Professional Documents
Culture Documents
Abstrak PPI adalah sebuah organisasi yang harus ada di setiap fasyankes. PPI terbagi menjadi 5 program besar
mulai dari kewaspadaan isolasi, surveilans, diklat, pencegahan infeksi dan antimikroba rasional. PPI harus
dilaksanakan oleh seluruh individu yang ada di suatu fasyankes atau rumah sakit. Dengan terlaksananya program
PPI di rumah sakit tentunya dapat meningkatkan mutu pelayanan serta dapat menurunkan dan mengendalikan
HAIs atau INOS sehingga salah satu standar keselamatan pasien dapat tercapai.
Abstrak PPI is an organization that must exist in every fasyankes. PPI is divided into 5 major programs ranging
from isolation precautions, surveillance, training, infection prevention and rational antimicrobials. PPI must be
implemented by all individuals in a fasyankes or hospital. With the implementation of PPI programs in hospitals
can certainly improve the quality of service and can reduce and control HAIs or INOS so that one of the patient
safety standards can be achieved.
PENDAHULUAN
Healthcare associated infections ( HAIs ) lainnya, kontak langsung antara petugas rumah
dahulu dikenal sebagai infeksi nosokomial atau sakit yang tercemar kuman dengan pasien,
hospital-acquired infections. HAIs adalah infeksi Penggunaan alat / peralatan medis yang tercemar
yang terjadi pada pasien selama perawatan di oleh kuman, kondisi pasien yang lemah akibat
rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya. penyakit yang dideritanya, kurangnya
Infeksi tersebut tidak ditemukan atau tidak sedang pengetahuan tentang pencegahan dan
berinkubasi pada saat pasien masuk. Termasuk pengendalian infeksi serta fasilitas yang tidak
dalam definisi ini adalah infeksi yang didapat di mendukung untuk penerapan PPI.
rumah sakit namun baru bermanifestasi setelah Penerapan pencegahan dan pengendalian
pasien keluar. Selain pada pasien, HAIs dapat infeksi merupakan suatu mimpi yang ingin kami
terjadi pada tenaga kesehatan, staf dan pengunjung terapkan di RS. Khusus Bedah Karima Utama
rumah sakit. (WHO). Terjadinya infeksi Surakarta sejak tahun 2014, sebagai upaya untuk
nosokomial dipengaruhi oleh beberapa faktor keselamatan pasien dan meningkatkan mutu
antara lain : Banyaknya pasien yang dirawat yang pelayanan. Dimana kurangnya pengetahuan kami
menjadi sumber infeksi bagi lingkungan dan tentang PPI dan fasilitas yang belum mendukung
pasien lainnya, kontak langsung antara pasien waktu itu, serta meningkatnya keluhan pasien
yang menjadi sumber infeksi dengan pasien panas ( hypertermi paska operasi ) menjadi
pengetahuan kami tentang penerapan PPI waktu itu bagi sebagian besar petugas kami waktu itu.
tahun 2014 dimana : Bertahap perubahan awalnya sebagai persiapan
1) Alat yang digunakan untuk woundcare terbatas, akreditasi rumah sakit juga karena harus ada PPI,
2) Minimalnya fasilitas cuci tangan, kami masih belum mengetahui pentingnya
3) Belum ada proses pemilahan linen dari ruangan, penerapan PPI.
masih ditemui linen kotor dilantai saat Tahun 2015 titik awal terbentuknya komite
verbedent, dan tim PPI, dimana komite PPI sudah melibatkan
4) Masih adanya perendaman dan penyikatan linen dokter didalamnya sebagai ketua dan juga sudah
dilaundry, mengikuti pelatihan dasar serta anggota komite dari
5) Penyuntikan masih lewat karet selang infus perwakilan unit kerja yang mulai ikut berperan
pasien sehingga sering bocor, meskipun beberapa anggota masih belum aktif,
6) Belum menggunakan tempat injeksi yang aman perubahan IPCN juga menjadi IPCN full timer
dan bersih untuk pasien masih terbuka dengan sehingga hanya profesional dibidang pencegahan
baki / nampan, dan pengendalian infeksi rumah sakit memang
7) Pemilahan sampah belum menggunakan tempat belum ikut pelatihan IPCN waktu itu akan tetapi
sampah pijak dan penempatan tempat sampah sudah mendapat basic PPI dasar dan pelatihan
yang terbuka sehingga keluarga pasien atau workshop PPI dalam standar akreditasi KARS 2012.
pengunjung membuang sampah ke tempat Berikut langkah kami dalam melakukan perubahan
sampah infeksius sehingga masih bercampur, dengan penerapan PPI sebagai dasar waktu itu
8) Belum ada pedoman pelayanan pencegahan dan adalah standar pokja PPI KARS 2012 yaitu :
pengendalian infeksi rumah sakit, dan panduan / 1) Komitmen dari manajemen / direksi rumah
pedoman lain terkait PPI rumah sakit. sakit terkait pentingnya penerapan PPI di
9) Belum ada SPO tertulis terkait pelaksanaan rumah sakit.
penerapan PPI dalam setiap prosedur tindakan Komitmen dari manajemen merupakan salah satu
pasien, dll. hal penting terutama untuk terlaksananya
Pada tahun 2014 ini awal dimulai penerapan kebutuhan perencanaan dana pelaksanaan
PPI dengan ada nya IPCN ( infection pervention program PPI, sesuai dengan standar pokja PPI 4
control nursing ) akan tetapi belum full timer karena dalam akreditasi KARS 2012 terkait rencana
masih juga sebagai kepala instalasi CSSD dan kebutuhan anggaran PPI harus ada dalam RKA (
Laundry. Sehingga masih belum maximal dalam Rencana Kebutuhan Anggaran ) rumah sakit.
pelaksanaan program PPI dan masih berfokus pada Oleh karena itu, sebelum pelaksanaannya kami
proses pengelolaan linen dan CSSD, selain itu juga berkoordinasi dengan manajemen untuk
kurangnya pengetahuan dukungan oleh manajemen komitmen dalam penerapan program PPI di
dan karyawan rumah sakit pada waktu itu tentang rumah sakit rencana anggaran PPI masuk dalam
pentingnya penerapan pencegahan dan pengendalian anggaran rumah sakit. Demikian juga dalam hal
infeksi sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan ini terkait dengan kebijakan yang harus ada
keselamatan pasien sehingga kepatuhan terhadap persetujuan direktur, sehingga komitmen dari
penerapan PPI masih belum maximal. Merubah manajemen / direksi rumah sakit sangatlah
budaya dan kebiasaan untuk rutin cuci tangan penting. Bukti komitmennya adalah realisasi
misalnya sesuai 5 moment cuci tangan sangat sulit
perbaikan fasilitas terkait kebutuhan penerapan petugas di rumah sakit baik medis maupun non
PPI rumah sakit tahun 2015 - 2017 ini. medis dan masyarakat rumah sakit seperti
2) Pembentukan dan pengaktifan struktur pengunjung, penunggu pasien, semua terpapar
organisasi PPI yaitu Komite dan Tim PPI sosialisasi tentang PPI rumah sakit (
rumah sakit. dokumentasi foto terlampir ).
Dengan adanya struktur organisasi yang jelas 5) Perbaikan fasilitas.
dan uraian tugas yang jelas sehingga Bertahap tapi pasti sistem regulasi yang sudah
mempermudah dalam sosialisasi, monitoring, ada belum dapat diterapkan tanpa adanya
pelaporan data PPI. perubahan perbaikan fasilitas, misalnya kita
Hampir setiap unit terdapat perwakilan sebagai meminta petugas dan pengunjung untuk cuci
anggota komite PPI, karena kami harapkan ada tangan akan tetapi fasilitas untuk cuci tangan
perwakilan masing – masing unit yang tertarik tidak ada, sama saja hasilnya tidak dapat
tentang pencegahan dan pengendalian infeksi diterapkan. Akhirnya kami mengusulkan untuk
dapat ikut serta mensukseskan kegiatan PPI di disediakan fasilitas cuci tangan sesuai standar
unit masing – masing, sehingga sosialisasi Permenkes No : 1204/Menkes/SK/X/2004
pertama ke anggota komite dan berikutnya ke tentang persyaratan kesehatan lingkungan
seluruh petugas rumah sakit lebih mudah. rumah sakit, dimana setiap ruangan tersedia
3) Membuat ICRA ( Infection Control Risk fasilitas cuci tangan dan alhamdulillah setiap
Asessment ) rumah sakit dan regulasi terkait ruangan kamar pasien kami sudah tersedia
PPI dari pedoman, panduan dan SPO. fasilitas cuci tangan minimal dengan handsrub
Pentingnya dasar hukum dan landasan untuk berbasis alkohol 70 % dan chlorhexidine
menerapkan PPI di rumah sakit ini selain gluconate 0.5 %.
digunakan dalam akreditasi akan tetapi juga, Tidak hanya fasilitas untuk cuci tangan akan
petugas sendiri dan masyarakat sekarang tetapi ketersediaan kantong plastik untuk warna
semakin kritis. Apa yang kami sosialisasikan kuning dan hitam yang dibutuhka untuk
pasti ditanyakan mana dasar hukum atau pemilahan linen kotor infeksius dan non
landasannya Contoh : Kita harus melakukan infeksius, serta untuk penandaan tempat sampah
cuci tangan misalnya, ada kebijakan, panduan infeksius dan non infeksius dirumah sakit kami
dan SPO yang berdasarkan dengan ilmu juga sudah tersedia. Untuk penyumtikan yang
pengetahuan terkini sebagai acuannya misalkan aman dengan menggunakan three way sehingga
dari WHO, permenkes, dll. sudah dilakukan penyuntikan di balon karet
4) Sosialisasi regulasi dan diklat staff terkait infus, serta penggunaan satu spuit untuk satu
PPI, juga sosialisasi ke pengunjung dan obat injeksi pada satu pasien, penggunaan safety
penunggu pasien. box juga sudah kami jalankan di rumah sakit
Setelah regulasi yang dibutuhkan selesai kami.
semangat untuk perubahan, diawali dari kami Secara bertahap untuk ketepatan indentifikasi
Komite PPI dan Tim PPI terlebih dahulu pasien juga mengikuti dalam pemberian injeksi
disosialisasi dan diberi pelatihan PPI dasar dengan penandaan yang jelas barcode identitas
dengan In House Training. Kemudian kami dari pasien, jenis obat dan sudah menggunakan satu
Komite PPI melakukan sosialisasi ke seluruh bak tertutup untuk satu pasien saat melakukan
penyuntikan, sehingga kebersihan, sterilitas obat 1) Pasien keluhan panas paska operasi
dan ketepatan obat pasien lebih terjaga. menurun dari 80 % menjadi 20 % atau dari
Alat woundcare yang digunakan sudah mulai 10 pasien yang di operasi 1 - 2 pasien
disterilkan dalam pouches, dengan penandaan ditemukan keluhan panas, ada pula beberapa
yang jelas waktu steril dan ED nya, juga saat kejadian panas karena saat tranfusi darah.
penggunaan dengan satu pasien dengan satu 2) Akreditasi rumah sakit paripurna tahun
alat, sehingga terjaga sterilitasnya, dll. ( 2016, dengan rekomendasi perbaikan yang
Dokumentasi perubahan before dan after terus kami lakukan untuk keselamatan
terlampir ). pasien dan meningkatkan mutu rumah sakit.
6) Monitoring dan evaluasi berkala sesuai 3) Tidak ditemukan infus bocor atau bengkak
jadwal audit dari komite PPI pada pasien karena terpasang infus dan
Monitoring dilakukan setiap hari oleh anggota penyuntikan sudah tidak lewat balon karet
komite unit, IPCN, kepala ruang serta unit melainkan lewat three way, akan tetapi
terkait lainnya. Audit kepatuhan setiap bulan masih di temukan phlebitis mekanikal saat
pada tiap minggu sekali di telusur pada tahun pemasangan infus yang tidak tepat sehingga
2015 – 2016, karena sudah mulai berjalan pada bengkak atau pembuluh darah pecah
tahun 2017 audit tiap 2 bulan tiap 2 minggu sehingga dipasang ulang ditempat lain.
sekali untuk pendataannya, akan tetapi untuk 4) Kesalahan pembuangan sampah sudah
monitoringnya tetap setiap hari. berkurang setelah penandaan dan
Contoh jadwal dan isian audit terlampir. penempatan yang tepat tempat sampah
Setiap kegiatan atau program PPI rumah infeksius dan non infeksius, serta benda
sakit berdasarkan ICRA rumah sakit yang tajam jarum sudah dengan safety box. Sudah
secara bertahap dengan menentukan prioritas tidak ditemukan sampah infeksius yang
yang diajukan untuk dikerjakan atau terbuang di non infeksius.
diselesaikan terlebih dahulu, dengan target 5) Benda atau alkes BHP yang terbawa ke
waktu tertentu. laundry sudah berkurang tiap bulannya dulu
bisa hampir setiap hari ada yang terbawa,
sekarang satu bulan hanya satu – dua kali
HASIL karena kadang karena petugas tergesa – gesa
atau keluarga pasien yang tidak tahu tempat
linen dikira tempat sampah.
Adapun contoh hasil dari penerapan pencegahan 6) Proses penyuntikan yang aman dan
dan pengendalian infeksi di RS. Khusus Bedah pemasangan infus tehnik aceptik, serta
Karima Utama Surakarta meliputi perubahan sikap perawatan luka tehnik aceptik yang terus
dan kebiasaan petugas untuk bekerja sesuai prosedur kami sosialisasikan pada petugas dengan
dengan memperhatikan resiko infeksi baik pada fasilitas tempat injeksi satu pasien satu dan
pasien, petugas, teman sejawat dan pengunjung. instrumen rawat luka satu pasien satu.
Dapat kami sampaikan beberapa hasil penerapan PPI 7) Kepatuhan Cuci Tangan Petugas
adalah sebagai berikut : Progress kepatuhan cuci tangan petugas
terjadi peningkatan kepatuhan, meskipun
masih ditemukan beberapa petugas yang Progress kepatuhan penggunaan APD petugas
terlewatkan tidak cuci tangan karena lupa terjadi peningkatan kepatuhan, meskipun masih
atau alasannya
sannya sudah pake sarung tangan.
tangan ditemukan beberapa petugas yang menggunakan
8) Kepatuhan Penggunaan APD APD tidak tepat.
80
60
40
20
0
Septem Novemb
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Oktober
ber er
Standar 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Kepatuhan cuci tangan '15 59,02 47,42 80,89 75,21 78,11 65,79 73,61 78,08 75,7 78,09 80,22
Kepatuhan cuci tangan '16 83,89 81,7 80,95 70,37 84,06 82,65 85,14 86,48 84,96 87,12 87,73
Kepatuhan cuci tangan '17 86,12 87,41 85,97 87,54 87,87 85,57 88,89
60
40
20
0
Septem Novemb
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Oktober
ber er
Standar 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
2015 78,4 73,46 81,29 82,81 94,56 85,91 87,71 89,11 93,52 86,16 87,23
2016 89,92 92,97 93,89 87,51 94,93 94,72 86 92,65 94,05 95,13 94,49
2017 90,34 90,44 89,8 88,64 90,2 93,01 90,48
REFERENSI