You are on page 1of 50

PENGARUH CARA INKUBASI, PENGAPURAN DAN PEMUPUKAN

FOSFOR TERHADAP TANAMAN JAGUNG ( Zen ntnys L. ) PADA TANAH

HAPLUDULT ( PODSOLIK ) GAJRUG

OLEH :

AMAN AFFANDI

A04495056

PROGRAM STUD1 ILMU TANAH S-1

JURUSAN TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

NSTITUT PERTANIAN BOGOR

2001
Sesungguhnya dalan~penciptaan langit dun bun~i
Dan silih bergantinya n7alanl dun siang
Terdapat tanda-tarida bag orang-orangyang berakal.

Ya Tuhan kami, tiadalah Engkari nrenciptakan ini


Dengaim sia-sia
(Ali Imran ayat 190 da17 191 A1 Ayah)

Terinra kasih ntns


Don rest11d m yengorbntman
Kedz~norang tun Ku tercinta dnn
Dorongan kakak-kakak
Drs Unas Affandi/ Drn Deivi Asfuti
Nz~rHnliniah SKM/Drs M Grrnn~vnn
Nzrn Hudati SPD/ Fatul Murid SH
ABSTRACT

The aim of this research are to study the methods of phosphorus fertilization

on any lime doses and the lime and phosphor incubation method on corn plant ( Zen

mays L. ) on Hapludult ( Podsolik Gajrug ).

Experimental design used in this research is Split Plot Design with lime

factors on 4 grade as follow KO= Ox, K1= 25%, K2= 50% equal to exchangeable-Al,

and K3 = 100% equal to exchangeable-At, and with phosphorus factors on 1.24 g

TSPIpot, 3.37 g rock phosphatelpot, and 1.04 g mono-calcium phosphatelpot equal to

50 ppm P application. Initial fertilizer used are ZA with 100 ppm N doses (2.4 g

ZAIpot) and KC1 with 100 ppm K doses (1 g KCVpot). Duncan test was established

whether to understand the effect of each treatment or combination of some treatment.

The lime treatment which was done earlier then incubated for one week are

significantly higher to the lime and phosphorus fertilization that were done at the

same time but incubated for two weeks on the corn dry mass and pH. Content and

uptake of phosphorus in the second incubation are higher than the first incubation.

Lime increasing doses significantly increase the corn dry mass, pH and

phosphor uptake but decrease the exchangeable-Al. The treatment of 25% lime

equal t o exchangeable-Al cause the highest plant phosphorus content compare to no

lime, 50% lime application, and 100% lime application equal to exchangeable-Al

treatment. Lime treatment did not give significant effects to the CEC and available P.
The phosphate mono-calcium treatment significantly higher than TSP

and rock phosphate on pH value. The phosphate mono-calcium treatment cause

higher plant phosphorus content and phosphorus uptake compare to the TSP and rock

phosphate treatment. Treatment of TSP, rock phosphate and phosphate monocalcium

were not significantly different on corn plant dry weight, exchangeable Al, CEC and

available phosphate.

The treatment of 100% lime equal to exchangeable-& that was done earlier

then add by TSP significantly higher than other combination treatments to the corn

dry mass. The treatment of 100% lime equal to exchangeable-& that was done

earlier then add by rock phosphate significantly increase pH value higher than other

combination treatments. Combination treatment on 100% lime equal to

exchangeable-& with TSP that were done on the same time gave the lowest pH value

compare to other combination treatment.


Rm'GKASAN

AMAN APPANDI. Pengamh cara inkubasi, pengapuran dan pemupukan fosfor

terhadap tanaman jagung ( Zea ntays L. ) pada tanah Hapludult ( Podsolik ) Gajrug

( Dibawah bimbingan KOMARUDDIN IDRIS sebagai ketua dan HERU

BAGUS PULUNGGONO sebagai anggota ).

Kendala utama dalam pengembangan tanaman jagung pada lahan kering di

Indonesia adalah produksinya yang rendah dan menurun yaitu dengan rata-rata

produksi nasional 1,s tonlha. Upaya untuk mengoptimalkan pertumbuhan tanaman

dapat dilakukan dengan meningkatkan kesuburan tanah melalui pemberian input

kedalam tanah. Penggunaan kapur dan pupuk fosfor mempakan salah satu tindakan

alternatif untuk mengatasi masalah pertanian dilahan kering.

Tujuan penelitian ini untuk mempelajari pemberian pupuk fosfor pada

berbagai dosis kapur dan mempelajari cara inkubasi kapur dan pupuk fosfor terhadap

tanaman jagung ( Zea nzays L. ) pada tanah Hapludult ( Podsolik ) Gajmg.

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rancangan

split plot dengan faktor yang dicobakan adalah kapur terdiri dari 4 taraf KO = 0, K1 =

25 % setara Al-dd, K2 = 50 % setara Al-dd, K3 = 100 % setara Al-dd dan pupuk

fosfor dengan dosis 1,24 g TSPIpot, 3,37 g fosfat a l a d p o t dan 1,04 g monokalsium

fosfatlpot yang setara dengan pemberian 50 ppm P. Pupuk dasar yang digunakan

berupa ZA dengan dosis 100 ppm N ( 2,4 g ZNpot ) dan KC1 dengan dosis 100 ppm

K ( 1 g KCVpot ).Untuk mengetahui pengaruh dari tiap perlakuan maupun kombinasi

dari beberapa perlakuan dilakukan uji lanjut Duncan.


Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan kapur yang diberikan lebih

awal kemudian diinkubasi selama 1 minggu nyata lebih tinggi dibandingkan

perlakuan kapur dan pupuk fosfor yang diberikan bersamaan ( diinkubasi selama 2

minggu ) terhadap bobot kering tanaman jagung dan pH. Serapan fosfor dan kadar

fosfor tanaman pada inkubasi dua lebih tinggi dibandingkan inkubasi satu.

Peningkatan jumlah kapur nyata meningkatkan bobot kering tanarnan jagung,

pH dan nyata menurunkan Al-dd serta meningkatkan serapan fosfor. Perlakuan kapul-

25 % setara Al-dd menghasilkan kadar fosfol- tanalnan tertinggi dibandingkan

perlakuan tanpa kapur, pemberian kapur 50 % setala Al-dd dan pemberian kapur 100

% setara Al-dd. Perlakuan kapur tidak berpengaruh nyata terhadap KTI< dan fosfol-

tersedia.

Perlakuan pemupukan fosfor dengan monokalsium fosfat nyata lebih tinggi

dibandingkan perlakuan dengan TSP dan fosfat alam terhadap pH. Perlakuan

monokalsium fosfat menghasilkan serapan fosfor dan kadar fosfor tanaman lebih

tinggi dibandingkan perlakuan dengan TSP dan fosfat alam. Perlaltuan TSP, fosfat

alam dan monokalsium fosfat tidak berbeda nyata terhadap bobot kering tanaman

jagung, Al-dd, KTK dan fosfor tersedia.

Perlakuan kapur 100 % setara Al-dd yang diberikan lebih awal ditambahltan

TSP nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan kombinasi lainnya terhadap bobot

kel-ing tanaman jagung. Perlakuan kapur 100 % setara Al-dd yang diberikan lebili

awal ditambahkan fosfat alam, nyata me~nberikan kenaikaan pH lebih tinggi

dibandingkan perlakuan kombinasi lainnya Kombinasi perlakuan pe~nberian kapur


100 % setara Al-dd yang diberikan secara bersamaan dengan TSP nyata mernberikan

nilai Al-dd terrendah dibandingkan perlakuan kombinasi lainnya.


PENGARUH CARA INKUBASI, PENGAPURAN DAN PEMUPUKAN

FOSFOR TERHADAP TANAMAN JAGUNG ( Zen ntays L. ) PADA TANAH

HAPLUDULT ( PODSOLIK ) GAJRUG

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

OLEH :

AMAN AFFANDI

A04495056

PROGRAM STUD1 E M U TANAH S-1

JURUSAN TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2001
Judul : Pengaruh Cara Inkubasi, Pengapuran dan

Pemupukan Fosfor Terhadap Tanaman Jagung ( Zea

mays L. ) Pada Tanah Hapludult ( Podsolik ) Gajmg

Nama Mahasiswa : Arnan AfTandi

Nomor Pokok : A04495056

Menyetujui

Pembimb' g I

&
Dr. Ir ~ o m a k d d i nIdris, MS
NIP. 130 536 683
Ir Hem Bagus ~ulungiono,MAgr
NIP. 131 667 781

MSc

Tanggal Lulus ::
. & 7 e~ ~
i

~ i
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 26 September 1975 sebagai anak ke

lima dari lima orang bersaudara, dari pasangan Moch AEandi dan Soekati.

Tahun 1988 penulis lulus dari SD Negeri Beji 1 Depok, tahun 1991 lulus dari

SMP Negeri 98 Jakarta Selatan dan tahun 1994 lulus dari SMA Suluh Jakarta Selatan.

Tahun 1995 penulis masuk IPB melalui jalur Ujian Masuk Perguman Tinggi Negeri

( UMPTN ) dan terdaftar sebagai mahasiswa Jumsan Tanah, Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi anggota Himpunan

Mahasiswa Ilmu Tanah ( HMIT ).


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tulisan ini. Dalam penelitian ini penulis

mengambil judul " Pengaruh Cara Inkubasi, Pengapuran dan Pemupukan Fosfor

Terhadap Tanaman Jagung ( Zea mays L. ) pada Tanah Hapludult ( Podsolik ) Gajrug.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang

telah membantu penyelesaian skripsi ini, dan kepada pihak yang telah membantu

selama kuliah di IPB.

1. Bapak Dr Ir Komaruddin Idris MS selaku pembimbing I dan Ir Hem Bagus

Pulunggono MAgr selaku pembimbing 11, yang selalu meluangkan waktu dan

mengarahkan penulis dalam menulis skripsi ini.

2. Bapak Dr Ir Kukuh Murtilaksono MS selaku pembimbing akademik selama

penulis kuliah di IPB, penulis mengucapkan terima kasih atas perhatian, saran

dan nasihatnya.

3. Ibu Ratna dan ibu Tini yang telah membantu dalam pencarian literatur.

4. Teman-teman di Neo Soil' 32 terima kasih atas dukungan dan kebersamaan

selama ini.

Ungkapan terima kasih yang mendalam penulis ucapkan kepada ayah, ibu,

kakak dan keponakan atas dukungan doa dan kasih sayangnya.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi penulis dan bagi pihak yang memerlukannya

Bogor, April 2001

Penulis
DAFTAR IS1

DAFTAR TABEL ............. ......... ....... ... .......

DAFTAR GAMBAR .......... ...... . ... .... .., ....... ... ..... ... .......... .... ..... .

PENDAHULUAN

Tujuan Penelitian

TINJAUAN PUSTAIL4 ................................................................................

Sifat Umum Tanah Podsolik ....................

Pengaruh Pemberian dan Inkubasi terhadap Beberapa Ciri Kimia

Tanah dan Hasil Tanaman .....................................................................

Pengaruh Pemberian Pupuk Fosfor terhadap Hasil Tanaman ..................

BAHAN DAN METOD

HASIL DAN PEMBAaASAN .....................................................................

Pengaruh Inkubasi kapur dan Fosfor

Pengaruh Pemberian Kapu

Pengaruh Pemupukan Fosfor .... ........ ... ........ ..........................................

Pengaruh Interaksi Inkubasi, Kapur dan Pemupukan Fosfor ..................

KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA ......... ... ... .............. ........... . ......... ............................ .....,

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Nomor

Teks

1. Pengaruh Perlakuan Inkubasi Kapur dan Fosfor terhadap

Bobot Kering Tanaman Jagung, Serapan Fosfor dan Kadar Fosfor

Tanaman ................................................................................................

2. Pengaruh Perlakuan Inkubasi Kapur dan Fosfor terhadap

pH, Al-dd, KTK dan Fosfor Tersedia

.
q Pengaruh Perlakuan Kapur terhadap Bobot Kering Tanaman Jagung,

Serapan Fosfor dan Kadar Fosfor Tanaman

4. Pengaruh Perlakuan Kapur terhadap pH, Al-dd, KTK dan Fosfor

Tersedia

5 . Penganth Perlakuan Pemupukan Fosfor terhadap Bobot Kering

Tanaman Jagung, Serapan Fosfor dan Kadar Fosfor Tanaman ................

6 . Pengaruh Perlakuan Pemupukan Fosfor terhadap pH, Al-dd, KTK dan

Fosfor Tersedia ......................................................................................

7. Pengaruh Perlakuan Inkubasi, Kapur dan Pemupukan Fosfor terhadap

Bobot Kering Tanaman Jagung

8. Pengaruh Perlakuan Inkubasi, Kapur dan Pemupukan Fosfor terhadap

pH .........................................................................................................

9. Pengaruh Perlakuan Inkubasi, Kapur dan Pemupukan Fosfor terhadap


Nomor Halaman

1. Data Analisis Awal Kimia Tanah Sebelum Inkubasi.. . . . . . . . . . .... ... . . . ... . . . . 25

2. Bobot Kering Tanaman Jagung pada Berbagai Perlakuan .. . . . .. .............. . . . 26

3. Serapan Fosfor dan Kadar Fosfor Tanaman pada Berbagai

Perlakua 27

4. Nilai pH pada Berbagai Perlakua 28

5. Kadar Al-dd pada Berbagai Perlakuan ......................................................... 29

6 Nilai KTK pada Berbagai Perlakuan 30

7. Kadar Fosfor Tersedia pada Berbagai Perlakua 31

8. Analisis Ragam Produksi Bobot Kering Tanaman Jagung dan pH ................ 32

9. Analisis Ragam Al-dd dan KTK 33

10. Analisis Ragam Fosfor Tersedi 34


DAPTAR GAMBAR

Nornor Halaman

Teks

1. Hubungan Dosis Kapur dengan Bobot Kering Tanaman Jagung ..................... 14

2. Hubungan Dosis I<apur dengan Serapan Fosfor .......................................... 14


PENDAHULUAN

Tanah-tanah di daerah tropika basah, pada umumnya merupakan tanah-tanah

yang telah mengalami pelapukan intensif Sebagai akibatnya tanah-tanah ini

mempunyai beberapa masalah diantaranya ketersediaan hara yang rendah dan

keracunan beberapa unsur hara seperti Al, Mn dan sebagainya.

Tanah Podsolik tersebar luas di Indonesia seperti di Sumatra, Kalimantan,

Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya. Karena tanah-tanah ini menempati areal yang luas

maka keadaan tersebut merupakan potensi yang besar bagi perluasan areal pertanian

diluar Jawa.

Budidaya tanaman pangan di tanah Podsolik sering kali mengalami kegagalan

dengan kata lain produksi yang dihasilkan jauh dari tingkat optimal. Hal ini lebih

banyak disebabkan karena masalah kesuburan alamiah tanah tersebut yang memang

rendah.

Tindakan pengapuran merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan

untuk mengatasi masalah diatas. Pengapuran dapat meningkatkan pH tanah serta

dapat menekan kelarutan unsur-unsur yang meracuni tanaman. Dengan pengapuran

berarti menambahkan unsur yang mengandung Ca kedalam tanah sehingga dapat

meningkatkan ketersediaannya.

Pemupukan fosfor juga merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

kesuburan tanah. Dengan pemupukan fosfor diharapkan tingkat kesuburan tanah

dapat diperbaiki. Fosfor merupakan unsur makro yang sangat penting bagi
pertumbuhan tanaman, walaupun kadarnya didalam tanaman lebih rendah dari N, K

dan Ca ( Leiwakabessy, 1988 ).

Inkubasi tanah juga merupakan ha1 yang penting dalam proses pemupukan

tanah. Inkubasi ditujukan agar reaksi pupuk dan tanah dapat bejalan dengan

sempurna, oleh karena itu perlakuan inkubasi sangat perlu diperhatikan.

Dari penelitian ini diharapkan perlakuan kapur dan fosfor yang diberikan

secara bersamaan kemudian diinkubasi selama 2 minggu dapat diperoleh hasil yang

lebih baik sehingga dapat mengurangi biaya tenaga kerja dibandingkan perlakuan

kapur yang diinkubasi terlebih dahulu selama 1 minggu kemudian ditambahkan

fosfor dan diinkubasi kembali selama 1 minggu

Tujuan

Untuk mempelajari pemberian pupuk fosfor pada berbagai dosis kapur dan

mempelajari cara inkubasi kapur dan pupuk fosfor terhadap tanaman jagung

( Zen nmys L. ) pada tanah Hapludult ( Podsolik ) Gajrug


TINJAUAN PUSTAKA

Sifat Umum Tanah Podsolik

Potensi lahan kering sangat besar di Indonesia terdapat pada tanah Podsolik.

Luas tanah tersebut diperkirakan mencapai 14,5 juta ha atau 29,7 % luas daratan

Indonesia yang daerahnya menyebar mulai dari Sumatera, Kalimantan dan Irian Jaya

( Moersidi, Gunawan dan Prawirasumantri, 1981 ). Sudah banyak usaha dilakukan

dalam pengembangan pertanian lahan kering di tanah Podsolik, namun masih perlu

dicari suatu cara pengelolan tanah dan tanaman yang mampu mempertahankan dan

bila mungkin meningkatkan kesuburan kimia, fisika dan biologi tanah ( Hakim dan

Djokosantoso, 1980 ). Dalam usaha meningkatkan manfaat tanah Podsolik, salah satu

usaha ialah dengan penambahan hara atau pemupukan, baik pupuk buatan dan pupuk

alam ( Moersidi et al., 1981 ).

Nama Podsolik merupakan nama dari sistem klasifikasi pusat penelitian tanah

dimana tanah tersebut terbentuk melalui proses podsolisasi ( Mc Caleb dalam


Suwardi dan Wiranegara, 1998 ). Podsolik umumnya terbentuk di daerah daerah yang

mempunyai curah hujan antara 2000-3000 mm tiap tahun tanpa ada bulan kering,

pada ketinggian 50-350 m diatas permukaan laut dan mempunyai bahan induk dari

tufa masam, batuan pasir dan endapan kuarsa ( Supraptohardjo dalam Suwardi dan

Wiranegara, 1998 ).

Tanah-tanah Podsolik secara umum mempunyai karakteristik yaitu memiliki

horizon argilik serta mempunyai kejenuhan basa ( NH40Ac ) lebih dari 50 %


sekurang kurangnya pada beberapa bagian horison B didalam penampang dari

permukaan ( Hardjowigeno, 1993 ). Selanjutnya Podsolik mengalami perkembangan

lanjut dan telah niengalami proses pencucian dimana warna lapisan atas merupakan

horizon eluviasi lebih cerah, berliat, struktur gumpal bersudut, kurang permeabel,

satuan agregat kurang setabil, sedang kandungan bahan organik, pH, KTK umumnya

rendah (Hakim dan Djokosantoso, 1980 ).

Pengaruh Pemberian dan Inkubasi Kapur tehadap Beberapa Ciri Kimia Tanah
dan Hasil Tanaman

Pengapuran lahan pertanian umumnya lebih ditujukan untuk perbaikan

kondisi tanah dalam hubungannya dengan pH, nertralisasi Al serta untuk mengatasi

kekurangan kalsium dalam tanah ( Notohadiprawiro, 1983 ). Dari hasil penelitian

pengapuran pada tanah Oxisol dari Bayamon menunjukkan pemberian kapur 0,45

todhektar mampu meningkatkan hasil jagung sebesar 1,535 tonlhektar dibandingkan

pada tanah yang tanpa diberi kapur yang hanya mampu memberikan hasil sebesar

1,210 todhektar ( Lathwell, 1979 ).

Pengapuran pada tanah masam mempunyai pengaruh terhadap sifat-sifat

kimia, fisika maupun biologi tanah ( Radjagukguk, 1983 ). Secara fisik pengapuran

berpengaruh antara lain terhadap aerasi dan perkolasi, secara kimia berpengaruh

terhadap peningkatan pH tanah, peningkatan ketersediaan hara esensial, menurunnya

aktifitas Al, dan Fe yang bersifat racun bila berlebihan, secara biologi berpengaruh

terhadap perkembangan akar ( Soepardi, 1983 ).


Salah satu pengaruh utama yang dianggap menguntungkan dari pemberian

kapur adalah peningkatan penyerapan hara melalui perbaikan pertumbuhan dan

perkembangan akar tanaman dengan teratasinya toksisitas aluminium ( Radjagukguk,

1983 ). Oleh sebab itu, maka dengan pengapuran perkembangan akar tanaman

menjadi optimum, selain itu penggunaan kapur dapat membuat perbaikkan penetrasi

akar sehingga tidak terhambat dan aerasi tanah lebih baik sehingga perkembangan

akar tidak terbatas ( Leiwakabessy dan Sutandi, 1998 ). Pengapuran juga

dimaksudkan agar dapat menurunkan konsentrasi ion hidrogen dalam larutan tanah

sehingga dapat mengurangi timbulnya reaksi tanah yang bersifat asam ( Sarief, 1986 )

Hasil penelitian Curtin dan Smillie pada tanah Aeric Haplaquept

menunjukkan bahwa pada inkubasi 1 minggu pH tanah naik dari 5,6 menjadi 7,4, Ca

lamtan tanah naik dari 75 menjadi 117 mgll, Mg cendemng naik sedangkan K dan Na

cenderung turun pada perlakuan tanpa dan diberi kapur 1,5 g/kg tanah. Pada inkubasi

selanjutnya ( 5, 26 dan 52 minggu ) pH tanah cenderung turun baik pada perlakuan

tanpa kapur maupun dengan kapur, sedangkan Ca, Mg, K dan Na larutan cenderung

naik.

Pengaruh Pemberian Pupuk Fosfor terhadap Hasil Tanaman

Fosfor merupakan unsur makro yang sangat penting bagi pertumbuhan

tanaman tetapi kadarnya didalam tanaman lebih rendah dari N, K dan Ca. Fosfor

dinilai lebih penting dari Ca dan mungkin juga K dan di Indonesia fosfor menempati

tempat kedua setelah N dalam urutan kebutuhan pupuk terutama dilahan kering
( Leiwakabessy, 1988 ). Unsur tersebut dalam tanah mempunyai sifat tidak mobil dan

umumnya diserap tanaman dalam bentuk ortofosfat primer ( H2POi ) dan ortofosfat

sekunder ( HPO:-) ( Ismunadji, Partohardjono dan Karama, 1991 ). Di alam sumber

fosfor dapat berasal dari pupuk buatan, pupuk kandang, sisa tanaman dan pupuk hijau

( Soepardi, 1983 ).

Defisiensi fosfor pada umumnya disebabkan oleh terikatnya unsur tersebut

secara kuat pada zarah-zarah padat tanah seperti mineral kaolinit dan oksida-oksida

besi dan aluminium serta oleh reaksi antara fosfor dengan aluminium sehingga fosfor

tersebut tidak tersedia ( Radjagukguk, 1983 ). Defisiensi fosfor ini diperparah lagi

oleh kehilangan fosfor melalui mekanisme panen, dan erosi ( Leiwakabessy, 1988 ).

Salah satu cara untuk mengatasi masalah defisiensi fosfor pada tanah masam yaitu

dengan pemberian pupuk fosfat alam atau pemberian pupuk superfosfat yang

sebelumnya diperlakukan dengan pemberian kapur ( Leiwakabessy dan Sutandi,

1998 ).

Dari hasil penelitian pemupukan fosfor pada tanah Podsolik dari Lampung

menunjukkan pemberian fosfor 37,5 ppm P2Os dapat meningkatkan hasil bobot

kering tanaman padi gogo berumur satu bulan sebesar 1,31 gramlpot dibandingkan

dengan tanah yang tanpa diberikan pupuk fosfor yang menlberikan hasil sebesar 0,67

g r a d p o t ( Mursidi dan Gunawan 1981 ). Hal yang senada juga diperoleh pada

penelitian di tanah Ultisol dimana pemberian fosfor 45 Kg PzOsIha dapat

meningkatkan bobot kering tanaman kedelai sebesar 3,67 g r a d p o t dibandingkan


dengan tanah yang tanpa diberikan pupuk fosfor yang memberikan hasil 2,96

gramlpot ( Tirtoutomo dan Simanungkalit, 1988 )


BAHAN DAN METODE

Data yang digunakan adalah berupa data sekunder. Bahan-bahan yang

digunakan antara lain tanah Hapludult ( Podsolik ) yang berasal dari Gajruk dimana

contoh tanah diambil dan dimasukkan kedalam pot yang masing-masing pot

mempunyai bobot 5 kg BKM. Data analisis tanah sebelum percobaan disajikan pada

Tabel Lampiran 1.

Perlakuan yang digunakan adalah jenis pupuk fosfor, kapur dan waktu

inkubasi. Jenis pupuk yang digunakan adalah TSP, fosfat alam, dan monokalsium

fosfat dengan dosis berturut-turut adalah 1,24 g TSPIpot, 3,37 g fosfat aladpot dan

1,04 g monokalsium fosfatlpot yang setara dengan pemberian 50 ppm P. Kapur dalam

bentuk kalsit ( CaC03 ) dipakai dengan dosis 0, 25 %, 50 % dan 100 % setara Al-dd.

Waktu inkubasi terdiri dari dua macam yaitu ( 1 ) kapur dan pupuk fosfor diberikan

secara bersamaan dan diinkubasi selama 2 minggu dan ( 2 ) kapur diberikan terlebih

dahulu ( diinkubasi 1 minggu ) setelah itu pupuk fosfor ( diinkubasi 1 minggu ).

Pupuk dasar yang dipakai adalah ZA dengan dosis 100 ppm N ( 2,4 g ZNpot

) dan KC1 dengan dosis 100 ppm K ( 1 g KClIpot ). Tanaman yang digunakan adalah

jagung dengan pemberian benih berjumlah 3 benildpot.

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rancangan

split plot dengan faktor yang dicobakan adalah kapur ( CaC03 ), pupuk fosfor dan

inkubasi. Uji lanjut duncan digunakan untuk mengetahui pengaruh dari tiap perlakuan

maupun kombinasi dari beberapa perlakuan. Model rancangan untuk penelitian ini

adalah
Yijk = ~ + ~ i + I i + P j + K k + P K j k + L P i j + I K i k + I K P i j k + ~ i j dimana:
k

Yijk = Pengaruh perlakuan taraf ke-i dari faktor I, taraf ke-j dari faktor P dan taraf

ke-k dari faktor K

p = Rataan umum

~i = Galat petak utama ke-i

Ii = Pengaruh petak utama taraf ke-i dari faktor I

Pj = Pengaruh anak petak tarafke-j dari faktor P

Kk = Pengaruh anak petak taraf ke-k dari faktor K

PKjk = Pengaruh interaksi antara perlakuan taraf ke-j dari faktor P dan taraf ke-k

dari faktor K

IPij = Pengaruh interaksi antara perlakuan taraf ke-i dari faktor I dan tarafke-j

dari faktor P

IKik = Pengaruh interaksi antara perlakuan taraf ke-i dari faktor I dan taraf ke- k

dari faktor K

IPKijk = Pengaruh interaksi antara perlakuan taraf ke-i dari faktor I, taraf ke-j dari

faktor P dan taraf ke-k dari faktor K

~ i j k= Galad percobaan pengaruh interaksi taraf ke-i dari faktor I, taraf ke-j dari

faktor P dan taraf ke-k dari faktor K


HASIL DAN PEMBAECASAN

Hasil analisis awal kimia tanah sebelum inkubasi dapat dilihat pada Tabel

Lampiran 1. Bobot kering tanaman jagung, serapan fosfor dan kadar fosfor dalam

tanaman dapat dilihat pada Tabel Lampiran 2 dan 3. Sedangkan analisa tanah setelah

panen ( pH, Al-dd, KTK dan fosfor tersedia ) dapat dilihat pada Tabel Lampiran 4,

5, 6 dan 7.

Pengaruh Inkubasi Kapur dan Fosfor

Berdasarkan analisis ragam ( Tabel Lampiran 8 ) dapat diketahui perlakuan

inkubasi kapur dan fosfor berpengaruh nyata terhadap bobot kering tanaman jagung.

Tabel 1. Pengaruh Perlakuan Inkubasi Kapur dan Fosfor terbadap Bobot Kering
Tanaman Jagung, Serapan Fosfor dan Kadar Fosfor Tanaman

Perlakuan Bobot kering Serapan fosfor Kadar fosfor


tanaman jagung ( ) tanaman
( glpot (%I
I1 5,78 b 12,2S 0,22
I2 6,71 a 19,75 0,27
Angka yang diikuti huruf y a ~ gsanla tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji duncan
I1 = kapur dan pupuk fosfor diberikan bersamaan ke tanah kemudian diinkubasi
selama 2 minggu.
I2 = kapur diberikan ke tanah terlebih dahulu kemudian diinkubasi selama lminggu
lalu ditambahkan pupuk fosfor ke tanah dan diinkubasi kembali selama 1
minggu.

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bobot kering tanaman jagung pada perlakuan

inkubasi satu ( I1 ) lebih rendah jika dibandingkan perlakuan inkubasi dua ( I2 ),

jagung. Selama proses inkubasi diduga terjadi proses netralisasi aluminium dimana
kapur terlebih dahulu terhidrolisis dan kemudian aluminium bereaksi dengan OH-

sehingga membentuk endapan A(OH)3. Menurut Radjagukguk ( 1983 ) reaksi

netralisasi aluminium dituliskan sebagai berikut

3CaC03 + 3Hz0 - 3ca2++ 3HC03- + 30H-

A13' +3 0 ~ - -, Al ( OH )3 ( endapan )

Hal yang sama juga diperlihatkan pada serapan dan kadar fosfor dalam tanaman

( Tabel 1 ) dimana pada perlakuan inkubasi 1 lebih rendah dibandingkan perlakuan

inkubasi 2.

Tabel 2. Pengaruh Perlakuan Inkubasi Kapur dan Fosfor terhadap pH, Al-dd, KTK
dan Fosfor Tersedia

Perlakuan PH Al-dd KTK Fosfor tersedia


( me1100 g tanah ) ( me1100 g tanah ) (P P ~
I1 4,88 a 21,26 a 36,69 a 3,12 a
I2 . 5,47 b 21,02 a 35,60 a 2,70 a
Angka yang diikuti hun~fyang sanla tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji duncan

Berdasarkan analisis ragam ( Tabel Lampiran 9 ) dapat dilihat perlakuan

inkubasi kapur dan fosfor berpengaruh nyata terhadap pH Tanah

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa perlakuan inkubasi satu ( I1 )

mempunyai pH lebih rendah dibandingkan perlakuan inkubasi dua ( I2 ).

Hasil analisis Duncan ( Tabel 2 ) pada perlakuan inkubasi terhadap Al-dd,

KTK dan fosfor tersedia menunjukkan perlakuan inkubasi satu ( I1 ) dan perlakuan

inkubasi dua ( I2 ) tidak berbeda nyata.


Pengaruh Pemberian Kapur ( CaC03 )

Berdasarkan analisis ragam ( Tabel Lampiran 8 ) dapat dilihat perlakuan

kapur berpenganth sangat nyata terhadap bobot kering tanaman jagung.

Hasil analisis Duncan ( Tabel 3 ) pada perlakuan kapur terhadap bobot kering

tanaman jagung menunjukkan pada pemberian kapur dosis 25, 50 dan 100 % setara

Al-dd berbeda nyata dibandingkan kontrol

Tabel 3 . Pengaruh Perlakuan kapur terhadap bobot kering tanaman jagung, serapan
fosfor dan kadar fosfor tanaman

Perlakuan kapur Bobot kering serapan fosfor kadar fosfor


setara % Al-dd tanaman jagung ( m p / ~ o 1t tanaman
( dpot 1 (%)
0 1,46 d 3 02
25 4,89 c 13,83 0,29
50 7,87 b 19,33 0,25
100 10,76 a 27,83 0,25
Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji duncan

Berdasarkan Tabel 3 pemberian kapur dosis 25 % setara Al-dd nyata

meningkatkan bobot kering tanaman jagung lebih kurang 3 kali lebih besar

dibandingkan kontrol. Pada penambahan kapur 50 % setara Al-dd nyata

meningkatkan bobot kering tanaman jagung lebih kurang 6 kali lebih besar

dibandingkan kontrol dan pada penambahan kapur dosis 100 % setara Al-dd nyata

meningkatkan bobot kering tanaman jagung lebih kurang 9 kali lebih besar

dibandingkan kontrol. Dari ha1 diatas menggambarkan bahwa tanaman masih respon

terhadap pemberian kapur sampai pada dosis 100 % setara Al-dd.Tingginya bobot

kering tanaman jagung yang diberi perlakuan kapur kemungkinan karena adanya
perbaikan sistem perakaran sebagaimana yang dikemukakan oleh Leiwakabessy dan

Sutandi ( 1998 ). Dengan terperbaikinya sistem perakaran maka serapan hara

khususnya kalsium oleh tanaman menjadi lebih baik. Sedangkan pada tanah-tanah

yang tidak dikapur sistem perakarannya kurang berkembang dan kurangnya unsur

tersedia kalsium sehingga tanaman tumbuh tidak normal yang ditandai dengan

rendahnya bobot kering tanaman jagung. Penyebab lainnya dengan semakin

meningkatnya bobot kering tanaman jagung yang diberi kapur adalah semakin

rendahnya Al-dd dengan semakin meningkatnya dosis kapur yang diberikan

( Tabel 4 ) sehingga tanaman terhindarkan dari keracunan aluminium. Pemberian

kapur menghasilkan korelasi yang linear dimana bobot kering tanaman jagung

semakin tinggi dengan semakin tingginya pemberian dosis kapur dapat dilihat pada

Gambar 1. Hal yang sama juga ditunjukkan pada serapan fosfor dimana peningkatan

dosis kapur juga menyebabkan meningkatnya serapan fosfor ini dapat dilihat pada

Gambar 2. Hal ini sesuai dengan pendapat Radjagukguk/( 1983 ) bahwa pemberian

kapur meningkatkan serapan hara fosfor melalui perbaikan pertumbuhan dan

perkembangan akar tanaman. Serapan fosfor dan kadar fosfor dalam tanaman dapat

dilihat pada Tabel 3. Dari Tabel 3 dapat diketahui serapan fosfor ~neningkatdengan

meningkatnya pemberian kapur.


0 0.25 0.5 0.75 1 1.25
Dosis Kapur (%Aldd)

Gambar 1. Hubungan Dosis Kapur dengan Bobot Kering Tanaman Jagung

UJ
0 0.25 0.5 0.75 1 1.25
Dosis Kapur (%Aldd)

Gambar 2. Hubungan Dosis Kapur dengan Serapan Fosfor


Berdasarkan analisis ragam ( Tabel lampiran 9 ) dapat dilihat perlakuan kapur

berpengaruh sangat nyata terhadap pH. Hasil analisis Duncan ( Tabel 4 )

menunjukkan pada perlakuan kapur terhadap pH pemberian kapur dosis 25, 50 dan

100 % setara Al-dd berbeda nyata dibandingkan kontrol.

Tabel 4. Pengaruh Perlakuan Kapur terhadap pH, N-dd, KTK dan Fosfor Tersedia

Perlakuan PH Al-dd KTK Fosfor tersedia


kapur setara ( me1100 g tanah ) ( me1100 g tanah ) ( P P )~
% Al-dd
0 4,72 d 28,14 a 35.48 a 3,9 a
25 4,88 c 24,19 b 35,94 a 3,35 a
50 5,47 b 19,75 c 36,05 a 3,l a
100 5,64 a 10,46 d 36,ll a 1,26 a
Angka yang diikuti humf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji duncan

Berdasarkan Tabel 4 pemberian kapur pada dosis 25 % setara N-dd nyata

meningkatkan pH sebesar 0,16 dibandingkan kontrol. Pada penambahan kapur dosis

50 % setara Al-dd nyata meningkatkan pH sebesar 0,75 dibandingkan kontrol dan

pada penambahan kapur dosis 100 % setara Al-dd nyata meningkatkan pH sebesar

0,92 dibandingkan kontrol.

Berdasarkan analisis ragam ( Tabel Lampiran 10 ) dapat dilihat bahwa

perlakuan kapur berpengaruh sangat nyata terhadap Al-dd. Hasil analisis Duncan

( Tabel 4 ) menunjukkan pada perlakuan kapur terhadap Al-dd pemberian kapur dosis

25, 50 dan 100 % setara Al-dd berbeda nyata dibandingkan kontrol.

Perlakuan kapur pada dosis 25 % setara Al-dd menurunkan Al-dd sebesar

3,95 me/100 g tanah dibandingkan kontrol ( Tabel 4 ). Pada penambahan kapur 50 %

setara Al-dd menurunkan Al-dd sebesar 8 3 9 me1100 g tanah dibandingkan kontrol


dan penambahan kapur 100 % setara Al-dd menurunkan Al-dd sebesar 17,68 me/100

g tanah dibandingkan kontrol. Dari ha1 tersebut jelas bahwa pemberian kapur dapat

mengurangi konsentrasi Al-dd sejalan dengan kenaikan pH tanah.

Kapasitas tukar kation dan fosfor tersedia tidak dipengamhi nyata oleh

pemberian kapur ( Tabel Lampiran 11 dan 12 ). Hasil analisis Duncan ( Tabel 4 )

pada perlakuan kapur terhadap KTK dan fosfor tersedia pemberian kapur dosis 25, 50

dan 100 % setara Al-dd tidak berbeda nyata dibandingkan kontrol

Pengaruh Pemupukan Fosfor


Bobot kering tanaman jagung tidak nyata dipengamhi jenis pupuk fosfor
( Tabel 5 ).
Pemberian fosfat alam memberikan nilai serapan fosfor dan kadar fosfor
dalam tanaman lebih rendah jika dibandingkan pemberian dengan TSP dan
monokalsium fosfat ( Tabel 5 ). Nilai serapan fosfor dan kadar fosfor tanaman
tertinggi dihasilkan pada pemupukan fosfor dengan monokalsium fosfat.

Tabel 5. Pengamh Perlakuan Pemupukan Fosfor terhadap Bobot Kerinz Tanaman


Jagung, Serapan Fosfor dan Kadar Fosfor Tanaman

Perlakuan Bobot kering Serapan fosfor Kadar fosfor


tanaman jagung ( mg/pot tanaman
(dpot (%I
TSP 6,68 a 17 0,25
Fosfat alam 5,83 a 13,87 0,23
Monokalsium 6,23 a 17,12 0,26
fosfat
Angka yang diikuti humf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % ntenurut uji duncan
Berdasarkan analisis ragam ( Tabel Lampiran 9 ) dapat dilihat perlakuan

pemupukan fosfor berpengaruh sangat nyata terhadap pH tanah

Tabel 6 menunjukkan bahwa pemberian fosfat alam dan monokalsium fosfat

memberikan nilai pH yang lebih tinggi dibandingkan pemberian dengan TSP.

Tabel 6. Pengaruh Perlakuan Pemupukan Fosfor terhadap pH, Al-dd, KTK dan
Fosfor Tersedia

I Perlakuan / pH I Al-dd KTK I Fosfor tersedia I


I ( me1100 g tanah ) I ( me1100 g tanah ) I ( ppm )
TSP I 5b / 20,89 a 36,49 a 3,35 a
I I i 1
Fosfat alam 5,22 a 20,71 a 35,30 a 2,71 a
I I I

Monokalsium 5,3 a 20,31 a 36,65 a 2,67 a


fosfat
Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji duncan

Meningkatnya pH tersebut dibandingkan pH awal disebabkan karena adanya reaksi

antara aluminium hidrooksida dengan H2P04- yang membebaskan ion OH' sehingga

pH tanah dapat meningkat. Reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut ( Soepardi,

Pemberian pupuk fosfor dengan TSP, fosfat alam dan monokalsium fosfat

tidak berbeda nyata terhadap Al-dd, KTK dan fosfor tersedia ( Tabel 6 )
Pengaruh Interaksi Inkubasi, Kapur dan Pemupukan Fosfor
Berdasarkan analisis ragam ( Tabel Lampiran 8 ) dapat diketahui bahwa
interaksi inkubasi, kapur dan pemupukan fosfor berpengaruh nyata terhadap hobot

kering tanaman jagung.

Tabel 7. Pengaruh Perlakuan Inkubasi, Kapur dan Pemupukan Fosfor terhadap Bobot
Kering Tanaman Jagung

Perlakuan Inkubasi 1 Inkubasi 2

Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji duncan

Dari Tabel 7 dapat terlihat interaksi inkubasi, dosis kapur dan pemupukan

fosfor nyata meningkatkan bobot kering tanaman jagung. Peningkatan bobot kering

tanaman jagung ini semakin meningkat dengan semakin meningkatnya dosis kapur.

Kombinasi perlakuan yang menghasilkan bobot kering tanaman jagung tertinggi

dihasilkan oleh perlakuan kapur dengan dosis 100 % setara Al-dd yang diinkubasi 1

minggu kemudian ditambahkan TSP dan diinkubasi kembali selama 1 minggu dengall

nilai bobot kering tanaman jagung sebesar 13,37 d p o t

Berdasarkan analisis ragam ( Tabel Lampiran 9 ) dapat diketahui interaksi

inkubasi, kapur dan pemupukan fosfor berpengaruh nyata terhadap pH


Tabel 8. Pengaruh Perlakuan Inkubasi, Kapur dan Pemupukan Fosfor terhadap pH

Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji duncan

Dari Tabel 8 dapat dilihat interaksi inkubasi, dosis kapur dan pemupukan fosfor

ternyata meningkatkan pH. Peningkatan pH ini semakin meningkat dengan semakin

meningkatnya dosis kapur. Kombinasi perlakuan yang menghasilkan pH tertinggi

dihasilkan oleh perlakuan kapur dengan dosis 100 % setara Al-dd yang diinkubasi 1

minggu kemudian ditambahkan fosfat alam dan diinkubasi kembali selama 1 minggu

dengan nilai pH sebesar 5,7

Berdasarkan analisis ragam ( Tabel Lampiran 10 ) dapat diketahui interaksi

inkubasi, kapur dan pemupukan fosfor berpengaruh nyata terhadap Al-dd.

Tabel 9. Pengamh perlakuan Inkubasi, Kapur dan Pemupukan Fosfor terhadap Al-dd

Angka yang diikuti huruf yallg sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji duncan
Dari Tabel 9 dapat dilihat interaksi inkubasi, dosis kapur dan pemupukan

fosfor ternyata rnenurunkan Al-dd. Penurunan Al-dd ini semakin rendah dengan

semakin meningkatnya dosis kapur. Kornbinasi perlakuan yang menghasilkan Al-dd

terrendah dihasilkan oleh perlakuan kapur dengan dosis 100 % setara Al-dd yang

diberikan bersamaan dengan TSP dan diinkubasi selama 2 minggu dengan nilai Al-dd

sebesar 8 me1100 g tanah


KESlMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Perlakuan kapur yang diberikan lebih awal menghasilkan nilai bobot kering

tanaman jagung, serapan fosfor, kadar fosfor tanaman dan pH lebih tinggi

dibandingkan pemberian kapur dan fosfor secara bersamaan. Sedangkan terhadap

nilai Al-dd, KTK dan fosfor tersedia perlakuan kapur yang diberikan lebih awal

maupun bersamaan dengan fosfor tidak berbeda nyata.

Pemberian dosis kapur yang terus meningkat menghasilkan nilai bobot kering

tanaman jagung, serapan fosfor dan pH semakin meningkat dan nilai Al-dd yang

semakin menurun. Perlakuan dosis kapur yang diberikan tidak berpengaruh nyata

terhadap nilai KTK dan fosfor tersedia.

Perlakuan monokalsium fosfat memberikan nilai serapan dan kadar fosfor

tanaman lebih tinggi dibandingkan pemberian TSP dan fosfat alam. Pemupukan

fosfor dengan monokalsium fosfat menghasilkan nilai pH lebih tinggi dibandingkan

pemberian dengan TSP dan fosfat alam. Perlakuan TSP, fosfat alam maupun

monokalsium fosfat tidak berbeda nyata terhadap bobot kering tanaman jagung, Al-

dd, KTK dan fosfor tersedia.

Perlakuan kapur dengan dosis 100 % setara Al-dd yang diinkubasi 1 minggu

kemudian ditambahkan TSP dan diinkubasi kembali selama 1 minggu menghasilkan

nilai bobot kering tanaman jagung tertinggi dibandingkan perlakuan kombinasi

lainnya. Perlakuan kapur dengan dosis 100 % setara Al-dd yang diinkubasi 1 minggu

kemudian ditambahkan fosfat alam dan diinkubasi kembali selama 1 rninggu


menghasilkan nilai pH tertinggi dibandingkan perlakuan kornbinasi lainnya

sedangkan perlakuan kapur dengan dosis 100 % setara Al-dd yang diberikan

bersamaan dengan TSP dan diinkubasi selarna 2 minggu menghasilkan nilai Al-dd

terrendah dibandingkan perlakuaan kornbinasi lainnya.

SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai inkubasi, pengapuran dan

pemupukan fosfor pada kondisi lapang agar diperoleh hasil yang rnencerminkan

pengaruh faktor-faktor alam yang tidak terkontrol sehingga dapat diaplikasikan dan

disarankan ke petani.
DAFTAR PUSTAKA

Curtin. D. and G. W. Smillie. 1995. Effects of Incubation and DH on Soil Solution


and Exchangeable Cation Ratios. Soil Sci. Soc. of Amer. J. 59 ( 4 ): 1006-
1011

Hakim, L. dan Djokosantoso. 1980. Pengelolaan Tanah dan Tanaman Pada Tanah
Podsolik Studi Kasus Di Daerah Lampung. Pusat Penelitian Tanah, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo,


Jakarta.

Ismunadji, M. Partohardjono, S. dan S. Karama. 1991. Fosfor Peranan dan


Penggunaan Dalam Bidang Pertanian. Balai Penelitian Tanaman Pangan
Bogor. Bogor.

Lathwell, P. J. 1979. Crop Response To Liming Of Ultisols and Oxisols. Cornel


International Agriculture, Bulletin No 35

Leiwakabessy, F. M. 1988. Diktat Kuliah Kesuburan Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas


Pertanian - P B , Bogor.

dan Atang Sutandi. 1998. Diktat Kuliah Pupuk dan


Pemupukkan. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian - IPB, Bogor.

Moersidi, S. Gunawan, S. dan Prawirasumantri. 1981. Kebutuhan Fosfor pada Tanah


Podsolik Lampung dan Banten. Pusat Penelitian Tanah, Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

Mursidi, S dan Gunawan, S. 1981. Keperluan Fosfat Pada Tanah Podsolik Lampung
dan Banten. Kumpulan Makalah Pertemuan Teknis Proyek Penelitian Tanah,
Pusat Penelitian Tanah, Bogor.

Notohadiprawiro, T. 1983. Persoalan Tanah Masam Dalam Pembangunan Pertanian


Di Indonesia. Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yokyakarta.

Radjagukguk, B. 1983. Masalah Pengapuran Tanah Mineral Masam Di Indonesia.


Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yokyakarta.

Sarief, S. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana,


Bandung.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian - IPB,
Bogor.
Suwardi.dan H. Wiranegara. 1998. Penuntun Praktikum Morfologi dan Klasifikasi
Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian - IPB, Bogor.

Tirtoutomo, S. dan RDM Simanungkalit. 1988. Pengaruh Pemberian Kapur dan


Fosfat terhadap Serapan P, Pertumbuhan dan Hasil Kedelai Pada Tanah
UltisoI Sukamandi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai
Penelitian Tanaman Pangan Sukamandi.
LAMPIRAN
Tabel Lampiran 1. Data Analisis Awal Kimia Tanah Sebelum lnkubasi

No Jenis analisis Hasil Metode


1 pH (HZO 1:1 ) 4.8 pH meter
(KC1 1:l ) 3.9 pH meter
C- organik, % 3.62 Walkley and Black
N- total, % 0.03 Kjeldahl
P- tersedia, ppm 4.8 Bray 1
K-dd, me1100 g 0.17 NH40Ac pH 7.0 Flame Fotometer
N-dd, me1100 g 0.35 NH40Ac pH 7.0 Flame Fotometer
Ca-dd, me1100 g 1.69 NH40Ac pH 7.0 AAS
Mg-dd, me1100 g 0.93 NH40Ac pH 7.0 AAS
Al-dd, me1100 g 23.8 KC1 1 N titrasi HCI
H-dd, me1100 g 2.3 KC1 1 N titrasi NaOH
KTK, me1100 g 22.7 NH40Ac pH 7.0
Tabel Larnpiran 2. Bobot Kering Jagung ( glpot ) pada Berbagai Perlakuan

Perlakuan I II 111
IIKOPI 0.92 1.41 1.58
Tabel Lampiran 3. Serapan Fosfor dan Kadar Fosfor Tanaman pada Berbagai Perlakuan

Perlakuan Serapan Fosfor ( mg plpot ) Kadar Fosfor Tanarnan ( % )


IIKOPI 3 0.22
11KOP2 2 0.15
11KOP3 3 0.21
IIKIPI 17 0.31
11KIP2 11 0.22
11KlP3 14 0.34
IIK2P1 18 0.22
11K2P2 11 0.21
11K2P3 14 0.19
11K3P1 20 0.18
I1K3P2 14 0.19
I1K3P3 20 0.2
12KOP1 3 0.19
12KOP2 3 0.19
12KOP3 4 0.24
12K1P I 12 0.29
12K1P2 16 0.3
12K1P3 13 0.26
12K2P1 23 0.29
12K2P2 26 0.29
12K2P3 24 0.3
12K3P1 40 0.3
12K3P2 28 0.26
12K3P3 45 0.38
Tabel Lampiran 4. Nilai pH Tanah pada Berbagai Perlakuan

Perlakuan I II
I1KOPI 3.3 3.15
Tabel Lampiran 5. Kadar Al-dd ( me1100 g tanah ) pada Berbagai Perlakuan

Perlakuan I II
IIKOPI 29.36 27.36
Tabel Larnpiran 6. Nilai KTK ( me1100 g tanah ) pada Berbagai Perlakuan

Perlakuan I II
IIKOPI 36.2 34.4
I1KOP2 36 38.6
11KOP3 35 37.8
IIKIPI 38.8 40.2
11KlP2 32.2 36.4
11KlP3 38.1 37.2
l1K2PI 37.4 37.2
IIK2P2 37.2 35.4
11K2P3 39.4 35.6
I1K3P1 33.8 37
IT K3P2 34.3 38
11K3P3 37.2 37
12KOPI 37.6 38.2
12KOP2 36 33.4
12KOP3 37 37.6
12KIPl 36.4 32.8
12K1P2 32 41.2
12K1P3 32.2 33.8
12K2P1 34.6 34.8
12K2P2 30.4 33.6
12K2P3 37.6 39.4
12K3P1 36.6 37.8
12K3P2 33.4 36.6
12K3P3 34.7 36.8
Tabel Lampiran 7. Kadar Fosfor Tersedia ( ppm ) pada Berbagai Perlakuan

Perlakuan I II
IIKOPI 8.8 9.2
Tabel Larnpiran 8. Analisis Ragam Produksi Bobot Kering Tanarnan Jagung

Sumber Keragaman DB JK KT F-Hitung Pr>F


PETAK UTAMA
lnkubasi (I) 1 15,410 15410 9,06 * 0,0395
Galat (A) 4 6,802 1700
ANAK PETAK
Kapur (K) 3 860,248 286,749 203,29 ** 0,0001
Pospor (P) 2 8,714 4,357 3,09 tn 0,0556
lnteraksi (KP) 6 20,385 3,397 2,41* 0,0424
lnteraksi (IK) 3 18,391 6,130 4,35* 0,0091
lnteraksi (IP) 2 6,997 3,498 2,48 tn 0,0953
lnteraksi (IKP) 6 6,015 1,002 0,71 ** 0,0001
Galat (B) 44 62,065 1410
Total dikoreksi 71 3,703,922

Tabel Lampiran 9. Analisis Ragarn pH


Sumber Keragaman DB JK KT F-Hitung Pr>F
PETAK UTAMA
lnkubasi (I) 1 4,083 4083 111,05" 0,0089
Galat (A) 2 0,073 0,037
ANAK PETAK
Kapur (K) 3 7,234 2,411 93,24 ** 0,0001
Pospor (P) 2 0,836 0,418 46,17** 0,0001
lnteraksi (KP) 6 2,652 0,442 17,lO ** 0,0001
lnteraksi (IK) 3 3,607 1,202 46,50 ** 0,0001
lnteraksi (IP) 2 0,653 0,326 12.63** 0,0002
lnteraksi (IKP) 6 2,814 0,469 18,14 ** 0,0001
Galat (B) 22 0,569 0,026
Total dikoreksi 47 65,899

KETERANGAN : * = Nyata pada taraf 5 %


** = Sangat nyata pada taraf 5 %
tn = Tidak nyata pada taraf 5 %
Tabel Larnpiran 10. Analisis Ragarn Al-dd
Sumber Keragaman DB JK KT F-Hitung PPF
PETAK UTAMA
lnkubasi (I) 1 6,924 6924 4,66 tn 0,1635
Galat (A) 1 0,851 0,851
ANAK PETAK
Kapur (K) 3 2,079,311 693104 438,23 ** 0,0001
Pospor (P) 2 2,734 1,367 0,86 tn 0,4352
Interaksi (KP) 6 6,783 1,130 0,71 tn 0,6416
lnteraksi (IK) 3 3,765 1,255 0,79 tn 0,5105
lnteraksi (IP) 2 10,916 5,458 3,45 * 0,0497
lnteraksi (IKP) 6 20,659 3,443 2.18 ** 0,0001
Galat (B) 22 34,795 1582
Total dikoreksi 47 8,455,112

Tabel Lampiran 11. Analisis Ragam KTK


fl
Sumber Keragaman DB
PETAK UTAMA
lnkubasi (I) 1 14,083 14083 1,74 tn 0,3182
Galat (A) 2 16,211 8105
ANAK PETAK
Kapur (K) 3 1,994 0,665 0,16 tn 0,9228
Pospor (P) 2 17,382 8,691 2,08 tn 0,1491
lnteraksi (KP) 6 22,788 3,798 0,91 tn 0,5072
lnteraksi (IK) 3 15,498 5,166 1,24 tn 0,3208
lnteraksi (IP) 2 0,931 0,465 0,11 tn 0,8951
lnteraksi (IKP) 6 67,491 11,248 2,69 tn 0,2344
Galat ( 6 ) 22 92,019 41 83
Total dikoreksi 47 387,995

KETERANGAN : * = Nyata pada taraf 5 %


** = Sangat nyata pada taraf 5 %
tn = Tidak nyata pada taraf 5 %
Tabel Larnpiran 12. Analisis Ragam Fosfor Tersedia
Sumber Keragaman DB JK KT F-Hitung Pr>F
PETAK UTAMA
lnkubasi (I)
Galat (A)
ANAK PETAK
Kapur (K)
Pospor (P)
lnteraksi (KP)
lnteraksi (IK)
lnteraksi (IP)
lnteraksi (IKP)
Galat (B)
Total dikoreksi

KETERANGAN : * = Nyata pada taraf 5 %


** = Sangat nyata pada taraf 5 %
tn = Tidak nyata pada taraf 5 %

You might also like