jakarta, namun
proyek ini tidak berhasil karena seringkali penumpang yang bukan murid sekolah juga ikut
menggunakannya. Beberapa sekolah swasta di beberapa tempat di Indonesia memberikan
pelayanan bus sekolah bagi siswa-siswanya.
Gambar 2.3.1-3 Bus sekolah
(sumber : www.google.com)
Bus belajar adalah sebuah bus khusus yang digunakan oleh perusahaan bus untuk
melatih ketrampilan mengemudi para pengemudi busnya. Bus ini juga digunakan untuk
mendidik orang yang ingin menjadi pengemudi bus. Latihan mengemudi bus di jalan
adalah bagian penting dari pendidikan ini, seperti halnya juga pendidikan mengemudi
mobil biasa.
Operator bus adalah perusahaan yang melayani jasa angkutan bus baik penumpang
bahkan barang. Biasanya operator bus di Indonesia dikenal dengan PO (Perusahaan
Otobus), meskipun di Sumatera banyak operator bus yang berbadan usaha CV, PT dan Fa.
Operator di Indonesia antara lain Sumber Kencono, RAYA, BUDIMAN, EKA-MIRA,
Coyo, dll.
Gambar 2.3.1-4 Bus raya budiman
(sumber : www.google.com)
Bus dengan ukuran seperti ini biasanya memiliki roda 4. Bus seperti ini diperuntukan
untuk jarak dekat. adapun small bus adalah kendaraan angkutan penumpang dengan
kapasitas penumpang 15 sampai dengan 17 orang termasuk pengemudi. Ukuran mini bus
ini yaitu 501,5 cm x 305 cm x 169,5 cm.
Yang dimaksud dengan big bus adalah kendaraan angkutan penumpang dengan
kapasitas penumpang antara 45 sampai dengan 60 penumpang termasuk pengemudi. Big
bus mempunyai ukuran sebagai berikut 1211,4 cm x 246 cm x 27,7 cm. Bus ini melayani
untuk jarak jauh dan menengah. Selain itu, bus dengan ukuran ini biasanya digunakan
untuk pariwisata.
Gambar 2.3.1-7 Ukuran big bus
(sumber : www.google.com)
Beberapa tipe armada bus pariwisata saat ini salah satunya tipe big bus, yaitu
bus dengan body yang besar dan panjang. Spesifikasinya sebagai berikut :
Entertaiment :
Video System : LCD TV hingga 22″
Audio System : DVD Player + 6 Speaker
Exterior
Body Panel : Galvanealed Steel
Windscreen : Laminated screen
Sidewindows : Tempered glass , fixed glass / slide windows
Front door : Swing, Sliding manual, Pneumatic plug
Rear door : Swing, Sliding manual, Pneumatic plug
Driver door
Interior
Overhead luggage rack : Luggage rack or optional
Flooring : PVC Vinyl flooring
Max seating capacity : 47 (2-2 configuration) dan 59 (2-3 configuration)
Safety Feature
Emergency roof hatch
Emergency door
Safety hammer
Fire extinguisher
Harga : 450jt an*
Kapasitas : 29 Seats
Tipe : FOH+
Spesifikasi :
Magneto Vision di bandrol dengan harga sekitar 400jtan sudah termasuk PPN tetapi
belum termasuk ongkos kirim dan jika pelanggan menginginkan spek di luar list di
atas maka akan di kenakan biaya tambahan.
Gambar 2.3.1-9 Spesifikasi medium bus
(sumber : PT. Rahayu Santosa)
Gambar 2.3.1-10 Tampak utama bus
(sumber : PT. Rahayu Santosa)
2.4.3 Spesifikasi Mini Bus
Tabel 2.1 Spesifikasi Isuzu Elf NHR 55
Jenis : 4JB1-TC
Isi Silinder : 2.771cc
Diameter X Langkah : 93 x 102 mm
Daya Maksimum : 100 PS/3.400 rpm
Torsi Maksimum : 22,5 kgm/2.000-3.200 rpm
Mesin
Tangki Bahan Bakar : 75 Liter
Accu : 12V-75 ah
Alternator : 12 V-60 A
Kapasitas Tangki : 75 L
Max. Gradeability : 25 %
Lain-Lain
Max. Speed 106 Km/h
Model : MSB5S
gigi 1 : 5.016
gigi 2 : 2.672
gigi 3 : 1.585
gigi 4 : 1.000
gigi 5 : 0.770
Rev : 4.783
Transmisi
Final Gear Ratio : 4.875
Air Conditioning : NO
DVD, CD, MP3, USB, Aux in, Radio : YES
Power Steering : YES
Tilt & Telescopic Steering : NO
Reverse Parking Camera : NO
Retractable Seat Belt : NO
Fitur
Tilt Cabin : NO
2.5 Fasilitas Bus
2.5.1 Terminal
Pada dasarnya, setiap kendaraan umum terutama bus memerlukan tempat untuk
menaikan dan menurunkan penumpang, perpindahan antar moda transportasi serta
mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum yang biasa kita sebut
terminal. Dengan fungsi tersebut terminal mempunyai peran yang sangat penting bagi
dunia transportasi darat khususnya bus. Fasilitas umum terminal bus terdiri atas :
Fasilitas utama
Toilet/Kamar mandi
Musholla
Kios/kantin/warteg
Ruang pengobatan
Ruang informasi dan pengaduan
Wartel
Tempat penitipan barang, termasuk penitipan kendaraan pribadi
Taman
Gambar 2.3.1-11 Terminal bus
(sumber : www.google.com)
Jalan raya ialah jalan utama yang menghubungkan satu kawasan dengan kawasan lain.
Biasanya digunakan untuk kendaraan bermotor dan masyarakat umum. Jalan yang
digunakan untuk bus konvensional sama dengan yang dipakai untuk kendaraan bermotor
lainnya atau bisa disebut bukan memakai jalur khusus. Jalan yang digunakan biasanya
terbuat dari aspal maupun dari beton. Lebar setiap jalur tergantung klasifikasi jalan tersebut
apakah jalan arteri atau jalan kolektor. Setiap jalur mempunyai beberapa lajur dan setiap
lajur biasanya mempunyai lebar sekitar 3,5 m. Dengan lebar setiap lajur sekitar 3,5 m dapat
menampung bus dengan lebar maksimal 2,6 m yang sisanya adalah jarak bebas untuk antar
kendaraan.
Gambar 2.3.1-12 Gambar jalan raya
(sumber : https://riaroidaminarta.files.wordpress.com )
3. Light Rail Transit
Transportasi pada hakekatnya adalah bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pergerakan
atau perpindahan seseorang atau suatu barang dari satu tempat ke tempat lainuntuk memenuhi
kebutuhan tertentu. Transportasi memiliki peranan penting dan strategi mencapai tujuan-
tujuan diantaranya adalah dalam pembangunan nasional, mengingattransportasi merupakan
sarana untuk memperlancar roda perekonomian, memperkokoh persatuan dan kesatuan serta
mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan. Oleh karenaitu dalam memenuhi kebutuhan
dan tujuan diatas oleh karena itu dibutuhkan sarana danprasarana yang baik dan mumpuni
supaya maksud diatas dapat terselenggara dengan baik.Semakin tingginya kebutuhan
masyarakat akan pergerakan dan perpindahanbarang harus diimbangi dengan pemenuhan
kebutuhan yang tepat dengan menyediakanstrategi, perencanaan dan manajemen dari berbagai
aspek transportasi seperti sarana danprasarana yang secara real dapat secara langsung
melayani masyarakat. Banyak strategiyang telah diusahakan dan diterapkan pemerintah untuk
mengatasi kebutuhan akan transportasi. Beberapa diantaranya adalah MRT, BRT, ERP, LRT,
Toll, E-Parkir, dan lainnya. namun secara khusus pada era ini, yang mana masyarakat tak
hanya sekedar memerlukan penyediaan sarana prasarana transportasi massal saja, namun
berkaitan dengan kualitas dari sarana prasarana tersebut.
Kualitas yang dimaksud di sini yaitu bagaimana sarana - prasarana tersebut tak hanya
mengantarkan penumpang pada tempat tujuannya tapi
dilihat juga dari waktu perjalanan dan kenyamanan yang dirasakan penumpang (efisien dan
efektif) dalam melakukan pergerakan. Salah satu sarana yang dapat dipertimbangkan dalam
pemenuhan kebutuhan akan transportasi masyarakat dilihat dari segi kualitas perjalanannya
adalah Light Rail Transit (LRT). LRT adalah salah satu sarana transportasi massal yang
berbasis rel dalam melakukan pergerakan dan mengangkut penumpang/barang. Sarana LRT
ini banyak diterapkan diberbagai negara di dunia, karena dianggap sebagai salah satu sarana
yang baik untukmemenuhi pergerakan massal di tiap negara tersebut. Di Indonesia sendiri,
pemerintah khususnya Kementrian Perhubungan Republik Indonesia, sedang gencar untuk
merencanakan pembangunan LRT sebagai sarana transportasi massal yang diharapkan dapat
memperbaiki dan meningkatkan kualitas di berbagai aspek (perhubungan, tata
kota,perekonomian, dan aspek lainnya) khususnya di ibukota negara dan termasuk Ibukota
Provinsi. Oleh karena itu, berdasarkan hal-hal tersebut di atas perlu adanya perhatian khusus
dari pemerintah baik pusat maupun pemerintah daerah yang bersangkutan dalam upaya
penyelenggaraan LRT nantinya, yang berkaitan dengan segala sesuatu tentang LRT, yaitu
definisi, manfaat, system operasi dan lain sebagainya. Perlu juga pembahasan mengenai
sarana LRT ini untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai sarana
yangdirencanakan akan dibangun di negara kita ini, di Indonesia nantinya.
3.1.1 LRT I
Kereta LRT I beroperasi bersamaan dengan lalu lintas kendaraan, tipe ini
membutuhkan perceparan dan perlambatan yang mendekati performasi dari
kendaraan bermotor pada umumnya. Kapasitas dari kereta LRT I ini sekitar 10.000
sampai dengan 30.000 penumpang dengan keceparan perjalanan sekitar 15 sampai
20 Km/jam. Contoh dari LRT I yang ada di dunia adalah LRT di Charlotte, Carolina
utara bernama Lynx Blue Line.
Gambar 3.3.1-1 Kereta LRT I di Charlotte
(www.wikipedia.com).
3.1.2 LRT II
Kereta LRT II beroperasi pada lintasan eksklusif, biasanya bersifat elevated.
Dengan jalur yang eksklusif, daya angkut dari LRT tipe II ini lebih besar, yaitu
sekitar 25.000 sampai dengan 40.000 penumpang perjam nya dan kecepatan juga
dapat meningkat yaitu sekitar 25 sampai dengan 35 Km/jam. Contoh dari kereta
LRT II di dunia adalah Wenhu Line di Taipei.
Pada kota-kota metropolitan seperti singapura Kereta Cepat atau yang lebih dikenal
dengan Mass Rapid Transit (MRT) dirancang agar saling mendukung dengan sistem
transportasi lainnya. Hal ini dilakukan agar pelayanan transportasi masal yang tidak dapat
dijangkau oleh MRT bisa dilayani oleh moda transportasi seperti angkutan kota, dan bus.
Umumnya sebuah sistem kereta cepat memiliki beberapa lajur. meskipun ada juga
yang hanya memiliki 1 lajur. Setiap lajur umumnya melayani setidaknya 1 rute spesifik,
namun umumnya sebuah sistem kereta cepat melayani beberapa rute, yang dibedakan
dengan warna, nama, dan juga nomor yang tampak di kereta . Dalam pengoperasiannya
lajur yang melayani beberapa rute harus memiliki kesamaan arah, sehingga dalam satu
lajur arah perjalanan kereta. Pada daerah yang melewati pusat kota memungkinkan
terjadinya percabangan lajur untuk meningkatkan luas daerah pelayanan dari Kereta
Cepat, seperti yang dilakukan pada Copenhagen Metro, Oslo Metro, dan New York City
Subway.
Kapasitas pelayanan dari sistem Kereta Cepat ditentukan dari kapasitas dari kereta,
panjang dari gerbong kereta, dan frekuensi kereta. Kereta Cepat berkapasitas besar
biasanya memiliki 6 sampai 12 gerbong kereta, sedangkan pada sistem Kereta Cepat
kapasitas kecil umunya memiliki kurang dari 4 gerbong kereta. Setiap gerbong memiliki
kapasitas 100 sampai 150 orang, tergantung dari rasio penumpang duduk dan penumpang
berdiri. Interval antara kereta yang tiba dan kereta yang berangkat umumnya adalah 2
menit, namun interval tersebut bervariasi tergantung dari kemampuan tiap sistem Kereta
Cepat.
Topologi jalur dari kereta Cepat ditentukan dari banyak faktor, antara lain faktor
geographic, pola perjalanan, faktor politik, dan faktor sejarah. Sebuah sistem transportasi
diharapkan untuk melayani sejumlah luasan area dengan beberapa garis jalur. Bentuk dari
Jalur ini di kategorikan dengan bentuk “I”, “U”, “S”, dan “O” atau loops. Lebih Jelasnya
dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar 4.4.1-1 Bentuk garis, digunakan di Algeria
Peta transit dari kereta cepat umumnya dibuat dalam peta topologi yang menunjukan
rute dan stasiun pemberhentian. Setiap rute dari kereta cepat dibedakan dengan warna,
nama stasiun, dan nomor stasiun. Peta Transit membantu penummpang untuk memahami
lokasi stasiun, memahami rute kereta cepat, dan lokasi interchange dimana penumpang
bisa berganti rute untuk mencapai tempat tujuan. Pada Gambar 10 dapat dilihat bahwa
peta transit dari kereta MRT dibuat se-efisien mungkin agar informatif namun mudah
dimengerti.
4.2 Infrastruktur
Lazimnya dalam sebuah sistem Kereta Cepat digunakan beberapa rangkai kereta
Listrik dengan Panjang 3 sampai 10 gerbong. Penentuan Jumlah gerbong ditentukan
kebutuhan, harga, keamanan, kecepatan dan berbagai faktor lainnya.
Seperti kereta pada umumnya, konsep pergerakan Kereta Cepat bertumpuan pada
Kereta yang bergerak diatas 2 rel kereta. Tenaga penggerak kereta disalurkan melalui rel
ke-tiga. Rel-ketiga ini menyalurkan daya Listrik sebesar 600 sampai 750 volts agar kereta
33
bisa beroperasi. Selain menggunakan Rel-Ketiga di Kereta Cepat di London atau yang
lebih dikenal dengan Tube Menggunakan rel ke-empat dimana 2 rel sebagai jalur kereta
api bergerak sedangkan 2 rel lainnya menyalurkan energi Listrik. Penggunaan sistem
kerja dengan rel tambahan ini digunakan karena terbatasnya ruang overhead dari kereta,
dimana tidak memungkinkan menggunakan kabel menggantung. Penggunaan kabel
menggantung memungkinkan kereta dapat bekerja dengan voltase Listrik yang lebih
tinggi. Meskipun sistem kabel menggantung ini cendrung digunakan di sistem kereta
cepat dengan jumlah terowongan yang tidak banyak, nampun pada Shanghai Metro.
Sebagian besar dari Kereta Cepat yang ada di dunia masih menggunakan jalur kereta
jenis sepur standar. Meskipun umumnya sepur standar menggunakan ballast, jalur kereta
bawah tidak digunakan lagi ballast. Pada beberapa daerah digunakan Roda Kereta
berbahan karet. Namun penggunaan Karet membuat penggunaan energi semakin boros
walaupun goncangan akibat pergerakan kereta semakin berkurang.
Dalam beberapa tahun terakhir jumlah kru yang bertugas di Kereta Cepat semakin
sedikit jumlahnya, bahkan pada sistem Kereta Cepat yang modern kereta dapat beroperasi
tanpa awak. Namun pada beberapa sistem Kereta Cepat masinis masih difungsikan untuk
membuka dan menutup pintu dan memantau pengoperasian dari kereta cepat.
Bus Rapid Transit atau disingkat BRT adalah sebuah sistem bus yang cepat, nyaman,
aman dan tepat waktu dari infrastruktur, kendaraan dan jadwal. Menggunakan bus untuk
melayani servis yang kualitasnya lebih baik dibandingkan servis bus yang lain. Setiap
sistem BRT pasti menggunakan sistem improvantasi yang berbeda, walaupun
improventasinya berbagi dengan sistem BRT yang lain. Hasil dari sistem tadi untuk
mendekati rail transit jika masih menikmati keamanan dan tarif bus. Negara yang
memakai BRT ada di Amerika Utara, di Eropa dan Australia dinamai busway dan nama
tersebut juga dipakai di Indonesia, sedangkan negara lain memanggilnya quality bus atau
servis bus mudah saat mencapai kualitas tinggi. (Sumber : Wikipedia)
34
Bus Rapid Transit (BRT), pada dasarnya mengemulasi karakteristik kinerja sistem
transportasi kereta api modern. Satu sistem BRT biasanya akan dikenakan biaya 4-20 kali
lebih kecil dari Light Rail Transit (LRT) dan 10-100 kali lebih kecil dari sistem kereta api
bawah tanah. (Sumber : http://dishub.jabarprov.go.id/artikel/view/566.html )
Bus Rapid Transit (BRT) mempunyai beberapa pengertian dari beberapa ahli,
diantaranya :
A. “Bus Rapid Transit (BRT) adalalah suatu flesibel, moda dengan roda karet yang
mempunyai transit yang cepat dan yang dikombinasikan station (halte), kendaraan,
pelayanan, jalan dan elemen Intelligent Transportation System (ITS) dalam satu sistem
yang terintegrasi dengan identitas yang kuat.” (Levinson et al.2003, p.12).
B. “Bus Rapid Transit (BRT) adalah berkualitas tinggi, transit orientasi klien yang
menawarkan kecepatan, nyaman, dan harga yang terjangkau” (Wright, 2003, p. 1).
C. “Bus Rapid Transit (BRT) adalah suatu moda transportasi yang cepat yang
mengkombinasikan kualitas transportasi kereta dan flesibiltas bus.”(Tomas, 2001).
(Sumber : http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/132750-T%2027804-Sistem%20bus-
Tinjauan%20literatur.pdf )
35
5.2 Sejarah Bus Rapid Transit
Pada tahun 1937, Chicago sudah mulai merencanakannya yang kemudian diikuti oleh
Washington D.C pada kurun waktu 1956-1959. Tidak berhenti disitu, pada tahun 1959, St.
Louis juga sudah mulai merancang, dan Milwaukee menyusul pada tahun 1970 (Barton-
Ashman Associates, 1971). Pengembangan pertama dalam skala besar dari layanan bus
ekspress dimulai di Curitiba (Brazil) pada tahun 1974, tetapi ada beberapa proyek-proyek
kecil sebelum pembangunan itu. Sejak itu, pengalaman Curitiba telah meberikan inspirasi
pada kota-kota lain untuk mengembangkan sistem serupa. Pada tahun 1970-an,
pengembangan sistem BRT telah terbatas pada Amerika Utara dan Selatan. Pada akhir
tahun 1990-an, reproduksi konsep BRT mulai tumbuh kembali dan di buka di Quito-
Ekuador pada tahun 1996, Los Angeles- USA pada tahun 1999 dan Bogota- Kolombia pada
tahun 2000. Diatas semua, proyek TransMilenio di Bogota mulai beroperasi pada tahun
2000 dan keberhasilan nya telah menarik perhatian masyarakat internasional sebagai
contoh sistem BRT.
36
sepanjang 5 km (Chang, 2005). Di Bangkok, proyek BRT telah diumumkan pada tahun
2004 oleh Gubernur baru di Bangkok Administration (BMA), dibuka pada Oktober 2005.
Hingga saat ini, terdapat berbagai macam BRT (Bus Rapid Transit) dengan
keunikannya masing-masing pada beberapa negara seperti Colombia, China, dan Indonesia
(Sumber : http://dishub.jabarprov.go.id/artikel/view/566.html )
Sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 22/2009 tentang LLAJ pasal 139, bahwa
pemerintah (pemerintah pusat dan Daerah) wajib menjamin tersedianya angkutan umum
untuk jasa angkutan orang dan /atau barang. Baik itu antarkota, antar Provinsi, wilayah
Kabupaten/Kota.
Sedikitnya ada lebih dari 10 kota di Indonesia yang sudah mengembangkan
transportasi umum Bus Rapid Transit (BRT). Meski dalam perkembangannya belum
menunjukkan hasil yang signifikan mengatasi masalah transportasi kota. Gagasan
membangun BRT di Indonesia jelas akan lebih baik dan efisien untuk menyediakan
angkutan umum bagi rakyat di masa mendatang.
Selain Jakarta, beberapa kota di Indonesia juga memilik BRT. Kota-kota itu, antara
lain Bogor (TransPakuan), Yogyakarta (Trans Jogja), Bandung (Trans Metro Bandung),
Palembang (Trans Musi), Semarang (TransSemarang), Pekanbaru (Trans Metro
Pekanbaru), Solo (Batik Solo Trans), Trans Sarbagita (Denpasar), Padang (Trans Padang),
dan Makassar (Busway Trans Mamminasata). Beberapa kota besar seperti Medan dan
Surabaya hendak menyusul membuat sistem transportasi yang sama. Dari BRT-BRT
37
setelah TransJakarta itu beberapa juga menggunakan kartu elektronik seperti
TransSemarang, Batik Solo Trans, Trans Jogja, dan Trans Musi. BRT-BRT itu juga tak
sepenuhnya mengikuti TransJakarta untuk jalur alias tanpa separator. Beberapa BRT ini
malah ada yang terhubung langsung ke bandar udara, stasiun kereta api, bahkan dermaga
bus air seperti Trans Jogja, Batik Solo Trans, Trans Semarang, Trans Musi, dan Trans
Metro Pekanbaru. (Sumber : http://dishub.jabarprov.go.id/artikel/view/566.html )
Bus Rapid Transit (BRT) yang ada di Indonesia antara lain:
1. TransJakarta di Jakarta, Indonesia (15 koridor) (Terpanjang di dunia)
2. TransPakuan di Bogor, Indonesia (3 koridor)
3. Batik Solo Trans di Surakarta, Indonesia (8 koridor)
4. TransSemarang di Semarang, Indonesia (4 koridor)
5. TransJogja di Yogyakarta, Indonesia] (17 koridor)
6. Trans Metro Bandung di Bandung, Indonesia (1 koridor)
7. Trans Musi di Palembang, Indonesia (8 koridor)
8. Trans Padang di Padang, Indonesia
9. Trans Mamminasata di Makassar, Indonesia
10. Trans Bandar Lampung di Bandar Lampung, Indonesia (7 koridor)
11. Trans Sarbagita di Denpasar, Indonesia (4 Koridor)
12. Medan BRTS di Medan, Indonesia (Rencana)
13. Surabaya BRTS di Surabaya, Indonesia (Rencana)
38
Semarang Trans Semarang Besar 75
Yogyakarta Trans Jogja Sedang 35
Besar (Trunk Line)
Denpasar 75
Trans Sarbagita Kecil (Feeder)
Manado Trans Kawanua Manado Besar 75
Sumber : Studi Penyusunan Konsep Standarisasi Sarana dan Prasarana BRT di Indonesia
Dengan mengambil contoh BRT yang berada di Jakarta, Trans Jakarta, berikut spesifikasi
umum dari Bus Trans Jakarta:
A. Semua bus Transjakarta (kecuali bus Amari, bus Mercedes Benz OH-1526,Bus Hino
RK hibah Kemenhub, bus Toyota Dyna, Hino dan Scania K310IB yang berbahan
bakar diesel/biodiesel) berbahan bakar gas (BBG) jenis CNG, dan diisi di SPBG
tertentu. Bus-bus ini dibuat dengan menggunakan material tertentu. Untuk interior
langit-langit bus, menggunakan bahan yang tahan api sehingga jika terjadi percikan
api tidak akan menjalar. Untuk kerangkanya, menggunakan galvanil, suatu jenis logam
campuran seng dan besi yang kokoh dan tahan karat (di bus tertentu).
B. Bus Transjakarta memiliki pintu yang terletak lebih tinggi dibanding bus lain sehingga
hanya dapat dinaiki dari stasiun BRT Transjakarta (juga dikenal dengan
sebutan shelter, sebelumnya dikenal sebagai halte Transjakarta). Bus koridor 2,
koridor 3, bus Amari dan Andini memiliki satu pasang pintu yang terletak di bagian
tengah kanan dan kiri. Untuk bus gandeng di koridor 1, 5, 8, 9, 10, 11, 12 memiliki
tiga pasang pintu yaitu bagian depan, tengah, belakang kanan dan kiri. Sedangkan bus
tunggal di koridor 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 memiliki dua pasang pintu, yaitu bagian depan
dan belakang kanan dan kiri.
C. Pintu bus menggunakan 3 sistem yaitu sistem lipat, sistem geser, dan sistem putar yang
otomatis dapat dikendalikan dari konsol yang ada di panel pengemudi. Mekanisme
pembukaan pintu pada bus tunggal koridor 2-8 telah diubah menjadi sistem geser
untuk lebih mengakomodasi padatnya penumpang pada jam-jam tertentu, di dekat
kursi-kursi penumpang yang bagian belakangnya merupakan jalur pergeseran pintu,
39
dipasang pengaman yang terbuat dari gelas akrilik untuk menghindari terbenturnya
bagian tubuh penumpang oleh pintu yang bergeser.
D. Setiap bus dilengkapi dengan papan pengumuman elektronik dan pengeras suara yang
memberitahukan stasiun BRT yang akan segera dilalui kepada para penumpang dalam
2 bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Namun pada bus bus baru
(kecuali Hino) hanya menggunakan bahasa Indonesia tetapi berbunyi dua kali. Setiap
bus juga dilengkapi dengan sarana komunikasi radio panggil yang memungkinkan
pengemudi untuk memberikan dan mendapatkan informasi terkini mengenai
kemacetan, kecelakaan, barang penumpang yang tertinggal, GPS, serta fitur lainnya
(terdapat di bus baru). Setiap bus menampilkan informasi mengenai bus yang sedang
beroperasi (Kode bus, himbauan kepada pengguna, dan call center Transjakarta).
E. Untuk antisipasi hal-hal darurat dan dalam rangka mendukung kenyamanan dan
keamanan, pada tiap bus telah dilengkapi dengan alat pemecah kaca yang tersedia di
beberapa bagian pada tiap bus namun banyak yang hilang, tombol darurat di atas pintu
bus, pintu darurat (bus tertentu), serta CCTV yang terhubung dengan layar yang berada
di dashboard pengemudi bus (terdapat di bus bus baru).
40
Gambar 5.4 Trans Semarang dengan tipe Busway At Grade
5.4.2 Bus Rapid Transit (BRT) yang mempunya jalur khusus (Busway Grade
Separated)
Berbeda dengan Busway At Grade, BRT jenis ini mempunya jalur khusus yang
terpisah dari moda transportasi lainnya, atau biasa disebut Busway. Busway tersebut
biasanya diberi median sebagai pembatas dengan lalu lintas untuk kendaraan lainnya.
Tak hanya dengan median, perbedaan jalur Busway At Grade juga bisa dibedakan
dengan warna aspal yang berbeda. Dengan adanya jalur khusus tersebut, membuat
BRT yang melintasi mempunyai keleluasaan untuk mengatur lalu lintasnya. Lokasi
busway itu sendiri bisa berada di tengah, ataupun di pinggir jalan. Contoh BRT yang
menggunakan Busway Grade Separated di Indonesia yaitu berada di Jakarta dengan
Trans Jakarta-nya.
41
Gambar 5.6 Penempatan Halte di jalur Busway Grade Separated
5.4.3 Bus Rapid Transit (BRT) dengan jalur layang (Elevated Busway)
Sama seperti Separated Grade Busway, BRT ini mempunyai jalur khusus.
Namun yang membedakan ialah Elevated Busway mempunyai jalur sendiri yaitu jalan
layang. Jalan layang tersebut mengkhususkan BRT yang dibolehkan untuk melaju di
jalan layang tersebut. Awal 2017 lalu, Jakarta secara resmi memiliki Jalur layang
khusus Busway yang menghubungkan koridor-koridor.
42
standar parameter kinerja angkutan umum yang dapat dilihat di bawah ini, salah satunya
Parameter Kinerja Angkutan Umum Sesuai Rekomendasi World Bank.
Parameter yang menentukan kinerja sistem angkutan umum mengacu pada indikator
dan parameter angkutan umum yang direkomendasikan A World Bank Study (urban
transport) dari hasil studi pada negara-negara berkembang (Hefrianto, 2008).
Adapun parameter yang dipakai terbagi menjadi dua indikator. Yakni indikator kinerja
operasi dan indikator kinerja pelayanan. Kedua indikator tersebut menjadi acuan
standarisasi bagi kinerja operasional BRT. Adapun parameter indikator tersebut dapat
dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3 sebagai berikut:
Tabel 5.2 Indikator Kinerja Operasi
B. Bus 25-30
A. Jumlah Staf Administrasi/bus 0.3-0.4
6 Ratio pegawai B. Jumlah pegawai bengkel/bus 0.5-1.5
C. Jumlah pegawai total/bus 3-8
43
Jumlah persentase kecelakaan
7 Tingkat Kecelakaan 1.5-3
per 100.000 km perjalanan (acc/100.000 bus-km)
44
Jumlah waktu perjalanan setiap hari ke
dan dari bekerja (jam)
a. Rata-rata 1-1.5
b. Maksimum 2-3
Kecepatan perjalanan bus
5 Waktu Perjalanan
A. Wilayah padat pada lalu lintas 10-12
campuran kph
15-18
B. Jalur khusus bus kph
5.6 Fasilitas Infrastruktur Layanan Sarana dan Prasarana Bus Rapid Transit
BRT adalah sistem angkutan berbasis bis berkualitas tinggi, yang bergerak dengan
cepat, nyaman, dan efektif pada suatu infrastruktur jalur jalan yang terpisah, mempunyai
karakteristik operasional yang cepat dengan frekuensi tertentu, serta mempunyai sistem
pemasaran dan layanan pelanggan yang prima (Wright, 2007). Pada dasarnya BRT dapat
Sistem BRT TransJakarta (Ellen S.W. Tangkudung, R. Fitriati, R. Modjo dan S. Aminah)
3 bersaing, dalam hal kinerja dan kenyamanan, dengan moda transportasi modern berbasis
rel, tetapi dengan biaya investasi yang lebih kecil. BRT adalah suatu moda transportasi
cepat yang merupakan kombinasi kualitas angkutan rel dengan fleksibilitas bis (Thomas,
2001).
Menurut Wright (2007), ciri khas BRT dipandang dari prasarana atau ketersediaan
infrastruktur fisik, antara lain, adalah adanya jalur khusus yang biasanya di bagian median
jalan, adanya integrasi jaringan antara rute dan koridor, ketersediaan stasiun yang mudah
dijangkau, nyaman, aman, dan terlindung dari cuaca, serta stasiun yang menyediakan akses
antara peron (platform) dan lantai kendaraan. Terdapat juga stasiun khusus atau terminal
yang menghubungkan antara rute utama, rute pengumpan, dan jaringan moda transportasi
lainnya, serta adanya perbaikan ruang publik di sekitarnya. Dari sisi operasional, BRT
45
mempunyai layanan yang cepat dengan frekuensi tertentu antara asal dan tujuan utama,
dengan kapasitas yang sesuai dengan kebutuhan penumpang sepanjang koridor, memuat
dan menurunkan penumpang dengan cepat, pemeriksaan karcis sebelum naik bis, serta
adanya integrasi ongkos antara rute, koridor, dan angkutan pengumpan.
Jalur khusus BRT dihubungkan dengan fasilitas prasarana untuk perjalanan orang,
baik pejalan kaki maupun berkendaraan. Fasilitas pejalan kaki adalah seluruh bangunan
pelengkap yang disediakan untuk pejalan kaki guna memberikan layanan demi kelancaran,
kenyamanan, serta keselamatan bagi pejalan kaki (Departemen Pekerjaan Umum,1999)
Reformasi layanan publik sendiri merupakan penggerak utama yang dinilai strategis
untuk memulai pembaharuan praktik tata pamong. Artinya, pemerintah harus berupaya
memberikan layanan berdasarkan harapan pelanggan (masyarakat pengguna layanan
publik), dan bukan berdasarkan apa yang ingin dilakukan oleh birokrasi pemerintah
(Osborne dan Gaebler, 1992). Konsep kualitas menjadi ukuran keberhasilan organisasi
bukan saja pada organisasi bisnis tetapi juga pada organisasi atau institusi pemerintah
sebagai lembaga penyedia layanan publik.
A. Shelter
Shelter merupakan tempat pemberhentian kendaraan angkutan umum massal (BRT)
yang berfungsi untuk proses penarikan tiket, menaikkan dan menurunkan
penumpang. Shelter merniliki beberapa fasilitas pendukung yang ada didalam shelter
46
Tabel 5.4 Standar Prasarana Shelter
Sumber : Studi Penyusunan Konsep Standarisasi Sarana dan Prasarana BRT di Indonesia
47
Gambar 5.10 Marka pada Shelter
B. Ticketing
Sistem ticketing digunakan untuk mempermudah proses pencatatan transaksi keuangan
yang terjadi, karena semua transaksi akan tercatat ketika penumpang akan memasuki
shelter BRT. Selain dari sistem keuangan, keuntungan dari sistem ticketing ini dapat
diketahui jumlah penumpang yang menggunakan jasa layanan BRT ini. Keberadaan
ticketing untuk menghindari kebocoran keuangan secara langsung.
Standar ticketing memerlukan investasi peralatan, operasional dan perawatan sistem
yang akan digunakan. Hal ini akan berdampak pada kebutuhan dari masing-masing
wilayah yang berbeda-beda tergantung karakteristik wilayah masing-masing.
Tabel 5.5 Perbandingan Prasarana Standar Tiketing Manual
48
Tabel 5.6 Perbandingan Prasarana Standar Tiketing Otomatis
49