You are on page 1of 8

Patient Safety Project

Pengurangan Resiko Infeksi Melalui Penerapan PPI


Ningsih , Diah Arum. 2017. Patient Safety Project -Pengurangan Resiko Infeksi Melalui Penerapan PPI. Surakarta : RSKU

PATIENT SAFETY PROJECT


PENGURANGAN RESIKO INFEKSI MELALUI
PENERAPAN PPI

Diah Arum Ningsih


Rumah Sakit Khusus Bedah Karima Utama Surakarta
PPI RSKU

Abstrak PPI adalah sebuah organisasi yang harus ada di setiap fasyankes. PPI terbagi menjadi 5 program besar
mulai dari kewaspadaan isolasi, surveilans, diklat, pencegahan infeksi dan antimikroba rasional. PPI harus
dilaksanakan oleh seluruh individu yang ada di suatu fasyankes atau rumah sakit. Dengan terlaksananya program
PPI di rumah sakit tentunya dapat meningkatkan mutu pelayanan serta dapat menurunkan dan mengendalikan
HAIs atau INOS sehingga salah satu standar keselamatan pasien dapat tercapai.

Abstrak PPI is an organization that must exist in every fasyankes. PPI is divided into 5 major programs ranging
from isolation precautions, surveillance, training, infection prevention and rational antimicrobials. PPI must be
implemented by all individuals in a fasyankes or hospital. With the implementation of PPI programs in hospitals
can certainly improve the quality of service and can reduce and control HAIs or INOS so that one of the patient
safety standards can be achieved.

PENDAHULUAN

Healthcare associated infections ( HAIs ) lainnya, kontak langsung antara petugas rumah
dahulu dikenal sebagai infeksi nosokomial atau sakit yang tercemar kuman dengan pasien,
hospital-acquired infections. HAIs adalah infeksi Penggunaan alat / peralatan medis yang tercemar
yang terjadi pada pasien selama perawatan di oleh kuman, kondisi pasien yang lemah akibat
rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya. penyakit yang dideritanya, kurangnya
Infeksi tersebut tidak ditemukan atau tidak sedang pengetahuan tentang pencegahan dan
berinkubasi pada saat pasien masuk. Termasuk pengendalian infeksi serta fasilitas yang tidak
dalam definisi ini adalah infeksi yang didapat di mendukung untuk penerapan PPI.
rumah sakit namun baru bermanifestasi setelah Penerapan pencegahan dan pengendalian
pasien keluar. Selain pada pasien, HAIs dapat infeksi merupakan suatu mimpi yang ingin kami
terjadi pada tenaga kesehatan, staf dan pengunjung terapkan di RS. Khusus Bedah Karima Utama
rumah sakit. (WHO). Terjadinya infeksi Surakarta sejak tahun 2014, sebagai upaya untuk
nosokomial dipengaruhi oleh beberapa faktor keselamatan pasien dan meningkatkan mutu
antara lain : Banyaknya pasien yang dirawat yang pelayanan. Dimana kurangnya pengetahuan kami
menjadi sumber infeksi bagi lingkungan dan tentang PPI dan fasilitas yang belum mendukung
pasien lainnya, kontak langsung antara pasien waktu itu, serta meningkatnya keluhan pasien
yang menjadi sumber infeksi dengan pasien panas ( hypertermi paska operasi ) menjadi

Rumah Sakit Khusus Bedah Karima Utama Surakarta 1


Patient Safety Project
Pengurangan Resiko Infeksi Melalui Penerapan PPI
semangat dan tantangan bagi kami untuk berupaya research ) dimana penelitian yang dimaksudkan
melakukan penerapan PPI. untuk merekonstruksi kondisi masa lampau secara
Oleh karena itu, melalui ajang lomba objektif, sistematik, dan akurat. Melalui penelitian
PERSI AWARD – IHMA ( Indonesian Hospital ini, bukti-bukti dikumpulkan, dievaluasi,
Management Awards ) tahun 2017 ini, kami ingin dianalisis, dan disintesiskan. Selanjutnya,
sharing tentang bagaimana proses penerapan dirumuskan kesimpulan berdasarkan bukti-bukti
pencegahan dan pengendalian infeksi di RS. itu.
Khusus Bedah Karima Utama Surakarta sebagai Dengan demikian dapat diketahui
salah satu implementasi untuk keselamatan pasien, perkembangan perubahan yang terjadi sebelum
petugas dan pengunjung. penerapan PPI dengan setelah diterapkannya
pencegahan dan pengendalian infeksi di RS.
Khusus Bedah Karima Utama Surakarta sebagai
METODE bentuk sharing pengetahuan / idea antar rumah
sakit di indonesia
Metode yang kami gunakan dalam
makalah ini adalah penelitian historis ( historical
A. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Dengan berjalannya waktu, dari tahun 2008 –
Pencegahan dan pengendalian infeksi 2017 RSKB. Karima Utama Surakarta semakin
merupakan upaya untuk memastikan perlindungan berkembang dan pasien yang ingin mendapatkan
kepada setiap orang terhadap kemungkinan tertular pelayanan kesehatan di rumah sakit kami juga
infeksi dari sumber masyarakat umum dan disaat semakin meningkat. Kami menyadari upaya
menerima pelayanan kesehatan pada berbagai meningkatkan mutu dan keselamatan pasien menjadi
fasilitas kesehatan ( Permenkes RI No 27 tahun 2017 hal yang penting. Oleh karena itu, pada tahun 2014
tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian menjadi awal secara bertahap untuk melakukan
Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan ). perubahan bersamaan dengan pengembangan
Ruang lingkup program PPI meliputi bangunan rumah sakit, kapasitas bed kami yang
kewaspadaan isolasi, Penerapan PPI dalam menampung 99 bed pasien dimana 94 bed rawat
pelayanan kesehatan ( Health Care Associated inap dan 5 bed adalah di ruang HCU memang tidak
Infections / HAIs ) berupa langkah yang dilakukan sebanyak dibandingkan dengan rumah sakit yang
untuk mencegah terjadinya HAIs ( bundles ), lain.
surveilans HAIs, pendidikan dan pelatihan serta Akan tetapi proses pelayanan yang cepat
penggunaan anti mikroba yang bijak. Disamping itu, misalkan penanganan pasien dengan kasus
dilakukan monitoring melalui infection control risk orthopedi pada kasus tertentu hanya butuh ODS
assesment ( ICRA ), audit dan monitoring lainnya ( One Day Surgery ) membuat mobilitas masuk
secara berkala. Dalam pelaksanaan PPI rumah sakit dan keluar pasien meningkat.
wajib menerapkan PPI sesuai dengan pelayanan Bersamaan dengan proses pelayanan
yang dilakukan pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut, kami juga medapatkan beberapa keluhan
tersebut. dimana beberapa pasien panas paska operasi
sehingga waktu rawat lebih dari yang diperkirakan
B. Pengurangan Resiko Infeksi Melalui sehingga biaya rawat juga meningkat. Hal ini
Penerapan PPI di RSKB Karima Utama mungkin bisa disebabkan karena kurang
Surakarta.

Rumah Sakit Khusus Bedah Karima Utama Surakarta 2


Patient Safety Project
Pengurangan Resiko Infeksi Melalui Penerapan PPI

pengetahuan kami tentang penerapan PPI waktu itu bagi sebagian besar petugas kami waktu itu.
tahun 2014 dimana : Bertahap perubahan awalnya sebagai persiapan
1) Alat yang digunakan untuk woundcare terbatas, akreditasi rumah sakit juga karena harus ada PPI,
2) Minimalnya fasilitas cuci tangan, kami masih belum mengetahui pentingnya
3) Belum ada proses pemilahan linen dari ruangan, penerapan PPI.
masih ditemui linen kotor dilantai saat Tahun 2015 titik awal terbentuknya komite
verbedent, dan tim PPI, dimana komite PPI sudah melibatkan
4) Masih adanya perendaman dan penyikatan linen dokter didalamnya sebagai ketua dan juga sudah
dilaundry, mengikuti pelatihan dasar serta anggota komite dari
5) Penyuntikan masih lewat karet selang infus perwakilan unit kerja yang mulai ikut berperan
pasien sehingga sering bocor, meskipun beberapa anggota masih belum aktif,
6) Belum menggunakan tempat injeksi yang aman perubahan IPCN juga menjadi IPCN full timer
dan bersih untuk pasien masih terbuka dengan sehingga hanya profesional dibidang pencegahan
baki / nampan, dan pengendalian infeksi rumah sakit memang
7) Pemilahan sampah belum menggunakan tempat belum ikut pelatihan IPCN waktu itu akan tetapi
sampah pijak dan penempatan tempat sampah sudah mendapat basic PPI dasar dan pelatihan
yang terbuka sehingga keluarga pasien atau workshop PPI dalam standar akreditasi KARS 2012.
pengunjung membuang sampah ke tempat Berikut langkah kami dalam melakukan perubahan
sampah infeksius sehingga masih bercampur, dengan penerapan PPI sebagai dasar waktu itu
8) Belum ada pedoman pelayanan pencegahan dan adalah standar pokja PPI KARS 2012 yaitu :
pengendalian infeksi rumah sakit, dan panduan / 1) Komitmen dari manajemen / direksi rumah
pedoman lain terkait PPI rumah sakit. sakit terkait pentingnya penerapan PPI di
9) Belum ada SPO tertulis terkait pelaksanaan rumah sakit.
penerapan PPI dalam setiap prosedur tindakan Komitmen dari manajemen merupakan salah satu
pasien, dll. hal penting terutama untuk terlaksananya
Pada tahun 2014 ini awal dimulai penerapan kebutuhan perencanaan dana pelaksanaan
PPI dengan ada nya IPCN ( infection pervention program PPI, sesuai dengan standar pokja PPI 4
control nursing ) akan tetapi belum full timer karena dalam akreditasi KARS 2012 terkait rencana
masih juga sebagai kepala instalasi CSSD dan kebutuhan anggaran PPI harus ada dalam RKA (
Laundry. Sehingga masih belum maximal dalam Rencana Kebutuhan Anggaran ) rumah sakit.
pelaksanaan program PPI dan masih berfokus pada Oleh karena itu, sebelum pelaksanaannya kami
proses pengelolaan linen dan CSSD, selain itu juga berkoordinasi dengan manajemen untuk
kurangnya pengetahuan dukungan oleh manajemen komitmen dalam penerapan program PPI di
dan karyawan rumah sakit pada waktu itu tentang rumah sakit rencana anggaran PPI masuk dalam
pentingnya penerapan pencegahan dan pengendalian anggaran rumah sakit. Demikian juga dalam hal
infeksi sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan ini terkait dengan kebijakan yang harus ada
keselamatan pasien sehingga kepatuhan terhadap persetujuan direktur, sehingga komitmen dari
penerapan PPI masih belum maximal. Merubah manajemen / direksi rumah sakit sangatlah
budaya dan kebiasaan untuk rutin cuci tangan penting. Bukti komitmennya adalah realisasi
misalnya sesuai 5 moment cuci tangan sangat sulit

Rumah Sakit Khusus Bedah Karima Utama Surakarta 3


Patient Safety Project
Pengurangan Resiko Infeksi Melalui Penerapan PPI

perbaikan fasilitas terkait kebutuhan penerapan petugas di rumah sakit baik medis maupun non
PPI rumah sakit tahun 2015 - 2017 ini. medis dan masyarakat rumah sakit seperti
2) Pembentukan dan pengaktifan struktur pengunjung, penunggu pasien, semua terpapar
organisasi PPI yaitu Komite dan Tim PPI sosialisasi tentang PPI rumah sakit (
rumah sakit. dokumentasi foto terlampir ).
Dengan adanya struktur organisasi yang jelas 5) Perbaikan fasilitas.
dan uraian tugas yang jelas sehingga Bertahap tapi pasti sistem regulasi yang sudah
mempermudah dalam sosialisasi, monitoring, ada belum dapat diterapkan tanpa adanya
pelaporan data PPI. perubahan perbaikan fasilitas, misalnya kita
Hampir setiap unit terdapat perwakilan sebagai meminta petugas dan pengunjung untuk cuci
anggota komite PPI, karena kami harapkan ada tangan akan tetapi fasilitas untuk cuci tangan
perwakilan masing – masing unit yang tertarik tidak ada, sama saja hasilnya tidak dapat
tentang pencegahan dan pengendalian infeksi diterapkan. Akhirnya kami mengusulkan untuk
dapat ikut serta mensukseskan kegiatan PPI di disediakan fasilitas cuci tangan sesuai standar
unit masing – masing, sehingga sosialisasi Permenkes No : 1204/Menkes/SK/X/2004
pertama ke anggota komite dan berikutnya ke tentang persyaratan kesehatan lingkungan
seluruh petugas rumah sakit lebih mudah. rumah sakit, dimana setiap ruangan tersedia
3) Membuat ICRA ( Infection Control Risk fasilitas cuci tangan dan alhamdulillah setiap
Asessment ) rumah sakit dan regulasi terkait ruangan kamar pasien kami sudah tersedia
PPI dari pedoman, panduan dan SPO. fasilitas cuci tangan minimal dengan handsrub
Pentingnya dasar hukum dan landasan untuk berbasis alkohol 70 % dan chlorhexidine
menerapkan PPI di rumah sakit ini selain gluconate 0.5 %.
digunakan dalam akreditasi akan tetapi juga, Tidak hanya fasilitas untuk cuci tangan akan
petugas sendiri dan masyarakat sekarang tetapi ketersediaan kantong plastik untuk warna
semakin kritis. Apa yang kami sosialisasikan kuning dan hitam yang dibutuhka untuk
pasti ditanyakan mana dasar hukum atau pemilahan linen kotor infeksius dan non
landasannya Contoh : Kita harus melakukan infeksius, serta untuk penandaan tempat sampah
cuci tangan misalnya, ada kebijakan, panduan infeksius dan non infeksius dirumah sakit kami
dan SPO yang berdasarkan dengan ilmu juga sudah tersedia. Untuk penyumtikan yang
pengetahuan terkini sebagai acuannya misalkan aman dengan menggunakan three way sehingga
dari WHO, permenkes, dll. sudah dilakukan penyuntikan di balon karet
4) Sosialisasi regulasi dan diklat staff terkait infus, serta penggunaan satu spuit untuk satu
PPI, juga sosialisasi ke pengunjung dan obat injeksi pada satu pasien, penggunaan safety
penunggu pasien. box juga sudah kami jalankan di rumah sakit
Setelah regulasi yang dibutuhkan selesai kami.
semangat untuk perubahan, diawali dari kami Secara bertahap untuk ketepatan indentifikasi
Komite PPI dan Tim PPI terlebih dahulu pasien juga mengikuti dalam pemberian injeksi
disosialisasi dan diberi pelatihan PPI dasar dengan penandaan yang jelas barcode identitas
dengan In House Training. Kemudian kami dari pasien, jenis obat dan sudah menggunakan satu
Komite PPI melakukan sosialisasi ke seluruh bak tertutup untuk satu pasien saat melakukan

Rumah Sakit Khusus Bedah Karima Utama Surakarta 4


Patient Safety Project
Pengurangan Resiko Infeksi Melalui Penerapan PPI

penyuntikan, sehingga kebersihan, sterilitas obat 1) Pasien keluhan panas paska operasi
dan ketepatan obat pasien lebih terjaga. menurun dari 80 % menjadi 20 % atau dari
Alat woundcare yang digunakan sudah mulai 10 pasien yang di operasi 1 - 2 pasien
disterilkan dalam pouches, dengan penandaan ditemukan keluhan panas, ada pula beberapa
yang jelas waktu steril dan ED nya, juga saat kejadian panas karena saat tranfusi darah.
penggunaan dengan satu pasien dengan satu 2) Akreditasi rumah sakit paripurna tahun
alat, sehingga terjaga sterilitasnya, dll. ( 2016, dengan rekomendasi perbaikan yang
Dokumentasi perubahan before dan after terus kami lakukan untuk keselamatan
terlampir ). pasien dan meningkatkan mutu rumah sakit.
6) Monitoring dan evaluasi berkala sesuai 3) Tidak ditemukan infus bocor atau bengkak
jadwal audit dari komite PPI pada pasien karena terpasang infus dan
Monitoring dilakukan setiap hari oleh anggota penyuntikan sudah tidak lewat balon karet
komite unit, IPCN, kepala ruang serta unit melainkan lewat three way, akan tetapi
terkait lainnya. Audit kepatuhan setiap bulan masih di temukan phlebitis mekanikal saat
pada tiap minggu sekali di telusur pada tahun pemasangan infus yang tidak tepat sehingga
2015 – 2016, karena sudah mulai berjalan pada bengkak atau pembuluh darah pecah
tahun 2017 audit tiap 2 bulan tiap 2 minggu sehingga dipasang ulang ditempat lain.
sekali untuk pendataannya, akan tetapi untuk 4) Kesalahan pembuangan sampah sudah
monitoringnya tetap setiap hari. berkurang setelah penandaan dan
Contoh jadwal dan isian audit terlampir. penempatan yang tepat tempat sampah
Setiap kegiatan atau program PPI rumah infeksius dan non infeksius, serta benda
sakit berdasarkan ICRA rumah sakit yang tajam jarum sudah dengan safety box. Sudah
secara bertahap dengan menentukan prioritas tidak ditemukan sampah infeksius yang
yang diajukan untuk dikerjakan atau terbuang di non infeksius.
diselesaikan terlebih dahulu, dengan target 5) Benda atau alkes BHP yang terbawa ke
waktu tertentu. laundry sudah berkurang tiap bulannya dulu
bisa hampir setiap hari ada yang terbawa,
sekarang satu bulan hanya satu – dua kali
HASIL karena kadang karena petugas tergesa – gesa
atau keluarga pasien yang tidak tahu tempat
linen dikira tempat sampah.
Adapun contoh hasil dari penerapan pencegahan 6) Proses penyuntikan yang aman dan
dan pengendalian infeksi di RS. Khusus Bedah pemasangan infus tehnik aceptik, serta
Karima Utama Surakarta meliputi perubahan sikap perawatan luka tehnik aceptik yang terus
dan kebiasaan petugas untuk bekerja sesuai prosedur kami sosialisasikan pada petugas dengan
dengan memperhatikan resiko infeksi baik pada fasilitas tempat injeksi satu pasien satu dan
pasien, petugas, teman sejawat dan pengunjung. instrumen rawat luka satu pasien satu.
Dapat kami sampaikan beberapa hasil penerapan PPI 7) Kepatuhan Cuci Tangan Petugas
adalah sebagai berikut : Progress kepatuhan cuci tangan petugas
terjadi peningkatan kepatuhan, meskipun

Rumah Sakit Khusus Bedah Karima Utama Surakarta 5


Patient Safety Project
Pengurangan Resiko
Resi Infeksi Melalui Penerapan PPI

masih ditemukan beberapa petugas yang Progress kepatuhan penggunaan APD petugas
terlewatkan tidak cuci tangan karena lupa terjadi peningkatan kepatuhan, meskipun masih
atau alasannya
sannya sudah pake sarung tangan.
tangan ditemukan beberapa petugas yang menggunakan
8) Kepatuhan Penggunaan APD APD tidak tepat.

Grafik 1 : Kepatuhan Cuci tangan Petugas


RS. Khusus
Khusus Bedah Karima Utama Surakarta tahun 2015 - 2017
Kepatuhan Cuci Tangan Petugas RS. Khusus Bedah Karima Utama Surakarta
Tahun 2015 - 2017
120
100
Persentase

80
60
40
20
0
Septem Novemb
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Oktober
ber er
Standar 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Kepatuhan cuci tangan '15 59,02 47,42 80,89 75,21 78,11 65,79 73,61 78,08 75,7 78,09 80,22
Kepatuhan cuci tangan '16 83,89 81,7 80,95 70,37 84,06 82,65 85,14 86,48 84,96 87,12 87,73
Kepatuhan cuci tangan '17 86,12 87,41 85,97 87,54 87,87 85,57 88,89

Grafik 2 : Kepatuhan Penggunaan APD


RS. Khusus Bedah Karima Utama Surakarta tahun 2015 – 2017
KEPATUHAN PENGGUNAAN APD
RS. KHUSUS BEDAH KARIMA UTAMA SURAKARTA
120
100
80
Persentase

60
40
20
0
Septem Novemb
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Oktober
ber er
Standar 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
2015 78,4 73,46 81,29 82,81 94,56 85,91 87,71 89,11 93,52 86,16 87,23
2016 89,92 92,97 93,89 87,51 94,93 94,72 86 92,65 94,05 95,13 94,49
2017 90,34 90,44 89,8 88,64 90,2 93,01 90,48

Rumah Sakit Khusus Bedah Karima Utama Surakarta 6


Patient Safety Project
Pengurangan Resiko Infeksi Melalui Penerapan PPI

Kesehatan. SK Menkes No 27/MENKES/2017.


Menkes : Jakarta.
KESIMPULAN
.2017. Pedoman Manajerial Pencegahan
Dari data contoh hasil penerapan PPI di dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan
RS. Khusus Bedah Karima Utama Surakarta Fasiltas Pelayanan Kesehatan Lainnya. SK Menkes
tersebut diatas, kami dapatkan perubahan No 27/MENKES/2017. Menkes RI : Jakarta.
progress kearah yang lebih baik dalam
pemberian pelayanan pasien dan kepatuhan Herman M J. 2016. Government Hospital
petugas terhadap prosedur yang telah ditetapkan. Facilities and Infrastructure to Prevent and Control
Penerapan pencegahan infeksi dalam pelayanan Infection In Indonesia. Pusat Penelitian dan
di rumah sakit memberikan kontribusi Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan
menurunkan resiko infeksi petugas, pasien, Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan
keluarga pasien dan pengunjung. Kesehatan. Kementrian Kesehatan RI : Jakarta.
Meskipun demikian masih ditemukan
beberapa petugas yang belum melaksanakan Notoatmodjo S. 2007. Ilmu Kesehatan
penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi. Masyarakat. Rhineka Cipta : Jakarta.
Sehingga masih menjadi pekerjaan rumah bagi Siegel JD et al. and HICPAC CDC. 2007.
kami untuk terus mensosialisasikan tentang Guideline for Isolation Precaution : Preventing
pencegahan dan pengendalian infeksi, karena Transmission of Infectious Agent in Healthcare
merubah kebiasaan seseorang tidak semudah Setting. CDC hal 1- 9
membalikkan telapak tangan. Adanya kerja sama
dan komitmen dari semua pihak baik dari
manajemen, direksi, petugas medis, paramedis,
non medis, pasien, penunggu pasien dan
pengunjung yang ikut serta dalam penerapan
pencegahan dan pengendalian infeksi serta
adanya promotor, motivator yaitu IPCN serta
Komite PPI yang aktif, sabar mengingatkan
setiap petugas dalam penerapan pencegahan dan
pengendalian infeksi yang merupakan salah satu
komponen penting kesuksesan penerapan PPI di
rumah sakit sebagai upaya untuk meningkatkan
mutu dan keselamatan pasien.

REFERENSI

Suryabrata, Sumadi. 2008. Metode Penelitian.


PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta.

.2017. Pedoman Pencegahan dan


Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan

Rumah Sakit Khusus Bedah Karima Utama Surakarta 7


Patient Safety Project
Pengurangan Resiko Infeksi Melalui Penerapan PPI

Rumah Sakit Khusus Bedah Karima Utama Surakarta


8

You might also like